SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan oleh : MOCHTAR MUFARRID
0513010180/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
PADA PERUSAHAAN TEKSTIL GO PUBLIK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan oleh : MOCHTAR MUFARRID
0513010180/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
Disusun Oleh : Mochtar Mufarrid 0513010180/FE/EA
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur
Pada Tanggal 11 Juni 2010
Pembimbing : Tim Penguji : Pembimbing Utama : Ketua
Drs.Ec. Saiful Anwar, Msi Drs.Ec.Saiful Anwar, Msi Sekretaris
Dra.Ec.Sari Andayani, Maks Anggota
Dra. Erry Andaniwati, Maks, Ak
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur
i
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir penulisan skripsi dengan judul : “Pengaruh Long Term Debt to Equity Ratio, Return on Asset dan Earning Per Share Terhadap Cost of Capital Pada Perusahaan Tekstil Go Publik yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. dengan baik.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan sehingga dapat menyelesaikan tugas-tugas sebagai mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Ucapan terima kasih khususnya penulis sampaikan kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSi, selaku Kepala Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
4. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan penulisan ini.
ii
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
8. Seluruh staf di Bursa Efek Indonesia yang telah mengijinkan penulis melakukan penulisan di Bursa Efek Indonesia dan telah memberikan data-data perusahaan yang dibutuhkan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas kebaikan dengan limpahan Rahmat-Nya yang berlipat ganda, Amin.
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu saran dan kritik sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi akademika UPN “Veteran” umumnya, serta bagi mahasiswa Program Studi Akuntansi khususnya.
Surabaya, 06 Juni 2010
iii
KATA PENGANTAR... ……… i
DAFTAR ISI... ……… iii
DAFTAR TABEL ... ……… viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ……… ix
ABSTRAK ... ……… x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 16
2.2. Landasan Teori ... 16
2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 16
2.2.1.1. Tujuan Laporan Keuangan ... 16
2.2.2. Manajemen Keuangan ... 20
iv
Metode Pemilihan Investasi ... 25
2.2.3.3. Cost of Capital Keseluruhan ... 26
2.2.4. Pengertian Struktur Modal ... 30
2.2.4.1. Komponen Struktur Modal ... 31
2.2.4.2. Analisa Rasio Struktur Modal ... 37
2.2.4.3. Pendekatan Teori Struktur Modal ... 38
2.2.4.4. Teori yang Melandasi Pengaruh Struktur Modal dan Biaya Modal... 40
2.2.5. Go Public ... 45
2.2.5.1. Profitability ... 46
2.2.5.2. Analisa Profitabilitas (Rentabilitas) Ekonomi .. 47
2.2.5.3. Teori yang Melandasi Pengaruh Profitabilitas Terhadap Biaya Modal... 48
2.2.5.4. Earning Per Share... 50
2.2.5.5. Teori yang Melandasi Pengaruh Earning Per Share Terhadap Biaya Modal... 51
2.3. Kerangka Pikir ... 52
v
3.2.1. Populasi ... 56
3.2.2. Sampel ... 57
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 58
3.3.1. Jenis Data ... 59
3.3.2. Sumber Data ... 59
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 59
3.4.1. Teknik Analisa Regresi Linier Berganda ... 59
3.4.2. Pengujian Hipotesis ... 60
3.4.2.1. Uji f ... 60
3.4.2.2. Uji t ... 61
3.4.2.3. Uji Asumsi Klasik... 63
3.4.2.4 Uji Normalitas Data... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 66
4.1.1. Sejarah Singkat Industri Tekstil ... 67
4.1.2. Sejarah Singkat PT. Argo Pantes, Tbk... 68
4.1.3. Sejarah Singkat PT. Eratex Djaja, Tbk ... 69
vi
Corporation, Tbk ... 73
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 74
4.2.1. Variabel Long Term Debt to Equity Ratio (X1) ... 74
4.2.2. Variabel Return On Assets (ROA) (X2) ... 76
4.2.3. Variabel Earning Per Share (EPS) (X3) ... 77
4.2.4. Variabel Cost of Capital (WACC) (Y) ... 79
4.3. Uji Kualitas Data ... 81
4.3.1. Uji Normalitas ... 81
4.4. Uji Asumsi Klasik ... 82
4.4.1. Uji Multikolinieritas ... 82
4.4.2. Uji Hesteroskedastisitas... 83
4.4.3. Uji Autokorelasi... 84
4.5. Analisis dan Uji Hipotesis ... 86
4.5.1. Persamaan Regresi... 86
4.5.2. Koefisien Determinasin (R Square) ... 88
4.5.3. Hasil Pengujian Hipotesis... 88
4.5.3.1. Uji f... 88
4.5.3.2. Uji t ... 89
vii
4.6.3. Keterbatasan Penelitian ... 102
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan... 103 5.2. Saran ... 103
viii
1.1. : Tabel Data Long Term Debt to Equity Ratio, Retun on Asset,
Earning Per Share, dan Weighted Average Cost of Capital... 6
2.1. : Daftar Sampel yang Terpilih... 58
4.1. : Deskripsi variabel Long Term Debt to Equity pada Perusahaan Tekstil yang Go Public di BEI Tahun 2004-2008. 75 4.2. : Deskripsi variabel Return on Asset pada Perusahaan Tekstil yang Go Public di BEI Tahun 2004-2008 ... 76
4.3 : Deskripsi variabel Earning Per Share pada Perusahaan Tekstil yang Go Public di BEI Tahun 2004-2008 ... 78
4.4. : Deskripsi variabel Weighted Average Cost of Capital pada Perusahaan Tekstil yang Go Public di BEI Tahun 2004-2008………... 79
4.5 : Hasil Uji Normalitas ... 81
4.6. : Hasil Uji Multikolinieritas ... 83
4.7. : Hasil Uji Heteroskedasitas ... 84
4.8. : Hasil Uji Autokorelasi ... 85
4.9. : Koefisien Regresi ... 86
4.10. : Uji f... 89
ix
Lampiran 3 : Perhitungan Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) pada Perusahaan Tekstil Tahun 2004-2008
Lampiran 4 : Perhitungan Return on Asset (ROA) pada Perusahaan Tekstil Tahun 2005-2008
Lampiran 5 : Perhitungan Earning Per Share (EPS) pada Perusahaan Tekstil Tahun 2005-2008
Lampiran 6 : Perhitungan Weighted Average Cost of Capital (WACC) pada Perusahaan Tekstil Tahun 2005-2008
x Oleh :
MOCHTAR MUFARRID Abstrak
Krisis keuangan global telah berdampak negatif pada perkonomian dunia. Efek negatif dari resesi ekonomi global ini yaitu menurunnya ekspor ke negara lain, kerusakan infrastruktur, menurunnya daya beli masyarakat, kalah bersaing dengan barang import, mahalnya harga bahan baku, dan berfluktuasinya harga saham, serta daya saing harga produk lokal. Salah satu industri yang terkena imbas atas krisis global tersebut yaitu terutama pada sektor industri Tekstil. Lemahnya sektor industri Tekstil dibandingkan dengan negara-negara tetangga tidak cuma karena buruknya hal-hal tersebut diatas yang membuat ekonomi biaya tinggi, namun juga karena biaya modal di Indonesia teramat mahal. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat biaya modal di suatu perusahaan yaitu faktor internal sebagai faktor primer yang berasal dari dalam perusahaan dan dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan, dan factor primer yang berasal dari eksternal yang bersifat makro, seperti kondisi perekonomian secara umum.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 5 perusahaan tekstil yang telah Go publik dan terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia tahun 2004 hingga 2008, sedangkan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif, jika dilihat dari cara memperolehnya, data yang dipergunakan merupakan data sekunder yaitu data keuangan perusahaan seperti Long Term Debt to Equity Ratio (LDER), Return On Assets (ROA),
Debt to Equity Ratio (DER), dan Earning Per Share (EPS) serta data Biaya modal yang
termasuk dalam Weighted Average Cost of Capital (WACC). Untuk teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, dan untuk menguji hipótesis digunakan teknik analisis regresi linier berganda. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis regresi linier berganda adalah bahwa Long Term Debt to Equity Ratio (X1), Return On Assets
(X2), dan Earning Per Share (X3) tidak berpengaruh sigifikan terhadap Cost of Capital
(Y) baik secara simultan dan parsial.
