• Tidak ada hasil yang ditemukan

L U R A H S E M B IL A N S E P U C U K JA M B I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "L U R A H S E M B IL A N S E P U C U K JA M B I"

Copied!
232
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -1

P P en e nd da ah h ul u l ua u an n

Bab ini Menjelaskan Dasar Hukum tentang pembentukan daerah yang bersangkutan dan perundangan lainnya yang diperlukan; Gambaran Umum Daerah yang terdiri dari Kondisi Geografis Daerah, Gambaran Umum Demografis, dan Kondisi Ekonomi yang terdiri dari Potensi Unggulan Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi/PDRB

1.1.11.. DADASSAARR HHUUKKUUMM

ejak dibentuk berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau, yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-undang sesuai dengan Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958 (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 112), Provinsi Jambi ketika itu terdiri dari 5 Kabupaten dan 1 Kota secara bertahap telah pelaksanaan pembangunan berkesinambungan sesuai ideologi Pancasila dan amanat Pembukaan dan Batang Tubuh Undang- undang Dasar 1945 serta seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perubahan signifikan terjadi tahun 1999 dan 2008, melalui UU Nomor 54 tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, dan UU Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kota Sungai Penuh di Provinsi Jambi, maka wilayah administratif Provinsi Jambi menjadi 9 kabupaten dan 2 kota. Pemekaran wilayah ini bertujuan memperpendek rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan, pemerataan pembangunan dan mempercepat laju roda perekonomian daerah yang bersangkutan.

S

S E M BIL A N L JA M BI S EPUC UK

(2)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -2

Selanjutnya, dengan berpedoman pada UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, pelaksanaan pembangunan di Provinsi Jambi juga dilakukan secara terencana dan sistematis, mempedomani Pasal 150 Ayat (3) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Pasal 5 Ayat (2) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, maka visi, misi dan pembangunan Kepala Daerah dituangkan kedalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang telah ditetapkan melalui Peraturan Gubernur Jambi Nomor 9 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi Jambi Tahun 2006 – 2010. Sedangkan sebagai acuan pembangunan jangka panjang, Pemerintah Provinsi bersama DPRD telah menetapkan RPJP melalui Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Jambi Tahun 2005 - 2025. Dalam RPJM Provinsi Jambi 2006 – 2010 telah ditetapkan beberapa Strategi Dasar Pembangunan Provinsi Jambi untuk mewujudkan visi Jambi Mampu, Maju Dan Mandiri yang tergambar dalam misi pembangunan yaitu :

1. Peningkatan kesejahteraan dan kualitas kehidupan masyarakat 2. Peningkatan daya saing dan kemandirian daerah

3. Peningkatan pembangunan prasarana dan sarana dasar 4. Peningkatan kualitas pelayanan publik.

5. Peningkatan perlindungan masyarakat

Untuk mewujudkan visi dan menjalankan misi pembangunan Provinsi Jambi tersebut didukung oleh 3 (tiga) pilar utama yaitu :

1. Pemerintah Yang Berwibawa dan Bersih dari KKN,

2. Sumber Daya Manusia Sebagai Penggerak Pembangunan, dan

3. Potensi SDA yang Siap untuk digali dalam mengakserelasikan roda pembangunan, melalui empat agenda pembangunan, yaitu :

a. Meningkatkan Daya Saing Ekonomi,

b. Meningkatkan Kemampuan dan Pemerataan Pembangunan Daerah,

(3)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -3

c. Meningkatkan Kesejahteraan dan Kehidupan Masyarakat Yang Berkualitas, dan

d. Meningkatkan Pembangunan Hukum danTata Pemerintahan Yang Baik.

Reformasi politik memberikan otoritas sekaligus tanggung jawab pelaksanaan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan seperti diatur dalam Pasal 27 ayat (2) UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menyebutkan bahwa kepala daerah mempunyai kewajiban untuk memberikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, dan memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban (LKPJ) kepada DPRD, serta menginformasikan LPPD kepada masyarakat. Sebagai penjabaran dari ketentuan dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tersebut, telah diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat, sebagai dasar dalam penyusunan LKPJ Gubernur. Pada peraturan pemerintah ini diatur bahwa dalam LKPJ wajib menggambarkan program dan kegiatan yang direncanakan, realisasi dari program dan kegiatan serta kendala dan solusi yang dilakukan untuk dapat merealisasikan program dan kegiatan di tahun 2010.

LKPJ memiliki makna penting dalam proses pembangunan yang berkesinambungan, karena melalui mekanisme ini kemajuan dan permasalahan pembangunan di Provinsi Jambi dapat dicermati, sehingga dapat menjadi bahan masukan untuk perbaikan dan penajaman dalam penyusunan dan pelaksanaan program pembangunan Provinsi Jambi pada tahun-tahun berikutnya.

(4)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -4

LKPJ tahun anggaran 2009 ini merupakan LKPJ kelima masa pemerintahan Gubernur Jambi periode 2005-2010 yang disusun untuk memberikan gambaran program, kegiatan dan capaiannya selama tahun 2009. Untuk penguatan laporan ini maka program dan kegiatan SKPD Provinsi Jambi juga dilampirkan termasuk penyerapan dana selama tahun 2009 sebagai salah satu bentuk penyebarluasan informasi pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan kepada publik melalui perwakilan rakyat. Disamping itu kapasitas Gubernur selaku Wakil Pemerintah, maka gubernur berkewajiban juga menyampaikan informasi kegiatan yang dilakukan oleh instansi vertikal yang berada pada wilayah pemerintahan Provinsi Jambi.

1.1.22.. GGAMAMBBAARRAANN UUMMUUMM DDAAEERRAAHH 1.2.1. Konndisi Geografis

1.2.1.1. Letak Wilayah dan Topografi

Secara geografis Provinsi Jambi terletak pada 0o45’-2o45’

LS dan 101o10’-104o55’ BT di bagian tengah Pulau Sumatera, sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau, Sebelah Timur dengan Laut Cina Selatan Provinsi Kepulauan Riau, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat.

Posisi Provinsi Jambi cukup strategis karena langsung berhadapan dengan kawasan pertumbuhan ekonomi yaitu IMS- GT (Indonesia, Malaysia, Singapura Growth Triangle). Luas wilayah Provinsi Jambi tercatat seluas 53.435,72 km2 yang terdiri dari (Biro Pemerintahan dan OTDA, 2009) :

1) Kabupaten Kerinci 3.808,50 Km2 (7,13%), 2) Kabupaten Bungo 6.461,00 Km2 (12,09%), 3) Kabupaten Tebo 6.802,59 Km2 (12,73%),

(5)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -5

4) Kabupaten Merangin 7.451,30 Km2 (13,94%), 5) Kabupaten Sarolangun 6.175,43 Km2 ( 11,56%), 6) Kabupaten Batanghari 5.804,83 Km2 ( 10,86%), 7) Kabupaten Muaro Jambi 5.246,00 Km2 ( 9,82%), 8) Kabupaten Tanjab Barat 5.645,25 Km2 (10,56%), 9) Kabupaten Tanjab Timur 5.444,98 Km2 ( 10,19%), 10) Kota Jambi 205,38 Km2 (0,38%).

11) Kota Sungai Penuh 391,5 Km2 ( 0,73%).

