• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. ukuran perilaku yang digunakan untuk menilai pengaruh dari variabel bebas.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. ukuran perilaku yang digunakan untuk menilai pengaruh dari variabel bebas."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

82

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang terlibat dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel tergantung. Menurut Shaughnessy, Zechmeister, dan Zechmeister (2012) variabel bebas adalah faktor yang dikontrol atau dimanipulasi oleh peneliti guna menemukan pengaruhnya terhadap perilaku, sedangkan variabel tergantung adalah ukuran perilaku yang digunakan untuk menilai pengaruh dari variabel bebas.

Berdasarkan penjelasan dari Shaughnessy, Zechmeister, dan Zechmeister (2012), maka peneliti mengidentifikasi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Tergantung : Self Esteem Pada Pecandu Narkoba Variabel Bebas : Pelatihan Pemaafan

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Self Esteem pada Pecandu Narkoba

Self esteem pada pecandu narkoba adalah keseluruhan dari evaluasi yang dilakukan pecandu tentang keyakinan bahwa dirinya berharga yang diperoleh dari serangkaian proses panjang. Penilaian diri pada pecandu ini didasarkan pada standar tertentu yang merupakan kombinasi dari penilaian orang lain serta sistem tata nilai di lingkungan pecandu narkoba tersebut tinggal.

(2)

Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam mengukur self esteem pada pecandu narkoba adalah modifikasi dari Adult Version of the Coopersminth Self Esteem Inventory yang awalnya telah dimodifikasi oleh Ryden (1978) agar dapat digunakan untuk remaja dan dewasa (usia 15 tahun keatas). Adult Version of the Coopersmith Self Inventory terdiri dari 58 pernyataan yang harus ditanggapi dengan jawaban “sesuai” atau “tidak sesuai” terkait dengan hal-hal yang pernah dirasakan ataupun dialami individu dalam rentang hidupnya. Pernyataan “sesuai” akan mendapatkan skor 1 (satu), sedangkan pernyataan “tidak sesuai” skornya adalah 0 (nol). Semakin tinggi total skor yang diperoleh maka semakin tinggi self esteem individu dan sebaliknya semakin rendah total skor yang diperoleh makan semakin rendah pula self esteem dari individu tersebut. Total skor hasil dari inventory kemudian dibandingkan dengan norma kelompok (dengan memperhatikan simpangan kuartil) yang berlaku sehingga dari hasil skoring dapat diketahui tingkatan self esteem dari individu, yaitu individu yang termasuk ke dalam tingkatan self esteem tinggi, sedang, maupun rendah.

2. Pelatihan Pemaafan

Pelatihan pemaafan adalah suatu modifikasi dari terapi pemaafan ke dalam bentuk workshop (seminar, diskusi, dan mengerjakan latihan). Pelatihan pemaafan ini terdiri dari kegiatan atau proses untuk meningkatkan keterampilan dan potensi individu melalui berbagai macam strategi pembelajaran yang sistematis dan diorganisasikan agar fokus pembelajaran mengarah pada pemaafan

(3)

(forgiveness) dan bersyukur (gratitude). Tujuan yang ingin dicapai melalui pelatihan pemaafan adalah untuk mengubah emosi dan sikap negatif individu menjadi emosi dan sikap yang lebih positif.

Pelatihan pemaafan akan dilaksanakan dalam 6 (enam) sesi meliputi: 1) awareness; 2) admitting and accepting; 3) a prayer of forgiveness and daily gratitude: spiritual experience; 4) a prayer of forgiveness and daily gratitude: forgiveness of others; 5) a prayer of forgiveness and daily gratitude: forgiveness of self; dan 6) forgiveness testing. Pelatihan pemaafan diberikan selama 3 (tiga) hari berturut-turut dan setiap 1 (satu) hari pelatihan diberikan 2 (dua) sesi sekaligus. Keseluruhan sesi pelatihan pemaafan tersebut dilaksanakan dengan menggunakan model pelatihan experiential learning beserta metode-metode dalam pelatihan aktif untuk menciptakan suasana pelatihan yang berfokus pada peserta (learner centered). Pada pelatihan pemaafan ini, materi pelatihan yang berupa modul pelatihan pemaafan akan dibawakan oleh fasilitator dan co-fasilitator yang merupakan mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret yang telah lulus dari mata kuliah Penyusunan Rancangan Pelatihan, serta memiliki pengalaman menjadi fasilitator dan co-fasilitator dalam sebuah program pelatihan.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah 12 (dua belas) orang pecandu narkoba yang berada dalam tahap akhir program rehabilitasi berbasis Therapeutic

(4)

Community (TC) di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, yang kemudian disebut sebagai residen rehabilitasi narkoba di program re-entry.