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Maksimalisasi aktivitas operasional perusahaan dalam upaya
meningkatkan laba dan pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang
merupakan tujuan pokok yang ingin dicapai oleh setiap manajer sebagai
pengelola perusahaan. Adanya pertumbuhan perusahaan merupakan tujuan
utama (main goal) bagi setiap pengelola perusahaan, karena itu para manajer
sebagai pengelola perusahaan sangat memperhatikan strategi untuk
melakukan suatu investasi jangka panjang, yang dengan harapan investasi
tersebut dapat menentukan tingkat pertumbuhan nilai perusahaan di masa
depan sebagai hasil dari investasi tersebut (Haim & Marshal, 1994, 04).
Nilai suatu perusahaan diukur melalui tinggi / rendahnya harga saham
perusahaan dan laba di tahan yang menunjukan angka positif (Positively
Retained Earning). Lebih lanjut, dalam dunia usaha tidak hanya hal-hal
tersebut diatas yang menjadi pertimbangan, namun biaya modal (cost of
capital) atas modal yang dilibatkan dalam usaha merupakan faktor yang
Modal merupakan penyediaan dana untuk membiayai proyek,
pengadaan aktiva dan operasional (Sartono, 1995, 209). Ditambahkan oleh
Muljadi & Widodo (2002, 21) bahwa “setiap modal yang diperoleh
mengandung unsur biaya didalamnya. Untuk itu perlu diketahui seberapa
besar biaya yang harus dikorbankan untuk memperoleh modal yang
dibutuhkan guna keperluan investasi”. Dalam hal ini maka pendanaan
investasi jangka panjang yang membutuhkan dana besar, perusahaan
cenderung menggunakan struktur modal / modal permanen.
Jika penadanaan-pendanaan tersebut di biayai oleh hutang yang
termasuk dalam kewajiban jangka panjang dan bukan modal sendiri maka
perusahaan akan menanggung biaya modal berupa biaya bunga. Atas dasar
tersebut maka dapat dikatakan bahwa biaya bunga merupakan biaya modal
yang timbul dari adanya penggunaan sumber dana dari hutang jangka
panjang. Biaya bunga tersebut diukur melalui suku bunga dan juga
berdasarkan tingkat pengembalian investasi / laba yang diperoleh
perusahaan.
Pendanaan yang berasal dari hutang jangka panjang juga dapat
menimbulkan risiko bagi perusahaan. Pendanaan hutang jangka panjang
yang tidak proporsional terhadap kemampuan modal sendiri menjamin
kewajiban jangka panjangnya akan mengarahkan perusahaan kepada risiko
Jika pendanaan-pendanaan tersebut melibatkan dana dari modal
sendiri, maka Go publik merupakan salah satu sarana untuk pemenuhan
modal tersebut dalam upaya menarik dana dari masyarakat guna
memperoleh pemenuhan kebutuhan dana tambahan untuk - modal sendiri.
Untuk menarik dana tersebut maka perusahaan harus dapat menilai cost of
capital yang merupakan tingkat pengembalian investasi yang harus dicapai
oleh perusahaan agar dapat mempertahankan nilai sahamnya (Sundjaja,
2001, 291). Investor mengharapkan investasi yang dilakukan oleh
perusahaan dengan menggunakan sumber dana yang disediakan dapat
menghasilkan pengembalian yang menguntungkan dan tidak menimbulkan
kerugian atas Investasi.
Menurut Sundjaja, (2001, 291) Cost of capital dapat juga digunakan
sebagai informasi tingkat pengembalian oleh penyedia dana untuk menarik
dananya kedalam perusahaan. Pengembalian dana kepada investor atas
investasinya adalah dividen. Sehingga dapat dikatakan bahwa dividen adalah
termasuk biaya modal yang timbul atas penggunaan sumber dana modal
sendiri. Biaya modal berupa dividen berbeda dengan biaya modal berupa
bunga hutang. Biaya modal – dividen tidak tetap, berubah-ubah seiring
dengan profitabilitas yang dicapai perusahaan, sedangkan biaya modal –
Laba persaham (EPS) adalah unit dasar yang digunakan untuk
mengukur pendapatan yang dinikmati para pemegang saham (Weston &
Copeand, 1995). Maka dapat dikatakan bahwa jika laba perusahaan
meningkat, tingkat EPS pun akan meningkat pula, dan ini berarti biaya
modal atas saham juga akan meningkat.
Informasi Peningkatkan performance perusahaan dapat ditunjukan
dengan tercapainya pengembalian investasi aktiva (ROA) yang tinggi.
Pencapaian tersebut menandakan bahwa manajer telah mengelola sumber
dana yang tersedia dengan efisien dan efektif. Informasi tersebut dituangkan
dalam Laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh
para pemilik perusahaan (Investort) (Baridwan, 1999, 17). Oleh karena itu
Informasi yang terdapat pada laporan keuangan seharusnya di ungkapkan
oleh manajer dengan benar, sesuai hasil kinerja yang telah dicapai manajer
Berdasarkan beberapa sumber literatur dan hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti sebelumnya, peneliti mendapati bahwa masih jarang
penelitian mengenai hubungan pengaruh Long Term Debt to Equity Ratio,
Return on Asset dan Earning Per Share yang dihubungkan dengan variasi
biaya modal, disamping itu dengan melihat bahwa komposisi struktur modal
dapat menentukan biaya minimum atas penggunaan modal, namun acapkali
perusahaan di Indonesia lebih memilih untuk tidak mempertahankan target
strutur modalnya dalam pemilihan kebutuhan sumber dana (Sartono, 2001).
Tingginya biaya pinjaman juga menambah keraguan manajer keuangan
dalam mendanai perusahaannya dengan hutang.
Pada saat ini Perusahaan yang bergerak di sektor tekstil dan produk
tekstil (TPT) tengah diperhatikan oleh pemerintah akibat persetujuan area
perdagangan bebas asia china (A-CFTA) (Munawaroh, 2010). Kesepakatan
perdagangan bebas tersebut memaksa perusahaan-perusahaan yang
memproduksi hasil yang sejenis dengan hasil unggulan china harus lebih
berusaha keras untuk meningkatkan produktivitas yang efisien, dan
ekonomis. Namun persoalannya bukan hanya terletak pada masalah
produktivitas, tetapi salah satunya yaitu berkaitan juga dengan biaya modal
Biaya modal yang ada di suatu perusahaan seharusnya di usahakan
berada di bawah tingkat pengembalian investasinya, dengan begitu maka
sisa pengembaliannya dapat meningkatkan nilai saham biasa (Keown dkk,
2000, 444). Namun keadaan pada tabel diatas menggambarkan sebaliknya,
tabel diatas menunjukan bahwa biaya modal yang terjadi pada
perusahaan-perusahaan tersebut relatif tinggi, hal ini dapat dibuktikan bahwa kondisi
rata-rata tertimbang biaya modal (WACC) diatas return on Asset, atau
tingkat pengembalian investasi (ROA) pada hampir setiap perusahaan
tersebut. Dalam hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan-perusahaan
yang tidak dapat mencukupi kewajiban jangka panjangnya atau terancam
mengalami gagal bayar, komposisi hutang jangka panjang lebih tinggi, dan
laba perusahaan negatif sepanjang tahun sehingga membuat EPS yang
terlihat pun negatif.
Atas dasar issu-issu yang tengah berkembang tersebut maka peneliti
disini tertarik untuk menelakukan penelitian pengaruh Struktur Modal yang
diukur oleh LDER, ROA, dan Earning Per Share terhadap Biaya Modal
perusahaan dengan membatasi obyek penelitian yaitu pada perusahaan go
publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sektor Industri Tekstil dan
Produk Tekstil (TPT).
Uraian ringkas yang telah peneliti sampaikan diatas baik dari
penelitian terdahulu maupun fenomena yang terjadi maka peneliti mencoba
mengadakan penelitian, dengan harapan perusahaan sebagai obyek
oleh tingkat hutang jangka panjang terhadap modal sendiri perusahaan,
pengembalian investasi modal (total Aktiva) dan peningkatan / penurunan
harga per lembar saham perusahaan.
