studi Kasus Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang Jl. Charitas No. 1, Tegalrejo – Gumawang BK X
Belitang – OKU Timur 32382 Sumatera Selatan
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarja Ekonomi
Program Manajemen
Oleh:
ELISABETH SUSILOWATI
NIM : 042214006
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN
TENTANG GAYA KEPEMIMPINAN
DAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN
Studi Kasus Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang Jl. Charitas No. 1, Tegalrejo – Gumawang BK X
Belitang - OKU Timur 32382 Sumatera Selatan
Oleh :
ELISABETH SUSILOWATI
!
"
$
•
%
!
&
•
%
&
TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN
DAN MOTIVASI KARYAWAN
Studi Kasus di Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang JL. Charitas No. 01 Tegalrejo-Belitang
Ogan Komering Ulu-Timur 32832 Sumatera Selatan
Elisabeth Susilowati Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang di gunakan oleh pemimpin Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang, serta untuk mengetahui hubungan gaya kepemimpinan dan motivasi kerja karyawan.
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik observasi, kuesioner, dan dokumentasi. Kuesioner berisikan tentang gaya kepemimpinan dan motivasi kerja karyawan. Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis masalah pertama adalah dengan cara menggolongkan total skor gaya kepemimpinan menurut persepsi pemimpin sendiri, kepala sekolah dan para guru atau karyawan. Teknik analisis data penelitian yang dilakukan adalah teknik Korelasi Product Moment dengan signifikansi 5%, yang digunakan untuk mengkaji hipotesis penelitian.
LEADERSHIP STYLE AND MOTIVATION OF EMPLOYEES
A Case study at Charitas Educational Foundation, Belitang, South Sumatera
Elizabeth Susilowati Sanata Dharma University
Yogyakarta 2008
The aim of this research was to know the leadership style used by the principal of the Charitas Educational Foundation, Belitang, and to know the relationship between the leadership style and the motivation of the employees.
To obtain the data, the research used observation, questionnaires and documentation. Questionnaires contained the elements of leadership style and motivation of the employees. To answer the fist problem, the research classified the total score of leadership style according to the perception of the principal, headmaster, teachers and administrative employees. Then, to answer the second problem, the research employed Product Moment Correlation with 5% level of significant.
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Elisabeth Susilowati
Nomor Mahasiwa : 04 2214 006
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
“Hubungan antara Persepsi Karyawan terhadap Gaya Kepemimpinan dan
Motivasi Karyawan : Studi Kasus di Yayasan Pendidikan Charitas Cabang
Belitang JL. Charitas No. 01 Tegalrejo-Belitang Ogan Komering Ulu-Timur 32832 Sumatera Selatan”.
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 30 Agustus 2008
Yang menyatakan,
penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan bimbingan Roh Kudus dan kesetiaan Allah yang tiada batasnya.
Skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Persepsi Karyawan
Terhadap Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Karyawan” studi kasus
di Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang, disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
Tersusunnya skripsi ini tidak mungkin dapat terlaksana dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak kepada penulis, baik secara langsung dan tidak langsung, oleh karena itu penulis dengan kerendahan hati mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Dr. Ir. P. Wiryono P, SJ, selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.
2. Drs. Alex Kahu Lantum, M.S, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sanata Dharma.
3. Drs. Hendra Purwanto, M.Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Drs. Alex Kahu Lantum, M.S, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PENYERTAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
A. Manajemen ... 7
B. Kepemimpinan ... 11
C. Gaya Kepemimpinan ... 15
D. Motivasi ... 22
E. Hipotesis ... 33
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 34
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 34
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 34
D. Variabel Penelitian ... 35
E. Pengukuran Variabel Penelitian ... 36
F. Populasi dan Sampel ... 38
G. Metode Pengumpulan Data ... 39
H. Definisi Operasional ... 39
I. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 40
J. Metode Analisis Data ... 42
BAB IV GAMBARAN UMUM YAYASAN A. Sejarah Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang ... 44
B. Visi, Misi, Moto, dan Tujuan Yayasan Pendidikan Charitas ... 46
Pendidikan Charitas ... 50
F. Penyelenggara Pendidikan ... 51
G. Struktur Organisasi Yayasan Pendidikan Charitas ... 53
H. Tugas, Wewenang, dan Tanggungjawab ... 54
I. Struktur Organisasi Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang ... 62
J. Tugas, Wewenang, dan Tanggungjawab ... 63
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian ... 72
B. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 75
C. Analisis Deskriptif tanggapan Subjek Penelitian ... 78
D. Analisis Korelasi dan Pengujian Hipotesiss ... 88
E. Pembahasan ... 89
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 93
B. Saran ... 95
C. Keterbatasan Penelitian ... 96 DAFTAR PUSTAKA
Halaman Gambar II.1 : Hubungan antara pemimpin, bawahan dan situsi ... 21 Gambar II.2 : Kerangka Pikir Penelitian ... 32 Gambar IV.1 : Struktur Organisasi Yayasan pendidikan Charitas ... 52 Gambar IV.2 : Struktur Organisasi Yayasan pendidikan Charitas
Tabel II.1 : Faktor-faktor Pemuas dan Pemelihara Dalam kerja ... 24
Tabel V.1 : Jenis Kelamin Responden ... 73
Tabel V.2 : Usia Responden ... 73
Tabel V.3 : Pendidikan Responden ... 74
Tabel V.4 : Lama Bekerja ... 75
Tabel V.5 : Hasil Uji Validitas Instrumen ... 76
Tabel V.6 : Hasil Uji Reliabilitas Istrumen ... 78
Tabel V.7 : Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Terhadap Gaya Kepemimpinan Ditinjau dari Aspek Cara Pemimpin dalam Mengambil Keputusan ... 79
Tabel V.8 : Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Terhadap Gaya Kepemimpinan Ditinjau dari Aspek Cara Pemimpin dalam Memperlakukan Karyawan ... 80
Tabel V.9 : Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Terhadap Gaya Kepemimpinan Ditinjau dari Aspek Cara Pemimpin dalam Menyelesaikan Masalah ... 81
Tabel V.10 : Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Terhadap Gaya Kepemimpinan Ditinjau dari Aspek Hubungan antara Pemimpin dengan Karyawan ... 83
Tabel V.13 : Interval Gaya Kepemimpinan ... 86 Tabel V.14 : Skor Gaya Kepemimpinan menurut Persepsi Koordinator
Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang ... 86 Tabel V.15: Skor Gaya Kepemimpinan menurut Persepsi Kepala Sekolah
di Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang ... 87 Tabel V.16: Skor Gaya Kepemimpinan menurut Persepsi Para Guru
di Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang ... 87 Tabel V.17: Hasil Analisis Korelasi Gaya Kepemimpinan Dengan
Lampiran 1 : Kuesioner
Lampiran 2 : Gambar Logo Instrumen
Lampiran 3 : Data Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 4 : Data Hasil Penelitian Tanggapan Responden Lampiran 5 : Analisis Korelasi product Moment
Lampiran 6 : Tabel r
A. Latar Belakang Masalah
Kepemimpinan dalam suatu organisasi akan berhasil dalam mencapai
tujuan bila pemimpin organisasi tersebut mampu mengembangkan sumber
daya manusia yang telah tersedia yaitu tenaga manusia. Pemimpin yang
berhasil adalah mereka yang mampu melihat sumber daya manusia sebagai
aset yang harus dikelola sesuai dengan kebutuhan bisnis (Rendall S. Schuler
dan Susan E. Jackson, 2005:3). Dalam mengembangkan sumber daya
manusia, maka organisasi tersebut mempunyai kualitas yang baik sehingga
produktifitas meningkat.
