• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif pada materi jurnal umum sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman siswa kelas X SMA : penelitian tindakan kelas pada siswa kelas X3 SMA N 6 Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif pada materi jurnal umum sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman siswa kelas X SMA : penelitian tindakan kelas pada siswa kelas X3 SMA N 6 Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
277
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

iii 

(5)

iv 

 

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Skripsi Ini untuk

Allah SWT

Ayahku Jongko Utomo

Ibuku Sumirah

Adikku Endah Dwi Yulianingrum

Adikku Agung Tri Febrianto

(6)

  MOTTO

Eling Sangkan Paraning Dumadi

Sebegja-begjane kang lali, isih begja kang eling

lan waspada

(7)

Saya men

memuat k

kutipan da

P

nyatakan de

karya atau

an daftar pu

PERNYAT

engan sesun

bagian kar

ustaka, sebag

vi 

  TAAN KEA

ngguhnya b

rya orang

gaimana lay

ASLIAN KA

ahwa skrip

lain, kecua

yaknya kary ARYA

si yang say

ali telah di

ya ilmiah.

Yogyak

Lita R

ya tulis ini

isebutkan d

karta, 5 Juli

Rahayuningr tidak

dalam

2013

(8)
(9)

viii 

  ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA MATERI JURNAL UMUM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN SISWA KELAS X SMA

Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X3 SMA N 6 Yogyakarta

Lita Rahayuningrum Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan motivasi belajar dan pemahaman siswa kelas X3 SMA N 6 Yogyakarta pada materi jurnal

umum melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan

Course Review Horay.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas X3 SMA N 6 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 32 siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam satu siklus yang meliputi empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, kuesioner, tes, serta dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan komparatif.

Berdasarkan analisis data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) penerapan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi jurnal umum melalui penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe Make a Match dan Course Review Horay (rata-rata skor motivasi belajar awal

= 51,13 dan rata-rata motivasi akhir = 61, sig.(2-tailed) = 0,000 < α = 0,05); dan 2) penerapan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa pada materi jurnal umum melalui penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Make a Match dan Course Review Horay (rata-rata pre-test = 45

(10)

ix 

  ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL ON GENERAL JOURNAL MATERIAL AS EFFORTS TO IMPROVE STUDENT’S LEARNING MOTIVATION AND UNDERSTANDING OF

THE TENTH CLASS OF SENIOR HIGH SCHOOL

A Classroom Action Research on The Tenth Class of Six State Senior High School Yogyakarta

Lita Rahayuningrum Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

This research aims to know the improvement of the tenth class students of Six State Senior High School Yogyakarta in learning motivation and understanding general journal material by implementing cooperative learning model Make a Match and Course Review Horay Type.

This research is a classroom action research. The subjects were the students of the tenth class students in Six State Senior High School Yogyakarta, 2012/2013 academic year, and the total number were 32 students. This classroom action research was conducted in one cycle which covers four steps, those are planning, conducting, observing, and reflecting. The data were collected by observation, interview, questionnaire, test, and documentation methods. The analysis of data done by implementing descriptive and comparative analysis.

Based on the result of data analysis, it is concluded that: 1) the implementation of cooperative learning model is able to improve the learning motivation of the tenth class students of Six State Senior High School Yogyakarta on general journal material (the average result of the score in learning motivation at the beginning = 51,13 at the end, the average result of the score in learning

motivation = 61, value sig.(2-tailed) = 0,000 < α = 0,05); and 2) the

implementation of cooperative learning model is able to improve the understanding of the tenth class students in Six State Senior High School

Yogyakarta on general journal material (the average result of pre-test = 45 and

(11)

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke-hadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA MATERI JURNAL UMUM

SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN

PEMAHAMAN SISWA KELAS X SMA”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi.

Banyak hikmah dan pengalaman yang dapat penulis ambil dalam proses

penyusunan skripsi ini. Skripsi ini tidaklah mungkin selesai tanpa adanya bantuan,

dukungan, serta doa dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan. S.E., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi, sekaligus Dosen Pembimbing yang

telah meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan,

dukungan, kritik dan saran, maupun revisi-revisi kepada penulis dalam

(12)

xi 

 

4. Seluruh dosen Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi yang telah

memberikan ilmunya selama penulis menjadi mahasiswa Pendidikan Ekonomi

BKK Pendidikan Akuntansi.