Sehingga penelitian ini mengambil judul “PENGARUH LONG TERM
DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON ASSET DAN EARNING PER
SHARE TERHADAP COST OF CAPITAL PADA PERUSAHAAN GO
PUBLIK YANG TERDAFTAR DI BEI”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
“Apakah Long Term Debt to Equity Ratio dapat mempengaruhi Cost
of Capital perusahaan?”
”Apakah Return On Asset dapat mempengaruhi Cost of Capital
perusahaan?”
”Apakah Earning Per Share dapat mempengaruhi Cost of Capital
perusahaan?”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
Untuk menguji dan membuktikan Apakah ada pengaruh positif atau
negatif dan signifikan antara Long Term Debt to Equity Ratio, Return On
1.4. Manfaat penelitian a. Bagi peneliti :
Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan tentang
pemilihan kebutuhan modal dalam penerapannya di perusahaan go public.
b. Bagi universitas :
Hasil dari penelitian ini diharap dapat menambah khasanah
perpustakaan, sehingga dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa yang
akan mengadakan penelitian lebih lanjut tentang materi yang sama.
c. Bagi Perusahaan :
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
emiten khususnya berkaitan dengan informasi atas penentuan pendanaan
yang efektif dan efisien
d. Bagi investor :
Bagi investor dalam yang tertarik menanamkan modalnya di pasar
modal, maka hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Hasil penelitian terdahulu a. Agus Sartono
Judul : “LONG TERM FINANCING DECISIONS : Views and Practices
of Financial Managers of Listed Public Firms in Indonesia”.
Rumusan masalah :
1) Sumber manakah yang lebih dipilih oleh perusahaan dalam
melakukan penambahan peningkatan pendanaan baru.
2) Mengetahui kepentingan dari macam-macam sumber pendanaan
jangka panjang bagi perusahaan
3) Mengevaluasi pandangan manajer keuangan terhadap penilaian pasar
atas surat berharga mereka
4) Mengetahui serangkaian tindakan yang paling sering diambil oleh
manajer keuangan dalam mengejar kesempatan investasi yang
menarik.
5) Menganalisa ketergantungan rasio hutang pada pelaksanaan
Hasil Penelitian :
1) Dari 39 sampel perusahaan, 20 perusahaan mengindikasikan bahwa
mereka lebih memilih mengikuti hirarki pendanaan. Alasan utama
dari pemilihan keputusan tersebut adalah karena laba ditahan
merupakan sumber dana yang memiliki biaya modal langsung yang
paling murah dibandingkan dengan mengeluarkan saham baru
ataupun obligasi.
2) Maksimalisasi harga saham bukanlah Pertimbangan yang paling
penting. keputusan keuangan yang dianggap paling penting
merupakan mempertahankan peringkat (tingkat) hutang mereka.
3) Empat puluh enam responden pada sampel penelitian menyatakan
bahwa sekuritas mereka dihargai normal diantara 50 dan 80 persen,
diskripsi ini menyimpulkan bahwa JSX (Jakarta Stock Exchange)
tidak efisien dalam menilai sekuritas-sekuritas perusahaan.
4) Pada penelitian ini disimpulkan bahwa jika manajer dihadapkan
dengan investasi baru yang menarik, maka manajer akan mengejar
kesempatan tersebut, namun dana tambahan yang dibutuhkan
didapatkan dengan menjual aktiva lain-lain, atau memotong
pembayaran dividen
5) Pada penelitian ini dapat di simpulkan juga bahwa rasio dividen
bukanlah faktor yang paling penting dalam memastikan berapa
banyak hutang akan digunakan. Rasio hutang ditentukan dengan
Kesimpulan :
1) Secara umum, manajer perusahaan terbuka yang terdaftar di JSX,
lebi mengikuti hirarki pendanaan, berdasarkan teori pecking order.
2) Laba ditahan dan saham biasa masih menjadi sumber yang paling
penting untuk pendanaan investasi baru.
3) Hampir seluruh responden sependapat bahwa saham ataupun obligasi
dinilai tidak wajar di pasar.
4) Ketika dihadapkan pada pengembangan investasi baru, hampir
semua manajer keuangan mengambil kesempatan tersebut, dengan
tindakan yang menyebabkan penyimpangan pada target struktur
modal mereka.
5) Rata-rata rasio hutang (debt ratio) industri dan rasio pembayaran dividen berperan penting dalam menentukan rasio hutang
perusahaan.
b. Budi Eko Soetjipto (Universitas Negeri Malang)
Judul : BIAYA MODAL : PERSPEKTIF BAGI MANAJER
Rumusan Masalah :
Pentingnya biaya modal untuk penentuan menginvestasikan
sumber-sumber keuangan bagi manajer dalam perusahaan, penentuan biaya
Kesimpulan :
1) Biaya modal merupakan variable kritis yang perlu diperhitungkan
karena penggunaan modal tertentu baik yang dikeluarkan untuk
memperoleh modal tersebut, maupun biaya yang dikeluarkan saat
menggunakan modal tersebut.
2) Untuk menemukan biaya modal sendiri dapat menggunakan
beberapa cara yaitu model pertumbuhan Gordon, Capital Asset
Pricing Model, menambah premi risiko modal terhadap biaya hutang
jangka panjang.
3) Pelaksanaan program manajemen risiko korporat dan cash flow
hedging telah memberikan manfaat yang jelas, termasuk
peminimalan pembayaran pajak dan perlindungan program investasi
yang optimal.
c. Djatu Rumawanti (Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”) Judul: PENGARUH HARGA PASAR SAHAM DAN EARNING PER
SHARE TERHADAP COST OF CAPITAL PADA PERUSAHAAN
ROKOK YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK JAKARTA
Rumusan masalah :
Apakah ada pengaruh antara Harga pasar saham dan Earning Per Share
secara simultan terhadap Cost of Capital pada Perusahaan Rokok yang
Hasil Penelitian:
Harga saham dan Earning Per Share berpengaruh terhadap Cost of
Capital Equity, sedangkan Variabel bebas yang dominant mempengaruhi
Cost of Capital adalah Variabel Earning Per Share
Kesimpulan :
Harga saham dan Earning Per Share berpengaruh terhadap Cost of
Equity Capital, karena cost of equity capital adalah tingkat pengembalian
yang diinginkan oleh investor untuk menarik dananya kedalam
perusahaan.
d. Yamatuho Gulo(Universitas Gajah Mada) :
Judul : ANALISIS EFEK LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA
DALAM LAPORAN TAHUNAN TERHADAP COST OF EQUITY CAPITAL PERUSAHAAN.
Rumusan masalah :
Efek luas pengungkapan sukarela yang disampaikan oleh manajemen
Hasil Penelitian :
Hasil pengujian empiris menunjukkan bahwa variabel indek
pengungkapan sukarela yang disampaikan oleh perusahaan dalam
laporan keuangan tahunan secara statistik tidak mempunyai hubungan
negatif yang signifikan dengaan estimasi cost of equity capital perusahaan.
Kesimpulan :
Penelitian ini menyimpulkan bahwa luasnya pengungkapan sukarela,
beta saham serta nilai ekuitas perusahaan secara bersama - sama
mempunyai kemampuan untuk menjelaskan hubungannya dengan naik
turunnya biaya modal perusahaan.Luas pengungkapan sukarela yang
disampaikan oleh manajemen dalam laporan keuangan tahunan
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan
Kegiatan akuntansi pada dasarnya merupakan kegiatan mencatat,
menganalisa, menyajikan dan menafsirkan data keuangan dari lembaga
perusahaan dan lembaga lain yang aktivitasnya berhubungan dengan
produksi dan pertukaran barang atau jasa. Fungsi akuntansi seperti yang
disebutkan oleh AICPA dalam Baridwan (1999, 01) adalah menyediakan
data kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat keuangan, dari suatu
usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam mengambil
keputusan-keputusan ekonomi dalam memilih alternatif-alternatif dari suatu keadaan.
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses
pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan
yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.
