• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

studi Kasus Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang Jl. Charitas No. 1, Tegalrejo – Gumawang BK X

Belitang – OKU Timur 32382 Sumatera Selatan

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarja Ekonomi

Program Manajemen

Oleh:

ELISABETH SUSILOWATI

NIM : 042214006

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

(2)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN

TENTANG GAYA KEPEMIMPINAN

DAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN

Studi Kasus Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang Jl. Charitas No. 1, Tegalrejo – Gumawang BK X

Belitang - OKU Timur 32382 Sumatera Selatan

Oleh :

ELISABETH SUSILOWATI

(3)
(4)
(5)

!

"

$

%

!

&

%

&

(6)
(7)

TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN

DAN MOTIVASI KARYAWAN

Studi Kasus di Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang JL. Charitas No. 01 Tegalrejo-Belitang

Ogan Komering Ulu-Timur 32832 Sumatera Selatan

Elisabeth Susilowati Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang di gunakan oleh pemimpin Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang, serta untuk mengetahui hubungan gaya kepemimpinan dan motivasi kerja karyawan.

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik observasi, kuesioner, dan dokumentasi. Kuesioner berisikan tentang gaya kepemimpinan dan motivasi kerja karyawan. Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis masalah pertama adalah dengan cara menggolongkan total skor gaya kepemimpinan menurut persepsi pemimpin sendiri, kepala sekolah dan para guru atau karyawan. Teknik analisis data penelitian yang dilakukan adalah teknik Korelasi Product Moment dengan signifikansi 5%, yang digunakan untuk mengkaji hipotesis penelitian.

(8)

LEADERSHIP STYLE AND MOTIVATION OF EMPLOYEES

A Case study at Charitas Educational Foundation, Belitang, South Sumatera

Elizabeth Susilowati Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The aim of this research was to know the leadership style used by the principal of the Charitas Educational Foundation, Belitang, and to know the relationship between the leadership style and the motivation of the employees.

To obtain the data, the research used observation, questionnaires and documentation. Questionnaires contained the elements of leadership style and motivation of the employees. To answer the fist problem, the research classified the total score of leadership style according to the perception of the principal, headmaster, teachers and administrative employees. Then, to answer the second problem, the research employed Product Moment Correlation with 5% level of significant.

(9)

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Elisabeth Susilowati

Nomor Mahasiwa : 04 2214 006

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“Hubungan antara Persepsi Karyawan terhadap Gaya Kepemimpinan dan

Motivasi Karyawan : Studi Kasus di Yayasan Pendidikan Charitas Cabang

Belitang JL. Charitas No. 01 Tegalrejo-Belitang Ogan Komering Ulu-Timur 32832 Sumatera Selatan”.

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 30 Agustus 2008

Yang menyatakan,

(10)

penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan bimbingan Roh Kudus dan kesetiaan Allah yang tiada batasnya.

Skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Persepsi Karyawan

Terhadap Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Karyawan” studi kasus

di Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang, disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Tersusunnya skripsi ini tidak mungkin dapat terlaksana dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak kepada penulis, baik secara langsung dan tidak langsung, oleh karena itu penulis dengan kerendahan hati mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Dr. Ir. P. Wiryono P, SJ, selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.

2. Drs. Alex Kahu Lantum, M.S, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sanata Dharma.

3. Drs. Hendra Purwanto, M.Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Drs. Alex Kahu Lantum, M.S, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

(11)
(12)

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PENYERTAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

(13)

A. Manajemen ... 7

B. Kepemimpinan ... 11

C. Gaya Kepemimpinan ... 15

D. Motivasi ... 22

E. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 34

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 34

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 34

D. Variabel Penelitian ... 35

E. Pengukuran Variabel Penelitian ... 36

F. Populasi dan Sampel ... 38

G. Metode Pengumpulan Data ... 39

H. Definisi Operasional ... 39

I. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 40

J. Metode Analisis Data ... 42

BAB IV GAMBARAN UMUM YAYASAN A. Sejarah Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang ... 44

B. Visi, Misi, Moto, dan Tujuan Yayasan Pendidikan Charitas ... 46

(14)

Pendidikan Charitas ... 50

F. Penyelenggara Pendidikan ... 51

G. Struktur Organisasi Yayasan Pendidikan Charitas ... 53

H. Tugas, Wewenang, dan Tanggungjawab ... 54

I. Struktur Organisasi Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang ... 62

J. Tugas, Wewenang, dan Tanggungjawab ... 63

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian ... 72

B. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 75

C. Analisis Deskriptif tanggapan Subjek Penelitian ... 78

D. Analisis Korelasi dan Pengujian Hipotesiss ... 88

E. Pembahasan ... 89

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 95

C. Keterbatasan Penelitian ... 96 DAFTAR PUSTAKA

(15)

Halaman Gambar II.1 : Hubungan antara pemimpin, bawahan dan situsi ... 21 Gambar II.2 : Kerangka Pikir Penelitian ... 32 Gambar IV.1 : Struktur Organisasi Yayasan pendidikan Charitas ... 52 Gambar IV.2 : Struktur Organisasi Yayasan pendidikan Charitas

(16)

Tabel II.1 : Faktor-faktor Pemuas dan Pemelihara Dalam kerja ... 24

Tabel V.1 : Jenis Kelamin Responden ... 73

Tabel V.2 : Usia Responden ... 73

Tabel V.3 : Pendidikan Responden ... 74

Tabel V.4 : Lama Bekerja ... 75

Tabel V.5 : Hasil Uji Validitas Instrumen ... 76

Tabel V.6 : Hasil Uji Reliabilitas Istrumen ... 78

Tabel V.7 : Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Terhadap Gaya Kepemimpinan Ditinjau dari Aspek Cara Pemimpin dalam Mengambil Keputusan ... 79

Tabel V.8 : Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Terhadap Gaya Kepemimpinan Ditinjau dari Aspek Cara Pemimpin dalam Memperlakukan Karyawan ... 80

Tabel V.9 : Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Terhadap Gaya Kepemimpinan Ditinjau dari Aspek Cara Pemimpin dalam Menyelesaikan Masalah ... 81

Tabel V.10 : Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Terhadap Gaya Kepemimpinan Ditinjau dari Aspek Hubungan antara Pemimpin dengan Karyawan ... 83

(17)

Tabel V.13 : Interval Gaya Kepemimpinan ... 86 Tabel V.14 : Skor Gaya Kepemimpinan menurut Persepsi Koordinator

Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang ... 86 Tabel V.15: Skor Gaya Kepemimpinan menurut Persepsi Kepala Sekolah

di Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang ... 87 Tabel V.16: Skor Gaya Kepemimpinan menurut Persepsi Para Guru

di Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang ... 87 Tabel V.17: Hasil Analisis Korelasi Gaya Kepemimpinan Dengan

(18)

Lampiran 1 : Kuesioner

Lampiran 2 : Gambar Logo Instrumen

Lampiran 3 : Data Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 4 : Data Hasil Penelitian Tanggapan Responden Lampiran 5 : Analisis Korelasi product Moment

Lampiran 6 : Tabel r

(19)

A. Latar Belakang Masalah

Kepemimpinan dalam suatu organisasi akan berhasil dalam mencapai

tujuan bila pemimpin organisasi tersebut mampu mengembangkan sumber

daya manusia yang telah tersedia yaitu tenaga manusia. Pemimpin yang

berhasil adalah mereka yang mampu melihat sumber daya manusia sebagai

aset yang harus dikelola sesuai dengan kebutuhan bisnis (Rendall S. Schuler

dan Susan E. Jackson, 2005:3). Dalam mengembangkan sumber daya

manusia, maka organisasi tersebut mempunyai kualitas yang baik sehingga

produktifitas meningkat.

Fungsi manajemen dalam organisasi yaitu perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian. Keempat fungsi

manajemen tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Jika salah satu fungsi manajemen tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik,

maka akan terdapat ketimpangan-ketimpangan atau kegagalan dalam suatu

organisasi. Fungsi manajemen dapat dilaksanakan dengan baik, diperlukan

seorang pemimpin yang berkualitas dengan gaya kepemimpinan yang mampu

mengedalikan kelangsungan hidup suatu organisasi. Seorang pemimpin

memegang suatu peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi. Seorang

pemimpin adalah seorang yang mempunyai wewenang untuk ikut campur

(20)

wewenang untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi organisasi.