Populasi dalam penelitian ini adalah para residen narkoba yang berada di program re-entry Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, Bogor yang berjumlah sekitar 23 orang. Perolehan subjek dilakukan melalui mekanisme perijinan kepada pihak Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, Bogor yang dijadikan sebagai lokasi penelitian. Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu subjek dalam penelitian merupakan individu-individu yang memiliki karakteristik tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun kriteria subjek yang dipilih sebagai sampel penelitian adalah sebagai berikut:

1. Residen berusia 15 sampai 40 tahun. Kriteria ini didasarkan pada rentang usia dari target skala Adult Version of the Coopersmith Self Esteem Inventory yaitu untuk 15 tahun keatas dan juga mayoritas residen yang mengikuti program re-entry di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, Bogor. Serta selain itu, usia 15 sampai 40 tahun juga merupakan usia produktif sehingga peneliti merasa perlu untuk memberikan pelatihan pemaafan pada rentang usia ini agar pemulihan dari kecanduan narkoba menjadi lebih maksimal serta pecandu di usia ini mampu memiliki kemandirian secara sosial.

2. Untuk subjek laki-laki, merupakan pecandu narkoba lama (akumulasi pemakaian lebih dari 5 tahun atau pernah mengalami relapse)

3. Untuk subjek perempuan, memiliki daya dukung keluarga dan lingkungan yang kurang memadahi (dibuktikan berdasarkan wawancara dan crosscheck data subjek di Bagian Psikologi Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, Bogor).

(5)

Hal ini juga berdasarkan informasi dari Bagian Psikologi Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, Bogor yang menyebutkan bahwaa pada umumnya pecandu narkoba perempuan memiliki latar belakang masalah kompleks sehingga peneliti merasa perlu untuk mengikutkan subjek perempuan dalam pelatihan pemaafan agar dapat dijadikan sebagai suatu strategi koping ketika mereka keluar dari program rehabilitasi dan kembali ke maasyarakat.

4. Memiliki tingkat pendidikan minimal SMP atau setingkat SMP sehingga dapat mempermudah dalam proses transfer materi/pengetahuan dalam sesi pelatihan yang diberikan.

5. Memiliki tingkat self esteem rendah hingga sedang berdasarkan norma kelompok.

6. Belum pernah mengikuti pelatihan pemaafan sebelumnya.

7. Mau bekerjasama dan bersedia mengikuti keseluruhan rangkaian pelatihan pemaafan dengan mengisi informed consent.

D. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pretest-posttest control group design, yaitu merupakan desain penelitian yang membagi subjek penelitian ke dalam dua kelompok yang equivalen/setara dengan menggunakan prosedur randomisasi/pengacakan subjek untuk dibagi ke dalam dua kelompok yaitu kelompok yang memperoleh perlakuan (kelompok eksperimen) dan kelompok pembanding yang tidak diberikan perlakuan (kelompok kontrol), dan kepada kedua kelompok subjek (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol)

(6)

dilakukan pengukuran sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) pemberian perlakuan (Campbell & Stanley, 1963), dalam penelitian ini perlakuan yang diberikan adalah berupa pelatihan pemaafan. Pretest-posttest control group design pada penelitian ini memiliki bentuk sebagai berikut:

R O1  X  O2

R O3   O4

Gambar 3.

Pretest-Posttest Control Group Design Keterangan:

R = randomisasi/pengacakan subjek ke dalam dua kelompok O1 = prestest yang dilakukan kelompok eksperimen

X = perlakuan yang diberikan berupa pelatihan pemaafan O2 = posttest yang dilakukan pada kelompok eskperimen O3 = pretest yang dilakukan pada kelompok kontrol O4 = posttest yang dilakukan pada kelompok kontrol

Dalam desain penelitian ini terdapat beberapa prosedur yang wajib dilaksanakan, mulai dari pemberian prestest, perlakuan, hingga posttest. Berikut penjelasannya:

1. Tahap Prestest

Sebelum melakukan prestest hal pertama yang dilakukan adalah melakukan persiapan selama satu minggu sebelum prestest dilaksanakan. Adapun beberapa persiapan yang dilakukan meliputi pengurusan proses perizinan ke Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, Bogor. Tahap selanjutnya adalah melakukan pengabilan sampel. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu subjek dalam penelitian merupakan individu-individu yang memiliki karakteristik tertentu sesuai dengan tujuan penelitian dan mengisi Adult Version of the Coopersmith Self Inventory. Subjek yang dipilih sebagai sampel penelitian adalah subjek yang memiliki skor tingkat self

(7)

esteem rendah hingga sedang berdasarkan hasil terpakai dengan mendasarkan pada analisis statistik norma kelompok. Sebelum diberikan intervensi, subjek terlebih dahulu dijelaskan tentang gambaran penelitian secara umum lalu, hal-hal yang dapat menimpa subjek selama penelitian berlangsung, dan diminta untuk menandatangani surat pernyataan kesediaan menjadi subjek penelitian (informed concern). Subjek juga diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai pelatihan yang akan diterimanya dalam penelitiannya ini sehingga tidak ada kesan terpaksa dalam mengikuti pelatihan.

2. Tahap Pelatihan Pemaafan

Pada tahap pelatihan pemaafan terdapat perbedaan pemberian perlakuan kepada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok kontrol tidak diberikan pelatihan pemaafan, sedangkan kelompok eksperimen diberikan pelatihan pemaafan. Pada penelitian ini terdapat beberapa metode pelatihan berupa lecturette, focus group discussion, diskusi, studi kasus, mental imagery, dan mengerjakan tugas yang keseluruhannya merupakan metode-metode palatihan yang umum digunakan dalam mewujudkan suasana pelatihan aktif yang terfokus pada peserta (Lawson, 2006).

Pelatihan pemaafan yang diberikan pada setiap sesinya menggunakan metode-metode yang telah disebutkan sebelumnya namun tentunya dibuat secara bervariasi agar tidak menimbulkan kesan yang monoton serta disela-sela pelatihan peserta akan diajak untuk melakukan ice breaking untuk mencairkan susana pelatihan agar tidak terkesan kaku sekaligus merupakan pemberian

(8)

relaksasi pada peserta. Pada tahapan intervensi ini, peneliti juga mengumpulkan data-data berupa hasil observasi dan rekaman/verbatim hasil diskusi (termasuk hasil dari focus group discussion yang dilakukan oleh subjek) untuk dilakukan analisis secara kualitatif guna mendukung hasil penelitian yang diperoleh.

3. Tahap Posttest

Tahap selanjutnya adalah tahapan posttest yang diberikan selang 1 (satu) hari setelah pemberian pelatihan pemaafan. Tujuan pemberian waktu jeda selama 1 (satu) hari setelah pelatihan adalah memberi kesempatan pada subjek untuk menginternalisasikan materi-materi yang diberikan selama pelatihan, namun tetap mempertimbangkan bahwa subjek yang merupakan para pecandu narkoba di program re-entry juga diberikan perlakuan lain oleh pihak Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, Bogor, sehingga waktu jeda yang diberikan untuk proses internalisasi materi pelatihan tidak boleh terlalu lama karena dapat menjadi bias penelitian.

Posttest dilakukan kepada kedua kelompok subjek yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Posttes dilakukan dengan menggunakan Adult Version of the Coopersmith Self Inventory yang telah dimodifikasi dengan penambahan beberapa item pengecoh dan mengacak urutan-urutan item sehingga bias dari subjek akibat mengingat atau menghafalkan jawaban dari pretest dapat diminimalisir dan tetap mengaburkan tujuan sebenarnya dari penelitian kepada subjek agar tidak terjadi bias akibat subjek ingin memenuhi

(9)

harapan peneliti. Pada tahapan posttest ini, subjek yang tergabung di dalam kelompok eksperimen juga diminta untuk memberikan evaluasi (kritik, saran, kesan dan pesan) terhadap jalannya pelatihan dan kepada fasilitator dan co-fasilitator selaku pemberi materi ketika pelatihan yang hasilnya kemudian akan digunakan untuk mendukung hasil analisis utama dalam penelitian ini yaitu analisis kuantitatif dengan prosedur statistik terhadap hasil pretest dan posttest sehingga dapat memperkuat hasil akhir yang ditunjukkan dalam penelitian ini. Kemudian, tahapan terakhir dari penelitian ini adalah menganalisis hasil perlakuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan dan tanpa perlakuan terhadap peningkatan self esteem pecandu narkoba.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini mencangkup beberapa metode pengumpulan data, meliputi:

1. Adult Version of The Coopersmith Self Inventory

Self esteem dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Adult Version of the Coopersmith Self Inventory atau juga dikenal sebagai CSEI: Adult Version (Coopersmith Self Esteem Inventory: Adult Version) yang dimodifikasi dari Coppersmith Self Esteem Inventory yang telah dimodifikasi oleh Ryden (1978) agar dapat digunakan untuk remaja dan dewasa. CSEI: Adult Version memiliki aspek-aspek yang sama dengan CSEI yang diciptakan oleh Coopersmith (1967) namun dalam CSEI: Adult Version hal yang dimodifikasi oleh Ryden (1978) hanya pada item pernyataan yang ada dalam

(10)

skala tersebut karena item pernyataan original dari Coopersmith (1967) lebih kepada pengukuran self esteem untuk anak usia sekolah, serta beberapa item pernyataan langsung mengarah pada hal-hal yang dirasakan partisipan terkait relasi perteman di sekolah serta prestasi akademik. Hal inilah yang kemudian dimodifikasi oleh Ryden (1978) agar CSEI dapat digunakan lebih fleksibel pada remaja dan dewasa. Hasil pengujian reliabilitas dan validitas yang dilakukan oleh Ryden (1978) menunjukkan bahwa untuk test-restest reliability dari Adult Version of the Coopersmith Self Inventory ini berada pada rentang 0.78-0.80 dengan interval 6 sampai 58 minggu, sedangkan untuk validitasnya Adult Version of the Coopersmith Self Inventory ditemukan memiliki korelasi dengan Marelow-Crowen Social Desirability Scale dengan angka korelasi sebesar 0.32. Berdasarkan hasil uji reliabilitas dan validitas tersebut, Ryden (1978) menyimpulkan bahwa Adult Version of the Coopersmith Self Inventory merupakan alat ukur yang terpercaya.

CSEI: Adult Version ini terdiri dari 58 item berupa pernyataan yang harus ditanggapi oleh partisipan dengan jawaban “sesuai” ataupun “tidak sesuai” dengan hal yang dialami dan dirasakan partisipan terkait pernyataan yang ada dalam skala. Pada CSEI: Adult Version ini juga terdapat 8 (delapan) item yang merupakan item untuk menguji tingkat social desireability, yaitu adanya kecenderungan responden untuk menampilkan dirinya secara “baik” sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (Myers, 2012). Jika pada 8 (delapan) item untuk menguji tingkat social desireability tersebut partisipan menjawab “sesuai” pada 3 (tiga) atau lebih pernyataan, maka subjek tersebut harus

(11)

mengulang kembali menjawab keseluruhan item pernyataan yang tersedia dan diberitahukan agar lebih realistis untuk menjawab setiap pernyataan yang ada serta ditekankan kembali bahwa hasil tes hanya akan diketahui oleh peneliti dan tidak akan menghambat proses rehabilitasi narkoba yang sedang dijalani oleh partisipan. Blueprint dari Adult Version of the Coopersmith Self Inventory adalah sebagai berikut:

Tabel 1.

Blueprint Adult Version of the Coopersmith Self Esteem Inventory (Ryden, 1978)

Aspek Indikator Nomor Item

Favourable Unfavourable Keberhasilan Diri Perasaan berarti, diterima, dan kompeten pada diri individu 2, 4, 11, 18, 21, 23, 24, 25, 28, 29 3, 8, 9, 17, 37, 38, 39, 42, 43, 44, 46, 49, 52, 53, 56 Nilai dan Aspirasi

Pola asuh yang positif di dalam keluarga

5, 12, 14, 19, 32, 45, 47, 55

7, 26, 33, 40, 54

Pertahanan Mampu melawan perasaan ketidakmampuan dan mamajemen stres 10, 36, 57 15, 16, 22, 30, 31, 35, 50, 51, 58 Social Desireability Individu melakukkan hal-hal yang tidak realistis untuk terlihat baik ataupun terlihat buruk 1, 6, 13, 20, 27, 34, 41, 48 - Total Item 29 29

Total Keseluruhan Item 58

Pada perhitungan skor inventori, pernyataan dengan jawaban “sesuai” diberikan skor 1 (satu) kecuali pada pernyataan yang termasuk item social desireability yang hanya digunakan untuk melihat tingkat kebohongan subjek

(12)

dalam mengisi inventori dan “tidak sesuai” diberikan skor 0 (nol). Selanjutnya keseluruhan skor yang diperoleh subjek dijumlahkan menjadi total skor dan diurutkan sesuai dengan norma kelompok (menggunakan simpangan kuartil) sehingga diperoleh tingkat self esteem subjek yang terdiri dari self esteem tinggi, self esteem sedang, dan self esteem rendah.