5. Drs. Miftakodin, MM selaku Kepala Sekolah SMA N 6 Yogyakarta.

6. Drs. Suroso selaku Guru Akuntansi Kelas X SMA N 6 Yogyakarta.

7. Dra. Hj. Dwi Aspariningsih, S.Pd selaku guru mitra yang telah membantu

dalam proses penelitian dan pengumpulan data dalam penyelesaian skripsi.

8. Para Siswa Kelas X3 SMA N 6 Yogyakarta yang telah bersedia bekerjasama

dalam proses penelitian dan pengumpulan data.

9. Mbak Aris selaku Staf Sekretariat Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan

Akuntansi yang telah membantu dan melayani dalam administrasi.

10.Bapak Jongko Utomo serta Ibu Sumirah selaku orangtua yang tidak pernah

berhenti memberikan bimbingan, nasehat-nasehat serta doa untuk penulis.

11.Adik-adikku serta keluarga besar yang telah memberikan dukungan serta doa

kepada penulis.

12.Keluarga besar KSR Unit VI Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang

telah memberikan kesempatan untuk mencari pengalaman organisasi.

13.Teman-teman seperjuangan bimbingan Pak Sapto: Bowo, Afri, Riki, Angel,

Ratih, Stefani, Yenika, dan Prila, atas bantuan, kerjasama serta kebersamaan

selama ini.

14.Teman-teman seperjuangan Pendidikan Akuntansi Angkatan 2009 atas

(13)
(14)

xiii 

  DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN KEASLIAN KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Tindakan Kelas ... 6

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ... 6

2. Ciri-ciri Penelitian Tindakan Kelas ... 7

3. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas ... 9

4. Prinsip Penelitian Tindakan kelas ... 10

(15)

xiv 

 

6. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ... 11

7. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Tindakan Kelas ... 12

8. Tahapan Pelaksanaan PTK ... 12

B. Model Pembelajaran Kooperatif ... 13

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif... 13

2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif ... 14

3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif ... 15

4. Prosedur Pembelajaran Kooperatif ... 15

5. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 16

6. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif ... 16

7. Model-model Pembelajaran Kooperatif ... 18

C. Model Pembelajaran Tipe Make a Match ... 18

D. Model Pembelajaran Tipe Course Review Horay ... 19

E. Motivasi Belajar ... 20

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 20

2. Jenis dan Sifat Motivasi ... 21

3. Unsur-unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 22

4. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar ... 22

F. Pemahaman ... 22

1. Pengertian Pemahaman ... 22

2. Pengukuran Pemahaman ... 23

G. Mata Pelajaran Akuntansi Materi Jurnal Umum pada Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa ... 24

H. Kerangka Teoretik ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 30

D. Prosedur Penelitian ... 30

(16)

xv 

 

F. Teknik Pengumpulan Data ... 50

G. Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 57

B. Visi, Misi, dan Tujuan SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 61

1. Visi SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 61

2. Misi SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 62

3. Tujuan SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 63

C. Sistem Pendidikan SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 65

D. Kurikulum SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 66

E. Organisasi Sekolah SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 70

F. Sumber Daya Manusia SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 71

G. Siswa SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 72

H. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 73

I. Proses Belajar Mengajar SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 74

J. Usaha-usaha Peningkatan Kualitas Lulusan ... 76

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian ... 78

B. Analisis Data ... 119

C. Pembahasan ... 128

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 132

B. Keterbatasan Penelitian ... 132

C. Saran ... 134

DAFTAR PUSTAKA ... 136

LAMPIRAN ...  139 

(17)

xvi 

 

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar ... 44

Tabel 3.2 Pemberian Skor pada Kuesioner ... 45

Tabel 3.3 Rangkuman Hasil Pengujian Validitas Motivasi Belajar ... 45

Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 46

Tabel 3.5 Kisi-kisi Pre-test dan Post-test pada Materi Jurnal Umum ... 47

Tabel 3.6 Rangkuman Hasil Pengujian Validitas Soal Pre-test ... 48

Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Pengujian Validitas Soal Post-test ... 49