Pemimpin dituntut memiliki kecerdasan, wawasan yang luas, insting yang

tajam, dan kepribadian yang baik sehingga diharapkan mampu mengerakkan

rekan-rekan kerjanya untuk bekerja sesuai keinginan organisasi. Idealnya

seorang pemimpin tidak hanya memimpin diri sendiri tetapi harus memimpin

orang lain. Perjalanan pertama dalam kepemimpinan adalah perjalanan dari

dalam diri untuk menemukan jati diri melalui pengembangan diri, tumbuh rasa

percaya diri yang dibutuhkan untuk memimpin (James M. Kouzes dan Berry

Z. Posner, 2004:417).

Bermacam-macam perilaku yang digunakan oleh seorang pemimpin

untuk dapat menggerakkan dan mempengaruhi rekan-rekan kerjanya.

Kehadiran seorang pemimpin mempengaruhi lingkup kerja, sehingga

kehadirannya bermakna bagi sistem kerja, dengan demikian konsep ataupun

gagasan-gagasan seorang pemimpin dengan mudah dicerna oleh rekan-rekan

kerjanya, setelah disosialisasikan dan akhirnya konsep-konsep yang

diputuskan bersama menjadi suatu komitmen bersama. Sikap pemimpin yang

sejati selalu memberi contoh teladan yang baik, dan bukan hanya berbicara

saja tetapi bagaimana seorang pemimpin memberi perintah sambil bekerja

sehingga rekan-rekan kerjanya termotivasi (Martino Sardi, 2006:9). Seorang

pemimpin dalam kepemimpinannya harus disertai tanggungjawab dan mampu

membangun atau mendorong atau memotivasi bawahannya untuk bekerja

(21)

sikap mental seorang pelayan, mesti punya motivasi seorang abdi atau hamba

atau pelayan (Eka Darmaputra, 2005:69).

Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi, sebab

keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan

motivasi yang diciptakan. Kemampuan dan keterampilan kepemimpinan

dalam pengarahan adalah faktor penting efektifitas manajer (T. Hani

Handoko, 2003:293). Seorang pemimpin mempunyai tanggungjawab

membantu rekan-rekan kerjanya untuk melaksanakan tugas secara efektif dan

efisien. Pemimpin tidak akan dapat mempengaruhi rekan kerjanya apabila

tidak memahami apa yang menjadi kebutuhannya. Keberhasilan akan

mendorong rekan kerjanya untuk mencapai produktifitas kerja melalui

pemahaman motivasi yang ada pada diri karyawan dan pemahaman yang ada

diluar diri karyawan akan sangat membantu mencapai produktifitas kerja yang

optimal. Memahami peranan penting motivasi, pemimpin dapat

mengembangkan prestasi rekan-rekan kerjanya dan dapat meningkatkan

kepuasan kerjanya.

Menurunnya motivasi rekan-rekan kerjanya bukan saja disebabkan

oleh ketidakmampuan mereka dalam bekerja, tetapi juga disebabkan oleh gaya

kepemimpinan pemimpin organisasi tempat dia bekerja. Berdasarkan uraian

diatas, bahwa dalam tulisan skripsi ini penulis tertarik untuk memilih judul :

(22)

KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN studi kasus di Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang Sumatera Selatan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan di

atas dirumuskan sebagai berikut :

1 Gaya kepemimpinan apa yang diterapkan menurut persepsi Pemimpin

Yayasan (koordinator Yayasan), Kepala Sekolah, Guru/karyawan di

Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang?

2 Apakah ada hubungan antara gaya kepemimpinan dan motivasi kerja

karyawan di Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang?

C. Batasan Masalah

Penelitian ini lebih fokus pada permasalahan tentang ruang lingkup

sebagai berikut :

1 Gaya kepemimpinan bermacam-macam, tetapi penulis hanya membatasi

pada tingkat gaya kepemimpinan yaitu: gaya kepemimpinan otokratik,

gaya kepemimpinan demokratik, dan gaya kepemimpinan Laissez Faire. 2 Motivasi kerja karyawan meliputi keinginan berprestasi, penghargaan,

(23)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dilakukannya penelitian

ini adalah :

1 Mengetahui gaya kepemimpinan yang diterapkan menurut Koordinator

Yayasan, kepala Sekolah dan karyawan di Yayasan Pendidikan Charitas

Cabang Belitang.

2 Mengetahui apakah ada hubungan antara gaya kepemimpinan dan

motivasi kerja karyawan yang dipimpin oleh Yayasan pendidikan Charitas

Cabang Belitang.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berguna

bagi pihak pemimpin Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang,

sehingga rekan kerja semakin termotivasi dalam melaksanakan tugas

pelayanan.

2. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan

pelengkap perpustakaan, bagi penyusun skripsi selanjutnya dalam bidang

yang sama.

3. Bagi penulis

Mampu mengetahui sejauh mana ilmu pengetahuan khususnya mata kuliah

(24)

nyata khususnya mengenai gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja

karyawan.

F. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab II Landasan Teori

Berisi tentang pengertian Manajemen, Kepemimpinan, Gaya

Kepemimpinan, Motivasi, Hipotesis.

Bab III Metode Penelitian

Jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, subjek dan objek

penelitian, variabel penelitian, pengukuran variabel penelitian,

populasi dansampel, metode pengumpulan data, definisi operasional,

uji validitas dan uji reliabilitas, dan metode analisis data.

Baba IV Gambaran Umum Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang

Sejarah, visi dan misi, moto dan tujuan yayasan, arti logo,

penyelenggara Yayasan, struktur organisasi yayasan.

Bab V Analisis Data dan Pembahasan

Uraian tentang analisis deskriptif data, uji validitas dan reliabilitas,

(25)

Bab VI Kesimpulan, Saran dan Keterbatasan Penelitian

Meliputi kesimpulan yang diambil dari penelitian dan saran-saran

kepada pihak yayasan disertai pernyataan penulis akan keterbatasan

(26)

A. Manajemen

1. Pengertian Manajemen

Istilah manajemen berasal dari bahasa Italia. Management berasal dari kata maneggiare, yang artinya megendalikan, dan dalam bahasa Perancis kata menage berarti tindakan membimbing atau memimpin (Winardi, 1990:3), dalam hal ini dimaksudkan sebagai pengurusan atau

pengaturan atau membimbing untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut M.

Manullang, manajemen mengandung tiga pengertian yaitu:

a. Manajemen sebagai suatu proses

b. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas

manajemen

c. Manajemen sebagai suatu seni dan suatu ilmu.

1) Menurut pengertian yang pertama yaitu manajemen sebagai suatu

proses, ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli

yaitu :

(a) George R. Terry (dalam H. Hadari Nawawi, 2005:15)

Manajemen adalah pencapaian tujuan (organisasi) yang sudah

ditentukan sebelumnya dengan mempergunakan bantuan orang

(27)

(b)James A. F. Stoner (dalam T. Hani Handoko, 2003:8)

Manajemen adalah suatu proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pegawasan usaha-usaha para

anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya-sumberdaya

organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah

ditetapkan.

(c) Ordway Tead (dalam M. Manullang, 1982:15)

Manajemen adalah proses dari perangkat yang mengerahkan

serta membimbing kegiatan-kegiatan suatu organisasi dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2) Definisi manajemen menurut pengertian kedua yaitu manajemen

adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen.

Maksud aktivitas manajemen adalah kegiatan-kegiatan atau

fungsi-fungsi yang dilakukan oleh setiap manajer (M. Manullang, 1992:16)

antara lain dikemukakan oleh Ralp C. Davis yaitu manajemen adalah

fungsi dari setiap pemimpin eksekutif di manapun.