Fungsi manajemen dalam organisasi yaitu perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian. Keempat fungsi
manajemen tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Jika salah satu fungsi manajemen tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik,
maka akan terdapat ketimpangan-ketimpangan atau kegagalan dalam suatu
organisasi. Fungsi manajemen dapat dilaksanakan dengan baik, diperlukan
seorang pemimpin yang berkualitas dengan gaya kepemimpinan yang mampu
mengedalikan kelangsungan hidup suatu organisasi. Seorang pemimpin
memegang suatu peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi. Seorang
pemimpin adalah seorang yang mempunyai wewenang untuk ikut campur
wewenang untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi organisasi.
Pemimpin dituntut memiliki kecerdasan, wawasan yang luas, insting yang
tajam, dan kepribadian yang baik sehingga diharapkan mampu mengerakkan
rekan-rekan kerjanya untuk bekerja sesuai keinginan organisasi. Idealnya
seorang pemimpin tidak hanya memimpin diri sendiri tetapi harus memimpin
orang lain. Perjalanan pertama dalam kepemimpinan adalah perjalanan dari
dalam diri untuk menemukan jati diri melalui pengembangan diri, tumbuh rasa
percaya diri yang dibutuhkan untuk memimpin (James M. Kouzes dan Berry
Z. Posner, 2004:417).
Bermacam-macam perilaku yang digunakan oleh seorang pemimpin
untuk dapat menggerakkan dan mempengaruhi rekan-rekan kerjanya.
Kehadiran seorang pemimpin mempengaruhi lingkup kerja, sehingga
kehadirannya bermakna bagi sistem kerja, dengan demikian konsep ataupun
gagasan-gagasan seorang pemimpin dengan mudah dicerna oleh rekan-rekan
kerjanya, setelah disosialisasikan dan akhirnya konsep-konsep yang
diputuskan bersama menjadi suatu komitmen bersama. Sikap pemimpin yang
sejati selalu memberi contoh teladan yang baik, dan bukan hanya berbicara
saja tetapi bagaimana seorang pemimpin memberi perintah sambil bekerja
sehingga rekan-rekan kerjanya termotivasi (Martino Sardi, 2006:9). Seorang
pemimpin dalam kepemimpinannya harus disertai tanggungjawab dan mampu
membangun atau mendorong atau memotivasi bawahannya untuk bekerja
sikap mental seorang pelayan, mesti punya motivasi seorang abdi atau hamba
atau pelayan (Eka Darmaputra, 2005:69).
Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi, sebab
keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan
motivasi yang diciptakan. Kemampuan dan keterampilan kepemimpinan
dalam pengarahan adalah faktor penting efektifitas manajer (T. Hani
Handoko, 2003:293). Seorang pemimpin mempunyai tanggungjawab
membantu rekan-rekan kerjanya untuk melaksanakan tugas secara efektif dan
efisien. Pemimpin tidak akan dapat mempengaruhi rekan kerjanya apabila
tidak memahami apa yang menjadi kebutuhannya. Keberhasilan akan
mendorong rekan kerjanya untuk mencapai produktifitas kerja melalui
pemahaman motivasi yang ada pada diri karyawan dan pemahaman yang ada
diluar diri karyawan akan sangat membantu mencapai produktifitas kerja yang
optimal. Memahami peranan penting motivasi, pemimpin dapat
mengembangkan prestasi rekan-rekan kerjanya dan dapat meningkatkan
kepuasan kerjanya.
Menurunnya motivasi rekan-rekan kerjanya bukan saja disebabkan
oleh ketidakmampuan mereka dalam bekerja, tetapi juga disebabkan oleh gaya
kepemimpinan pemimpin organisasi tempat dia bekerja. Berdasarkan uraian
diatas, bahwa dalam tulisan skripsi ini penulis tertarik untuk memilih judul :
KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN studi kasus di Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang Sumatera Selatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan di
atas dirumuskan sebagai berikut :
1 Gaya kepemimpinan apa yang diterapkan menurut persepsi Pemimpin
Yayasan (koordinator Yayasan), Kepala Sekolah, Guru/karyawan di
Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang?
2 Apakah ada hubungan antara gaya kepemimpinan dan motivasi kerja
karyawan di Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang?
C. Batasan Masalah
Penelitian ini lebih fokus pada permasalahan tentang ruang lingkup
sebagai berikut :
1 Gaya kepemimpinan bermacam-macam, tetapi penulis hanya membatasi
pada tingkat gaya kepemimpinan yaitu: gaya kepemimpinan otokratik,
gaya kepemimpinan demokratik, dan gaya kepemimpinan Laissez Faire. 2 Motivasi kerja karyawan meliputi keinginan berprestasi, penghargaan,
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dilakukannya penelitian
ini adalah :
1 Mengetahui gaya kepemimpinan yang diterapkan menurut Koordinator
Yayasan, kepala Sekolah dan karyawan di Yayasan Pendidikan Charitas
Cabang Belitang.
2 Mengetahui apakah ada hubungan antara gaya kepemimpinan dan
motivasi kerja karyawan yang dipimpin oleh Yayasan pendidikan Charitas
Cabang Belitang.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berguna
bagi pihak pemimpin Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang,
sehingga rekan kerja semakin termotivasi dalam melaksanakan tugas
pelayanan.
2. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan
pelengkap perpustakaan, bagi penyusun skripsi selanjutnya dalam bidang
yang sama.
3. Bagi penulis
Mampu mengetahui sejauh mana ilmu pengetahuan khususnya mata kuliah
nyata khususnya mengenai gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja
karyawan.
F. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
Bab II Landasan Teori
Berisi tentang pengertian Manajemen, Kepemimpinan, Gaya
Kepemimpinan, Motivasi, Hipotesis.
Bab III Metode Penelitian
Jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, subjek dan objek
penelitian, variabel penelitian, pengukuran variabel penelitian,
populasi dansampel, metode pengumpulan data, definisi operasional,
uji validitas dan uji reliabilitas, dan metode analisis data.
Baba IV Gambaran Umum Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang
Sejarah, visi dan misi, moto dan tujuan yayasan, arti logo,
penyelenggara Yayasan, struktur organisasi yayasan.
Bab V Analisis Data dan Pembahasan
Uraian tentang analisis deskriptif data, uji validitas dan reliabilitas,
Bab VI Kesimpulan, Saran dan Keterbatasan Penelitian
Meliputi kesimpulan yang diambil dari penelitian dan saran-saran
kepada pihak yayasan disertai pernyataan penulis akan keterbatasan
A. Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Istilah manajemen berasal dari bahasa Italia. Management berasal dari kata maneggiare, yang artinya megendalikan, dan dalam bahasa Perancis kata menage berarti tindakan membimbing atau memimpin (Winardi, 1990:3), dalam hal ini dimaksudkan sebagai pengurusan atau
pengaturan atau membimbing untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut M.
Manullang, manajemen mengandung tiga pengertian yaitu:
a. Manajemen sebagai suatu proses
b. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas
manajemen
c. Manajemen sebagai suatu seni dan suatu ilmu.
1) Menurut pengertian yang pertama yaitu manajemen sebagai suatu
proses, ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli
yaitu :
(a) George R. Terry (dalam H. Hadari Nawawi, 2005:15)
Manajemen adalah pencapaian tujuan (organisasi) yang sudah
ditentukan sebelumnya dengan mempergunakan bantuan orang
(b)James A. F. Stoner (dalam T. Hani Handoko, 2003:8)
Manajemen adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pegawasan usaha-usaha para
anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya-sumberdaya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
(c) Ordway Tead (dalam M. Manullang, 1982:15)
Manajemen adalah proses dari perangkat yang mengerahkan
serta membimbing kegiatan-kegiatan suatu organisasi dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2) Definisi manajemen menurut pengertian kedua yaitu manajemen
adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen.