Tabel 3.8 Penilaian Acuan Patokan II untuk Penilaian Motivasi Belajar .. 52

Tabel 3.9 Penilaian Acuan Patokan II untuk Penilaian Pemahaman Siswa 52 Tabel 3.10 Data Skor Kuesioner Motivasi Belajar Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan PTK ... 53

Tabel 3.11 Komparasi Motivasi Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ... 53

Tabel 3.12 Data Skor Pre-test dan Post-test Siswa ... 54

Tabel 3.13 Komparasi Pemahaman Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ... 54

Tabel 4.1 Struktur Program Kurikulum ... 67

Tabel 4.2 Struktur Program Kurikulum Kelas XI dan XII Program IPA .. 68

Tabel 4.3 Struktur Program Kurikulum Kelas XI dan XII Program IPS ... 69

Tabel 4.4 Struktur Organisasi Sekolah Tahun Ajaran 2012/2013 ... 70

Tabel 4.5 Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2012/2013 ... 72

(18)

xvii 

 

Tabel 4.7 Keadaan Gedung Sekolah SMA N 6 Yogyakarta ... 73

Tabel 5.1 Hasil Observasi terhadap Aktivitas Guru Sebelum Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif ... 79

Tabel 5.2 Hasil Observasi terhadap Perilaku Siswa di Kelas ... 83

Tabel 5.3 Analisis Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Sebelum

Diterapkan Model Pembelajaran Kooperatif ... 84

Tabel 5.4 Hasil Observasi Kondisi Kelas dalam Proses Pembelajaran….. 85

Tabel 5.5 Daftar Pembagian Kelompok ... 90

Tabel 5.6 Analisis Pemahaman Awal Siswa dalam Pre-test ... 92

Tabel 5.7 Rangkuman Hasil Refleksi Siswa Setelah Menggunakan

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match ... 94

Tabel 5.8 Identitas Kelompok ... 96

Tabel 5.9 Analisis Pemahaman Siswa dalam Post-test ... 99

Tabel 5.10 Rangkuman Hasil Refleksi Siswa Setelah Menggunakan

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Course Review Horay ... 100

Tabel 5.11 Analisis Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Sesudah

Diterapkan Model Pembelajaran Kooperatif ... 102

Tabel 5.12 Hasil Observasi Aktivitas Guru Saat Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 103

Tabel 5.13 Hasil Observasi Aktivitas Guru Saat Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay ... 106

Tabel 5.14 Hasil Observasi terhadap Perilaku Siswa Saat Penerapan

(19)

xviii 

 

Tabel 5.15 Hasil Observasi terhadap Perilaku Siswa Saat Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay.... 111

Tabel 5.16 Hasil Observasi Kelas Selama Menerapkan Model

Pembelajaran Kooperatif ... 112

Tabel 5.17 Hasil Refleksi Guru Sesudah Pembelajaran Menggunakan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 115

Tabel 5.18 Hasil Refleksi Guru Sesudah Pembelajaran Menggunakan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay ... 116

Tabel 5.19 Rangkuman Hasil Wawancara kepada Siswa Sesudah PTK ... 118 Tabel 5.20 Analisis Komparatif Motivasi Belajar Siswa Sebelum dan

Sesudah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ... 119

Tabel 5.21 Tabel Analisis Komparatif Motivasi Belajar Siswa Sebelum

dan Sesudah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Berdasarkan Kriteria Motivasi Belajar... 120

Tabel 5.22 Pengujian Normalitas Selisih Motivasi Belajar Siswa Sebelum

dan Sesudah PTK Berdasarkan One Sample

Kolmogorov-Smirnov ... 121

Table 5.23 Hasil Pengujian Beda Rata-rata Kuesioner Motivasi Belajar

Sebelum dan Sesudah PTK Berdasarkan T- Paired Sample ... 123

Tabel 5.24 Daftar Perubahan Hasil Pre-test ke Post-test Siswa ... 123

Tabel 5.25 Analisis Komparatif Perubahan Pemahaman Siswa Sebelum

dan Sesudah PTK ... 125

(20)

xix 

 