3) Definisi manajemen yang ketiga yaitu manajemen sebagai suatu seni

dan ilmu, yaitu definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, antara

lain :

(a) Luther Gallick (dalam T. Hani Handoko, 2003:11)

(28)

bagaimana bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan dan

membuat sistem kerjasama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.

(b)Mary Paker Follet (dalam Richard L. Daft, 2006:6)

Manajemen adalah seni untuk menyelesaikan segala sesuatu

melalui orang lain.

Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa proses pencapaian

tujuan tersebut, manajemen tidak melakukan pekerjaannya sendiri

melainkan dengan bantuan orang lain bekerjasama untuk mencapai

tujuan.

2. Arti Penting Manajemen

Kerjasama sangatlah penting untuk pencapaian suatu tujuan

bersama dan diperlukan keterampilan manajemen dalam suatu organisasi.

Tujuan organisasi sangat sulit tercapai dan sering mengalami kegagalan

apabila fungsi dari manajemen tersebut tidak dijalankan karena

keterbatasan dan kelemahan manusia sehingga hasilnya tidak memuaskan

akibatnya dapat menghancurkan kinerja organisasi. Misalnya tidak ada

suatu perencanaan dan cara-cara yang dilakukan tidak efisien dengan yang

diharapkan, maka tujuan yang telah ditetapkan pun tidak akan tercapai.

Manajemen yang diharapkan adalah kemampuan untuk bekerjasama

dengan orang lain terutama dengan orang-orang yang ada di sekitar

organisasi, karena tanpa orang lain manajer tidak dapat mencapai

(29)

3. Fungsi Manajemen

Beberapa fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan oleh banyak

ahli :

a. Henry Fayol : Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, Controlling

b. Luther Gullick : Planning, Organizing, Stafing, Directing, Coordinating, Reporting, Controlling

c. George Terry : Planning, Organizing, Actuating, Controlling

d. William Newman : Planning, Organizing, Asembling of resources, Directing, Controlling

e. Dr. S. P. Siagian, MPA : Planning, Organizing, Motivating, Controlling

f. James A. F. Stoner : Planning, Organizing, Leading, Controlling

g. Mary Paker Follet : Planning, Organizing, Leading, Controlling.

Berbagai pendapat tentang fungsi-fungsi manajemen diatas, penulis

mengambil salah satu ahli yaitu Marry Paker Follet yang memberi

penjelasan umum fungsi-fungsi manajemen sebagai berikut :

1) Planning (Perencanaan)

Fungsi manajemen yang berkaitan dengan menentukan tujuan

untuk kinerja organisasi dimasa depan, memutuskan tugas, dan

penggunaan sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan

(30)

2) Organizing (pengorganisasian)

Fungsi manajemen berkaitan dengan penentuan dan

pengelompokan tugas dalam departemen, serta alokasi sumberdaya

kedalam departemen.

3) Leading (Kepemimpinan)

Fungsi manajemen menggunakan pengaruh untuk memberikan

motivasi kepada karyawan sehingga mencapai tujuan organisasi.

4) Controlling (Pengendalian)

Fungsi manajemen berkaitan dengan pengawasan aktivitas

karyawan, pertahanan organisasi pada jalur pemenuhan tujuan

pengoreksian bila diperlukan.

B. Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan mempunyai arti yang berbeda-beda pada orang

yang berbeda-beda pula. Kepemimpinan merupakan perilaku dari seorang

individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok kesuatu

tujuan yang ingin dicapai bersama, menurut Hemhill dan Coon (dalam M.

Mas`ud Said, 2007:11).

Beberapa pendapat tentang kepemimpinan adalah sebagai berikut :

a Menurut Andrew J. DuBrin, definisi kepemimpinan sebagai berikut :

1) Kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi banyak orang melalui

(31)

2) Kepemimpinan adalah tindakan yang menyebabkan orang lain

bertindak atau merespon dan memberikan perhatian positif.

3) Kepemimpinan adalah kekuatan dinamis penting yang memotivasi

dan mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan.

b Menurut Fred Fieder dan Martin M. Chemers (dalam Wahjosmidjo,

1987:21), definisi kepemimpinan sebagai berikut :

1) Kepemimpinan adalah aktivitas para pemegang kekuasaan dan

pembuat keputusan.

2) Kepemimpinan adalah langkah yang pertama yang hasilnya berupa

pola interaksi kelompok yang konsisten dan bertujuan

menyelesaikan problem-problem yang saling berkaitan.

3) Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi aktivitas

kelompok dalam rangka perumusan penciptaan tujuan.

Butir-butir pengertian dari berbagai definisi diatas, pada

hakekatnya memberi makna :

(a) Kepemimpinan adalah yang melekat pada diri seorang pemimpin

yang berupa sifat-sifat kepribadian, kemampuan itu sendiri.

(b)Kepemimpinan merupakan serangkaian kegiatan pemimpin yang

tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan serta gaya perilaku

pemimpin itu sendiri.

(c) Kepemimpinan merupakan proses hubungan atau interaksi antara

(32)

Maka kepemimpinan merupakan kemampuan dan kecakapan

seseorang di dalam kegiatan mempengaruhi orang lain agar mereka

mau bekerjasama melaksanakan tugas dengan baik, sehingga akan

tercapai tujuan yang telah ditentukan secara efisien.

2. Keterampilan-keterampilan Pemimpin

Sebagian besar seorang pemimpin menjadi pemimpin karena

mempelajari keterampilan-keterampilan yang didapat dengan bekerja

keras dan ulet dalam menghadapi situasi dimana ia bekerja. Seorang

pemimpin harus menguasai keterampilan-keterampilan sebagai berikut:

a Keterampilan Konseptual (conceptual skill) adalah kemampuan mental untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikan seluruh kepentingan

dan kegiatan organisasi.

b Keterampilan kemanusiaan (human skill) adalah kemampuan untuk bekerja dengan memahami dan memotivasi orang lain baik sebagai

individu ataupun kelompok.

c Keterampilan administrasi (administrative skill) adalah seluruh keterampilan yang berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian,

penyusunan kepegawaian, dan pengawasan.

d Keterampilan teknik (technical skill) adalah kemampuan untuk menggunakan peralatan-peralatan, prosedur-prosedur, atau

teknik-teknik dari suatu bidang tertentu, seperti akuntansi, produksi,

(33)

3. Fungsi-Fungsi Kepemimpinan:

Kelompok dalam suatu organisasi akan berjalan dengan baik dan

efektif, seseorang harus melaksanakan dua fungsi utama yaitu:

a Fungsi-fungsi yang behubungan dengan tugas atau pemecahan

masalah

Fungsi pertama ini menyangkut pemberian saran penyelesaian,

informasi, dan pendapat

b Fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok atau sosial.

Fungsi kedua ini mencakup segala sesuatu yang dapat membantu

kelompok berjalan lebih lancar, penengahan perbedaan pendapat, dan

sebagainya.

4. Sifat-sifat Seorang Pemimpin yang baik

Pemimpin yang berhasil cenderung memiliki empat macam

kelebihan dari sifat pribadi dan idealnya memiliki suatu kombinasi dari

kebanyakan sifat, menurut Kinth Davis (dalam Wahjosumidjo, 1987:46)

sebagai berikut :

a Inteligensi

Umumnya para pemimpin memiliki kecerdasan yang relatif lebih

tinggi daripada bawahannya.

b Kematangan dan keluasan pandangan sosial

Pemimpin harus lebih matang dan lebih luas dalam hal-hal yang

(34)

c Mempunyai motivasi dan keinginan berprestasi yang datang dari

dalam

Seorang pemimpin diharapkan harus selalu mempunyai dorongan yang

besar untuk dapat menyelesaikan sesuatu.

d Mempunyai kemampuan mengadakan hubungan antar manusia

Seorang pemimpin lebih mengetahui situasi bawahannya, sebab dalam

kehidupan organisasi diperlukan adanya kerjasama atau saling

ketergantungan antara anggota-anggota kelompok.