2.2.1.1. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut PSAK no.1 tahun 2002, tujuan laporan keuangan adalah
memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas
perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian kalangan pengguna laporan
keuangan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta
menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas
penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan
a. Aktiva
Adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di
masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan.
b. Kewajiban
Merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus
keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat
ekonomi.
c. Ekuitas
Adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi
semua kewajiban.
d. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian
Pendapatan adalah aliran masuk atau pertambahan aktiva
suatu perusahaan atau penyelesaian atas hutang dari penyerahan atau
produksi barang, sedangkan beban adalah aliran keluar atau
penggunaan aktiva atau terjadinya utang dari penyerahan atau
produksi barang, penyerahan jasa atau pelaksanaan kegiatan utama
suatu perusahaan (FASB dalam SFAC No.6, 1985)
e. Arus kas
Adalah aliran kas masuk ataupun aliran kas keluar yang
tersebut diatas beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan
atas laporan keuangan membantu pengguna laporan dalam
memprediksi arus kas pada masa depan khususnya dalam hal waktu
dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.
Setiap perusahaan pada suatu waktu (periode) akan melaporkan
semua kegiatan keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau
laporan keuangan untuk memberikan gambaran mengenai hasil-hasil
yang telah dicapai perusahaan dalam satu periode waktu. Laporan
keuangan akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhaap
perusahaan. Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan (IAI, 2004) pemakai laporan keuangan meliputi :
a. Investor
Penanam modal berisiko dan para penasihat mereka,
serta para pemegang saham membutuhkan informasi untuk
membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau
menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada
informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam membayar deviden.
b. Karyawan
Karyawan yang mewakili kelompok-kelompok
mereka tertarik mengenai stabilitas dan profitabilitas
perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi keuangan
perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan
kesempatan kerja .
c. Pemberi Pinjaman Lainnya
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan
yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah
pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
d. Pemasok dan Kreditor Usaha Lainnya
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan
informasi apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat
jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada perusahaan
dalam tenggang waktu yang pendek dari pada pinjaman lainya
kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada
kelangsungan hidup perusahaan .
e. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi
mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau
mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang atau
tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
f. Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di
bawah kekuasaanya berkepentingan dengan alokasi sumber
perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar
untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan lainya .
g. Masyarakat
Laporan keuangan dapat membantu masyarakat
dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta
rangkaian aktivitasnya.
Meskipun hanya para akuntan yang perlu mengetahui
bagaimana cara membuat laporan keuangan, namun semua orang
yang terlibat dalam bisnis perlu untuk mengetahui bagaimana cara
mengartikannya (Brigham & Houston, 2006, 43). Informasi
laporan keuangan pada akhirnya juga akan menjadi informasi yang
menggambarkan hasil pengambilan keputusan oleh manajer dan
kemudian menjadi salah satu dasar penilaian oleh para pengguna
laporan keuangan, apakah keputusan tersebut dapat
memaksimumkan (meningkatkan) nilai perusahaan, atau tidak
(Husnan, 1990, 12).
2.2.2. Manajemen Keuangan
Manajer keuangan adalah salah satu instrument penting bagi
perusahaan. Salah satu kunci kesuksesan perusahaan adalah karena adanya
peran penting manajer keuangan dalam membuat suatu keputusan
perusahaan. Manajer keuangan berperan penting dalam menentukan suatu
keputusan untuk memperoleh maupun dalam menggunakan dana dengan
pertimbagan efisiensi dan efektifitas (Riyanto, 1995, 04). Pada dasarnya
fungsi manajemen keuangan dibagi menjadi dua :
a. Fungsi penggunaan dana
Fungsi penggunaan dana harus dilakukan secara efisien,
dalam hal ini berarti setiap aktiva yang dimiliki perusahaan harus dapat
digunakan seefisien mungkin untuk dapat menghasilkan tingkat
keuntungan investasi yang maksimal. Efisiensi penggunaan dana untuk
investasi akan menentukan besar kecilnya tingkat keuntungan masa
depan yang dihasilkan dari efektifitas atas aktiva yang diinvestasikan
tersebut. Suatu keputusan investasi yang baik adalah keputusan yang
diambil dalam membeli suatu aktiva yang ternyata kemudian aktiva
tersebut memberi manfaat riil yang lebih besar dari biayanya (Husnan,
1984, 05).
b. Fungsi pendanaan
Manajer keuangan harus mengusahakan agar perusahaan
dapat memperoleh dana (modal) dengan biaya yang minimal dan
syarat-syarat yang paling menguntungkan. Pertimbangan atas sifat dan
biaya sumber dana yang akan digunakan oleh perusahaan juga harus
dilakukan oleh manajer keuangan, karena masing-masing sumber dana
untuk keputusan investasi mempunyai konsekuensi finansial yang
Tujuan normatif bagi perusahaan yaitu memaksimumkan nilai
perusahaan. Dalam hal ini Nilai perusahaan tidak lain adalah harga saham
perusahaan, dengan kata lain keberhasilan pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemen keuangan, keputusan-keputusan yang diambil, akan dinilai
berdasarkan apakah harga saham perusahaan meningkat ataukah tidak
(Husnan, 1990, 05). Jika dihubungkan dengan apa yang dinyatakan oleh
Riyanto, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan perusahaan harus
melandasi fungsi-fungsi dari manajer keuangan (manajemen perusahaan),
karena kebijakan apapun yang ditetapkan oleh manajer perusahaan akan
dinilai keberhasilan atau kegagalannya oleh para pengguna laporan
keuangan. Menurut Baridwan (1999, 17) Laporan keuangan ini dapat
berfungsi sebagai alat pertanggungjawaban tugas-tugas yang dibebankan
kepada manajemen oleh para pemilik perusahaan.
2.2.3. Pengertian dan Konsep Biaya Modal (Cost of Capital)
Cost of Capital dalam perspektif manajerial merupakan tingkat
pertukaran untuk membuat keputusan (Soetjipto, 2003). Cost of Capital
adalah biaya yang diperhitungkan karena penggunaan modal tertentu, baik
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh modal tersebut, ataupun biaya
yang terpaksa harus diperhitungkan selama penggunaan modal yang
dimaksud.
Cost of Capital adalah biaya peluang yang harus diperhitungkan
karena keberhasilan atas investasi dapat diukur melalui kecukupan atas
tingkat pengembalian investasi tersebut terhadap Cost of Capital-nya.
Konsep Cost of Capital berarti perusahaan harus mengusahakan
dimilikinya struktur modal yang dapat meminimumkan biaya penggunaan
modal rata-rata (Riyanto, 1997, 294). Menurut (Sundjaja, 2001, 129) Cost
of Capital adalah :
a. Tingkat pengembalian yang harus dicapai perusahaan atau investasi
proyek untuk mempertahankan nilai pasar sahamnya.
b. Cost of capital juga dapat dianggap sebagai tingkat pengembalian yang
diinginkan oleh penyedia dana untuk menarik dananya kedalam
perusahaan.
Jika Cost of Capital ini dihubungkan dengan keputusan manajer
keuangan atas pemilihan sumber dana untuk keperluan investasi
perusahaan, maka menurut Iramani & Febrian (2005) Cost of Capital atau
biaya modal mempunyai dua makna, tergantung dari sisi investor atau
perusahaan. Dari sudut pandang investor cost of capital adalah opportunity
cost dari dana yang ditanamkan investor pada suatu perusahaan (Keown
1999). Sedangkan, dari sudut pandang perusahaan, cost of capital adalah
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh sumber dana
2.2.3.1. Faktor – faktor yang mempengaruhi biaya modal perusahaan
Keown dkk (2000, 448) menyebutkan bahwa terdapat empat
faktor primer yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya cost of capital:
a. Kondisi perekonomian secara umum
Kondisi perekonoman secara umum menentukan permintaan
dan penawaran modal dalam perekonomian, begitu juga dengan
tingkat inflasi yang diperkirakan.
b. Kemampuan pemasaran sekuritas perusahaan
Investor yang membeli sekuritas dengan risiko yang besar,
akan mensyaratkan pengembalian yang tinggi pula. Ketika investor
meningkatkan tingkat pengembalian yang disyaratkan maka cost of
capital juga akan meningkat secara simultan
c. Keputusan operasi dan keuangan yang dibuat manajemen
Keputusan yang dibuat oleh perusahaan akan menghasilkan
risiko, baik keuangan maupun operasi. Risiko operasi (usaha) adalah
variable dalam pengembalian atas investasi (ROA) yang dipengaruhi
oleh keputusan investasi perusahaan, sedangakan risiko keuangan,
adalah risiko peningkatan variable pengembalian untuk pemegang
saham akibat pembiayaan dari hutang ataupun saham preferen.