Maksud aktivitas manajemen adalah kegiatan-kegiatan atau
fungsi-fungsi yang dilakukan oleh setiap manajer (M. Manullang, 1992:16)
antara lain dikemukakan oleh Ralp C. Davis yaitu manajemen adalah
fungsi dari setiap pemimpin eksekutif di manapun.
3) Definisi manajemen yang ketiga yaitu manajemen sebagai suatu seni
dan ilmu, yaitu definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, antara
lain :
(a) Luther Gallick (dalam T. Hani Handoko, 2003:11)
bagaimana bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan dan
membuat sistem kerjasama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.
(b)Mary Paker Follet (dalam Richard L. Daft, 2006:6)
Manajemen adalah seni untuk menyelesaikan segala sesuatu
melalui orang lain.
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa proses pencapaian
tujuan tersebut, manajemen tidak melakukan pekerjaannya sendiri
melainkan dengan bantuan orang lain bekerjasama untuk mencapai
tujuan.
2. Arti Penting Manajemen
Kerjasama sangatlah penting untuk pencapaian suatu tujuan
bersama dan diperlukan keterampilan manajemen dalam suatu organisasi.
Tujuan organisasi sangat sulit tercapai dan sering mengalami kegagalan
apabila fungsi dari manajemen tersebut tidak dijalankan karena
keterbatasan dan kelemahan manusia sehingga hasilnya tidak memuaskan
akibatnya dapat menghancurkan kinerja organisasi. Misalnya tidak ada
suatu perencanaan dan cara-cara yang dilakukan tidak efisien dengan yang
diharapkan, maka tujuan yang telah ditetapkan pun tidak akan tercapai.
Manajemen yang diharapkan adalah kemampuan untuk bekerjasama
dengan orang lain terutama dengan orang-orang yang ada di sekitar
organisasi, karena tanpa orang lain manajer tidak dapat mencapai
3. Fungsi Manajemen
Beberapa fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan oleh banyak
ahli :
a. Henry Fayol : Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, Controlling
b. Luther Gullick : Planning, Organizing, Stafing, Directing, Coordinating, Reporting, Controlling
c. George Terry : Planning, Organizing, Actuating, Controlling
d. William Newman : Planning, Organizing, Asembling of resources, Directing, Controlling
e. Dr. S. P. Siagian, MPA : Planning, Organizing, Motivating, Controlling
f. James A. F. Stoner : Planning, Organizing, Leading, Controlling
g. Mary Paker Follet : Planning, Organizing, Leading, Controlling.
Berbagai pendapat tentang fungsi-fungsi manajemen diatas, penulis
mengambil salah satu ahli yaitu Marry Paker Follet yang memberi
penjelasan umum fungsi-fungsi manajemen sebagai berikut :
1) Planning (Perencanaan)
Fungsi manajemen yang berkaitan dengan menentukan tujuan
untuk kinerja organisasi dimasa depan, memutuskan tugas, dan
penggunaan sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan
2) Organizing (pengorganisasian)
Fungsi manajemen berkaitan dengan penentuan dan
pengelompokan tugas dalam departemen, serta alokasi sumberdaya
kedalam departemen.
3) Leading (Kepemimpinan)
Fungsi manajemen menggunakan pengaruh untuk memberikan
motivasi kepada karyawan sehingga mencapai tujuan organisasi.
4) Controlling (Pengendalian)
Fungsi manajemen berkaitan dengan pengawasan aktivitas
karyawan, pertahanan organisasi pada jalur pemenuhan tujuan
pengoreksian bila diperlukan.
B. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan mempunyai arti yang berbeda-beda pada orang
yang berbeda-beda pula. Kepemimpinan merupakan perilaku dari seorang
individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok kesuatu
tujuan yang ingin dicapai bersama, menurut Hemhill dan Coon (dalam M.
Mas`ud Said, 2007:11).
Beberapa pendapat tentang kepemimpinan adalah sebagai berikut :
a Menurut Andrew J. DuBrin, definisi kepemimpinan sebagai berikut :
1) Kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi banyak orang melalui
2) Kepemimpinan adalah tindakan yang menyebabkan orang lain
bertindak atau merespon dan memberikan perhatian positif.
3) Kepemimpinan adalah kekuatan dinamis penting yang memotivasi
dan mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan.
b Menurut Fred Fieder dan Martin M. Chemers (dalam Wahjosmidjo,
1987:21), definisi kepemimpinan sebagai berikut :
1) Kepemimpinan adalah aktivitas para pemegang kekuasaan dan
pembuat keputusan.
2) Kepemimpinan adalah langkah yang pertama yang hasilnya berupa
pola interaksi kelompok yang konsisten dan bertujuan
menyelesaikan problem-problem yang saling berkaitan.
3) Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi aktivitas
kelompok dalam rangka perumusan penciptaan tujuan.
Butir-butir pengertian dari berbagai definisi diatas, pada
hakekatnya memberi makna :
(a) Kepemimpinan adalah yang melekat pada diri seorang pemimpin
yang berupa sifat-sifat kepribadian, kemampuan itu sendiri.
(b)Kepemimpinan merupakan serangkaian kegiatan pemimpin yang
tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan serta gaya perilaku
pemimpin itu sendiri.
(c) Kepemimpinan merupakan proses hubungan atau interaksi antara
Maka kepemimpinan merupakan kemampuan dan kecakapan
seseorang di dalam kegiatan mempengaruhi orang lain agar mereka
mau bekerjasama melaksanakan tugas dengan baik, sehingga akan
tercapai tujuan yang telah ditentukan secara efisien.
2. Keterampilan-keterampilan Pemimpin
Sebagian besar seorang pemimpin menjadi pemimpin karena
mempelajari keterampilan-keterampilan yang didapat dengan bekerja
keras dan ulet dalam menghadapi situasi dimana ia bekerja. Seorang
pemimpin harus menguasai keterampilan-keterampilan sebagai berikut:
a Keterampilan Konseptual (conceptual skill) adalah kemampuan mental untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikan seluruh kepentingan
dan kegiatan organisasi.
b Keterampilan kemanusiaan (human skill) adalah kemampuan untuk bekerja dengan memahami dan memotivasi orang lain baik sebagai
individu ataupun kelompok.
c Keterampilan administrasi (administrative skill) adalah seluruh keterampilan yang berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan kepegawaian, dan pengawasan.
d Keterampilan teknik (technical skill) adalah kemampuan untuk menggunakan peralatan-peralatan, prosedur-prosedur, atau
teknik-teknik dari suatu bidang tertentu, seperti akuntansi, produksi,
3. Fungsi-Fungsi Kepemimpinan:
Kelompok dalam suatu organisasi akan berjalan dengan baik dan
efektif, seseorang harus melaksanakan dua fungsi utama yaitu:
a Fungsi-fungsi yang behubungan dengan tugas atau pemecahan
masalah
Fungsi pertama ini menyangkut pemberian saran penyelesaian,
informasi, dan pendapat
b Fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok atau sosial.
Fungsi kedua ini mencakup segala sesuatu yang dapat membantu
kelompok berjalan lebih lancar, penengahan perbedaan pendapat, dan
sebagainya.
4. Sifat-sifat Seorang Pemimpin yang baik
Pemimpin yang berhasil cenderung memiliki empat macam
kelebihan dari sifat pribadi dan idealnya memiliki suatu kombinasi dari
kebanyakan sifat, menurut Kinth Davis (dalam Wahjosumidjo, 1987:46)
sebagai berikut :
a Inteligensi
Umumnya para pemimpin memiliki kecerdasan yang relatif lebih
tinggi daripada bawahannya.
b Kematangan dan keluasan pandangan sosial
Pemimpin harus lebih matang dan lebih luas dalam hal-hal yang
c Mempunyai motivasi dan keinginan berprestasi yang datang dari
dalam
Seorang pemimpin diharapkan harus selalu mempunyai dorongan yang
besar untuk dapat menyelesaikan sesuatu.
d Mempunyai kemampuan mengadakan hubungan antar manusia
Seorang pemimpin lebih mengetahui situasi bawahannya, sebab dalam
kehidupan organisasi diperlukan adanya kerjasama atau saling
ketergantungan antara anggota-anggota kelompok.