C. Gaya kepemimpinan

1. Definisi Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki pemimpin

untuk mempengaruhi bawahannya supaya sasaran atau tujuan dapat

tercapai. Pemimpin dalam menetapkan perilaku atau gaya kepemimpinan

akan sangat diwarnai oleh seberapa jauh penguasaan dan pemahaman

nilai-nilai moral serta sifat-sifat kepribadian yang ada pada diri pemimpin.

Kegagalan perilaku yang sering dialami oleh para pemimpin dalam

menggerakkan sumberdaya dalam organisasi diakibatkan oleh

ketidakmatangan pribadinya seperti harga diri, pengendalian diri,

keteladanan, emosional, dan sebagainya walaupun pemimpin itu sendiri

memiliki berbagai keterampilan.

Gaya kepemimpinan dari seorang manajer akan menjadi ukuran bagi

(35)

suatu komunikasi timbal balik antara pemimpin dan karyawan agar tujuan

organisasi dapat tercapai, maka karyawan akan termotivasi untuk

melakukan pekerjaannya penuh tanggungjawab karena karyawan tahu

akan kepribadian yang terpancar dalam diri pemimpinnya.

Berbagai pendapat mengenai gaya kepemimpinan, diantaranya

adalah :

a. Menurut Wahjosumidjo (1987:63), gaya kepemimpinan adalah

bagaimana pemimpin itu berhubungan dengan bawahan.

b. Menurut T. Hani Handoko (2003:299), ada dua gaya kepemimpinan,

yaitu :

1) Gaya kepemimpinan oreintasi tugas, manajer berorientasi tugas

mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk

menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang diinginkannya.

2) Gaya berorientasi karyawan, mencoba untuk lebih memotivasi

bawahan dibanding mengawasi mereka.

2. Macam-macam Gaya Kepemimpinan

Seorang pemimpin dalam mengembangkan dan memotivasi

rekan-rekan kerjanya menggunakan gaya kepemimpinannya sesuai dengan

kebutuhan organisasi dan situasi tertentu, saat mana seorang pemimpin

menempatkan situasi tersebut. Menurut Heidjrachman dan Husanan Suad

(36)

a Kepemimpinan Otokratik

Gaya kepemimpinan otokratik adalah kemampuan mempengaruhi

orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan

diputuskan oleh pemimpin (Sutarto, 1989:73).

Menurut B. Erwin Flippo, gaya kepemimpinan otokrasi dibedakan

menjadi tiga macam, yaitu :

1) Kepemimpinan otokrasi yang bersifat memaksa, pemimpin

memberi perintah, bila perlu dengan memaksa.

2) Kepemimpinan otokrasi yang bersifat kebaikan, pemimpin

memberi perintah dan menjelaskan, memberi dorongan yang

positif dilakukan apa yang diinginkan oleh atasan.

3) Kepemimpinan otokratis yang manipulasi, yaitu pemimpin

mengemudikan para bawahannya ke dalam pemikiran bahwa

mereka sangat bepartisipasi pada saat pemimpin menarik tali di

belakang layar dan hasilnya adalah seorang pemimpin otokrat yang

canggih.

Gaya kepemimpinan otokratik sangat cocok digunakan dalam

situasi-situasi kritis dimana ada masalah yang menuntut penyelesaian

dengan tegas dan tepat. Gaya kepemimpinan otokratik dapat

mendatangkan keuntungan antara lain berupa kecepatan serta

(37)

ketidakpuasan karena mengalami kerugian yang diakibatkan oleh

ketegangan dan suasana yang kurang nyaman.

b Kepemimpinan yang Demokratik

Gaya kepemimpinan demokratik adalah kemampuan untuk

mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapan dengan cara berbagi kegiatan yang akan

dilakukan dan ditentukan bersama baik oleh pimpinan dan karyawan.

Pemimpin berusaha membawa karyawannya menuju ketujuan dan

cita-cita dengan memperlakukan karyawan sejajar, sehingga karyawan

dapat menyumbang ide, pendapat, dan saran yang dimilikinya. Gaya

kepemimpinan ini cocok diterapkan pada organisasi yang menghadapi

masalah yang membutuhkan pemikiran yang banyak dan keterlibatan

yang tinggi dari karyawan dalam pelaksanaannya.

Kepemimpinan demokratis dinyatakan oleh Sri Sujati Kadarisma,

bahwa kepemimpinan yang demokratis ditunjukan dengan adanya

partisipasi atau ikut sertanya kelompok dalam penentuan tujuan, dan

ditindaklanjuti sebagai tipe kepemimpinan yang demokratis dan

diperinci atas beberapa unsur, yaitu sebagai berikut :

1) Ikut sertanya yang dipimpin dalam kepengurusan (sosial participation)

2) Adanya tanggungjawab daripada pemimpinan terhadap yang

(38)

3) Adanya dukungan daripada yang dipimpin terhadap pimpinan

(social support)

4) Adanya pengawasan yang dilakukan oleh yang dipimpin terhadap

pimpinan (social Control)

Kelebihan gaya kepemimpinan ini adalah tumbuhnya rasa ikut

memiliki, karena pemimpin berusaha melibatkan karyawan dalam

pengambilan keputusan. Kekurangannya adalah keputusan dan

tindakan terkadang lamban, rasa tanggungjawab kurang, keputusan

yang dibuat terkadang bukan keputusan yang baik.

c Kepemimpinan Laissez Faire

Gaya kepemimpinan Laissez Faire adalah kemampuan

mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan

dilakukan dan diserahkan kepada bawahan. Ciri-ciri kepemimpinan

Laissez Faire (Sutarto, 1986:77) adalah:

1) Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan

2) Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan

3) Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan

4) Peranan pemimpin sangat sedikit dalam kegiatan kelompok

5) Tanggungjawab keberhasilan organisasi dipikul oleh orang per

orang.

Tentang ciri kepemimpinan bebas ini, angota menentukan tujuan

(39)

mencapainya. Fungsi pemimpin sebagian besar sebagai anggota

kelompok, hanya memberikan nasehat atau pengarahan sejauh diminta

(Herbert G. Hick dan Ray C. Gullett) dalam Sutarto, 1986:78.

Kelebihan dari gaya kepemimpinan laissez faire adalah karyawan akan dapat mengembangkan kemampuan dirinya, dan kekurangannya

berupa kekacauan karena tiap pejabat bekerja menurut selera

masing-masing (Sutarto, 1989:79).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpin yang digunakan oleh seorang pemimpin akan

mempengaruhi sistem kinerja rekan-rekan kerjanya baik secara langsung

maupun tidak langsung. Faktor yang mempengaruhui gaya kepemimpinan

adalah pimpinan sendiri dan dari rekan kerjanya dalam melaksanakan

tugas yang dipercayakan kepada mereka. Faktor dari rekan kerjanya yang

dilihat dari keadaan, kondisi rekan-rekan kerjanya dalam melakukan

tanggungjawabnya. Situasi atau kondisi suatu organisasi akan mendukung

gaya kepemimpinan dalam melaksanakan tugas bersama rekan-rekan

kerjanya, maka diperlukan kerjasama antara pemimpin dan yang dipimpin.

Mary Paker Follett (dalam Hani Handoko, 2003:307) yang

mengembangkan hukum situasi, mengatakan bahwa ada tiga variabel kritis

yang mempengaruhi gaya kepemimpinan, yaitu: 1) pemimpin, 2) bawahan,

dan 3) situasi. Ketiganya saling berhubungan dan berinteraksi. Follett juga

mengatakan bahwa para pemimpin seharusnya berorientasi pada kelompok

(40)

Gambar II.1 hubungan antara pemimpin, bawahan dan situsi.

4. Arti Penting Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan di dalam suatu organisasi akan membantu

pelaksanaan produktivitas dan mempengaruhi kinerja rekan-rekan

kerjanya. Gaya kepemimpinan yang dipakai seorang pemimpin akan

menjadi ukuran bagi karyawan dalam melaksanakan pekerjan dalam situsi

dan kondisi tertentu. Sikap atau gaya kepemimpinan yang tepat akan

memberikan dorongan timbulnya kesediaan rekan-rekan kerjanya untuk

berperilaku dan berbuat sesuai dengan apa yang diharapkan oleh seorang

pemimpin saat itu, maka kita dapat mengetahui semangat karyawan yang

pengaruhnya pada kinerja karyawan tersebut.

5. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja Karyawan

Kepribadian dan motivasi yang dimiliki rekan-rekan kerjanya dalam

melaksanakan suatu pekerjaan sangat berbeda. Motivasi dapat berkembang

atau berkurang sesuai dengan situasi dan kondisi yayasan pendidikan

tempat dimana mereka bekerja.

Peranan pemimpin sangat penting terhadap besar kecilnya pengaruh

kepemimpinan terhadap motivasi rekan-rekan kerja. Situasi yang Kemampuan dan

kualitas pemimpin

(41)

mendukung akan mampu memacu motivasi rekan-rekan kerjanya sehingga

yayasan pendidikan akan lebih berkembang.

D. Motivasi

Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab

seseorang melakukan dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang untuk

berprilaku dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seorang pemimpin

adalah seorang yang bekerja untuk mencapai hasil melalui orang lain. Seorang

pemimpin dituntut untuk mampu mendorong setiap rekan kerja agar mampu

melaksanakan tugas-tugasnya dengan rasa senang dan puas serta mampu

memberi motivasi terhadap rekan kerjanya. Manajer perlu memahami

orang-orang berprilaku tertentu agar dapat mempengaruhinya untuk bekerja sesuai

dengan yang diinginkan organisasi (Hani Handoko, 2003:251).

Kemampuan untuk memotivasi rekan-rekan kerja merupakan

keterampilan pemimpin yang harus dikuasai oleh setiap pemimpin organisasi.

Rekan kerja dapat dipengaruhi, maka seorang manajer harus dapat memahami

apa yang menjadi kebutuhan karyawan. Peranan seorang pemimpin sangatlah

penting terhadap besar-kecilnya pengaruh terhadap motivasi rekan kerjanya,

karena sebagai sarana mendayagunakan orang lain untuk mencapai suatu

tujuan, hanya akan berlangsung efektif dan efisien, jika para pemimpin

mampu memotivasi para rekan kerjanya dalam melaksanakan tugas-tugas dan

(42)

1. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti dorongan, sebab atau alasan

seorang melakukan sesuatu. Motivasi berarti suatu kondisi yang

mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan suatu perbuatan atau

kegiatan.

Menurut T. Hani Handoko, motivasi adalah keadaan dalam pribadi

seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan

kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.

Motivasi pada hakekatnya adalah suatu proses psikologi yang

mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan

yang terjadi pada diri seseorang.

a. Teori Motivasi

1) Teori Motivasi dari Herzbeg

Kepuasaan pekerjaan itu selalu dihubungkan dengan isi

jenis pekerjaan (job content), dan ketidakpuasaan kerja selalu disebabkan karena hubungan pekerjaan dengan aspek-aspek di

sekitar yang berhubungan dengan pekerjaan (job content). Kepuasan-kepuasan dalam bekerja oleh Herzberg diberi nama

motivators (pemuas) dan hygienic factors (faktor-faktor pemelihara) faktor-faktor pemelihara mencegah merosotnya

semangat kerja atau efisiensi, dan meskipun faktor-faktor ini tidak

dapat memotivasi, tetapi dapat menimbulkan ketidakpuasan kerja

(43)

digabungkan dikenal dengan nama Dua Faktor Teori Motivasi dari

Herzberg (Hani Handoko, 2003:259).

Tabel II.1 Faktor-faktor Pemuas dan Pemelihara Dalam Kerja

Faktor-faktor Pemuas Faktor-faktor Pemelihara

Prestasi

Penghargaan

Pekerjaan kreatif dan menantang

Taggungjawab

Kemajuan dan peningkatan

Kebijaksanaan dan administrasi Perusahaan

Kualitas Pengendalian teknik

Kondisi kerja

Hubungan kerja

Status pekerjaan

Keamanan kerja

Kehidupan pribadi

penggajian

2) Abraham Maslow dan Hirarki Kebutuhan

Abraham Maslow mengemukakan bahwa manusia memiliki

lima kategori kebutuhan pokok yaitu kebutuhan fisiologis, rasa

aman, sosial, ego, dan perwujudan diri. Maslow mengatakan

bahwa kebutuhan-kebutuhan tersebut membentuk suatu hirarki

atau tangga dan masing-masing kebutuhan itu hanya aktif apabila

kebutuhan yang lebih rendah terpenuhi.

(44)

kebutuhan Maslow. Kebutuhan fisiologis merupakan

kebutuhan paling pokok yang dimiliki misalnya kebutuhan

akan makan, minum, perumahan, istirahant.

(b) Kebutuhan rasa aman (Safety Needs). Kebutuhan rasa aman akan mencakup kebutuhan akan perlindungan dari mara

bahaya, dan kebutuhan akan jaminan keamanan.

(c) Kebutuhan sosial (Social Needs). Kedua kebutuhan diatas sudah terpenuhi menurut maslow kebutuhan itu tidak lagi

memotivasi perilaku. Kebutuhan sosial yang akan menjadi

motivasi aktif dari perilaku. Kebutuhan sosial meliputi

memberi dan menerima kasih sayang dan persahabatan.

(d) Kebutuhan ego (Ego Needs).

(1) Kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan kehormatan

diri, percaya diri atau suatu keyakinan akan diri sendiri,

keberhasilan, dan pengetahuan.

(2) Kebutuhan yang berkaitan dengan reputasi seseorang

meliputi kebutuhan akan status, pengakuan, penghargaan

dari orang lain.

(e) Kebutuhan perwujudan diri (Self-Actualization Needs)

Meliputi kebutuhan yang bekaitan dengan potensi dari

(45)

3) Teori Motivasi Prestasi dari McClelland

Tokoh motivasi lain yang mengemukakan bahwa manusia

pada hakekatnya mempunyai kemampuan untuk berprestasi di atas

kemampuan orang lain menurut David C. McCelland.

Teori X dan Teori Y dari Douglas McClelland.

Lebih lanjut menurut asumsi teori X dari McGregor ini bahwa orang-orang ini pada hakekatnya adalah :

(a) Tidak menyukai pekerjaan.

(b) Tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung

jawab, dan lebih menyukai diarahkan atau diperintah.

(c) Mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi mengatasi

masalah-masalah organisasi.

(d) Hanya membutuhkan motivasi fisiologi dan keamanan saja.

(e) Harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mencapai

tujuan organisasi.

Secara keseluruhan asumsi teori Y mengenai manusia adalah sebagai berikut :

a) Pekerjaan itu pada hakekatnya seperti bermain dapat memberikan

kepuasan kepada orang. Keduanya bekerja dan bermain merupakan

aktivitas-aktivitas fisik dan mental. Sehingga di antara keduanya

tidak ada perbedaan, jika semua keadaan sama-sama

(46)

b) Manusia dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak bisa

dihindari dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi.

c) Kemampuan untuk beraktivitas di dalam memecahkan

persoalan-persoalan organisasi secara luas di distribusikan kepada seluruh

karyawan.

d) Motivasi tidak saja berlaku pada kebutuhan-kebutuhan sosial,

penghargaan, dan aktualisasi diri, tetapi juga pada tingkat

kebutuhan-kebutuhan fisiologi dan keamanan.

e) Orang-orang dapat mengendalikan diri dan kreatif dalam bekerja

jika dimotivasi secara tepat.

b. Faktor Motivasi

Penulis menggunakan gagasan Hezberg (dalam Sarwoto,

1977:136), yang mengatakan bahwa faktor-faktor motivasi sebagai

berikut :

1) Keinginan Berprestasi

Seorang karyawan mempunyai harapan yang besar untuk dapat

berprestasi tinggi dan jika ia menduga dengan tercapainya prestasi

yang tinggi tersebut ia akan mendapatkan hasil seperti yang

diharapkan, maka ia akan mempunyai motivasi yang tinggi untuk

bekerja lebih giat. Keinginan berprestasi dapat diartikan sebagai

sikap hidup untuk berani mengambil resiko untuk sasaran yang

(47)

2) Penghargaan

Penghargaan suatu prestasi yang telah dicapai oleh seseorang

akan memberikan kepuasan batin sehingga orang akan berusaha

agar lebih berprestasi dengan harapan akan memperoleh tingkat

kepuasaan yang lebih tinggi. Menurut Manullang, penghargaan

yaitu pengakuan atas keberhasilan seseorang dalam pelaksanaan

tugasnya.