PTK Berdasarkan One Sample Kolmogorov-Smirnov ... 126

Tabel 5.27 Hasil Pengujian Beda Rata-rata Pre-test dan Post-test

(21)

xx 

 

DAFTAR GAMBAR

(22)

xxi 

 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Observasi ... 139

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 148

Lampiran 3 Instrumen Refleksi ... 153

Lampiran 4 Kuesioner ... 158

Lampiran 5 Perangkat Pembelajaran ... 168

Lampiran 6 Pedoman Wawancara dan Daftar Kelompok ... 197

Lampiran 7 Data Hasil Penelitian ... 203

Lampiran 8 Hasil Analisis Data ... 225

Lampiran 9 Hasil Pre-test dan Post-test Siswa ... 235

Lampiran 10 Hasil Refleksi Siswa ... 243

(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jurnal umum merupakan salah satu materi dalam pembelajaran akuntansi SMA. Materi ini merupakan kelanjutan materi dasar akuntansi yaitu persamaan dasar akuntansi dan mekanisme debet kredit. Materi pembelajaran jurnal umum penting untuk dipelajari karena pencatatan bukti-bukti transaksi secara benar dan kronologis merupakan dasar dapat disusunnya laporan keuangan yang benar. Lebih-lebih akhir-akhir ini berkembang teknologi yang semakin memudahkan para akuntan dalam mencatat bukti-bukti transaksi dan laporan keuangan. Hal tersebut memiliki konsekuensi bahwa pemahaman yang baik tentang materi pembelajaran jurnal umum menjadi hal yang tidak lagi dapat ditawar.

(24)

Kenyataannya proses pembelajaran akuntansi sering berjalan tidak seperti yang diharapkan. Berdasarkan hasil pengamatan di kelas X3 SMA N 6 Yogyakarta, siswa umumnya memiliki motivasi belajar dan pemahaman yang rendah. Rendahnya motivasi belajar siswa tampak dari kegiatan-kegiatan siswa di kelas yang cenderung kontraproduktif. Siswa cenderung tidak konsentrasi belajar, lebih asyik dengan kegiatannya sendiri, ada yang bermain handphone, berpura-pura membuka laptop

padahal hanya bermain games, berbincang-bincang dengan teman sebelah.

Pada saat siswa diberikan kesempatan untuk bertanya, siswa cenderung tidak memberikan reaksi. Sementara, rendahnya pemahaman siswa tampak dari hasil ulangan harian materi pembelajaran akuntansi sebagai sistem informasi. Nilai yang diperoleh siswa cenderung rendah dan 65,625% tidak mencapai KKM yang ditetapkan.

(25)

pembelajaran, siswa merasa tertantang, rasa ingin tahu menjadi lebih tinggi sehingga menimbulkan motivasi belajar dan berdampak pada peningkatan pemahaman siswa pada materi jurnal umum.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti bersama dengan guru mitra bermaksud untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Judul PTK sebagai berikut “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif pada Materi Jurnal Umum sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dan Pemahaman Siswa Kelas X SMA”. PTK ini dilaksanakan pada siswa kelas X3 SMA N 6 Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

Terdapat banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran akuntansi. Penelitian ini difokuskan pada upaya peningkatan motivasi belajar dan pemahaman siswa pada materi jurnal umum melalui model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan tipe Course Review Horay.

C. Rumusan Masalah Penelitian

(26)

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan motivasi belajar dan pemahaman siswa kelas X3 SMA N 6 Yogyakarta melalui penerapan model pembelajaran kooperatifpada materi jurnal umum.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman siswa pada materi jurnal umum.

2. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru, yaitu sebagai referensi dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan kompetensi dasar dan kondisi peserta didik sehingga mampu meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman siswa.

3. Bagi Sekolah

(27)

4. Bagi Perguruan Tinggi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi calon pendidik dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif di kelas.

5. Bagi peneliti selanjutnya

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akan sangat bermanfaat apabila pelaksanaannya baik dan benar, baik dalam arti pelaksana benar-benar mengembangkan kemampuan dalam mencari serta menyelesaikan masalah, dan benar yang berarti sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku dalam PTK.