Peningkatan kedua risiko tersebut akan meningkatkan cost of capital
d. Jumlah pembiayaan yang dibutuhkan.
Tingkat pembiayaan perusahaan menentukan cost of capital
yang akan ditanggung oleh perusahaan. Bila persyaratan pembiayaan
perusahaan semakin besar maka cost of capital tertimbang juga akan
meningkat. Semakin banyak sekuritas yang diterbitkan perusahaan
akan memperbesar biaya mengambangnya, begitu juga dengan
saham, semakin besar cost of capital yang dibebankan kepada
perusahaan maka tingkat pengembalian yang disyaratkan oleh
investorpun akan semakin besar.
2.2.3.2. Fungsi Cost of Capital Dalam Berbagai Metode Pemilihan Investasi Pengertian cost of capital disini yang dimaksudkan sebagai biaya
penggunaan modal secara menyeluruh (Riyanto, 1997, 261), maka :
a. Apabila perusahaan menggunakan ”Net Present Value” atau
”Profitability Indeks” sebagai cara untuk menentukan diterima atau
ditolaknya suatu usul investasi, maka cost of capital berfungsi
sebagai ”discount rate” yang digunakan untuk menghitung nilai
sekarang dari proceeds (masa depan) dan pengeluaran Investasi.
b. Apabila perusahaan menggunakan metode ”Internal rate of return”,
maka fungsi cost of capital adalah sebagai ”hurdle rate” atau ”cut off
rate” (tingkat pembatas atau pemotong) dalam hal kita mengadakan
Pernyataan tersebut menjelaskan tentang pentingnya suatu
perhitungan cost of capital untuk keperluan penetapan usul-usul
investasi, sehingga jika dihubungkan dengan fungsi manajer keuangan
sebagai pemilih alternatif-alternatif keputusan pendanaan untuk
menciptakan struktur modal yang optimum, maka cost of capital menjadi
suatu perhitungan atas ketepatan komposisi struktur modal untuk
keperluan investasi / proyek perusahaan.
2.2.3.3. Cost of Capital Keseluruhan
Pendanaan yang dilakukan perusahaan akan meningkatkan
proporsi perbandingan hutang dan modal sendiri perusahaan, sesuai
dengan sumber dana mana yang digunakan oleh perusahaan. Dalam
pendanaan perusahaan tidak akan terlepas dari biaya atas modal yang
dibebankan kepada perusahaan sebagai imbal hasil atas penggunaan
sumber dana tersebut.
Biaya riil yang ditanggung oleh perusahaan merupakan
keseluruhan biaya untuk semua sumber pembiayaan yang digunakan,
dimana perhitungannya dapat menggunakan rumus berikut (Brigham dan
Houston, 2006, 484):
WACC = Wd . kd (1 – t) + Ws . ks
(Brigham dan Houston, 2006, 484)
Dimana :
WACC : biaya modal rata – rata tertimbang (Weighted Avarage Cost of
Wd : proporsi hutang dalam struktur modal
kd : cost of debt
Ws : proporsi saham biasa dalam struktur modal
ks : tingkat pengembalian yang diinginkan investor
Pada umumnya komponen cost of capital terdiri dari cost of debt
dan cost of equity (Utomo, 1999 dalam Iramani & Febrian, 2005) :
a. Cost of Debt
Hutang dapat diperoleh dari lembaga pembiayaan atau
dengan menerbitkan surat pengakuan hutang (obligasi). Biaya hutang
yang berasal dari pinjaman adalah merupakan bunga yang harus
dibayar perusahaan, sedangkan biaya hutang dengan menerbitkan
obligasi adalah required of return yang diharapkan investor.
Besarnya Bunga Biaya hutang (Kd) =
Jumlah Hutang yang Beredar (Soetjipto, 2003)
Biaya hutang (bunga) dibayar sebelum perusahaan
memperhitungkan pajak pnghasilan (tax deductible), maka biaya riil
yang ditanggung perusahaan adalah biaya hutang setelah pajak (cost
of debt after tax).
Dimana :
kd* : biaya hutang setelah pajak
kd : biaya hutang sebelum pajak
t : tarif pajak
b. Cost of Equity
Menurut Brigham dan Houston (2006), salah satu metode
yang dapat digunakan dalam perhitungan biaya modal laba ditahan,
yaitu pendekatan capital asset pricing model (CAPM), dimana biaya
modal laba ditahan adalah tingkat pengembalian atas modal sendiri
yang diinginkan oleh investor yang terdiri dari tingkat bunga bebas
resiko dengan premi resiko pasar dikalikan dengan β (resiko saham
perusahaan). Secara matematis ks (biaya modal sendiri) dapat dicari
dengan rumus :
ks = Rf + ( Rm – Rf )β
(Iramani dan Febrian, 2005)
Dimana :
ks : tingkat pengembalian yang diinginkan investor
(opportunity of equity)
Rf : tingkat bunga investasi yang diperoleh tanpa resiko (risk
free)
Rm : tingkat bunga investasi rata – rata dari pasar
Sebelum menghitung Ks, harus dihitung terlebih dahulu Rm,
Rf, Ri, dan β. Rumus untuk menghitung masing-masing risiko
tersebut adalah sebagai berikut:
(Gulo, 2000)
Dimana :
IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan
t : Periode waktu
Setelah Rm diketahui, berikutnya yaitu menentukan Ri untuk
menentukan beta saham. Ri dapat dihitung dengan rumus berikut :
IHSIt - IHSIt -1
Sedangkan untuk menghitung beta saham (β) atau risiko
sistematis untuk masing-masing tahun. Menurut Sartono (2001, )
adalah sebagai berikut :
CoVar (Ri , Rm) β =
Var (Rm)
(Sartono, 2001, )
Dimana :
Covar (Ri,Rm) : Covarian tingkat pengembalian saham terhadap
tingkat pengembalian pasar.
Var (Rm) : Varian tingkat pengembalian pasar
IHSGt – IHSGt -1 Rm =
2.2.4. Pengertian Struktur Modal
Struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari
utang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham
(Weston dan Copeland, 1997, 19). Sumber pendanaan bagi suatu
perusahaan berasal dari dua sumber, yaitu sumber eksternal atau pinjaman
yang berasal dari kreditur dengan balas jasa yang disebut bunga. Sedang
sumber yang kedua berasal dari sumber internal atau modal sendiri yaitu
berasal dari pemilik perusahaan, balas jasanya dinamakan dividen jika
berasal dengan cara menjual surat berharga.
Struktur modal dapat didefinisikan sebagai perimbangan atau
perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto
1997, 296). Jika dihubungkan dengan struktur keuangan yang merupakan
seluruh sisi kanan neraca, maka dapat disimpulkan bahwa komposisi
struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan.
Kriteria yang paling utama dalam memilih komponen sumber
dana adalah risiko yang paling rendah dan tingkat pengembalian yang
tinggi. Jika dihubungkan dengan konsep biaya modal maka struktur modal
yang optimum adalah struktur modal yang meminimumkan biaya modal
2.2.4.1. Komponen Struktur Modal
Pada umumnya tipe modal pada struktur modal sebagai
pemilihan keputusan pendanaan bagi perusahaan dibagi menjadi dua
yaitu:
a Pendanaan perusahaan dengan sumber modal asing
Modal asing menurut Bambang Riyanto (1997, 227) adalah
modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara
bekerja didalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan
modal tersebut merupakan “utang”, yang pada saatnya harus dibayar
kembali.