Sebelum digunakan dalam penelitian, modifikasi dari Adult Version of the Coopersmith Self Inventory akan di-tryout-kan terlebih dahulu dengan menggunakan tryout terpakai kepada populasi penelitian, yaitu sekitar 23 pecandu narkoba di program re-entry Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, Bogor. Hasil tryout terpakai ini nantinya akan dibuat norma kelompok sekaligus digunakan untuk membantu proses sampling pada penelitian yaitu memperoleh kriteria pecandu narkoba dengan self esteem rendah hingga sedang.

2. Modul Pelatihan Pemaafan

Modul pelatihan pemaafan yang digunakan adalah modifikasi dari terapi pemaafan oleh Orbon, Mercado, dan Balila (2014) yang dikombinasikan dengan tahapan-tahapan pemaafan dari Kauppila (2006) ke dalam bentuk pelatihan. Pelatihan pemaafan terdiri terdiri dari kegiatan atau proses untuk meningkatkan keterampilan dan potensi individu melalui berbagai macam strategi pembelajaran yang sistematis dan diorganisasikan agar fokus pembelajaran mengarah pada pemaafan (forgiveness) dan bersyukur

(13)

(gratitude) dengan tujuan untuk mengubah emosi dan sikap negatif individu menjadi emosi dan sikap yang lebih positif.

Model pelatihan pemaafan ini disusun berdasarkan tahapan-tahapan pemaafan yang disampaikan oleh Kauppila, yaitu awareness, admiting, accepting, a prayer of forgiveness dan gratitude, serta forgiveness testing. Metode yang digunakan dalam pelatihan ini adalah metode pelatihan aktif dengan experiential learning melalui lecturette, diskusi, mental imagery, studi kasus, mengerjakan tugas, serta diselingi dengan ice breaking, yang akan dilakukan dalam 6 (enam) sesi selama 3 (tiga) hari pertemuan.

Validitas modul pelatihan ini akan dinilai menggunakan uji validitas isi atau content validity melalui pendapat profesional (professional judgement) oleh kedua dosen pembimbing, kedua dosen penguji, serta beberapa staf di Bagian Psikologi Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, Bogor. Selain itu, juga dilakukan peer review oleh rekan sejawat mahasiswa di Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret yang telah lulus mata kuliah Penyusunan Rancangan Pelatihan. Modul ini juga akan diujicobakan pada pecandu narkoba yang direhabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, Bogor yang memiliki karakteristik sama dengan karakteristik subjek penelitian yang sudah ditentukan.

Adapun rangkaian pelatihan pemaafan yang akan diberikan dalam penelitian ini, secara lebih lengkap dapat dilihat dari tabel 2 berikut:

(14)

Tabel 2.

Rangkaian Pelatihan Pemaafan Hari

ke-

Materi Tujuan Metode Durasi

1 Cipta Suasana dan Kontrak Belajar

 Perkenalan antara fasilitator dan co-fasilitator dengan peserta.  Membangun raport.  Membuat kontrak belajar. Perkenalan, ice breaking, pembacaan kontrak belajar. 15 menit

Awareness  Peserta mampu mengenali dan memahami diri sendiri.  Peserta mampu mengenali isu penting di balik penggunaan narkoba yang dilaminya. Lecturette, studi kasus, mengerjakan tugas (letter writting exercise) 75 menit ISTIRAHAT Admitting dan Accepting  Peserta setuju bahwa ada isu penting di balik penggunaan narkoba yang dialaminya dan isu itu harus diselesaikan.  Peserta mampu menerima keadaannya saat ini. Lecturette, diskusi, studi kasus, mental imagery, dan mengerjakan tugas (belajar dari masa lalu) 90 menit 2 A Prayer of Forgiveness dan Daily Gratitude Bagian 1: Spiritual Experience  Peserta mampu mengerti tentang konsep pemaafan dan bersyukur.  Peserta mau mencari pemaafan dari Tuhan (spiritual experience). Lecturette, diskusi, mengerjakan tugas (prayer-writting exercise, gratitude writing exercise, membuat daily gratitude box) 90 menit