Kelanjutan dari keberhasilan pelaksanaan, pemimpin harus

memberi pernyataan pengakuan akan keberhasilan tersebut.

Pengakuan terhadap keberhasilan karyawan dapat dilakukan

dengan berbagai cara sebagai berikut (Manullang, 1981:152)

(a) langsung menyatakan keberhasilan di tempat pekerjaannya,

lebih baik dilakukan sewaktu ada orang lain.

(b) memberi surat penghargaan

(c) memberi hadiah berupa uang tunai

(d) memberi medali, surat penghargan dan hadiah uang tunai.

(e) memberi kenaikan atau promosi.

3) Tantangan

Tantangan yang dihadapi menjadikan motivator yang kuat bagi

karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Tantangan demi

tantangan akan menimbulkan kegairahan kerja yang dapat

mengatasi kebosanan dalam bekerja. Tantangan berarti pekerjaan

(48)

pekerjaan itu sendiri, terlebih dahulu karyawan harus mengerti

tentang pekerjaannya. Pemimpin juga ikut berperan di dalamnya,

maka yang harus dilakukan pemimpin menurut Herzberg (dalam

Manullang, 1981:152), adalah membuat usaha-usaha yang riil dan

menyakinkan, sehingga bawahan mengerti akan pentingnya

pekerjaan yang dilakukannya dan berusaha menghindarkan

kebosanan dalam pekerjaan bawahan serta mengusahakan agar

setiap bawahan sudah tepat dalam pekerjaannya.

4) Tanggung jawab

Rasa ikut memiliki akan menimbulkan motivasi untuk merasa

bertanggung jawab secara benar terhadap kelangsungan hidup

organisasi dimana ia bekerja. Tanggungjawab diartikan sebagai

kewajiban melaksanakan suatu tugas sesuai dengan syarat yang

telah ditentukan pihak lain.

5) Pengembangan

Menurut Herzberg (dalam Manullang, 1981:152), agar faktor

pengembangan benar-benar berfungsi sebagai motivator, maka

pemimpin dapat memulainya dengan melatih bawahannya untuk

pekerjaan yang lebih bertanggungjawab. Pengembangan

kemampuan seseorang dapat merupakan motivator terkuat bagi

rekan kerja untuk bekerja lebih giat dan lebih bersemangat, bila ini

sudah dilakukan selanjunya pemimpin memberi rekomendasi

(49)

pangkatnya atau dikirim mengikuti pendidikan atau latihan

lanjutan.

Proses motivasi dimulai dengan pengenalan kebutuhan, dengan

menggunakan teori A. Maslow, yaitu sebagai berikut :

(a) Fisiologi :kebutuhan akan makan, minum dan hal-hal

yang penting untuk kehidupan.

(b)Keamanan : kebutuhan perlindungan dari bahaya dan

kehilangan kebutuhan fisiologis.

(c) Sosial : kebutuhan cinta, kasih sayang, dan

diterima sebagai kelompok sosial.

(d)Penghargaan : kebutuhan memiliki harga diri yang stabil

dan tinggi akan kebutuhan untuk dihormati

orang lain.

(e) Aktualisasi diri : kebutuhan untuk mengembangkan potensi

dan kecakapan untuk menjadi orang yang

dipercaya orang lain agar mampu berbuat

sesuatu (pengungkapan diri).

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi

Manusia sebagai proses psikologis yang terjadi pada diri seseorang

sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Wahjosumidjo

(1994:193) motivasi sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan

(50)

Pengertian lingkungan kerja dalam kehidupan organisasi meliputi

faktor pemimpin dan bawahan. Dari pihak pemimpin terdapat

unsur-unsur yang sangat berpengaruh terhadap motivasi seperti:

1) Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan, termasuk di

dalam prosedur kerja, berbagai rencana dan program kerja

2) Persyaratan yang perlu dipenuhi oleh bawahan

3) Tersedianya seperangkat alat-alat dan sarana yang diperlukan

dalam mendukung pelaksanaan kerja, termasuk di dalamnya

bagaimana tempat para bawahan bekerja

4) Gaya kepemimpinan atasan terhadap sifat-sifat dan perilaku atasan

terhadap bawahan

Disamping atasan, bawahan juga memiliki peranan penting dalam hal

memotivasi. Unsur-unsur yang sangat mempengaruhi motivasi yakni:

kemampuan kerja, semangat atau moral kerja, rasa kebersamaan dalam

kelompok, dan prestasi dan produktifitas kerja.

d. Arti Penting Motivasi Serta Kaitannya dengan Kepemimpinan

Motivasi merupakan salah satu teknik kepemimpinan, sehingga

dapat dikatakan bahwa motivasi memiliki kaitan yang erat dengan

kepemimpinan. Motivasi kerja yang tinggi dari setiap karyawan

diperlukan guna peningkatan produktivitas organisasi. Orang yang

mempunyai motivasi yang tinggi akan terpacu untuk bekerja keras dan

(51)

sekedar sebagai sumber penghasilan tetapi untuk pengabdian diri dan

pelayanan bagi orang lain, itulah semangat hamba. Motivasi sangat

penting untuk mendorong seseorang dalam menghasilkan suatu karya

bagi perkembangan diri maupun bagi perkembangan organisasi

tersebut, tetapi tidak terlepas dari sikap dan gaya kepemimpinan untuk

mencapai tujuan.

e. Kerangka Pikir Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Motivasi kerja Karyawan

Kerangka pikir penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian

Pada kerangka pikir ini penulis menggambarkan bahwa hubungan

antara gaya kepemimpinan dan motivaisi kerja karyawan sangat erat

hubungannya yang ditunjukkan oleh garis panah yang mengarah

kesamping, sehingga antara pimpinan dan rekan kerja menjadi patner Kepemimpinan

(52)

kerja bukan sebagai bawahan. Dari hubungan tersebut akan terlihat

bahwa pemimpin menggunakan gaya kepemimpinan seperti apa.

Hubungan yang ditunjukkan oleh garis tersebut mampu memotivasi

karyawan dan mampu menghasilkan suatu pekerjaan yang maksimal

atau tinggi sehingga tujuan dari perusahaan atau yayasan dapat

tercapai.

E. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban sementara atas

permasalahan penelitian di mana memerlukan data untuk menguji kebenaran

dugaan tersebut atau secara empiris (Donald R. Cooper dan C. William

Emory, 1996:42)

Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori, maka penulis

merumuskan hipotesis : ada hubungan positif antara gaya kepemimpinan dan

(53)

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan penelitian kuantitatif berupa studi kasus.

Studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan terhadap objek tertentu

yang populasinya terbatas, sehingga kesimpulan yang diambil hanya terbatas

pada objek yang diteliti.

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang

yang beralamat di Jl. Charitas No. 1, Tegalrejo – Belitang Ogan Komering

Ulu Timur, Sumatera Selatan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret tahun 2008

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian meliputi para guru/karyawan di Yayasan Pendidikan

Charitas Cabang Belitang. Subjek yang digunakan dalam penilitian ini

adalah 81 orang guru, yang terdiri dari 8 (delapan) kepala sekolah

(54)

penelitian ini jumlah sampel sama dengan jumlah populasi, maka

penelitian ini adalah penelitian populasi (sensus).

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah gaya kepemimpinan dan motivasi kerja karyawan.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah gaya kepemimpinan.