Modal asing atau hutang yang termasuk dalam komponen
struktur modal dan digunakan untuk melakukan pendanaan
perusahaan adalah Hutang Jangka Panjang. Modal asing utang
jangka panjang adalah utang yang jangka waktunya lebih dari
sepuluh tahun. (Riyanto 1997, 238). Utang jangka panjang juga
dapat didefinisikan sebagai kewajiban keuangan yang jangka waktu
pembayarannya (jatuh temponya) masih panjang (lebih dari satu
tahun sejak tanggal neraca) (Munawir 2002, 19). Utang jangka
panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan
perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena
kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang
besar (Riyanto 1997, 238). Adapun jenis modal asing jangka panjang
a). Term Loans
Term loans atau hutang berjangka adalah suatu
kontrak dimana peminjam setuju untuk membuat serangkaian
pembayaran bunga dan pokok pinjaman pada waktu tertentu
kepada pemilik dana (Atmaja, 2003, 309). Hutang berjangka
jangka waktu peminjamannya berkisar dari 2 hingga 15
tahun. Bunga hutang ini bisa tetap (fixed interest rate)
ataupun berubah-ubah (floatation interest rate), dan pada
umumnya pokok hutangnya dapat diamortisasi.
b). Obligasi
Menurut BAPEPAM dalam Atmaja (2003, 309)
Obligasi pada dasarnya merupakan surat pengakuan hutang
atas pinjaman yang diterima oleh perusahaan penerbit
obligasi dari masyarakat. Jangka waktu obligasi telah
ditetapkan dan disertai dengan pemberian imbalan bunga
yang jumlah dan syarat pembayarannya juga telah ditetapkan
dalam perjanjian. Menurut Riyanto (1997, 239) jenis-jenis
obligasi antara lain adalah :
(1). Obligasi biasa (Bonds)
Obligasi biasa adalah obligasi yang bunganya
tetap dibayar oleh debitur dalam waktu-waktu tertentu,
keuntungan atau tidak. Biasanya kupon (bunga obligasi)
dibayar dua kali setiap tahunnya.
(2). Obligasi pendapatan (income bonds)
Income bonds adalah jenis obligasi dimana
pembayaran bunga hanya dilakukan pada waktu debitur
atau perusahaan yang mengeluarkan surat obligasi
tersebut mendapat keuntungan, namun di sini kreditur
memiliki hak kumulatif.
(3). Obligasi yang dapat ditukarkan (convertible bonds)
Convertible bonds adalah obligasi yang
memberikan kesempatan kepada pemegang surat
obligasi tersebut untuk menukarkannya dengan saham
dari perusahaan yang bersangkutan.
c). Utang hipotik (Mortgage)
Utang hipotik adalah pinjaman jangka panjang
dimana pemberi uang (kreditur) diberi hak hipotik tentang
suatu barang tidak bergerak, agar supaya bila pihak debitur
tidak memenuhi kewajibannya, barang itu dapat dijual dan
dari hasil penjualan tersebut dapat digunakan untuk menutup
b Pendanaan perusahaan dengan sumber modal sendiri
Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari
pemilik dan tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak
tertentu lamanya (Riyanto, 1997, 240). Modal sendiri juga dapat
didefinisikan sebagai dana yang “dipinjam” dalam jangka waktu tak
terbatas dari para pemegang saham. Secara umum dikatakan
pinjaman baru dikembalikan kepada para pemegang saham bilamana
perusahaan tersebut dipailitkan.
Sumber modal sendiri dapat berasal dari dalam perusahaan
maupun luar perusahaan. Sumber dari dalam (internal financing)
berasal dari hasil operasi perusahaan yang berbentuk laba ditahan,
sedangkan sumber dari luar (external financing) dapat dalam bentuk
saham biasa atau saham preferen (Husnan, 2000, 276). Komponen
dari modal sendiri di dalam suatu perusahaan terdiri dari:
1) Modal saham
Saham menunjukkan bukti kepemilikan yang diterbitkan
oleh perusahaan (Husnan, 2000, 276). Sedangkan menurut
Riyanto (1997, 238) saham adalah tanda bukti pengambilan
bagian atau peserta dalam suatu perseroan terbatas. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa saham adalah tanda bukti kepemilikan
atau pengambil bagian dalam suatu perseroan terbatas. Menurut
a). Saham biasa (Common Stock)
Pemegang saham biasa akan mendapat dividen pada
akhir tahun pembukuan, hanya kalau perusahaan tersebut
mendapat keuntungan.
b). Saham Preferen (Prefered Stock)
Pemegang saham preferen mempunyai keistimewaan
tertentu di atas pemegang saham biasa. Pertama, dividen dari
saham preferen diambil terlebih dahulu barulah disediakan
untuk pemegang saham biasa. Kedua, apabila perusahaan
dilikuidir, maka dalam pembagian kekayaan saham preferen
didahulukan daripada saham biasa.
c). Saham Preferen Kumulatif (Cummulative Prefered Stock)
Jenis saham ini pada dasarnya adalah sama dengan
saham preferen. Perbedaannya hanya terletak pada adanya
hak kumulatif pada saham preferen kumulatif.
2) Cadangan
Menurut Riyanto (1997, 242) cadangan dimaksudkan
sebagai cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang dibentuk
oleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau atau dari
3) Laba Ditahan
Laba ditahan adalah keuntungan yang diperoleh oleh
suatu perusahaan yang tidak dibayarkan sebagai deviden
(Riyanto, 1997, 243). Berdasarkan uraian tersebut maka dapat
disimpulkan, bahwa laba ditahan adalah keuntungan sesudah
pajak yang diperoleh perusahaan yang tidak dibagikan sebagai
deviden.
Komponen modal sendiri merupakan modal dalam
perusahaan yang dipertaruhkan untuk berbagai risiko, baik risiko
usaha, risiko investasi, maupun risiko-risiko lainnya. Menurut
Gitosudarmo dan Basri (2001, 16), risiko usaha (business risk)
adalah risiko yang disebabkan tidak berhasilnya perusahaan
untuk memperoleh hasil di dalam lingkungan di dunia bisnis. Hal
ini disebabkan oleh produknya mungkin tidak laku terjual,
mesin-mesin tidak berjalan secara normal dan sebagainya.
Sedangkan risiko investasi yaitu kemungkinan bahwa perusahaan
tidak dapat memperoleh laba yang cukup besar untuk menutup
beban-beban finansiil yang berupa beban bunga, pengembalian
cicilan utang ataupun pembayaran dividen kepada para
2.2.4.2. Analisa Rasio Struktur Modal
Struktur modal sebagai suatu sumber pendanaan permanen yang
mencerminkan perimbangan modal hutang dengan biaya tetap dan modal
sendiri menjadi masalah penting bagi setiap tuntutan pemilik perusahaan
terhadap tanggung jawab fungsi manajemen keuangan, karena baik -
buruknya pertimbangan struktur modal mempunyai efek langsung
terhadap biaya yang timbul atas penggunaan modal tersebut, dan pada
akhirnya akan mempengaruhi kuatnya posisi finansial perusahaan.
Ukuran rasio struktur modal mengaitkan komponen struktur modal satu
sama lain atau dengan totalnya (Wild dkk, 2004, 219). Salah satu rasio
Sttruktur modal untuk pengukuran komposisi modal adalah :
a. Long term Debt to Equity Ratio (LDER)
Rasio ini digunakan untuk menunjukan perbandingan antara
pinjaman jangka panjang yang diberikan oleh kreditur dan modal
sendiri, baik dari akumulasi laba perusahaan, cadangan, dan dari
pemilik perusahaan (saham). Rasio ini juga digunakan untuk
mengukur seberapa besar hutang jangka panjang dijamin oleh modal
sendiri (Riyanto, 1997, 333). Menurut Wild, dkk (2003) Rasio ini
ditentukan sebagai berikut:
(Wild dkk, 2005, 221) Utang Jangka Panjang
LDER =
2.2.4.3. Pendekatan Teori Struktur Modal
Kebijakan struktur modal melibatkan antara risiko dan tingkat
pengembalian. Peningkatan risiko akibat memperbesar pinjaman jangka
panjang, akan cenderung menurunkan harga saham, disisi lain kenaikan
tingkat pengembalian yang diharapkan akan meningkatkan harga saham.