(15)

 Peserta mampu mempraktekkan perasaan bersyukur atas kondisinya sekarang. ISTIRAHAT A Prayer of Forgiveness dan Daily Gratitude Bagian 2: Forgiveness of Others  Peserta mampu mengerti tentang konsep pemaafan dan bersyukur.  Peserta mampu mengatasi perasaan benci yang dirasakannya terhadap orang lain.  Peserta mampu mempraktekkan perasaan bersyukur atas orang lain. Lecturette, mengerjakan tugas (menulis daftar nama orang-orang yang pernah disakiti akibat narkoba dan cara untuk meminta maaf, prayer-writting exercise, gratitude writing exercise, mengisi daily gratitude box) 90 menit 3 A Prayer of Forgiveness dan Daily Gratitude Bagian 3: Forgiveness of Self  Peserta mampu mengerti tentang konsep pemaafan dan bersyukur.  Peserta mampu mengatasi perasaan bersalah yang dialaminya akibat narkoba.  Peserta mampu mempraktekkan perasaan bersyukur atas hal-hal yang pernah ia alami baik itu positif dan negatif. Lecturette, diskusi, FGD (Focus Group Discussion), mengerjakan tugas (prayer-writting exercise, gratitude writing exercise, mengisi daily gratitude box) 90 menit ISTIRAHAT Forgiveness Testing, Helping Yourself,  Peserta mampu memahami nilai-nilai dari pemaafan dan Lecturette, mental imagery (guided imagery), mengerjakan tugas 90 menit

(16)

dan Evaluasi

rasa syukur dan menerapkannya dalam kehidupan.  Peserta mampu menggunakan pemaafan dan rasa syukur sebagai salah satu strategi koping terhadap relapse.

(composing prayer of forgiveness for self help), mental imagery, simulasi, evaluasi pelatihan

3. Observasi dan Wawancara

Observasi dan wawancara dilakukan untuk memperoleh data faktual selama sesi pelatihan pemaafan, seperti tingkat keseriusan subjek saat mendengarkan materi yang diberikan, tingkat keseriusan dan keaktifan subjek selama sesi diskusi, dan kemampuan subjek untuk mengikuti instruksi-instruksi yang diberikan fasilitator dan co-fasilitator terkait pengerjaan tugas-tugas yang diberikan, serta tingkat pemahaman subjek terhadap materi-materi pelatihan yang diberikan selama sesi pelatihan berlangsung. Selain itu, observasi bertujuan untuk mengontrol agar penelitian eksperimen yang dilakukan berlangsung sesuai dengan prosedur yang diinginkan oleh peneliti dan dapat mengetahui pengaruh pelatihan terhadap kondisi subjek. Observasi dilakukan untuk memperoleh data berupa deskripsi perilaku subjek selama sesi pelatihan berlangsung yang nantinya akan digunakan sebagai data tambahan untuk mendukung hasil atau temuan dalam penelitian.

(17)

Focus Group Discussion atau diskusi kelompok terarah adalah suatu metode riset yang didefinisikan sebagai suatu proses pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok (Bloor, Frankland, Thomas, & Robson, 2001). Dengan kata lain, diskusi kelompok terarah merupakan proses pengumpulan informasi bukan melalui wawancara, bukan bersifat perorangan/individual, serta bukan diskusi yang bersifat bebas. Diskusi kelompok terarah didesain untuk memunculkan informasi mengenai keinginan, kebutuhan, sudut pandang, kepercayaan, dan pengalaman yang dikehendaki peserta/subjek penelitian (Bloor, et al, 2001).

Metode diskusi kelompok terarah termasuk metode kualitatif dan bertujuan untuk mengeksplorasi masalah yang spesifik, yang berkaitan dengan topik tertentu. Pada penelitian, diskusi kelompok terarah digunakan untuk menarik kesimpulan terhadap makna-makna intersubjektif yang sulit diberi makna sendiri oleh peneliti karena dihalangi oleh dorongan subjektivitas peneliti (Bloor, et al, 2001).