Gaya Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki pemimpin untuk

mempengaruhi rekan-rekan kerjanya supaya sasaran atau tujuan dapat

tercapai. Maka gaya kepemimpinan diuraikan menjadi :

a Cara pemimpin dalam mengambil keputusan

b Hubungan pemimpin dengan rekan kerja

c Cara pemimpin dalam memperlakukan rekan kerja

d Cara pemimpin menghadapi masalah dalam organisasi

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah motivasi kerja karyawan. Motivasi adalah suatu

kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan

dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang untuk berprilaku dan

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Motivasi ini meliputi aspek-aspek

sebagai berikut :

a Keinginan Berprestasi

(55)

c Tantangan

d Tanggungjawab

e Pengembangan diri

E. Pengukuran Variabel Penelitian

Penelitian ini terdapat variabel bebas (X) yaitu gaya kepemimpinan yang

terdiri dari gaya kepemimpinan otokratik, gaya kepemimpinan demokratik,

dan gaya kepemimpinan laissez Faire, sedangkan untuk variabel terikatnya

(Y) adalah motivasi kerja karyawan yang terdiri dari keinginan berprestasi,

penghargaan, tantangan, tanggungjawab, dan pengembangan diri, maka dalam

penelitian ini penulis menggunakan daftar pertanyaan yang terdiri dari dua

kelompok. Kelompok pertama tentang gaya kepemimpinan dan kelompok

kedua tentang motivasi kerja karyawan.

1. Kelompok pertama tentang gaya kepemimpinan yang terdiri dari empat

variabel yaitu indikator cara pemimpin dalam mengambil keputusan,

indikator hubungan pemimpin dengan rekan kerja, indikator cara

pemimpin memperlakukan rekan kerja, dan indikator pemimpin dalam

menyelesaikan masalah organisasi. Pengukuran variabel gaya

kepemimpinan menggunakan skala Likert dengan lima alternatif jawaban yang disusun secara bertingkat. Skala Likert adalah metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuan terhadap

subjek atau objek tertentu (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo,

(56)

pertanyaan diberi lima pilihan jawaban dan diberi skor satu sampai lima.

Pertanyaan yang diajukan dengan kriteria-kriteria jawaban sebagai berikut:

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Ragu-ragu 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

2. Kelompok dua tentang motivasi kerja karyawan terdiri dari lima variabel

yaitu keinginan berprestasi, penghargaan, tantangan, tanggungjawab, dan

pengembangan. Penilaian untuk kelompok kedua tentang motivasi kerja

karyawan, pengukuran variabelnya menggunakan skala likert dengan lima alternatif jawaban yang disusun secara bertingkat. Skala likert adalah metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau

ketidaksetujuan terhadap subjek atau objek tertentu (Nur Indriantoro dan

Bambang Supomo, 2002:104). Pengukurannya dinyatakan dalam bentuk

skor, setiap pertanyaan diberi lima pilihan jawaban dan diberi skor satu

sampai lima. Pertanyaan yang diajukan dengan kriteria-kriteria jawaban

sebagai berikut :

(57)

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Ragu-ragu 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

Apabila jawaban yang diberikan adalah setuju maka jawaban

tersebut menunjukkan tingkat motivasi kerja karyawan yang tinggi.

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,

2002:57) dalam penelitian ini populasinya adalah Kepala Sekolah, Guru

dan karyawan Charitas Belitang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari karekteristik yang dimiliki oleh populasi

yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian (Sugiyono,

2002:57). Sampel yang digunakan dalam penilitian ini adalah 87 orang

guru, yang terdiri dari 8 (delapan) kepala sekolah sekaligus menjabat

sebagai guru, 79 terdiri dari guru/ karyawan. Dalam penelitian ini jumlah

(58)

sampel sama dengan jumlah populasi, maka penelitian ini adalah

penelitian populasi.

G. Metode Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara teliti dan

sistimatis atau gejala-gejala (fenomena) yang sedang diteliti. Hasil

observasi disimpan dalam bentuk catatan-catatan.

2. Kuesioner

Kuesioner adalah daftar pernyataan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden yang kadang-kadang tempat

tinggalnya tersebar.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan

dan mencatat data dari sumber cacatan atau arsip yang ada di Yayasan

Pendidikan Charitas Cabang Belitang.

H. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang dinyatakan dalam kriteria

atau operasi yang dapat diuji secara khusus (Donald R. Cooper dan C. William

Emory, 1996:37). Manfaatnya memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk

melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau

(59)

adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mempengaruhi dan mengarahkan

tingkah laku orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

1. Gaya Kepemimpinan adalah cara pemimpin menghadapi staf atau bawahan

yang biasanya berbeda pada setiap individu dan dapat berubah-ubah

sehingga tujuan dapat tercapai.

2. Motivasi kerja adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang

tinggi kearah tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya

itu untuk memenuhi suatu kebutuhan individu.

3. Karyawan Yayasan Charitas

Karyawan Yayasan Charitas adalah orang-orang yang memberikan tenaga,

bakat, kreativitas, dan usaha mereka kepada suatu organisasi di Yayasan

Charitas sehingga tujuan dapat tercapai.

I. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Penulis menggunakan uji validitas dan reliabilitas, yaitu :

1. Uji Validitas

Uji validitas dalam penelitian ini dijelaskan sebagai suatu derajat

ketepatan alat ukur penelitian tentang isi yang sebenarnya dari apa yang

diukur, rumus yang dapat digunakan untuk mengukur validitas suatu

instrumen adalah korelasi product momen (Sugiono, 2005:213) sebagai berikut :

rxy =

(

) (

)

(

)

[

Ν Χ − Χ

]

[

Ν Υ −

(

Υ

)

]

Υ Χ − ΧΥ Ν

2 2

(60)

keterangan :

rxy = koefisien korelasi tiap item

X = jumlah alternatif jawaban yang dipilih setiap responden dari setiap

butir pertanyaan

Y = jumlah total seluruh alternatif jawaban pada seluruh pertanyaan yang

dipilih oleh seluruh responden

N = jumlah sampel

Besarnya r dapat dihitung dengan menggunakan korelasi dengan

taraf signifikan (α) 5%. Apabila rhitung lebih besar dari rtabel dengan taraf

signifikasi 5%, maka butir-butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid. Jika

rhitung lebih kecil dari rtabel dengan taraf signifikasi 5%, maka butir-butir

pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan untuk menguji validitas,

artinya reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat ukur didalam

mengukur gejala yang sama. Pengukuran reliabilitas menggunakan teknik

Alpha Cronbach (Sugiono, 2005:213)dengan rumus sebagai berikut :

ri =

(

)

− 2

2 1

1 St

Si

(61)

keterangan:

k = mean kuadrat antara subjek

=

2

Si mean kuadrat kesalahan

St2 = varian total

J. Metode Analisis Data

1. Untuk menjawab masalah pertama yaitu gaya kepemimpinan apa yang

diterapkan oleh Koordinator Yayasan Pendidikan Charitas Cabang

Belitang. Penulis menghitung berapa jumlah karyawan yang mempunyai

nilai pada batasan-batasan gaya kepemimpinan dan menggolongkan total

nilai kuesioner kelompok pertama, dengan menggunakan Skala likert, untuk menentukan gaya kepemimpinan maka perlu dicari interval kelasnya

dengan menggunakan rumus Sturges (Nugroho Budiyuwono, 1997:370)

Ci =

K range

Keterangan:

Ci : interval kelas

Range : selisih batas atas dan batas bawah

K : banyaknya kelas

2. Untuk menjawab masalah kedua yaitu apakah ada hubungan yang positif

antara gaya kepemimpinan dan motivasi kerja karyawan digunakan rumus

(62)

rxy =

(

) (

)

(

)

[

Ν Χ − Χ

]

[

Ν Υ −

(

Υ

)

]

Υ Χ − ΧΥ Ν

2 2

2 2

Pada hakekatnya nilai korelasi dapat bervareasi dari –1 melalui 0 hingga 1.

Bila r = 0 berarti kedua variabel tersebut tidak mempunyai hubungan sama

sekali atau hubungan antara kedua variabel sangat lemah. Bila r = 1 maka

antara kedua variabel mempunyai hubungan yang sempurna dan positif.