Secara topografis, Provinsi Jambi terdiri atas 3 (tiga) kelompok variasi ketinggian yaitu (Bappeda, 2005):

 Daerah dataran rendah 0-100 m (69,1%), berada di wilayah timur sampai tengah. Daerah dataran rendah ini terdapat di Kota Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebagian Kabupaten Batanghari, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin;

 Daerah dataran dengan ketinggian sedang 100-500 m (16,4%), pada wilayah tengah. Daerah dengan ketinggian sedang ini terdapat di Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin serta sebagian Kabupaten Batanghari; dan

 Daerah dataran tinggi >500 m (14,5%), pada wilayah barat.

Daerah pegunungan ini terdapat di Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh serta sebagian Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin.

1.2.1.2. Kemiringan Lahan dan Jenis Lapisan Tanah

Lahan di Provinsi Jambi didominasi oleh hamparan datar dan bergelombang dengan kemiringan 0 – 15% seluas

(6)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -6

3.246.092 Ha atau mencapai 63.75% dari luas daratan Provinsi Jambi. Sedangkan jenis lapisan tanah yang paling dominan adalah Podzolik Merah Kuning (PMK) yang mencapai luas 2.229.890 Ha atau 43,73%. Berikutnya adalah jenis Latosol seluas 981.900 Ha (18,38%) serta jenis Clay Humus seluas 548.670 Ha (10,27%). Sedangkan sebagian yang lain (kurang dari 10%) terdiri atas berbagai jenis tanah seperti Andosol, Organosol, Alluvial, dan lain-lain.

1.2.1.3. Klimatologi

Provinsi Jambi termasuk daerah beriklim tropis yang memiliki karakteristik curah hujan sedang dan lembab sepanjang tahun. Curah hujan rata-rata selama tahun 2008 adalah 163,43 mm, jumlah penyinaran matahari 3,83 jam per hari dan kelembaban udara rata-rata sebesar 84,33%.

Sedangkan suhu udara rata-rata selama tahun 2008 adalah 26,2º C, kecuali pada dataran tinggi di wilayah Barat dengan suhu rata-rata 21,9º C.

1.2.1.4. Penggunaan Lahan

Lahan di Provinsi Jambi sebagian besar digunakan untuk kegiatan budidaya pertanian, baik pertanian lahan sawah maupun pertanian lahan bukan sawah. Berdasarkan data pada tahun 2008 penggunaan lahan untuk sawah mencapai 179.828 Ha atau 3,37% dan lahan pertanian bukan sawah seluas 2.876.117 Ha atau 54,94%, penggunaan lain seluas 108.115 atau 2,07% serta lahan non-budidaya seluas 2.179.440 Ha atau 40,79%. Berdasarkan SK Menhut Nomor 421/Kpts-II/1999 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan Provinsi Jambi dan SK

(7)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -7

Gubernur Jambi nomor 108 tahun 1999 tentang Penetapan Luas Kawasan Hutan Provinsi Jambi.

1.2.1.5. Potensi Wilayah

Provinsi Jambi adalah salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki keragaman ekosistem terlengkap. Provinsi ini memiliki hutan pegunungan dataran tinggi (tipe sub-alpin) pada daerah yang membentang sepanjang Bukit Barisan. Disamping itu, provinsi Jambi juga memiliki hutan dataran rendah pada wilayah-wilayah menuju pantai timur yang landai serta hutan rawa (mangrove). Kelengkapan tipe ekosistem hutan ini diwakili oleh 4 Taman Nasional berdasarkan hasil tata batas sesuai dengan SK Menhut Nomor 421/Kpts-II/1999 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan Provinsi Jambi dan SK Gubernur Jambi nomor 108 tahun 1999 tentang Penetapan Luas Kawasan Hutan Provinsi Jambi, yaitu: 1) Kerinci Seblat (TNKS) seluas 422.190 ha, merupakan perwakilan ekosistem pegunungan dataran tinggi yang dikenal dengan keragaman hayatinya; 2) Berbak (TNB) seluas 162.700 ha, merupakan salah satu wilayah yang mewakili ekosistem dataran rendah berawa; 3) Bukit Tiga Puluh (TNBT) seluas 33.000 ha, merupakan perwakilan hutan dataran rendah; serta 4) Bukit Duabelas (TNBD) seluas 60.700 ha, yang merupakan habitat perlindungan bagi Suku Anak Dalam (Orang Kubu). Keempat Taman Nasional tersebut masih menyimpan keragaman hayati yang cukup besar. Salah satu spesies kunci yang masih eksis di TNKS adalah harimau Sumatra (Panthera Tigris Sumatraensis) dan gajah (Elephan Maximus) juga sangat penting keberadaannya di TNKS dan TNBT.

(8)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -8

Secara keruangan, pola umum penggunaan lahan dan fungsi ruang wilayah Provinsi Jambi terbagi atas tiga zona yaitu wilayah Barat, Tengah dan Timur. Ketiga wilayah tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dalam perspektif pengembangan daerah.

Wilayah Barat memiliki fungsi konservasi. Hal ini berkaitan dengan keberadaan kawasan TNKS yang mendominasi penggunaan lahan di wilayah ini. Potensi penting wilayah ini adalah pengembangan pertanian, agrobisnis dan agroindustri serta pariwisata.

Wilayah Tengah mempunyai sumber daya alam yang produktif dan potensial baik dalam bentuk budidaya hutan, perkebunan karet rakyat, perkebunan sawit dan pertanian tanaman pangan, hortikultura, pariwisata maupun pertambangan terutama minyak dan gas bumi. Selain itu wilayah Tengah ini mempunyai tingkat aksesibilitas yang tinggi, karena dilalui oleh jaringan arteri Sumatera (Lintas Timur) dan arteri penghubung antara lintas Barat dan Timur Sumatera.

Sedangkan wilayah Timur memiliki karakteristik fisik dominan berupa tanah gambut berawa - rawa yang kurang subur namun kaya akan sumber mineral dan bahan tambang lainnya serta minyak bumi dan gas alam. Selain itu, wilayah ini memiliki keunggulan dari sisi posisinya yang sangat strategis di pantai Timur Sumatera berdekatan dengan kawasan kerjasama regional Singapura-Johor-Riau (Sijori), Singapura-Batam-Johor (Sibajo), kerjasama perdagangan Indonesia-Malaysia-Singapura Growth Triangle (IMS-GT), dan Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT). Posisi geografis ini potensial dikembangkan sebagai pintu gerbang dan diharapkan akan

(9)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -9

menjadi tulang punggung pembangunan ekonomi wilayah Jambi umumnya.

1.2.2. Kondisi Demografis 1.2.2.1. Penduduk

Menurut data BPS (2009), bahwa penduduk Provinsi Jambi tahun 2009 berjumlah 2.834.264 jiwa dengan tingkat kepadatan rata-rata sebesar 60 jiwa/km2 kecuali Kota Jambi sebesar 2.293 jiwa/km2 dan Kota Sungai Penuh sebesar 199 jiwa/km2. Sedangkan pertumbuhan penduduk Provinsi Jambi selama periode 2005-2009 rata-rata mencapai 1,59% pertahun, dengan pertumbuhan tertinggi pada tahun 2006 dan 2007 yaitu 2,20%. Namun pada tahun 2008 tingkat pertumbuhan penduduk mengalami penurunan menjadi 1,68% dari tahun 2009.

Berdasarkan jenis kelamin, meskipun angkanya berfluktuasi namun selama tahun 2005-2009 rasio penduduk berjenis kelamin laki-laki selalu lebih besar dari kelompok penduduk berjenis kelamin perempuan. Pada tahun 2009 penduduk laki-laki berjumlah 1.444.783 dan perempuan berjumlah 1.389.381 jiwa atau rasio sebesar 1,04 banding 1.