C. Gaya kepemimpinan
1. Definisi Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki pemimpin
untuk mempengaruhi bawahannya supaya sasaran atau tujuan dapat
tercapai. Pemimpin dalam menetapkan perilaku atau gaya kepemimpinan
akan sangat diwarnai oleh seberapa jauh penguasaan dan pemahaman
nilai-nilai moral serta sifat-sifat kepribadian yang ada pada diri pemimpin.
Kegagalan perilaku yang sering dialami oleh para pemimpin dalam
menggerakkan sumberdaya dalam organisasi diakibatkan oleh
ketidakmatangan pribadinya seperti harga diri, pengendalian diri,
keteladanan, emosional, dan sebagainya walaupun pemimpin itu sendiri
memiliki berbagai keterampilan.
Gaya kepemimpinan dari seorang manajer akan menjadi ukuran bagi
suatu komunikasi timbal balik antara pemimpin dan karyawan agar tujuan
organisasi dapat tercapai, maka karyawan akan termotivasi untuk
melakukan pekerjaannya penuh tanggungjawab karena karyawan tahu
akan kepribadian yang terpancar dalam diri pemimpinnya.
Berbagai pendapat mengenai gaya kepemimpinan, diantaranya
adalah :
a. Menurut Wahjosumidjo (1987:63), gaya kepemimpinan adalah
bagaimana pemimpin itu berhubungan dengan bawahan.
b. Menurut T. Hani Handoko (2003:299), ada dua gaya kepemimpinan,
yaitu :
1) Gaya kepemimpinan oreintasi tugas, manajer berorientasi tugas
mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk
menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang diinginkannya.
2) Gaya berorientasi karyawan, mencoba untuk lebih memotivasi
bawahan dibanding mengawasi mereka.
2. Macam-macam Gaya Kepemimpinan
Seorang pemimpin dalam mengembangkan dan memotivasi
rekan-rekan kerjanya menggunakan gaya kepemimpinannya sesuai dengan
kebutuhan organisasi dan situasi tertentu, saat mana seorang pemimpin
menempatkan situasi tersebut. Menurut Heidjrachman dan Husanan Suad
a Kepemimpinan Otokratik
Gaya kepemimpinan otokratik adalah kemampuan mempengaruhi
orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan
diputuskan oleh pemimpin (Sutarto, 1989:73).
Menurut B. Erwin Flippo, gaya kepemimpinan otokrasi dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu :
1) Kepemimpinan otokrasi yang bersifat memaksa, pemimpin
memberi perintah, bila perlu dengan memaksa.
2) Kepemimpinan otokrasi yang bersifat kebaikan, pemimpin
memberi perintah dan menjelaskan, memberi dorongan yang
positif dilakukan apa yang diinginkan oleh atasan.
3) Kepemimpinan otokratis yang manipulasi, yaitu pemimpin
mengemudikan para bawahannya ke dalam pemikiran bahwa
mereka sangat bepartisipasi pada saat pemimpin menarik tali di
belakang layar dan hasilnya adalah seorang pemimpin otokrat yang
canggih.
Gaya kepemimpinan otokratik sangat cocok digunakan dalam
situasi-situasi kritis dimana ada masalah yang menuntut penyelesaian
dengan tegas dan tepat. Gaya kepemimpinan otokratik dapat
mendatangkan keuntungan antara lain berupa kecepatan serta
ketidakpuasan karena mengalami kerugian yang diakibatkan oleh
ketegangan dan suasana yang kurang nyaman.
b Kepemimpinan yang Demokratik
Gaya kepemimpinan demokratik adalah kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapan dengan cara berbagi kegiatan yang akan
dilakukan dan ditentukan bersama baik oleh pimpinan dan karyawan.
Pemimpin berusaha membawa karyawannya menuju ketujuan dan
cita-cita dengan memperlakukan karyawan sejajar, sehingga karyawan
dapat menyumbang ide, pendapat, dan saran yang dimilikinya. Gaya
kepemimpinan ini cocok diterapkan pada organisasi yang menghadapi
masalah yang membutuhkan pemikiran yang banyak dan keterlibatan
yang tinggi dari karyawan dalam pelaksanaannya.
Kepemimpinan demokratis dinyatakan oleh Sri Sujati Kadarisma,
bahwa kepemimpinan yang demokratis ditunjukan dengan adanya
partisipasi atau ikut sertanya kelompok dalam penentuan tujuan, dan
ditindaklanjuti sebagai tipe kepemimpinan yang demokratis dan
diperinci atas beberapa unsur, yaitu sebagai berikut :
1) Ikut sertanya yang dipimpin dalam kepengurusan (sosial participation)
2) Adanya tanggungjawab daripada pemimpinan terhadap yang
3) Adanya dukungan daripada yang dipimpin terhadap pimpinan
(social support)
4) Adanya pengawasan yang dilakukan oleh yang dipimpin terhadap
pimpinan (social Control)
Kelebihan gaya kepemimpinan ini adalah tumbuhnya rasa ikut
memiliki, karena pemimpin berusaha melibatkan karyawan dalam
pengambilan keputusan. Kekurangannya adalah keputusan dan
tindakan terkadang lamban, rasa tanggungjawab kurang, keputusan
yang dibuat terkadang bukan keputusan yang baik.
c Kepemimpinan Laissez Faire
Gaya kepemimpinan Laissez Faire adalah kemampuan
mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan
dilakukan dan diserahkan kepada bawahan. Ciri-ciri kepemimpinan
Laissez Faire (Sutarto, 1986:77) adalah:
1) Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
2) Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan
3) Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
4) Peranan pemimpin sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
5) Tanggungjawab keberhasilan organisasi dipikul oleh orang per
orang.
Tentang ciri kepemimpinan bebas ini, angota menentukan tujuan
mencapainya. Fungsi pemimpin sebagian besar sebagai anggota
kelompok, hanya memberikan nasehat atau pengarahan sejauh diminta
(Herbert G. Hick dan Ray C. Gullett) dalam Sutarto, 1986:78.
Kelebihan dari gaya kepemimpinan laissez faire adalah karyawan akan dapat mengembangkan kemampuan dirinya, dan kekurangannya
berupa kekacauan karena tiap pejabat bekerja menurut selera
masing-masing (Sutarto, 1989:79).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpin yang digunakan oleh seorang pemimpin akan
mempengaruhi sistem kinerja rekan-rekan kerjanya baik secara langsung
maupun tidak langsung. Faktor yang mempengaruhui gaya kepemimpinan
adalah pimpinan sendiri dan dari rekan kerjanya dalam melaksanakan
tugas yang dipercayakan kepada mereka. Faktor dari rekan kerjanya yang
dilihat dari keadaan, kondisi rekan-rekan kerjanya dalam melakukan
tanggungjawabnya. Situasi atau kondisi suatu organisasi akan mendukung
gaya kepemimpinan dalam melaksanakan tugas bersama rekan-rekan
kerjanya, maka diperlukan kerjasama antara pemimpin dan yang dipimpin.
Mary Paker Follett (dalam Hani Handoko, 2003:307) yang
mengembangkan hukum situasi, mengatakan bahwa ada tiga variabel kritis
yang mempengaruhi gaya kepemimpinan, yaitu: 1) pemimpin, 2) bawahan,
dan 3) situasi. Ketiganya saling berhubungan dan berinteraksi. Follett juga
mengatakan bahwa para pemimpin seharusnya berorientasi pada kelompok
Gambar II.1 hubungan antara pemimpin, bawahan dan situsi.