Bila r = -1 berarti kedua variabel tersebut mempunyai hubungan yang

(63)

CABANG BELITANG

A. Sejarah Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang

Berdirinya gereja Katolik dan SD Xaverius di Mojosari tidak lepas dari

jasa dan perjuangan para pastor SCJ. Pastor Borst SCJ melihat perkembangan

umat Katolik di daerah tersebut semakin baik, hingga timbul gagasan untuk

mendirikan sekolah Katolik. Mulai September 1954 Pastor Neilen SCJ

menetap di Mojosari, bersamaan dengan berdirinya SD Mojosari. Namun

Pastor Neilen sangat sibuk di Paroki, maka dari itu pengelolaan sekolah

diserahkan kepada suster Charitas. Para suster Charitas yang semula murni

bergerak dalam bidang Kesehatan akhirnya merintis karya pelayanan

Pendidikan. Sr. M. Brigitta tergerak hatinya melihat begitu banyak anak usia

sekolah yang tidak dapat menikmati pendidikan di sekolah. Moeder M.

Alacoque sebagai pemimpin biara menyetujui inisiatifnya kemudian Sr. M.

Brigitta belajar di Palembang mengambil pendidikan guru. Sekitar tahun 1956

- 1958, Sr. M. Brigitta menjabat Kepala sekolah SD Xaverius Mojosari dan

Gurnawang. Di Gumawang gedung sekolah untuk SD Xaverius belum selesai

dibangun. Proses belajar mengajar berlangsung di halaman. Mereka

berantusias belajar dan bangga dapat mengenyam pendidikan di sekolah.

Perjuangan Sr. M. Brigitta membuahkan perubahan pola pikir masyarakat.

(64)

mempererat jalinan persaudaraan antara sekolah dengan orang tua siswa serta

masyarakat pada umumnya.

Para suster berusaha keras untuk menjadi pendidik agar anak-anak

dapat menikmati pendidikan yang layak. Pada awalnya sekolah-sekolah

Charitas menginduk di Yayasan Xaverius milik keuskupan Palembang sampai

pada tahun 1978, nama-nama sekolah pun memakai nama Xaverius, yakni 1

TK Xaverius, 4 SD Xaverius, dan 4 SMP Xaverius. Sesuai dengan

perkembangan zaman dan berkembangnya Kongregasi serta semakin banyak

anggota Kongregasi tiap tahunnya, maka Kongregasi Charitas mandiri pada

tanggal 1 Desember 1991, dengan berjalannya waktu jumlah murid semakin

meningkat dan berkembang. Melalui proses yang panjang maka Kongregasi

Charitas mengganti nama sekolah yang semula Xaverius menjadi Charitas.

Pada tahun 2002 sekolah-sekolah tersebut berganti nama menjadi sekolah

Charitas dengan SK dari Dinas Pendidikan Kabupaten OKU Nomor

420/2626/11/XI/ 2002, yakni 1 Tk Charitas, 4 SD Charitas, 4 SMP Charitas.

Pada tahun pembelajaran 2000 – 2001, satu sekolah ditutup yakni SD Charitas

04 Karang Binangun dengan SK dari Kongregasi Nomor :

135/K.FCh/XII/2000 dan SK dari Yayasan Charitas dengan Nomor : 01/

Yay.Pend. Ch/1/2001.

Untuk memudahkan pengelolaan, maka Yayasan Pendidikan Charitas

yang semula pusatnya di Palembang pindah di Jakarta. Seluk beluk

pendidikan Xaverius (TKK, SD, SMP) yang menjadi tanggung jawab

(65)

cita-cita kongregasi sebagai wujud nyata bagi yang membutuhkan uluran

tangan. Apa pun yang terjadi melalui jatuh-bangunnya perjuangan yang

dialami, karya tersebut merupakan bagian dari semangat Ibu Pendiri

Kongregasi. Perjuangan yang telah dirintis para pendahulu menjadi tantangan

yang menggelitik untuk diperjuangkan.

B. Visi, Misi, Moto dan tujuan Yayasan Pendidikan Charitas 1. Visi

Menjadikan sekolah Charitas andalan dalam pelayanan pendidikan

yang berkualitas dan tempat berkembangnya peserta didik melalui

keteladanan dan cinta kasih demi pencerdasan Bangsa.

2. Misi

a Ikut serta secara aktif mensukseskan kebijakan pemerintah dalam

mencerdaskan Bangsa.

b Mengembangkan kehidupan bermoral bagi peserta didik dan insan

pendidikan, melalui keteladanan, cinta kasih, untuk menumbuhkan

sikap percaya diri, disiplin, tanggung jawab, saling menghargai serta

dapat berkompetisi dan bekerjasama.

c Meningkatkan mutu kualitas pendidikan secara berkesinambungan

dalam rangka menghasilkan peserta didik yang berbudaya, kompeten,

cerdas, baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik.

(66)

3. Semangat Spiritualitas

Dalam kegembiraan, kesederhanaan dan terutama dalam cinta kasih,

menolong orang lain seraya berdoa dan mengorbankan diri, menampakkan

kegembiraan hidup diantara orang yang sakit dan yang berkekurangan.

4. Moto Yayasan

“In Omnibus Charitas, yang berarti kasih di dalam segalanya”. 5. Tujuan YPCh

a. Adanya kurikulum, proses pembelajaran serta sarana prasarana

pembelajaran yang mendukung dalam menyiapkan peserta didik bagi

perannya di masa depan.

b. Adanya guru dan karyawan yang mempunyai kompetensi dibidangnya

masing-masing, beriman serta mempunyai komitmen dan tanggung

jawab pada profesinya.

c. Adanya suasana lingkungan, tempat belajar, peserta didik yang aman

dan nyaman.

d. Pada peserta didik menunjukkan adanya perkembangan yang nyata

dalam ilmu, iman, watak, budi pekerti luhur dan potensi lain secara

memadai.

e. Adanya hubungan yang serasi, adil, seimbang, penuh tanggung jawab

antara pengurus dan karyawan serta terciptanya komunitas iman pada

setiap unit kerja.

f. Adanya kemampuan kreatifitas, kolaborasi dalam mencapai kinerja

(67)

menciptakan produktivitas dan mengembangkan hal-hal baru untuk

perubahan yang dibutuhkan.

g. Adanya hubungan dan kerja sama yang baik antara Yayasan

Pendidikan Charitas dengan orang tua murid, umat Paroki, masyarakat

sekitar serta lembaga-lembaga pendidikan yang terkait, baik

pemerintah maupun swasta dalam rangka mengembangkan pelayanan

pendidikan.

C. Arti Logo Yayasan Pendidikan Charitas 1. Makna Lambang/Simbol

a Perisai Segi lima: Pelayanan pendidikan berazaskan Pancasila

b Salib: Lembaga pendidikan swasta bernafaskan Katolik

c Hati: Pengabdian ya

Gambar

Gambar II.1 hubungan antara pemimpin, bawahan dan situsi.
Tabel II.1 Faktor-faktor Pemuas dan Pemelihara Dalam Kerja
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian
Tabel V.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini memberikan beberapa rekomendasi mengenai kemungkinan perencanaan kapasitas pada pengolahan karet SIR unit usaha Tebenan untuk membuat

[r]

Perubahan pendapatan usahatani akibat adanya TMC sebesar 265,58% dalam satu tahun.Maka dari ituTMC lebih baik tetap dilaksanakan agar tetap tersedianya air di

[r]

34 of 2016 on New Tari s for Income Tax on Transfers of and Conditional Sale and Purchase Agreements for Land and/or Buildings, the Regional Government of DKI Jakarta Province has

“On this PC” refers to music files actually on your machine, while “in the cloud” lists songs you’ve bought from Microsoft’s online music store; they’re held for you in

Penulis menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Pemanfaata n Teknik RAPD dalam Deteksi Keragaman Genetik Padi ( Oryza sativa L.) varietas Bahbutong Tahan Cekaman

(7) Dalam hal Pelelangan Umum Metode Dua Tahap gagal, sebagaimana dimaksud Pasal 83 ayat (1) Huruf j, berdasarkan hasil evaluasi Kelompok Kerja ULP dapat