Terdapat tiga daerah dengan jumlah penduduk terbesar pada tahun 2009 adalah: Kota Jambi sebanyak 476.093 jiwa, Kabupaten Muaro Jambi 314.598 jiwa dan Kabupaten Bungo 271.625 jiwa. Sedangkan tiga daerah dengan jumlah penduduk terkecil yaitu Kota Sungai Penuh 78.102 jiwa, Kabupaten Tanjab Timur 213.281 jiwa dan Kabupaten Sarolangun 218.228 jiwa. Penurunan jumlah penduduk Kabupaten Kerinci sebanyak

(10)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -10

78.102 atau 24,63% disebabkan oleh terbentuknya Kota Sungai Penuh sebagai daerah otonom baru sejak 8 Nopember 2008.

Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Dirinci per Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2008 – 2009

No Kab/Kota 2008 2009* r(%)

1 Kerinci 310.093 233.719 -24,63

2 Merangin 292.013 292.013 1,90

3 Sarolangun 214.036 218.228 1,96

4 Batanghari 219.181 222.841 1,67

5 Muaro Jambi 310.767 314.596 1,26

6 Tanjab Timur 211.789 213.781 0,94

7 Tanjab Barat 250.736 255.592 2,08

8 Tebo 253.373 257.267 1,54

9 Bungo 264.386 271.625 2,74

10 Kota Jambi 467.408 470.038 1,85

11 Kota Sei. Penuh - 78.102 -

Jumlah 2.784.928 2.834.164 1,65

* Data sementara

Sumber: BPS Provinsi Jambi 2009

Dilihat dari pertumbuhan penduduk pada tahun 2008 - 2009, maka daerah yang paling besar pertumbuhannya adalah Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar 2,08%, kemudian Kabupaten Sarolangun 1,96%. Daerah yang pertumbuhan penduduknya paling rendah adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur 0,94% dan Kabupaten Muaro Jambi 1,26%.

1.2.2.2. Tenaga Kerja

Pertumbuhan angkatan kerja Provinsi Jambi relatif berfluktuasi selama periode 2005-2009, rata-rata pertumbuhan adalah sebesar 35.505 orang/tahun atau 2,74% per tahun.

Sedangkan pertumbuhan kesempatan kerja selama kurun

(11)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -11

waktu yang sama adalah sebanyak 43.828 orang/tahun atau 3,04% per tahun (BPS, 2009).

Pada tahun 2009 jumlah penduduk Provinsi Jambi yang bekerja mengalami kenaikan relatif tinggi yaitu sebanyak 1.272.520 orang bila dibanding tahun 2008 sebanyak 1.182.895 orang atau mengalami pertambahan kesempatan kerja sebanyak 89.847 orang atau 7,59%.

Sektor yang mengalami pertumbuhan kesempatan kerja terbesar adalah pertambangan yang naik 204,24% dari 17.125 orang tahun 2008 menjadi 52.105 orang tahun 2009. Sektor kedua tertinggi adalah keuangan dan persewaan naik 88,96%

bila dibandingkan tahun 2008, untuk peringkat ketiga pertumbuhan kesempatan kerja tertinggi adalah sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 20,21%. Sektor lain yang mengalami pertumbuhan penyerapan tenaga kerja adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran meningkat dari 165.759 orang pada tahun 2008 menjadi 193.977 orang pada tahun 2009 atau tumbuh sebesar 17,02%.

Peningkatan kesempatan kerja yang besar sektor pertambangan dan galian tahun 2009 ternyata belum diikuti dengan peningkatan kontribusi PDRB dan sumber pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tahun 2009 yang hanya sebesar 0,08%

bila dibandingkan tahun 2008 sebesar 1,78%. Peningkatan penyerapan tenaga kerja ketiga terbesar adalah sub-sektor perdagangan besar dan eceran, hal ini dapat dilihat dari perkembangan pasar swalayan dan pembangunan ruko di setiap kabupaten di Provinsi Jambi dan khususnya di Kota Jambi. Perkembangan ini mendorong pertumbuhan penyerapan

(12)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -12

tenaga kerja di sektor perdagangan, komunikasi, transportasi dan jasa di Provinsi Jambi pada tahun 2009.

Tabel 1.2. Penduduk Bekerja Menurut Sektor Lapangan Usaha Tahun 2008-2009

Kesempatan Kerja Persektor 2008 2009 r (%)

Pertanian 701.390 740.849 5,62

Pertambangan 17.125 52.102 204,24

Industri 48.318 48.302 -0,03

Listrik, Gas & Air Bersih 1.674 1.358 -18,87

Bangunan 45.560 42.922 -5,79

Perdagangan, Hotel, Restoran 165.759 193.977 17,02

Pengangkutan dan Komunikasi 58.562 70.978 20,21

Keuangan, Persewaan 3.994 7.547 88,96

Jasa-jasa dan lainnya 140.291 141.485 0,85

Jumlah 1.182.673 1.272.520 7,59

Sumber : Dinas Nekertransos Provinsi Jambi 2008-2009, diolah

Namun pada sisi lain terdapat beberapa sektor yang mengalami penurunan kesempatan kerja seperti sektor listrik, gas dan air bersih berkurang dari 1.674 orang tahun 2008 menjadi 1,358 orang tahun 2009 atau 18,87%, kedua sektor bangunan dari 45.560 orang tahun 2008 turun menjadi 42.922 orang tahun 2009 atau menurun 5,76%, penurunan ketiga terjadi pada sektor industri dengan penurunan sebesar 5,79%.

1.2.3. Kondisi Ekonomi

1.2.3.1. Potensi Unggulan Daerah

Provinsi Jambi yang kaya akan sumberdaya alam merupakan salah satu daerah yang mempunyai potensi cukup besar pada sektor perkebunan, pertanian tanaman pangan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Demikian pula sektor pertambangan dan penggalian, terutama sub sektor minyak

(13)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -13

dan gas bumi, batu bara dan tambang mineral lainnya. Namun sumberdaya alam Non-Renewable potensi pastinya belum memperoleh porsi kajian yang dalam. Potensi sektor industri pengolahan di Provinsi Jambi terutama untuk produk pengolahan dengan bahan baku (Crude Palm Oil), Crumb Rubber (Sheet), Virgin Coconut Oil (VICO), olahan dari produk tanaman pangan dan produk dari ikan.

Terdapat 11 produk unggulan agroindustri di Provinsi Jambi, yang didominasi dari berbagai sub-sektor pertanian dengan urutan sebagai berikut:

Tabel 1.3. Urutan Produk Unggulan Provinsi Jambi

No. KOMODITI SKOR URUTAN

1. Karet dan turunannya 10,00 1

2. Kelapa turunannya 9,65 2

3. Kelapa sawit dan turunannya 8,35 3

4. Cassiavera 8,05 4

5. Kopi 6,30 5

6. Buah-buahan (duku dan manggis) 5,75 6

7. Pinang 5,40 7

8. Nenas 4,80 8

9. Perikanan laut 3,40 9

10. Peternakan 2,20 10

11. Perikanan darat 2,10 11

Sumber: 1. Bappeda Provinsi Jambi Tahun 2005;

2. Hasil Kajian Fak.Teknologi Pertanian UGM, Jogyakarta, 2005.

1.2.3.2. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi yang digambarkan oleh laju pertumbuhan PDRB sementara atas dasar harga konstan (tahun 2000). Pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi sebesar 7,16%, sedangkan untuk tahun 2009 pertumbuhan ekonomi sebesar 6,37%. Angka pertumbuhan ekonomi tahun 2009 sedikit menurun dibandingkan tahun 2008, namun masih lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan

(14)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -14

ekonomi rata-rata nasional sebesar 4,5%. Namun secara keseluruhan kondisi makro ekonomi Provinsi Jambi cukup baik, salah satu indikatornya terlihat dengan cukup stabilnya harga komoditas sehingga laju inflasi turun menjadi satu digit yaitu 2,49%.