4. Arti Penting Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan di dalam suatu organisasi akan membantu
pelaksanaan produktivitas dan mempengaruhi kinerja rekan-rekan
kerjanya. Gaya kepemimpinan yang dipakai seorang pemimpin akan
menjadi ukuran bagi karyawan dalam melaksanakan pekerjan dalam situsi
dan kondisi tertentu. Sikap atau gaya kepemimpinan yang tepat akan
memberikan dorongan timbulnya kesediaan rekan-rekan kerjanya untuk
berperilaku dan berbuat sesuai dengan apa yang diharapkan oleh seorang
pemimpin saat itu, maka kita dapat mengetahui semangat karyawan yang
pengaruhnya pada kinerja karyawan tersebut.
5. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja Karyawan
Kepribadian dan motivasi yang dimiliki rekan-rekan kerjanya dalam
melaksanakan suatu pekerjaan sangat berbeda. Motivasi dapat berkembang
atau berkurang sesuai dengan situasi dan kondisi yayasan pendidikan
tempat dimana mereka bekerja.
Peranan pemimpin sangat penting terhadap besar kecilnya pengaruh
kepemimpinan terhadap motivasi rekan-rekan kerja. Situasi yang Kemampuan dan
kualitas pemimpin
mendukung akan mampu memacu motivasi rekan-rekan kerjanya sehingga
yayasan pendidikan akan lebih berkembang.
D. Motivasi
Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab
seseorang melakukan dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang untuk
berprilaku dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seorang pemimpin
adalah seorang yang bekerja untuk mencapai hasil melalui orang lain. Seorang
pemimpin dituntut untuk mampu mendorong setiap rekan kerja agar mampu
melaksanakan tugas-tugasnya dengan rasa senang dan puas serta mampu
memberi motivasi terhadap rekan kerjanya. Manajer perlu memahami
orang-orang berprilaku tertentu agar dapat mempengaruhinya untuk bekerja sesuai
dengan yang diinginkan organisasi (Hani Handoko, 2003:251).
Kemampuan untuk memotivasi rekan-rekan kerja merupakan
keterampilan pemimpin yang harus dikuasai oleh setiap pemimpin organisasi.
Rekan kerja dapat dipengaruhi, maka seorang manajer harus dapat memahami
apa yang menjadi kebutuhan karyawan. Peranan seorang pemimpin sangatlah
penting terhadap besar-kecilnya pengaruh terhadap motivasi rekan kerjanya,
karena sebagai sarana mendayagunakan orang lain untuk mencapai suatu
tujuan, hanya akan berlangsung efektif dan efisien, jika para pemimpin
mampu memotivasi para rekan kerjanya dalam melaksanakan tugas-tugas dan
1. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang berarti dorongan, sebab atau alasan
seorang melakukan sesuatu. Motivasi berarti suatu kondisi yang
mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan suatu perbuatan atau
kegiatan.
Menurut T. Hani Handoko, motivasi adalah keadaan dalam pribadi
seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.
Motivasi pada hakekatnya adalah suatu proses psikologi yang
mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan
yang terjadi pada diri seseorang.
a. Teori Motivasi
1) Teori Motivasi dari Herzbeg
Kepuasaan pekerjaan itu selalu dihubungkan dengan isi
jenis pekerjaan (job content), dan ketidakpuasaan kerja selalu disebabkan karena hubungan pekerjaan dengan aspek-aspek di
sekitar yang berhubungan dengan pekerjaan (job content). Kepuasan-kepuasan dalam bekerja oleh Herzberg diberi nama
motivators (pemuas) dan hygienic factors (faktor-faktor pemelihara) faktor-faktor pemelihara mencegah merosotnya
semangat kerja atau efisiensi, dan meskipun faktor-faktor ini tidak
dapat memotivasi, tetapi dapat menimbulkan ketidakpuasan kerja
digabungkan dikenal dengan nama Dua Faktor Teori Motivasi dari
Herzberg (Hani Handoko, 2003:259).
Tabel II.1 Faktor-faktor Pemuas dan Pemelihara Dalam Kerja
Faktor-faktor Pemuas Faktor-faktor Pemelihara
Prestasi
Penghargaan
Pekerjaan kreatif dan menantang
Taggungjawab
Kemajuan dan peningkatan
Kebijaksanaan dan administrasi Perusahaan
Kualitas Pengendalian teknik
Kondisi kerja
Hubungan kerja
Status pekerjaan
Keamanan kerja
Kehidupan pribadi
penggajian
2) Abraham Maslow dan Hirarki Kebutuhan
Abraham Maslow mengemukakan bahwa manusia memiliki
lima kategori kebutuhan pokok yaitu kebutuhan fisiologis, rasa
aman, sosial, ego, dan perwujudan diri. Maslow mengatakan
bahwa kebutuhan-kebutuhan tersebut membentuk suatu hirarki
atau tangga dan masing-masing kebutuhan itu hanya aktif apabila
kebutuhan yang lebih rendah terpenuhi.
kebutuhan Maslow. Kebutuhan fisiologis merupakan
kebutuhan paling pokok yang dimiliki misalnya kebutuhan
akan makan, minum, perumahan, istirahant.
(b) Kebutuhan rasa aman (Safety Needs). Kebutuhan rasa aman akan mencakup kebutuhan akan perlindungan dari mara
bahaya, dan kebutuhan akan jaminan keamanan.
(c) Kebutuhan sosial (Social Needs). Kedua kebutuhan diatas sudah terpenuhi menurut maslow kebutuhan itu tidak lagi
memotivasi perilaku. Kebutuhan sosial yang akan menjadi
motivasi aktif dari perilaku. Kebutuhan sosial meliputi
memberi dan menerima kasih sayang dan persahabatan.
(d) Kebutuhan ego (Ego Needs).
(1) Kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan kehormatan
diri, percaya diri atau suatu keyakinan akan diri sendiri,
keberhasilan, dan pengetahuan.
(2) Kebutuhan yang berkaitan dengan reputasi seseorang
meliputi kebutuhan akan status, pengakuan, penghargaan
dari orang lain.
(e) Kebutuhan perwujudan diri (Self-Actualization Needs)
Meliputi kebutuhan yang bekaitan dengan potensi dari
3) Teori Motivasi Prestasi dari McClelland
Tokoh motivasi lain yang mengemukakan bahwa manusia
pada hakekatnya mempunyai kemampuan untuk berprestasi di atas
kemampuan orang lain menurut David C. McCelland.
Teori X dan Teori Y dari Douglas McClelland.
Lebih lanjut menurut asumsi teori X dari McGregor ini bahwa orang-orang ini pada hakekatnya adalah :
(a) Tidak menyukai pekerjaan.
(b) Tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung
jawab, dan lebih menyukai diarahkan atau diperintah.
(c) Mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi mengatasi
masalah-masalah organisasi.
(d) Hanya membutuhkan motivasi fisiologi dan keamanan saja.
(e) Harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mencapai
tujuan organisasi.