Karena itu dibutuhkan bauran struktur modal yang optimal yang dapat
menurunkan biaya yang timbul akibat sumber pendanaan, sehingga
dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Tujuan utama dari pengukuran struktur modal adalah untuk
memaksimumkan nilai perusahaan melalui perimbangan modal optimal.
Pemenuhan kebutuhan modal setiap sumber dana akan mempengaruihi
struktur modal dan selanjutnya struktur modal berpengaruh terhadap
besaran biaya modal yang ditanggung oleh perusahaan. Pendekatakan
teori struktur modal pada awalnya dikembangkan oleh Durand (1952).
Durand (1952) dalam Sartono (2001, 228) mengemukakan empat
pendekatan tentang struktur modal :
a. Pendekatan net income
pendekatan net income menyatakan bahwa kenaikan
leverage dapat menurunkan total biaya. Nilai perusahaan naik
dengan asumsi biaya ekuitas dan biaya hutang konstan,
sehingga semakin besar jumlah hutang maka total biaya akan
semakin menurun. Menurut Sartono (2001, 228) Jika
dapat menurunkan biaya modal perusahaan. Dengan kata lain
biaya modal perusahaan dipengaruhi oleh struktur modalnya.
b. Pendekatan Net Operating Income
pendekatan net operating income menggunakan asumsi
bahwa investor memiliki reaksi yang berbeda terhadap
penggunaan hutang perusahaan (Sartono, 2001, 229).
Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang
bersifat konstan. Penggunaan hutang yang semakin besar oleh
pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan risiko
perusahaan.
c. Pendekatan Tradisional
Perubahan tingkat kapitalisasi hutang dan modal sendiri
dapat meningkatkan nilai perusahaan, ataupun sebaliknya
menurunkan nilai perusahaan. Dalam hal ini proporsi
pendanaan yang mempengaruhi struktur modal berperan
penting terhadap biaya modal yang akan ditanggung oleh
perusahaan, dan pada akhirnya akan menentukan tingkat
pengembalian yang diharapkan atas modal tersebut serta
mencukupi pemenuhan biaya atas modal yang telah digunakan
2.2.4.4. Teori yang Melandasi Pengaruh Struktur Modal dan Biaya Modal Teori Struktur Modal serta biaya yang timbul akibat pemilihan
komposisi struktur modal mengalami perkembangan dengan adanya
beberapa pendapat yang berbeda tentang teori struktur modal. Menurut
Laurent (2000) pengembangan teori struktur modal berfokus pada dua
teori, kedua teori tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Teori Trade off (pengembangan Teori Modligiani dan Miller)
Pada dasarnya keputusan tentang struktur modal melibatkan
analisa “trade off” antara risiko dan keuntungan, tapi juga
meningkatkan keuntungan perusahaan. Struktur modal yang optimal
akan menyeimbangkan risiko dan keuntungan perusahaan. (Atmaja
2003, 275). Teori trade off ini sejalan dengan pendekatan tradisional.
Berasumsi bahwa struktur modal suatu perusahaan ditentukan
dengan mempertimbangkan manfaat pengurangan pajak ketika
hutang meningkat di satu sisi, kemudian meningkatnya biaya
keagenan dan biaya kesulitan keuangan ketika hutang terus
ditingkatkan pada sisi yang lain. Ketika manfaat pengurangan pajak
masih lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan biaya keagenan
maka perusahaan masih bisa meningkatkan hutangnya, namun
peningkatan hutang harus dihentikan ketika pengurangan pajak atas
tambahan hutang tersebut sudah lebih rendah dibandingkan dari
Model Trade off merupakan pengembangan dari teori
Modigliani dan Miller tanpa pajak dan dengan pajak. Berbeda
dengan teori trade off, teori Modligiani dan Miller berlawanan
dengan pendapat tradisional, serta menawarkan pembenaran perilaku
tingkat kapitalisasi perusahaan yang konstan. Mendasarkan pada
teori Trade off, perusahaan berupaya mempertahankan struktur
modal yang ditargetkan dengan tujuan memaksimumkan nilai
perusahaan
Berdasar teori Modigliani dan Miller Tanpa Pajak (1958),
dengan mengasumsikan bahwa tidak ada pajak perusahaan maupun
pajak individu, Teori ini sejalan dengan pendekatan Net Operating
Income yang telah disebutkan sebelumnya, Modligiani dan Miller
(MM) menyatakann preposisi sebagai berikut :
1) preposisi I - Perubahan struktur modal tidak mempengaruhi nilai
perusahaan, atau dengan kata lain tidak ada struktur modal yang
optimal bagi perusahaan.
2) Preposisi II - Modligiani dan Miller menyatakan bahwa biaya
modal sendiri akan semakin bertambah seiring dengan
meningkatnya hutang. Hal ini menyebabkan keuntungan
penggunaan hutang akan diimbangi dengan kenaikan biaya
modal sendiri.
Pada pengembangan berikutnya Teori Modligiani Miller
2001, 238). Dalam kondisi terdapat pajak perseroan, Modligiani dan
Miller menyatakan preposisi sebagai berikut :
1) Preposisi I - Modligiani dan Miller menyatakan bahwa nilai
perusahaan yang memiliki hutang akan lebih besar dari pada nilai
perusahaan tanpa hutang.
2) Preposisi II - Modligiani dan Millier menyatakan bahwa biaya
modal pada perusahaan yang memiliki hutang sama dengan biaya
ekuitas perusahaan tanpa hutang ditambah dengan premi risiko.
Teori MM dengan pajak ini sejalan dengan pendekatan Net
Income, dan mengabaikan faktor kondisi dimana perusahaan
mengalami kesulitan keuangan dan terancam bangkrut (financial
distress) serta biaya yang timbul karena perusahaan menggunakan
hutang akan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan dan
kreditur (agency cost).
b. Teori Berdasarkan Perilaku Manajemen
Salah satu model teori struktur modal berdasarkan perilaku
manajemen yang dapat mempengaruhi biaya modal adalah :
1) Teori Keagenan
Teori keagenan (Agency Theory) pertama kali
dikemukakan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Teori
ini menegaskan bahwa konflik kepentingan timbul diantara
investor, kreditur, dan manajer karena adanya keputusan
kelompok tersebut namun acapkali menurunkan kesejahteraan
kelompok lain (Jensen dan Smith, 1984). Agency theory adalah
membahas hubungan antara pemegang saham perusahaan sebagai
pemilik (principal) dengan eksekutif (direktur) yang disebut
dengan agen untuk mengendalikan bisnis. Dalam konteks
manajemen keuangan hubungan agen yang utama adalah antara
pemegang saham dan manajer serta antara pemegang saham dan
pemberi kredit.
a). Konflik antara Pemegang Saham dengan Kreditur
Kreditur menerima pengembalian dalam jumlah tetap
dari perusahaan (biaya bunga), sedangkan pengembalian
pemegang saham bergantung pada besaran laba perusahaan.
Dalam kondisi dimana pemegang saham melalui manajer
memutuskan untuk melaksanakan proyek yang
mengakibatkan risiko yang besar, apabila pelaksanaan proyek
yang berisiko itu berhasil, maka kreditur hanya dapat
menikmati keberhasilan tersebut sebatas biaya tetap atas
hutang sesuai dalam perjanjian awal, namun jika proyek
mengalami kegagalan, sebaliknya mungkin kreditur akan
menderita kerugian akibat dari ketidak-mampuan perusahaan
b). Konflik antara Pemegang Saham dengan Pihak Manajemen
Pihak manajemen (agent) tidak selalu bertindak yang
terbaik untuk kepentingan pemegang saham (principal), tetapi
mungkin mengarah kepada kepentingan dirinya sendiri.
Principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang
kinerja agent, agent mempunyai cukup informasi mengenai
kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara
keseluruhan. Hal ini menyebabkan ketidak seimbangan
informasi antara agent dan principal, dan agent bisa
menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui
oleh principal, terutama apabila berkaitan dengan pengukuran
kinerja agent. Dalam hal ini salah satu biaya keagenan yang
timbul adalah kompensasi bagi akuntan publik untuk
mengaudit perusahaan.
pada penelitian ini, peneliti bertujuan untuk mengetahui
pengaruh salah satu variable yang digunakan yaitu long term debt to equity
ratio terhadap cost of capital secara keseluruhan yang diukur melalui
WACC. Sesuai teori dikatakan bahwa pemilihan proporsi Struktur modal
akan mempengaruhi biaya modal secara keseluruhan, karena itu menurut
Brigham dan Houston (2006, 484) perhitungan WACC acapkali digunakan
sebagai suatu sasaran target, untuk memperoleh modal baru dengan tetap
Jadi dapat disimpulkan bahwa tinggi atau rendah nilai
perimbangan pemilihan sumber dana permanen atau struktur modal yang
diukur melalui perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal
sendiri (LDER) memberikan pengaruh pada biaya modal secara
keseluruhan.
2.2.5. Go Public
Go Public adalah salah satu cara bagi perusahaan yang sedang
berkembang untuk mendapatkan tambahan dana dalam rangka pembiayaan
atau pengambangan usahanya, salah satu tujuan untuk menambah struktur
modal perusahaan. Penawaran umum (innicial public offering) merupakan
peristiwa yang penting bagi perusahaan dalam hal ini perusahaan
menawarkan saham pada publik untuk pertama kali. Menurut Sunariyah
(2000, 28 dan 41) Perusahaan yang Go Publik adalah perusahaan yang
melakukan emisi saham atau yang melakukan penawaran umum surat
berharga dan membutuhkan dana guna membelanjai operasi maupun
rencana investasi serta telah mencatatkan efeknya di bursa. Penerbitan
saham ini merupakan alternatif pemenuhan dana yang juga menjadi
pertimbangan manajer ketika perusahaan memerlukan pendanaan selain
dari hutang ataupun modal sendiri laba ditahan.
Suatu penerbitan saham oleh perusahaan dilakukan jika
perusahaan membutuhkan dana untuk kebutuhan pendanaan bagi
perusahaan juga mengharapkan imbalan berupa dividen ataupun
keuntungan atas penjualan sahamnya kembali (capital gain). Pengembalian
keuntungan yang diharapkan oleh investor ini dapat terwujud jika
perusahaan memperoleh laba ditahan yang positif, sebagai hasil dari
kegiatan operasional perusahaan.
2.2.5.1. Profitability
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba atau earning sebagai pencapaian operasi perusahaan pada periode
tertentu. Menurut Sartono (2001, 122) Profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan,
total aktiva, maupun modal sendiri. Pengertian laba tergantung dari
definisi modal. Jika investasi modal didefinisikan sebagai aktiva, maka
angka yang digunakan adalah laba sebelum beban bunga. Beban bunga
perlu dikeluarkan dari laba karena bunga dianggap sebagai pembayaran
pada pemasok atas modal hutang. (Wild dkk, 2004, 67)
Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan
antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.
Dengan kata lain profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu (Riyanto 2001, 35).
Analisa profitabilitas perusahaan merupakan salah satu analisa
penting, khususnya bagi investor dan kreditor. Bagi investor ekuitas,
bagi kreditor laba dan arus kas operasi merupakan sumber pembayaran
bunga dan pokok hutang.
2.2.5.2. Analisa Profitabilitas (Rentabilitas) Ekonomi
Profitabilitas ekonomi atau disebut juga rentabilitas ekonomi
adalah perbandingan antara laba usaha (EBIT) dengan asset operasi yang
digunakan untuk menghasilkan laba (Operating Capital / Asset) dan
dinyatakan dalam presentase (Riyanto, 1997, 36). Rentabilitas ekonomi
dimaksudkan sebagai kemampuan perusahaan dengan seluruh modal
yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba. Menurut Wild, dkk
(2004, 64) kemampuan pengembalian atas modal yang diinvestasikan
merupakan indikator penting atas kekuatan perusahaan dalam
menghasilkan laba (Earning Power) untuk jangka panjang.
Pengembalian atas investasi modal suatu perusahaan dinilai dari
perspektif pendanaan keseluruhan, yaitu kewajiban ditambah ekuitas
(Total Aktiva). Dalam literatur Anglosax pada umumnya pengertian
rentabilitas ekonomi distilahkan sebagai “earning Power” atau
kemampuan suatu modal yang diinvestasikan dalam menghasilkan
pengembalian. Earning power dapat dirumuskan sebagai berikut :
(Riyanto, 1997, 37) EBIT
Return On Asset =
2.2.5.3. Teori yang Melandasi Pengaruh profitabilitas terhadap Biaya Modal
Pecking Order Theory yang merupakan pengembangan dari
signaling theory, pada awalnya teori pecking order ini adalah
pengembangan dari studi Donaldson (1984) (Keown dkk,2000, 537).
Implikasi pecking order theory adalah sesuai dengan salah satu asumsi
yang diutarakan oleh Djakman dan Halomoan (2001) bahwa perusahaan
pertama kali memilih pendanaan internal (laba ditahan), kemudian
pendanaan eksternal berupa hutang dan saham sebagai sumber terakhir,
sehingga dalam hal ini, perusahaan yang mempunyai profitabilitas
rendah, maka perusahaan akan cenderung menggunakan hutang untuk
mendanai investasi perusahaan, sedangkan Perusahaan yang mempunyai
profit tinggi memungkinkan mereka untuk menggunakan laba ditahan
(retained earnings) sebagai sumber pendanaan perusahaan dari dalam.
Saham adalah alternatif terakhir yang digunakan oleh perusahaan,
dengan pertimbangan jika dana internal tidak cukup tersedia untuk
mendanai kebutuhan perusahaan dan kapasitas hutang juga telah habis
digunakan.
Profitabilitas juga merupakan variabel yang mempengaruhi biaya
modal. Menurut Weston dan Brigham (1998) dalam Kesuma (2009),
perusahaan dengan tingkat Return On Asset yang tinggi, umumnya
menggunakan hutang dalam jumlah yang relatif sedikit. Hal ini
bagi perusahaan melakukan permodalan dengan laba ditahan saja,
sehingga biaya modal yang timbul pun akan lebih dapat diminimalkan.
Asumsi yang lain mengatakan dengan return on assets yang tinggi,
berarti bahwa laba bersih yang dimiliki perusahaan tinggi, sehingga
kemampuan perusahaan dalam membayar bunga tetap juga tinggi.
Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai
sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan
secara internal. Begitu juga biaya yang timbul dari pendanaan modal
eksternalpun akan tergantung oleh kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa dengan
semakin tingginya Return On Asset berarti profitabilitas - pun
meningkat, dan kemungkinkan pembagian dividen saham biasa akan
semakin besar, dengan semakin meningkatnya dividen yang diharapkan
maka biaya modal pun akan dapat meningkat. Sedangkan untuk modal
asing berupa hutang, menurut Sartono (2001, 249) perusahaan yang
memiliki tingkat pengembalian investasi yang tinggi umumnya akan
membatasi penggunaan hutang untuk melakukan keperluan pendanaan
perusahaan, hal ini karena manajer perusahaan cenderung memilih
pembiayaan dengan risiko dan biaya yang paling rendah. Dengan kata
lain, perusahaan yang memiliki pengembalian aktiva (ROA) yang tinggi
2.2.5.4. Earning Per Share
Menurut Fabozi (1999, 361) salah satu angka yang
dipertimbangkan oleh analisis adalah Earning Per Share yang dihitung
dengan membagi laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba
setelah pajak dikurangi deviden) dengan rata-rata tertimbang jumlah
lembar saham yang beredar selama periode perhitungan dilakukan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Laba per saham adalah pendapatan
atau laba setiap per lembar saham biasa yang diberikan perusahaan
terhadap para pemegang saham yang dianggap sebagai pemilik saham.
Dalam hal ini berarti earning per share perusahaan merupakan suatu
ukuran yang digunakan oleh para investor untuk mengukur pendapatan
yang dapat dinikmati.
Earning Per Share menunjukan jumlah pendapatan bersih yang
tersedia untuk pemegang saham biasa yang dibagi dengan jumlah lembar
saham biasa yang beredar. Untuk mengukur EPS dapat digunakan rumus
rasio sebagai berikut :
(Atmaja, 2003, 424) Laba Bersih Setelah Pajak
Earning Per Share =