Dari pola distribusi PDRB, konsumsi rumah tangga merupakan penyumbang terbesar yaitu rata-rata sebesar 64,57% pada tahun 2009. Demikian juga pengeluaran pemerintah dari 15,31% triwulan I meningkat menjadi 16,69%

pada triwulan IV tahun 2009 dengan rata-rata sampai akhir tahun 2009 sebesar 18,45%.

Pembentukan investasi juga mengalami peningkatan dari 15,13% pada triwulan I menjadi 16,69% pada triwulan IV atau rata-rata sebesar 18,45% pada tahun 2008. Pada tabel berikut dapat dilihat distribusi PDRB Provinsi Jambi menurut penggunaan pada Tahun 2009.

Tabel 1.4. Distribusi PDRB Provinsi Jambi Menurut Penggunaan Tahun 2008 dan 2009 (%)

No Jenis Penggunaan

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 61,38 64,57

2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 15,31 18,45

3. Pengeluaran Konsumsi Lembaga NirLaba 0,42 0,56 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 15,13 17,56

5. Perubahan Stok 2,31 2,64

6. Ekspor 57,44 50,34

7. Dikurangi Impor 52,48 53,14

Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2008-2009

Pada tahun 2009 kontribusi sektor pertanian dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi adalah terbesar yaitu 2,01%, kemudian diikuti secara berturut-turut sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,28%,

(15)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -15

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 0,98% dan industri pengolahan sebesar 0,67%. Kontribusi terkecil listrik, gas dan air bersih sebesar 0,07% dan pertambangan dan galian sebesar 0,08%.

Bila dilihat kontribusi penyumbang pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 terjadi pergeseran cukup signifikan yaitu kontribusi sektor pertambangan dan galian penyumbang terbesar yaitu sebesar 1,78% namun tahun 2009 hanya sebesar 0,08% atau nomor 2 terkecil dibandingkan sektor lain.

Sektor penyumbang kedua terbesar adalah perdagangan, hotel dan restoran dari 0,67% tahun 2008 naik menjadi 1,28% tahun 2009. Sektor pertanian pada tahun 2008 menyumbang 1,75%

tahun 2008 naik menjadi 2,01% tahun 2009.

Tahun 2009 terjadi lonjakan kontribusi pertumbuhan ekonomi sektor tersier yang cukup tinggi (perdagangan, hotel dan restoran, keuangan, persewaan dan jasa). Sebagai daerah yang memiliki potensi primary resources yang cukup besar, maka keunggulan ini juga berpotensi dalam peningkatan nilai tambah melalui industri pengolahan, industri kerajinan dan industri menengah serta dengan mengembangkan industri kreatif.

Pada tabel 1.5 di bawah dapat dilihat perkembangan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi dan sumber pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009. Laju pertumbuhan sektor yang paling tinggi pada tahun 2009 adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 17,85%, sedangkan yang paling rendah pertumbuhannya adalah sektor pertambangan dan galian yaitu 0,71% sangat menurun bila

(16)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -16

dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pertambangan dan galian di tahun 2008 sebesar 14,70%.

Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi 2009 dan Sumber Pertumbuhan Menurut Lapangan Usaha (%).

No SEKTOR

2008 2009

r (%) Sumber

r (%) r (%) Sumber r (%) 1. Pertanian, Peternakan,

Perkebunan, Kehutanan 5,72 1,75 6,56 2,01

2. Pertambangan dan

Penggalian 14,7 1,78 0,71 0,08

3. Industri Pengolahan 5,63 0,76 4,86 0,64

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih

7,28 0,06 9,27 0,07

5. Bangunan 10,28 0,48 8,45 0,41

6. Perdagangan, Hotel,

dan Restoran 3,99 0,67 7,56 1,28

7. Pengangkutan dan Komunikasi

3,37 0,26 5,81 0,45

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

23,88 0,18 17,85 0,98

9. Jasa-Jasa 4,99 0,44 6,24 0,55

PDRB 7,16 7,16 6,37 6,37

Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2008-2009.

Laju pertumbuhan Sektor pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan sampai triwulan IV tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 6,56%.

Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian sebagai sumber pertumbuhan ekonomi sampai triwulan IV 2009 mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2008 sebesar 1,71% menjadi sebesar 0,71% tahun 2009.

Laju pertumbuhan ekonomi sektor Industri pengolahan mengalami penurunan menjadi dari 5,63% tahun 2008 menjadi

(17)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -17

4,68% tahun 2009 dengan kontribusi sumber pertumbuhan masing-masing 0,76% dan 0,64%.

Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan cukup besar yaitu 9,27% yang pada tahun 2008 sebesar 7,27% yang memberi sumbangan bagi pertumbuhan ekonomi tahun 2008 sebesar 0,06% dan 0,07%

tahun 2009. Pada tahun 2009 PLN melalui dana APBN sebesar 27 Milyar rupiah telah membangun jaringan listrik pada 20 desa tersebar diseluruh Kabupaten/Kota. Begitu pula untuk sumber listrik dari penggerak uap pada tahun 2009 ini juga telah beroperasi PLTU yang dibangun swasta di Kabupaten Sarolangun dengan daya 2 x 7 Mega Watt.

Laju pertumbuhan ekonomi sektor Bangunan mengalami penurunan dari 10,24% tahun 2008 menjadi 8,45% tahun 2009, tentunya ini juga berpengaruh kepada kontirbusi sumber pertumbuhan ekonomi dari 0,48% tahun 2008 menjadi 0,41%

tahun 2009.

Laju pertumbuhan sektor perdagangan hotel, dan restoran tumbuh cukup signifikan yaitu dari 3,56% tahun 2008, menjadi 7,56% tahun 2009 yang menyumbang sumber pertumbuhan ekonomi 0,67% tahun 2008 naik menjadi 1,28%

tahun 2009. Sektor ini memberi kontribusi terbesar kedua sebagai sumber pertumbuhan ekonomi setelah sektor pertanian yaitu sebesar 1,28% dari 6,37% pertumbuhan ekonomi tahun 2009.

Sektor pengangkutan dan komunikasi juga meningkat cukup besar dari 3,53% tahun 2008 menjadi 5,81% tahun 2009 yang menyumbang bagi sumber pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi 0,26% tahun 2008 naik menjadi 0,45% dari

(18)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -18

pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tahun 2009 yaitu sebesar 6,37%. Peningkatan sektor ini terutama didorong oleh sektor komunikasi seperti pesatnya bisnis telepon seluler dan internet, sedangkan untuk pengangkutan sangat ditopang oleh semakin meningkatnya penumpang pesawat udara dan kinerja transpotrasi lokal.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tahun 2009 mengalami penurunan yaitu dari sebesar 23,97% tahun 2008 menjadi 17,85% tahun 2009. Sektor perdagangan Hotel, dan Restoran memberi kontribusi terbesar ketiga yaitu sebesar 0,98% dari 6,37% pertumbuhan ekonomi tahun 2009 Peningkatan sektor ini terutama didorong oleh sektor keuangan dan jasa perusahaan, hal ini sejalan dengan perkembangan sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan bila dibandingkan yaitu dari 4,99 % tahun 2008 menjadi 6,24% tahun 2009. Sektor ini memberikan kontribusi sumber pertumbuhan ekonomi tahun 2009 sebesar 0,55%. Pertumbuhan sektor jasa-jasa telah mendorong peningkatan kesempatan kerja dari 132.339 orang tahun 2007 meningkat menjadi 136.471 orang pada tahun 2008 atau meningkat sebesar 3,12%.