Secara keseluruhan asumsi teori Y mengenai manusia adalah sebagai berikut :
a) Pekerjaan itu pada hakekatnya seperti bermain dapat memberikan
kepuasan kepada orang. Keduanya bekerja dan bermain merupakan
aktivitas-aktivitas fisik dan mental. Sehingga di antara keduanya
tidak ada perbedaan, jika semua keadaan sama-sama
b) Manusia dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak bisa
dihindari dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi.
c) Kemampuan untuk beraktivitas di dalam memecahkan
persoalan-persoalan organisasi secara luas di distribusikan kepada seluruh
karyawan.
d) Motivasi tidak saja berlaku pada kebutuhan-kebutuhan sosial,
penghargaan, dan aktualisasi diri, tetapi juga pada tingkat
kebutuhan-kebutuhan fisiologi dan keamanan.
e) Orang-orang dapat mengendalikan diri dan kreatif dalam bekerja
jika dimotivasi secara tepat.
b. Faktor Motivasi
Penulis menggunakan gagasan Hezberg (dalam Sarwoto,
1977:136), yang mengatakan bahwa faktor-faktor motivasi sebagai
berikut :
1) Keinginan Berprestasi
Seorang karyawan mempunyai harapan yang besar untuk dapat
berprestasi tinggi dan jika ia menduga dengan tercapainya prestasi
yang tinggi tersebut ia akan mendapatkan hasil seperti yang
diharapkan, maka ia akan mempunyai motivasi yang tinggi untuk
bekerja lebih giat. Keinginan berprestasi dapat diartikan sebagai
sikap hidup untuk berani mengambil resiko untuk sasaran yang
2) Penghargaan
Penghargaan suatu prestasi yang telah dicapai oleh seseorang
akan memberikan kepuasan batin sehingga orang akan berusaha
agar lebih berprestasi dengan harapan akan memperoleh tingkat
kepuasaan yang lebih tinggi. Menurut Manullang, penghargaan
yaitu pengakuan atas keberhasilan seseorang dalam pelaksanaan
tugasnya.
Kelanjutan dari keberhasilan pelaksanaan, pemimpin harus
memberi pernyataan pengakuan akan keberhasilan tersebut.
Pengakuan terhadap keberhasilan karyawan dapat dilakukan
dengan berbagai cara sebagai berikut (Manullang, 1981:152)
(a) langsung menyatakan keberhasilan di tempat pekerjaannya,
lebih baik dilakukan sewaktu ada orang lain.
(b) memberi surat penghargaan
(c) memberi hadiah berupa uang tunai
(d) memberi medali, surat penghargan dan hadiah uang tunai.
(e) memberi kenaikan atau promosi.
3) Tantangan
Tantangan yang dihadapi menjadikan motivator yang kuat bagi
karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Tantangan demi
tantangan akan menimbulkan kegairahan kerja yang dapat
mengatasi kebosanan dalam bekerja. Tantangan berarti pekerjaan
pekerjaan itu sendiri, terlebih dahulu karyawan harus mengerti
tentang pekerjaannya. Pemimpin juga ikut berperan di dalamnya,
maka yang harus dilakukan pemimpin menurut Herzberg (dalam
Manullang, 1981:152), adalah membuat usaha-usaha yang riil dan
menyakinkan, sehingga bawahan mengerti akan pentingnya
pekerjaan yang dilakukannya dan berusaha menghindarkan
kebosanan dalam pekerjaan bawahan serta mengusahakan agar
setiap bawahan sudah tepat dalam pekerjaannya.
4) Tanggung jawab
Rasa ikut memiliki akan menimbulkan motivasi untuk merasa
bertanggung jawab secara benar terhadap kelangsungan hidup
organisasi dimana ia bekerja. Tanggungjawab diartikan sebagai
kewajiban melaksanakan suatu tugas sesuai dengan syarat yang
telah ditentukan pihak lain.
5) Pengembangan
Menurut Herzberg (dalam Manullang, 1981:152), agar faktor
pengembangan benar-benar berfungsi sebagai motivator, maka
pemimpin dapat memulainya dengan melatih bawahannya untuk
pekerjaan yang lebih bertanggungjawab. Pengembangan
kemampuan seseorang dapat merupakan motivator terkuat bagi
rekan kerja untuk bekerja lebih giat dan lebih bersemangat, bila ini
sudah dilakukan selanjunya pemimpin memberi rekomendasi
pangkatnya atau dikirim mengikuti pendidikan atau latihan
lanjutan.
Proses motivasi dimulai dengan pengenalan kebutuhan, dengan
menggunakan teori A. Maslow, yaitu sebagai berikut :
(a) Fisiologi :kebutuhan akan makan, minum dan hal-hal
yang penting untuk kehidupan.
(b)Keamanan : kebutuhan perlindungan dari bahaya dan
kehilangan kebutuhan fisiologis.
(c) Sosial : kebutuhan cinta, kasih sayang, dan
diterima sebagai kelompok sosial.
(d)Penghargaan : kebutuhan memiliki harga diri yang stabil
dan tinggi akan kebutuhan untuk dihormati
orang lain.
(e) Aktualisasi diri : kebutuhan untuk mengembangkan potensi
dan kecakapan untuk menjadi orang yang
dipercaya orang lain agar mampu berbuat
sesuatu (pengungkapan diri).
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi
Manusia sebagai proses psikologis yang terjadi pada diri seseorang
sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Wahjosumidjo
(1994:193) motivasi sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan
Pengertian lingkungan kerja dalam kehidupan organisasi meliputi
faktor pemimpin dan bawahan. Dari pihak pemimpin terdapat
unsur-unsur yang sangat berpengaruh terhadap motivasi seperti:
1) Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan, termasuk di
dalam prosedur kerja, berbagai rencana dan program kerja
2) Persyaratan yang perlu dipenuhi oleh bawahan
3) Tersedianya seperangkat alat-alat dan sarana yang diperlukan
dalam mendukung pelaksanaan kerja, termasuk di dalamnya
bagaimana tempat para bawahan bekerja
4) Gaya kepemimpinan atasan terhadap sifat-sifat dan perilaku atasan
terhadap bawahan
Disamping atasan, bawahan juga memiliki peranan penting dalam hal
memotivasi. Unsur-unsur yang sangat mempengaruhi motivasi yakni:
kemampuan kerja, semangat atau moral kerja, rasa kebersamaan dalam
kelompok, dan prestasi dan produktifitas kerja.
d. Arti Penting Motivasi Serta Kaitannya dengan Kepemimpinan
Motivasi merupakan salah satu teknik kepemimpinan, sehingga
dapat dikatakan bahwa motivasi memiliki kaitan yang erat dengan
kepemimpinan. Motivasi kerja yang tinggi dari setiap karyawan
diperlukan guna peningkatan produktivitas organisasi. Orang yang
mempunyai motivasi yang tinggi akan terpacu untuk bekerja keras dan
sekedar sebagai sumber penghasilan tetapi untuk pengabdian diri dan
pelayanan bagi orang lain, itulah semangat hamba. Motivasi sangat
penting untuk mendorong seseorang dalam menghasilkan suatu karya
bagi perkembangan diri maupun bagi perkembangan organisasi
tersebut, tetapi tidak terlepas dari sikap dan gaya kepemimpinan untuk
mencapai tujuan.
e. Kerangka Pikir Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Motivasi kerja Karyawan
Kerangka pikir penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian
Pada kerangka pikir ini penulis menggambarkan bahwa hubungan
antara gaya kepemimpinan dan motivaisi kerja karyawan sangat erat
hubungannya yang ditunjukkan oleh garis panah yang mengarah
kesamping, sehingga antara pimpinan dan rekan kerja menjadi patner Kepemimpinan
kerja bukan sebagai bawahan. Dari hubungan tersebut akan terlihat
bahwa pemimpin menggunakan gaya kepemimpinan seperti apa.
Hubungan yang ditunjukkan oleh garis tersebut mampu memotivasi
karyawan dan mampu menghasilkan suatu pekerjaan yang maksimal
atau tinggi sehingga tujuan dari perusahaan atau yayasan dapat
tercapai.
E. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban sementara atas
permasalahan penelitian di mana memerlukan data untuk menguji kebenaran
dugaan tersebut atau secara empiris (Donald R. Cooper dan C. William
Emory, 1996:42)
Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori, maka penulis
merumuskan hipotesis : ada hubungan positif antara gaya kepemimpinan dan
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan penelitian kuantitatif berupa studi kasus.
Studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan terhadap objek tertentu
yang populasinya terbatas, sehingga kesimpulan yang diambil hanya terbatas
pada objek yang diteliti.