(18)

F. Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai validitas dan reliabilitas alat ukur penelitian yang akan digunakan.

1. Uji Validitas

Validitas alat ukur merupakan sejauh mana alat ukur itu mampu mengukur konstrak yang dimaksudkan untuk diukur (Suryabrata, 2005). Pada penelitian ini, validitas alat ukur yang diuji adalah validitas dari modul pelatihan pemaafan dan validitas Adult Version of the Coopersmith Self Inventory. Kedua alat ukur tersebut mendapatkan uji validitas berupa validitas isi, yaitu validitas yang ditentukan melalui pendapat profesional (professional judgement) dalam proses telah isi modul dan/atau item pernyataan (Suryabrata, 2005). Pendapat profesional dalam penelitian ini diberikan oleh kedua dosen pembimbing, kedua dosen penguji serta staf bagian Psikologi di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, Bogor selaku tempat berlangsungnya kegiatan penelitian ini. Selain itu, uji alat ukur dalam penelitian ini juga akan dilakukan dengan melakukan uji coba modul pelatihan pada pecandu narkoba yang direhabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, Bogor yang memiliki karakteristik sama dengan karakteristik subjek penelitian yang sudah ditentukan, serta metode uji validitas skala guttman dengan menggunakan koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas secara komputasi dengan menggunakan software spreadsheet MS. Excel 2013 yang didalamnya terdapat program SKALO versi 2 (program untuk menghitung validitas skala guttman)

(19)

yang dikembangkan oleh Bapak Wahyu Widhiarso selaku Dosen Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas alat ukur menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan alat ukur tersebut dapat dipercaya. Hal ini ditunjukkan oleh taraf keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh para subjek yang diukur dengan alat ukur yang sama, atau diukur dengan alat ukur yang setara pada kondisi yang berbeda (Suryabrata, 2005). Dengan demikian, maka dalam penelitian ini alat ukur yang diuji reliabilitasnya adalah Adult Version of the Coopersmith Self Inventory secara komputasi dengan menggunakan software SPSS for MS Windows version 22.0 dan teknik analisis Alpha Cronbach. Sedangkan untuk modul pelatihan pemaafan, reliabilitasnya diuji dengan pendapat profesional (professional judgement), sama dengan validitasnya.

G. Teknik Analisis Data

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengukuran nonparametrik dengan prosedur uji Mann-Whitney dan Wilcoxon Signed-Rank Test. Uji Mann-Whitney dilakukan untuk melihat pengaruh pelatihan pemaafan terhadap peningkatan self esteem pada pecandu narkoba di program rehabilitasi. Uji nonparametrik Wilcoxon Signed-Rank Test dilakukan untuk mengetahui signifikansi perbedaan tingkat self esteem pada kelompok ekperimen ketika sebelum dan sesudah pemberian intervensi berupa pelatihan

(20)

pemaafan. Perhitungan selengkapnya dilakukan dengan menggunaakan teknik komputasi dengan software SPSS for MS Windows version 22.0.

Referensi

Dokumen terkait

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala harga diri yang peneliti susun berdasarkan aspek-aspek harga diri yang peneliti simpulkan dari beberapa tokoh.

Skala yang digunakan untuk mengukur perilaku mengemudi berisiko dalam penelitian ini adalah diadaptasi dari alat ukur penelitian sebelumnya yaitu risky driving behavior scale

Uji reliabilitas angket dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen angket sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat

Hal ini digunakan untuk kedua kelompok (kontrol dan eksperimen). e) Uji coba alat ukur berupa lembar observasi kepada subjek lain, yang.. memiliki kriteria inklusi yang sama

Modul pelatihan regulasi emosi ini disusun berdasarkan teori dari Greenberg (2002) yang terdiri dari keterampilan mengenal emosi, keterampilan mengekspresikan

Selain itu juga telah melewati validasi dari pakar materi berkaitan dengan tampilan, isi materi, operasional, evaluasi serta perbaikan setelah proses uji

Oleh karena 21 aitem yang sahih mampu membentuk alat ukur yang reliabel, maka ke 21 aitem itulah yang digunakan dalam pengumpulan data yang telah memenuhi

Tahap persiapan penelitian dimulai dengan penentuan topik, penentuan desain penelitian, penentuan subjek penelitian, kemudian tahap penentuan instrumen penelitian, uji coba alat