Pada Tabel 1.6 dapat dilihat perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi atas Harga Konstan Tahun 2008-2009.

(19)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -19

Tabel 1.6. PDRB Atas Harga Konstan Provinsi Jambi Tahun 2008- 2009 (Rp Milyar).

SEKTOR 2008 2009 Petbhn

(%)

1. Pertanian, Peternakan, Perkebunan, Kehutanan 4.691 4.999 6,56

2. Pertambangan dan Penggalian 1.851 1.865 0,71

3. Industri Pengolahan 2.058 2,158 4,86

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 118 127 9,27

5. Bangunan 721 782 8,45

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2.563 2.757 7,56

7. Pengangkutan dan Komunikasi 1.198 1.268 5,81

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 755 889 17,85

9. Jasa-Jasa 1.341 1.425 6,24

PDRB TOTAL 15.298 16.272 6,37

PDR NON MIGAS 13.716 14.662 6,89

Sumber : BPS Provinsi Jambi 2008-2009

(20)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -1

K K e e b b i i j j a a k k a a n n U U m m u u m m P P e e n n g g e e l l o o l l a a a a n n K K e e u u a a n n g g a a n n Da D ae e r r a a h h

Bab ini Memuat Laporan Pengelolaan Pendapatan Daerah yang terdiri dari Pendapatan Daerah, Pengelolaan Belanja Daerah serta Pembiayaan Daerah yang terdiri dari Target dan Realisasinya serta Kebijakan Keuangan Daerah lainnya.

elaksanaan pengelolaan keuangan daerah Provinsi Jambi tidak terlepas dari kebijakan yang ditempuh, baik dari sisi efektivitas pengelolaan penerimaan pendapatan yang dijabarkan melalui target APBD dan realisasinya, maupun dilihat dari efisiensi dan efektivitas pengeluaran daerah melalui belanja tidak langsung dan belanja langsung.

Secara umum gambaran pengelolaan keuangan daerah yang berkaitan dengan pendapatan dan belanja daerah selama tahun 2009 telah menunjukkan efektivitas dan efisiensi yang menggembirakan. Ini menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan daerah telah dilaksanakan dengan baik dan diharapkan mampu meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan perekonomian daerah. Kondisi ini ditandai dengan semakin meningkatnya Penerimaan Daerah khususnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan terjadinya berbagai penghematan dari sisi belanja dan pembiayaan.

3.1. PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH

3.1.1. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan

Intensifikasi dan Ekstensifikasi pengelolaan pendapatan daerah Provinsi sangat dipengaruhi oleh Peraturan Perundang-

P

(21)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -2

undangan yang berlaku yang berkaitan dengan PAD, Dana Perimbangan serta Lain-lain pendapatan daerah.

Sedangkan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Lain-lain pendapatan yang sah yang merupakan komponen dari PAD, telah ditentukan baik jumlah maupun jenisnya sehingga sulit untuk melakukan ekstensifiksi sumber penerimaan yang baru, apalagi di dalam ketentuan peraturan perundang-undangan ditegaskan bahwa untuk penerimaan pendapatan yang baru agar tidak memberatkan masyarakat serta menghambat pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah Provinsi Jambi untuk tahun anggaran 2009 tidak menerbitkan kebijakan untuk sumber penerimaan baru akan tetapi mengintensifkan terhadap sumber-sumber penerimaan yang telah ada.

Upaya yang telah dilakukan dalam meningkatkan pendapatan yang bersumber dari pajak daerah dan Retribusi Daerah ini dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut :

1. Melakukan pemantauan dan meneliti serta mengevaluasi jenis Pajak dan Retribusi Daerah yang berada di Kabupaten/Kota, baik secara administrasi maupun turun langsung kelapangan.

2. Melakukan upaya pendekatan pelayanan (jemput bola) kepada masyarakat melalui satuan administrasi manunggal satu atap (Samsat) Keliling ke beberapa kecamatan yang potensi Wajib Pajak yang cukup besar khususnya Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dibeberapa Kabupaten.

3. Melakukan Sosialisasi langsung kepada masyarakat melalui brosur, pamflet, baliho serta spanduk-spanduk yang isinya,

(22)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -3

menginformasikan tentang arti pentingnya membayar pajak terhadap pelaksanaan pembangunan.

4. Melaksanakan pendataan ulang objek pajak dan retribusi daerah, untuk meningkatkan akurasi sekaligus pemutakhiran data dalam menggali sumber penerimaan yang pelaksanaannya belum optimal.

5. Mengadakan pertemuan dengan Dealer Kendaraan Bermotor, Alat Berat dan perusahaan perkreditan serta pengusaha Show Room kendaraan bekas se-Provinsi Jambi, dalam rangka menjaring wajib pajak baru.

6. Membentuk Pos Pelayanan Pembayaran PKB di Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi, Kecamatan Merlung Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci dan di Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo dalam rangka mendekatkan pelayanan wajib pajak.

7. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait pada Kantor Samsat, terutama dengan pihak Kepolisian dan PT. Jasa Raharja dengan melakukan Razia terhadap Wajib Pajak Kendaraan Bermotor yang belum membayar pajak.

8. Melakukan penagihan door to door kepada masyarakat wajib pajak yang menunggak melalui ”Samsat Batandang” dengan sistem petugas berkunjung ketempat pemilik kendaraan, khususnya di daerah pelosok.

9. Membangun Drive Through yang lokasinya di Samsat Kota Jambi dan WTC Batanghari, dengan cara wajib pajak tanpa harus turun dari kendaraannya dalam membayar pajaknya, cukup dilengkapi dengan persyaratan yang telah ditentukan.

Drive Through ini melayani pembayaran pajak kendaraan

(23)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -4

roda dua dan roda empat dengan waktu penyelesaian pengurusan lebih kurang 5 menit.

10. Melaksanakan kursus/diklat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2000, yang diikuti oleh petugas Samsat Kota Jambi dan dari perwakilan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dipenda Provinsi Jambi, yang dilaksanakan oleh PT. Point Development International dan telah memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 – 2000 dari Badan Sertifikasi Nasional dan diakui sebagai mutu standar pelayanan prima.

Secara umum langkah-langkah kebijakan yang telah diambil tersebut memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap pendapatan daerah ini, hal ini tercermin dari meningkatnya penerimaan dari target pendapatan khususnya pada sisi pajak dan retribusi daerah selama tahun 2009.

3.1.2 Target dan Realisasi Pendapatan

Selama tahun 2009 realisasi pendapatan daerah, memperlihatkan peningkatan, terlihat pada tabel 3.1 bahwa realisasi PAD tahun anggaran 2009 mengalami peningkatan sebesar 5,95% dari target yang ditetapkan. Akan tetapi realisasi PAD tahun anggaran 2009 lebih rendah 15,75% dibandingkan dengan realisasi PAD tahun anggaran 2008, hal ini disebabkan terjadinya penurunan penerimaan dari PKB dan BBN-KB.

Dana perimbangan pada tahun 2009 terealisasi sebesar Rp802.386.229.933,00 atau lebih besar 4,28% dari target yang ditetapkan, capaian penerimaan inipun lebih besar 7,58%

dibandingkan dengan tahun 2008.