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang
yang beralamat di Jl. Charitas No. 1, Tegalrejo – Belitang Ogan Komering
Ulu Timur, Sumatera Selatan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Maret tahun 2008
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian meliputi para guru/karyawan di Yayasan Pendidikan
Charitas Cabang Belitang. Subjek yang digunakan dalam penilitian ini
adalah 81 orang guru, yang terdiri dari 8 (delapan) kepala sekolah
penelitian ini jumlah sampel sama dengan jumlah populasi, maka
penelitian ini adalah penelitian populasi (sensus).
2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah gaya kepemimpinan dan motivasi kerja karyawan.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah gaya kepemimpinan.
Gaya Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki pemimpin untuk
mempengaruhi rekan-rekan kerjanya supaya sasaran atau tujuan dapat
tercapai. Maka gaya kepemimpinan diuraikan menjadi :
a Cara pemimpin dalam mengambil keputusan
b Hubungan pemimpin dengan rekan kerja
c Cara pemimpin dalam memperlakukan rekan kerja
d Cara pemimpin menghadapi masalah dalam organisasi
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah motivasi kerja karyawan. Motivasi adalah suatu
kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan
dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang untuk berprilaku dan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Motivasi ini meliputi aspek-aspek
sebagai berikut :
a Keinginan Berprestasi
c Tantangan
d Tanggungjawab
e Pengembangan diri
E. Pengukuran Variabel Penelitian
Penelitian ini terdapat variabel bebas (X) yaitu gaya kepemimpinan yang
terdiri dari gaya kepemimpinan otokratik, gaya kepemimpinan demokratik,
dan gaya kepemimpinan laissez Faire, sedangkan untuk variabel terikatnya
(Y) adalah motivasi kerja karyawan yang terdiri dari keinginan berprestasi,
penghargaan, tantangan, tanggungjawab, dan pengembangan diri, maka dalam
penelitian ini penulis menggunakan daftar pertanyaan yang terdiri dari dua
kelompok. Kelompok pertama tentang gaya kepemimpinan dan kelompok
kedua tentang motivasi kerja karyawan.
1. Kelompok pertama tentang gaya kepemimpinan yang terdiri dari empat
variabel yaitu indikator cara pemimpin dalam mengambil keputusan,
indikator hubungan pemimpin dengan rekan kerja, indikator cara
pemimpin memperlakukan rekan kerja, dan indikator pemimpin dalam
menyelesaikan masalah organisasi. Pengukuran variabel gaya
kepemimpinan menggunakan skala Likert dengan lima alternatif jawaban yang disusun secara bertingkat. Skala Likert adalah metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuan terhadap
subjek atau objek tertentu (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo,
pertanyaan diberi lima pilihan jawaban dan diberi skor satu sampai lima.
Pertanyaan yang diajukan dengan kriteria-kriteria jawaban sebagai berikut:
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Ragu-ragu 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
2. Kelompok dua tentang motivasi kerja karyawan terdiri dari lima variabel
yaitu keinginan berprestasi, penghargaan, tantangan, tanggungjawab, dan
pengembangan. Penilaian untuk kelompok kedua tentang motivasi kerja
karyawan, pengukuran variabelnya menggunakan skala likert dengan lima alternatif jawaban yang disusun secara bertingkat. Skala likert adalah metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau
ketidaksetujuan terhadap subjek atau objek tertentu (Nur Indriantoro dan
Bambang Supomo, 2002:104). Pengukurannya dinyatakan dalam bentuk
skor, setiap pertanyaan diberi lima pilihan jawaban dan diberi skor satu
sampai lima. Pertanyaan yang diajukan dengan kriteria-kriteria jawaban
sebagai berikut :
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Ragu-ragu 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Apabila jawaban yang diberikan adalah setuju maka jawaban
tersebut menunjukkan tingkat motivasi kerja karyawan yang tinggi.
F. Populasi dan Sampel
1. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,
2002:57) dalam penelitian ini populasinya adalah Kepala Sekolah, Guru
dan karyawan Charitas Belitang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari karekteristik yang dimiliki oleh populasi
yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian (Sugiyono,
2002:57). Sampel yang digunakan dalam penilitian ini adalah 87 orang
guru, yang terdiri dari 8 (delapan) kepala sekolah sekaligus menjabat
sebagai guru, 79 terdiri dari guru/ karyawan. Dalam penelitian ini jumlah
sampel sama dengan jumlah populasi, maka penelitian ini adalah
penelitian populasi.
G. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara teliti dan
sistimatis atau gejala-gejala (fenomena) yang sedang diteliti. Hasil
observasi disimpan dalam bentuk catatan-catatan.
2. Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pernyataan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden yang kadang-kadang tempat
tinggalnya tersebar.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan
dan mencatat data dari sumber cacatan atau arsip yang ada di Yayasan
Pendidikan Charitas Cabang Belitang.
H. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang dinyatakan dalam kriteria
atau operasi yang dapat diuji secara khusus (Donald R. Cooper dan C. William
Emory, 1996:37). Manfaatnya memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk
melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau
adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mempengaruhi dan mengarahkan
tingkah laku orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
1. Gaya Kepemimpinan adalah cara pemimpin menghadapi staf atau bawahan
yang biasanya berbeda pada setiap individu dan dapat berubah-ubah
sehingga tujuan dapat tercapai.
2. Motivasi kerja adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang
tinggi kearah tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya
itu untuk memenuhi suatu kebutuhan individu.
3. Karyawan Yayasan Charitas
Karyawan Yayasan Charitas adalah orang-orang yang memberikan tenaga,
bakat, kreativitas, dan usaha mereka kepada suatu organisasi di Yayasan
Charitas sehingga tujuan dapat tercapai.
I. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Penulis menggunakan uji validitas dan reliabilitas, yaitu :
1. Uji Validitas
Uji validitas dalam penelitian ini dijelaskan sebagai suatu derajat
ketepatan alat ukur penelitian tentang isi yang sebenarnya dari apa yang
diukur, rumus yang dapat digunakan untuk mengukur validitas suatu
instrumen adalah korelasi product momen (Sugiono, 2005:213) sebagai berikut :
rxy =
(
) (
)
(
)
[
Ν Χ − Χ]
[
Ν Υ −(
Υ)
]
Υ Χ − ΧΥ Ν
2 2
keterangan :
rxy = koefisien korelasi tiap item
X = jumlah alternatif jawaban yang dipilih setiap responden dari setiap
butir pertanyaan
Y = jumlah total seluruh alternatif jawaban pada seluruh pertanyaan yang
dipilih oleh seluruh responden
N = jumlah sampel
Besarnya r dapat dihitung dengan menggunakan korelasi dengan
taraf signifikan (α) 5%. Apabila rhitung lebih besar dari rtabel dengan taraf
signifikasi 5%, maka butir-butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid. Jika
rhitung lebih kecil dari rtabel dengan taraf signifikasi 5%, maka butir-butir
pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan untuk menguji validitas,
artinya reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat ukur didalam
mengukur gejala yang sama. Pengukuran reliabilitas menggunakan teknik
Alpha Cronbach (Sugiono, 2005:213)dengan rumus sebagai berikut :
ri =
(
−)
− 22 1
1 St
Si
keterangan:
k = mean kuadrat antara subjek
=
2
Si mean kuadrat kesalahan
St2 = varian total
J. Metode Analisis Data
1. Untuk menjawab masalah pertama yaitu gaya kepemimpinan apa yang
diterapkan oleh Koordinator Yayasan Pendidikan Charitas Cabang
Belitang. Penulis menghitung berapa jumlah karyawan yang mempunyai
nilai pada batasan-batasan gaya kepemimpinan dan menggolongkan total
nilai kuesioner kelompok pertama, dengan menggunakan Skala likert, untuk menentukan gaya kepemimpinan maka perlu dicari interval kelasnya
dengan menggunakan rumus Sturges (Nugroho Budiyuwono, 1997:370)
Ci =
K range
Keterangan:
Ci : interval kelas
Range : selisih batas atas dan batas bawah
K : banyaknya kelas
2. Untuk menjawab masalah kedua yaitu apakah ada hubungan yang positif
antara gaya kepemimpinan dan motivasi kerja karyawan digunakan rumus
rxy =
(
) (
)
(
)
[
Ν Χ − Χ]
[
Ν Υ −(
Υ)
]
Υ Χ − ΧΥ Ν
2 2
2 2
Pada hakekatnya nilai korelasi dapat bervareasi dari –1 melalui 0 hingga 1.