(24)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -5

Lain-lain pendapatan daerah yang sah merupakan penerimaan dari pemerintah, badan/lembaga/organisasi dan bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemda lainnya.

Untuk lain-lain pendapatan yang sah pada tahun 2009 terealisasi sebesar Rp25.072.157.100,00 atau 100,09% dari target yang telah ditetapkan.

Tabel 3.1. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2008 – 2009

No PENDAPATAN 2008 2009* +/- (%)

1 Pendapatan Asli Daerah

Target 454.441.987.272,69 498.167.990.389,17 9,62 Realisasi 626.524.989.693,97 527.817.867.908,84 (15,75) Lebih (kurang) 172.083.002.421,28 29.649.877.519,67

Realisasi (%) 137,87 105,95 2 Dana Perimbangan

Target 748.327.682.000,00 769.453.510.357,00 2,82 Realisasi 745.860.901.379,00 802.386.229.933,00 7,58 Lebih (kurang) (2.466.780.621,00) 32.932.719.576,00

Realisasi (%) 99,67 104,28 3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah

Target 58.699.464.800,00 25.049.200.000,00 (57,33) Realisasi 64.410.339.999,00 25.072.157.100,00 (61,07) Lebih (kurang) 5.710.875.199,00 22.957.100,00

Realisasi (%) 109,73 100,09 Jumlah pendapatan Daerah

Target 1.261.469.134.072,69 1.292.670.700.746,17 2,47 Realisasi 1.436.796.231.071,97 1.355.276.254.941,84 (5,67) Realisasi (%) 113,90 104,84

* Data sementara

Sumber : Biro Keuangan dan Aset Provinsi Jambi, 2009. Data diolah

3.1.2.1 Pendapatan Pajak Daerah

Secara umum pendapatan dari sektor Pajak Daerah pada tahun 2009 terealisasi sebesar Rp 438.533.680.183,00 atau 3,48% lebih besar dari target yang ditetapkan, namun realisasi

(25)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -6

pendapatan pajak daerah ini mengalami penurunan sebesar 16,79% dari tahun 2008, penurunan ini terjadi pada jenis pajak BBN-KB dan PBB-KB. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2. Perkembangan Pajak Daerah Di Provinsi Jambi Tahun 2008-2009

1 Kendaraan Bermotor

Target 129.315.000.000 163.000.000.000 26,05

Realisasi 157.940.862.795 172.052.911.455 8,94 Realisasi (%) 122,14 105,55

2 Pajak Kendaraan di Atas Air

Target 81.500.000 60.000.000 (26,38) Realisasi 52.213.900 56.623.350 8,44 Realisasi (%) 64,07 94,37

3 BBN Kendaraan Bermotor

Target 140.800.000.000 130.000.000.000 (7,67) Realisasi 231.202.857.060 142.862.392.060 (38,21) Realisasi (%) 164,21 109,89

4 BBN Kendaraan diatas air

Target 660.000 726.000 10,00 Realisasi 601.150 765.900 27,41 Realisasi (%) 91,08 105,50

5 Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Target 110.000.000.000 130.000.000.000 18,18

Realisasi 137.061.514.985 122.796.652.892 (10,41) Realisasi (%) 124,60 94,46

6 Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah

Target - 63.000.000 - Realisasi 71.209.092 70.738.395 (0,66) Realisasi (%) - 112,28

7 Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan

Target 738.000.000 672.000.000 (8,94) Realisasi 679.410.569 693.596.131 2,09 Realisasi (%) 92,06 103,21

Jumlah Pajak Daerah

Target 380.935.160.000 423.795.726.000 11,25

Realisasi 527.008.669.551 438.533.680.183 (16,79)

Realisasi (%) 138,35 103,48

* Data sementara

Sumber : Biro Keuangan dan Aset Provinsi Jambi, 2009. Data diolah

+/- (%)

NO PAJAK 2008 2009*

Dari tabel tersebut terlihat bahwa PKB, BBN-KB dan PBB-KB merupakan komponen terbesar dalam penerimaan pajak daerah.

Pada tahun 2009, PKB terealisasi sebesar Rp172.052.911.455,00

(26)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -7

atau 5,55% lebih besar dari target yang ditetapkan dan penerimaan jenis ini juga mengalami peningkatan sebesar 8,94%

jika dibandingkan dengan tahun anggaran 2008.

Realisasi PBB-KB terealisasi sebesar Rp122.796.652.892,00 atau 5,54% lebih kecil dari target yang telah ditetapkan, penetapan target penerimaan pajak bahan bakar kendaraan bermotor tahun anggaran 2009 lebih kecil 10,41% dari realisasi penerimaan tahun sebelumnya, hal ini disebabkan terjadinya penurunan harga eceran tertinggi (HET) untuk berbagai jenis bahan bakar minyak pada tanggal 12 Januari 2009 sehingga penerimaan pajak ini juga mengalami penurunan.

Penerimaan dari BBN-KB terealisasi sebesar Rp142.862.392.060,00 atau 9,89% di atas target yang ditetapkan, namun jika dibandingkan dengan realisasi penerimaan tahun sebelumnya mengalami penurunan hingga 38,21%. Target BBN-KB pada tahun 2009 juga ditetapkan lebih rendah dari tahun 2008 sebesar 43,77% dari realisasi tahun 2008, hal ini dikarenakan pada tahun 2008 hingga awal 2009, harga bahan bakar minyak masih cukup tinggi, sehingga diprediksi angka pembelian kendaraan baru tidak mengalami peningkatan sebagaimana tahun sebelumnya. Selain itu pemulihan perekonomian dan animo masyarakat untuk membeli kendaraan baru diawal tahun 2009 belum begitu membaik/meningkat, walaupun telah terjadi penurunan harga BBM pada bulan Januari 2009, penurunan terhadap penerimaan ini juga dipengaruhi oleh tidak terealisasinya denda pajak atas keterlambatan wajib pajak akibat dari kebijakan Pemerintah Daerah melakukan penghapusan denda (pemutihan) terhadap

(27)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -8

keterlambatan pembayaran pajak kendaraan pada tahun-tahun sebelumnya.

Selain ketiga sumber penerimaan daerah tersebut, penerimaan pajak lainnya juga memberikan kontribusi untuk Provinsi Jambi, walaupun kontribusinya masih terbilang kecil terhadap pendapatan daerah. Namun diharapkan pada masa mendatang akan memberikan kontribusi yang lebih besar lagi.

Pajak tersebut antara lain pajak kendaraan di atas air, bea balik nama kendaraan di atas air, pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan.

3.1.2.2 Pendapatan Retribusi Daerah

Pendapatan dari retribusi daerah di Provinsi Jambi diperoleh dari retribusi pelayanan kesehatan, pemakaian kekayaan daerah, usaha perikanan, hasil perkebunan, hasil hutan, hasil pertanian dan retribusi pelayanan.

Tabel 3.3. Perkembangan Retribusi Daerah Tahun 2008-2009

No Retribusi Daerah 2008 2009* +/- (%)

1 Target 28.732.779.576,69 40.450.100.000,00 40,78 Realisasi 27.282.991.499,00 36.852.013.379,00 35,07 Lebih (kurang) (1.449.788.077,69) (3.598.086.621,00)

Realisasi (%) 94,95 91,10

* Data sementara

Sumber : Biro Keuangan dan Aset Provinsi Jambi, 2009. Data diolah

Penerimaan daerah tahun anggaran 2009 dari retribusi sebesar Rp36.852.013.379,00 atau hanya mencapai 91,10% dari target yang ditetapkan tetapi penerimaan ini lebih besar 35,07%

(28)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -9

dari tahun 2008 yang terealisasi sebesar Rp27.282.991.499,00, begitupula dengan target retribusi yang ditetapkan lebih besar 40,78% dari target tahun lalu.

3.1.2.3 Bagian Laba Usaha Daerah

Bagian laba usaha daerah terdiri dari bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD dan perusahaan milik swasta antara lain Bank Jambi dan Asuransi Bangun ASKRIDA.

Tabel 3.4. Perkembangan Bagian Laba Usaha Daerah Tahun 2008-2009

No Bagian Laba Usaha 2008 2009* +/- (%) 1 Target 5.217.000.000,00 9.350.990.680,00 79,24 Realisasi 6.303.507.593,25 9.767.178.883,03 54,95 Lebih (kurang) 1.086.507.593,25 416.188.203,03

Realisasi (%) 120,83 104,45

* Data sementara

Sumber : Biro Keuangan dan Aset Provinsi Jambi, 2009. Data diolah

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa terjadi peningkatan terhadap penetapan target bagian laba usaha pada tahun 2009, lebih besar 79,24% dari tahun sebelumnya dan capaian realisasi pada tahun 2009 sebesar Rp9.767.178.883,03 atau 4,45% di atas target yang ditetapkan.

3.1.2.4 Lain-lain PAD

Penerimaan dari jenis Lain-lain PAD terdiri Hasil Penjualan Aset Daerah Yang Tidak Dipisahkan, Jasa Giro, Bunga Deposito, Sumbangan Pihak Ketiga dan Penerimaan Lain-lain.

Tabel 3.5. Perkembangan Lain-lain PAD Tahun 2008-2009

(29)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -10

No Lain-lain PAD 2008 2009* +/- (%)

1 Target 39.557.047.696,00 24.571.173.709,17 (37,88) Realisasi 65.929.821.050,72 42.664.995.463,81 (35,29) Lebih (kurang) 26.372.773.354,72 18.093.821.754,64

Realisasi (%) 166,67 173,64

* Data sementara

Sumber : Biro Keuangan dan Aset Provinsi Jambi, 2009. Data diolah

Pada tahun 2009, penerimaan lain-lain PAD terealisasi sebesar Rp42.664.995.463,81 atau 73,64% dari target yang ditetapkan, namun jika dibandingkan dengan tahun lalu terjadi penurunan baik dari sisi target maupun realisasinya, penetapan target tahun 2009 lebih rendah dari realisasi tahun 2008 sebesar 62,73%. Menurunnya target penerimaan dan realisasi dari jenis penerimaan ini disebabkan rendahnya target sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) yang ditetapkan sehingga dana yang tidak dipergunakan (dalam kas daerah) menjadi lebih kecil yang berdampak terhadap penerimaan dari Jasa Giro dan Bunga Deposito yang juga menjadi rendah.

3.1.2.5 Dana Perimbangan

Selama tahun 2009 penerimaan dari Dana perimbangan yang terdiri dari Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) telah terealisasi sebesar Rp802.386.229.933,00 atau 4,28% lebih besar dari target yang telah ditetapkan, penetapan target inipun mengalami peningkatan sebesar 3,16% dari realisasi tahun sebelumnya dengan rincian sebagaimana tabel 3.6.

Target penerimaan dana bagi hasil pajak dan dana bagi hasil bukan pajak pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 2,26% dari realisasi tahun 2008 dan penerimaan dari jenis ini terealisasi sebesar Rp293.433.400.933,00 atau lebih besar

(30)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -11

16,16% dari target yang ditetapkan. Dana alokasi umum pada tahun yang sama juga mengalami peningkatan sebesar 1,00%

baik target maupun realisasinya dari tahun sebelumnya dan telah terealisasi seluruhnya atau sejumlah Rp473.505.879.000,00.

Begitupula dengan dana alokasi khusus pada tahun 2009 terjadi peningkatan realisasi sebesar 44,95% dari tahun 2008, capaian realisasi tahun 2009 sebesar Rp35.446.950.000,00 atau 100,93% lebih besar dari target yang telah ditetapkan.

Tabel 3.6 Perkembangan Dana Perimbangan Periode 2008-2009

1 Bagi Hasil Pajak/ Bukan Pajak

Target 255.070.000.000,00 260.826.630.357,00 2,26 Realisasi 252.603.219.379,00 293.433.400.933,00 16,16 Lebih (Kurang) (2.466.780.621,00) 32.606.770.576,00

Realisasi (%) 99,03 112,50 2 Dana Alokasi Umum

Target 468.803.682.000,00 473.505.880.000,00 1,00 Realisasi 468.803.682.000,00 473.505.879.000,00 1,00 Lebih (Kurang) - 1.000,00

Realisasi (%) 100,00 100,00 3 Dana Alokasi Khusus

Target 24.454.000.000,00 35.121.000.000,00 43,62 Realisasi 24.454.000.000,00 35.446.950.000,00 44,95 Lebih (Kurang) - (325.950.000,00)

Realisasi (%) 100,00 100,93 Jumlah Dana Perimbangan

Target 748.327.682.000 769.453.510.357 2,82 Realisasi 745.860.901.379 802.386.229.933 7,58

Realisasi (%) 99,67 104,28

* Data sementara

Sumber : Biro Keuangan dan Aset Provinsi Jambi, 2009. Data diolah

NO URAIAN 2008 2009* +/- (%)

(31)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -12

3.1.2.6 Lain-lain Pendapatan Yang Sah

Lain-lain pendapatan yang sah, terdiri dari dari Dana Percepatan Pembangunan dan Desentralisasi Fiskal (DISP) dan Bantuan Keuangan Kabupaten (dana kontribusi peserta Diklatpim III Kabupaten).

Tabel 3.7. Perkembangan Lain-lain Pendapatan Yang Sah Tahun 2008-2009

No Lain-lain Pendapatan

yang Sah 2008 2009* +/- (%)

1 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

Target 53.699.464.800,00 23.960.200.000,00 (55,38) Realisasi 59.410.339.999,00 23.960.200.300,00 (59,67) Lebih (kurang) 5.710.875.199,00 300,00

Realisasi (%) 110,63 100,00 2 Pendapatan lainnya

Target 5.000.000.000,00 1.089.000.000,00 (78,22) Realisasi 5.000.000.000,00 1.111.956.800,00 (77,76) Lebih (kurang) - 22.956.800,00

Realisasi (%) 100,00 102,11 Jumlah lain-lain pendapatan yang sah

Target 58.699.464.800,00 25.049.200.000,00 (57,33) Realisasi 64.410.339.999,00 25.072.157.100,00 (61,07)

Realisasi (%) 109,73 100,09

* Data sementara

Sumber : Biro Keuangan dan Aset Provinsi Jambi, 2009. Data diolah

Pada tahun 2009 penerimaan jenis ini terealisasi sebesar Rp25.072.157.100,00 atau 100,09% di atas target yang ditetapkan namun jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 61,07% hal ini karena penetapan target dana penyesuaian dan otonomi khusus ditetapkan oleh pemerintah pusat.