Bila r = 0 berarti kedua variabel tersebut tidak mempunyai hubungan sama
sekali atau hubungan antara kedua variabel sangat lemah. Bila r = 1 maka
antara kedua variabel mempunyai hubungan yang sempurna dan positif.
Bila r = -1 berarti kedua variabel tersebut mempunyai hubungan yang
CABANG BELITANG
A. Sejarah Yayasan Pendidikan Charitas Cabang Belitang
Berdirinya gereja Katolik dan SD Xaverius di Mojosari tidak lepas dari
jasa dan perjuangan para pastor SCJ. Pastor Borst SCJ melihat perkembangan
umat Katolik di daerah tersebut semakin baik, hingga timbul gagasan untuk
mendirikan sekolah Katolik. Mulai September 1954 Pastor Neilen SCJ
menetap di Mojosari, bersamaan dengan berdirinya SD Mojosari. Namun
Pastor Neilen sangat sibuk di Paroki, maka dari itu pengelolaan sekolah
diserahkan kepada suster Charitas. Para suster Charitas yang semula murni
bergerak dalam bidang Kesehatan akhirnya merintis karya pelayanan
Pendidikan. Sr. M. Brigitta tergerak hatinya melihat begitu banyak anak usia
sekolah yang tidak dapat menikmati pendidikan di sekolah. Moeder M.
Alacoque sebagai pemimpin biara menyetujui inisiatifnya kemudian Sr. M.
Brigitta belajar di Palembang mengambil pendidikan guru. Sekitar tahun 1956
- 1958, Sr. M. Brigitta menjabat Kepala sekolah SD Xaverius Mojosari dan
Gurnawang. Di Gumawang gedung sekolah untuk SD Xaverius belum selesai
dibangun. Proses belajar mengajar berlangsung di halaman. Mereka
berantusias belajar dan bangga dapat mengenyam pendidikan di sekolah.
Perjuangan Sr. M. Brigitta membuahkan perubahan pola pikir masyarakat.
mempererat jalinan persaudaraan antara sekolah dengan orang tua siswa serta
masyarakat pada umumnya.
Para suster berusaha keras untuk menjadi pendidik agar anak-anak
dapat menikmati pendidikan yang layak. Pada awalnya sekolah-sekolah
Charitas menginduk di Yayasan Xaverius milik keuskupan Palembang sampai
pada tahun 1978, nama-nama sekolah pun memakai nama Xaverius, yakni 1
TK Xaverius, 4 SD Xaverius, dan 4 SMP Xaverius. Sesuai dengan
perkembangan zaman dan berkembangnya Kongregasi serta semakin banyak
anggota Kongregasi tiap tahunnya, maka Kongregasi Charitas mandiri pada
tanggal 1 Desember 1991, dengan berjalannya waktu jumlah murid semakin
meningkat dan berkembang. Melalui proses yang panjang maka Kongregasi
Charitas mengganti nama sekolah yang semula Xaverius menjadi Charitas.
Pada tahun 2002 sekolah-sekolah tersebut berganti nama menjadi sekolah
Charitas dengan SK dari Dinas Pendidikan Kabupaten OKU Nomor
420/2626/11/XI/ 2002, yakni 1 Tk Charitas, 4 SD Charitas, 4 SMP Charitas.
Pada tahun pembelajaran 2000 – 2001, satu sekolah ditutup yakni SD Charitas
04 Karang Binangun dengan SK dari Kongregasi Nomor :
135/K.FCh/XII/2000 dan SK dari Yayasan Charitas dengan Nomor : 01/
Yay.Pend. Ch/1/2001.
Untuk memudahkan pengelolaan, maka Yayasan Pendidikan Charitas
yang semula pusatnya di Palembang pindah di Jakarta. Seluk beluk
pendidikan Xaverius (TKK, SD, SMP) yang menjadi tanggung jawab
cita-cita kongregasi sebagai wujud nyata bagi yang membutuhkan uluran
tangan. Apa pun yang terjadi melalui jatuh-bangunnya perjuangan yang
dialami, karya tersebut merupakan bagian dari semangat Ibu Pendiri
Kongregasi. Perjuangan yang telah dirintis para pendahulu menjadi tantangan
yang menggelitik untuk diperjuangkan.
B. Visi, Misi, Moto dan tujuan Yayasan Pendidikan Charitas 1. Visi
Menjadikan sekolah Charitas andalan dalam pelayanan pendidikan
yang berkualitas dan tempat berkembangnya peserta didik melalui
keteladanan dan cinta kasih demi pencerdasan Bangsa.
2. Misi
a Ikut serta secara aktif mensukseskan kebijakan pemerintah dalam
mencerdaskan Bangsa.
b Mengembangkan kehidupan bermoral bagi peserta didik dan insan
pendidikan, melalui keteladanan, cinta kasih, untuk menumbuhkan
sikap percaya diri, disiplin, tanggung jawab, saling menghargai serta
dapat berkompetisi dan bekerjasama.
c Meningkatkan mutu kualitas pendidikan secara berkesinambungan
dalam rangka menghasilkan peserta didik yang berbudaya, kompeten,
cerdas, baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik.
3. Semangat Spiritualitas
Dalam kegembiraan, kesederhanaan dan terutama dalam cinta kasih,
menolong orang lain seraya berdoa dan mengorbankan diri, menampakkan
kegembiraan hidup diantara orang yang sakit dan yang berkekurangan.
4. Moto Yayasan
“In Omnibus Charitas, yang berarti kasih di dalam segalanya”. 5. Tujuan YPCh
a. Adanya kurikulum, proses pembelajaran serta sarana prasarana
pembelajaran yang mendukung dalam menyiapkan peserta didik bagi
perannya di masa depan.
b. Adanya guru dan karyawan yang mempunyai kompetensi dibidangnya
masing-masing, beriman serta mempunyai komitmen dan tanggung
jawab pada profesinya.
c. Adanya suasana lingkungan, tempat belajar, peserta didik yang aman
dan nyaman.
d. Pada peserta didik menunjukkan adanya perkembangan yang nyata
dalam ilmu, iman, watak, budi pekerti luhur dan potensi lain secara
memadai.
e. Adanya hubungan yang serasi, adil, seimbang, penuh tanggung jawab
antara pengurus dan karyawan serta terciptanya komunitas iman pada
setiap unit kerja.
f. Adanya kemampuan kreatifitas, kolaborasi dalam mencapai kinerja
menciptakan produktivitas dan mengembangkan hal-hal baru untuk
perubahan yang dibutuhkan.
g. Adanya hubungan dan kerja sama yang baik antara Yayasan
Pendidikan Charitas dengan orang tua murid, umat Paroki, masyarakat
sekitar serta lembaga-lembaga pendidikan yang terkait, baik
pemerintah maupun swasta dalam rangka mengembangkan pelayanan
pendidikan.
C. Arti Logo Yayasan Pendidikan Charitas 1. Makna Lambang/Simbol
a Perisai Segi lima: Pelayanan pendidikan berazaskan Pancasila
b Salib: Lembaga pendidikan swasta bernafaskan Katolik
c Hati: Pengabdian ya