3.1.3 Pembiayaan

Pembiayaan daerah yang termuat dalam APBD Provinsi Jambi terdiri atas penerimaan pembiayaan daerah dan

(32)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -13

pengeluaran pembiayaan daerah. Pada sisi penerimaan pembiayaan daerah terdiri dari SiLPA Tahun lalu, penerimaan kembali penyertaan modal, penerimaan kembali piutang dan penerimaan hutang. Sedangkan sisi pengeluaran pembiayaan terdiri dari SiLPA Tahun berkenaan, pembentukan dana cadangan dan penyertaan modal/investasi.

Selisih antara Penerimaan pembiayaan dengan pengeluaran pembiayaan merupakan pembiayaan netto dan selisih antara penerimaan daerah dengan belanja daerah merupakan surplus/defisit belanja.

Dari sisi penerimaan pembiayaan pada tahun 2009, hanya diperolah dari SiLPA tahun lalu sebesar Rp386.301.604.936,81 atau meningkat 7,46% dari tahun 2008 sedangkan penerimaan penyertaan modal, penerimaan kembali piutang dan penerimaan hutang tidak terjadi transaksi. Realisasi pengeluaran pembiayaan yang terjadi pada tahun 2009 adalah SiLPA tahun berkenaan dan Penyertaan Modal/Investasi pemerintah daerah pada Bank Jambi.

Untuk SiLPA tahun berkenaan sebesar Rp200.791.792.257,39 atau lebih kecil 48,02% dari tahun 2008, penurunan terhadap SiLPA tahun berkenaan terjadi akibat menutupi defisit anggaran tahun 2009. Penyertaan modal/investasi terealisasi sebesar Rp8.924.000.000,00 atau lebih besar 78,48% dari tahun sebelumnya, sehingga total pengeluaran pembiayaan sebesar Rp209.715.792.257,39..

Pembiayaan netto sebesar Rp377.377.604.936,81 atau lebih besar 6,46% dari tahun 2008 pada sisi anggaran sedangkan pada sisi realisasi pembiayaan neto sebesar Rp176.585.812.679,42 atau 655,56% lebih besar dari tahun 2008, hal ini terjadi karena pembiayaan netto digunakan untuk

(33)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -14

menutupi defisit anggaran belanja Pemerintah Provinsi Jambi pada tahun 2009. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut 3.8.

Tabel 3.8 Perkembangan Pembiayaan Periode 2008-2009

Tahun 2008

No Pembiayaan Anggaran Realisasi

1 Penerimaan pembiayaan 359.487.857.970,34 359.487.857.970,34 - SiLPA Tahun Lalu 359.487.857.970,34 359.487.857.970,34 - Penerimaan Penyertaan Modal - - - Penerimaan kembali piutang - - - Penerimaan Hutang - - 2 Pengeluaran Pembiayaan 5.000.000.000,00 391.301.604.936,81

- SiLPA Tahun Berkenaan - 386.301.604.936,81 - Pembentukan Dana Cadangan - - - Penyertaan Modal/Investasi 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00 3 Pembiayaan Netto 354.487.857.970,34 (31.813.746.966,47) 4 Surplus (Defisit) Belanja - 31.813.746.966,47

Tahun 2009*

No Pembiayaan Anggaran Realisasi +/- (%)

1 Penerimaan pembiayaan 386.301.604.936,83 386.301.604.936,81

- SiLPA Tahun Lalu 386.301.604.936,83 386.301.604.936,81 7,46 - Penerimaan Penyertaan Modal - -

- Penerimaan kembali piutang - - - Penerimaan Hutang - - 2 Pengeluaran Pembiayaan 8.924.000.000,00 209.715.792.257,39

- SiLPA Tahun Berkenaan - 200.791.792.257,39 (48,02) - Pembentukan Dana Cadangan - -

- Penyertaan Modal/Investasi 8.924.000.000,00 8.924.000.000,00 78,48 3 Pembiayaan Netto 377.377.604.936,83 176.585.812.679,42

4 Surplus (Defisit) Belanja - (176.585.812.679,42)

* Data sementara

Sumber : Biro Keuangan dan Aset Provinsi Jambi, 2009. Data diolah

3.1.4 Permasalahan dan Solusi

(34)

Laporan Keterangan Pertanggung-Jawaban

Gubernur Jambi Tahun 2009 -15

Tahun 2009 merupakan masa sulit bagi Pemerintah Provinsi Jambi dalam hal peningkatan PAD, karena secara umum terjadi penurunan penerimaan sebesar 15,75% dari tahun 2008 yaitu dari sebesar Rp626.524.489.693,97 menjadi sebesar Rp527.817.867.908,84 atau hanya sebesar 38,95% dari total pendapatan daerah.

Sedangkan penerimaan dari dana perimbangan sebesar Rp802.386.229.933,00 atau 59,20% dari total realisasi penerimaan daerah, kondisi ini mengindikasikan tingkat ketergantungan Provinsi Jambi terhadap pemerintah pusat masih tinggi baik secara relatif maupun secara nominal. Hal ini terjadi karena objek penerimaan (pajak dan retribusi) yang ada di Provinsi Jambi sangat terbatas sebagai sumber pendapatan daerah, serta belum optimalnya pemanfaatan potensi pajak dan retribusi daerah yang ada.

Ada beberapa kendala dalam mengoptimalkan penerimaan disektor pajak dan retribusi daerah ini antara lain:

1. Di masing-masing UPT Dipenda Provinsi Jambi, belum dapat secara optimal mendeteksi secara akurat wajib PKB yang belum melunasi pajaknya pada tahun bersangkutan

2. Masih rendahnya kesadaran masyarakat wajib pajak terhadap peranan PKB dan BBN-KB sebagai sumber dana pembangunan daerah.

3. Kewenangan di beberapa Samsat masih belum optimal.

Sedangkan status Samsat telah menjadi Samsat penuh, seperti Samsat Kabupaten Tanjab Timur, Kabupaten Batang Hari, Kabupaten Muaro Jambi dan Samsat Kabupaten Sarolangun.

Gambar

Tabel 1.1. Jumlah  Penduduk  Dirinci  per  Kabupaten/Kota  di  Provinsi Jambi Tahun 2008 – 2009
Tabel 1.2. Penduduk Bekerja Menurut Sektor Lapangan  Usaha  Tahun 2008-2009
Tabel 1.3. Urutan Produk Unggulan Provinsi Jambi
Tabel 1.5.   Laju  Pertumbuhan  Ekonomi  Provinsi  Jambi  2009  dan  Sumber  Pertumbuhan  Menurut  Lapangan  Usaha (%)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, GAYA KEPEMIMPINAN DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA AUDITOR DENGAN KOMITMEN

Melalui temuan dan analisis data di atas dapat dilihat bahwa adanya pembongkaran representasi kulit hitam dalam aspek kepemimpinan dan heroisme. Namun pembongkaran itu

Diantara pemikirannya adalah mengenai konsep falah, hayyah thayyibah, dan tantangan ekonomi umat Islam, kebijakan moneter, lembaga keuangan syariah yang lebih ditekankan kepada

Ketidakmampuan manusia dalam menjalankan kehidupan sehari- hari akan mendorong manusia untuk selalu mengadakan hubungan timbal balik dengan sesamanya serta bertujuan

Seorang wanita, usia 50 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan kaki tidak dapat berjalan sejak 3 minggu yang lalu. Riwayat sebelumnya pasien sering keputihan berbau

Informasi terkait adanya penambahan informasi terbuka pada Daftar Informasi Publik (Kepala) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian (Kepala) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Maret

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Pada Mata Kuliah Blok 10 Lbm

Namun pada percobaan ini, setelah menggunakan tempurung kelapa untuk melakukan pemanasan awal hingga mencapai self sustain combustion lalu diganti menggunakan bahan