Wina Sanjaya (2009:25) menjelaskan bahwa secara etimologis, ada tiga istilah yang berhubungan dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu sebagai berikut:

a. Penelitian adalah suatu proses pemecahan masalah yang dilakukan secara sistematis, empiris dan terkontrol. Sistematis yang berarti proses runtut sesuai dengan aturan tertentu. Empiris yang berarti bahwa kerja penelitian berdasarkan data-data tertentu. Terkontrol berarti suatu kerja penelitian harus didasarkan pada prosedur kerja yang jelas sehingga orang lain dapat membuktikan hasil temuan penelitian yang diperoleh.

b. Tindakan. Tindakan adalah perlakuan tertentu yang dilakukan oleh peneliti yakni guru

c. Kelas. Kelas menunjukkan tempat proses pembelajaran berlangsung.

(29)

guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.

Dari penjelasan tersebut, maka PTK diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.

2. Ciri-ciri Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Ciri-ciri umum PTK menurut Cohen dan Manion dalam Kunandar (2009:56) adalah sebagai berikut:

a. Situasional, kontekstual, berskala kecil, praktis, terlokalisasi, dan secara langsung relevan dengan situasi nyata dalam dunia kerja. Ia berkenaan dengan diagnosis suatu masalah dalam konteks tertentu dan usaha untuk memecahkan masalah dalam konteks tersebut. Subjeknya bisa siswa di kelas, petatar di kelas penataran, mahasiswa dan dosen di ruang kuliah, dan lain sebagainya.

b. Memberikan kerangka kerja yang teratur kepada pemecahan masalah praktis. Penelitian tindakan kelas juga bersifat empiris, artinya ia mengandalkan observasi nyata dan data perilaku.

c. Fleksibel dan adaptif sehingga memungkinkan adanya perubahan selama masa percobaan dan pengabaian pengontrolan karena lebih menekankan sifat tanggap dan pengujicobaan serta pembaharuan di tempat kejadian atau pelaksanaan PTK.

d. Partisipatori karena peneliti dan/atau anggota tim peneliti sendiri ambil bagian secara langsung atau tidak langsung dalam melakukan PTK.

e. Self-evaluation, yaitu modifikasi secara kontinyu yang dievaluasi

(30)

f. Perubahan dalam praktik didasari pengumpulan informasi atau data yang memberikan dorongan untuk terjadinya perubahan.

g. Secara ilmiah kurang ketat karena kesahihan internal dan eksternalnya lemah meskipun diupayakan untuk dilakukan secara sistematis dan ilmiah.

Sedangkan ciri-ciri khusus penelitian tindakan kelas menurut Whitehead dalam Kunandar (2009:57) antara lain sebagai berikut: a. Dalam penelitian tindakan kelas ada komitmen pada peningkatan

pendidikan. Komitmen tersebut memungkinkan setiap yang terlibat untuk memberikan andil yang berarti demi tercapainya peningkatan yang mereka sendiri dapat ikut rasakan.

b. Dalam penelitian tindakan kelas, ada maksud jelas untuk melakukan intervensi ke dalam dan peningkatan pemahaman dan praktik seseorang serta untuk menerima tanggung jawab dirinya sendiri.

c. Pada penelitian tindakan kelas melekat tindakan yang berpengetahuan, berkomitmen, dan bermaksud. Tindakan dalam PTK direncanakan berdasarkan hasil refleksi kritis terhadap praktik terkait berdasarkan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Tindakan dalam PTK juga dilakukan atas dasar komitmen kuat dan keyakinan bahwa situasi dapat diubah ke arah perbaikan.

d. Dalam penelitian tindakan kelas dilakukan pemantauan sistemik untuk menghasilkan data atau informasi yang valid. Mengingat hasil penting PTK adalah pemahaman yang lebih baik terhadap praktik dan pemahaman tentang bagaimana perbaikan ini telah terjadi, pengumpulan datanya harus sistematis sehingga peneliti dapat mengetahui arah perbaikannya dan juga dalam hal apa pembelajaran (learning) telah terjadi.

e. Penelitian tindakan kelas melibatkan deskripsi autentik tentang tindakan. Deskripsi di sini bukan penjelasan melainkan rangkaian cerita tentang kegiatan yang telah terjadi dan biasanya dalam bentuk laporan.

f. Perlunya validasi. Dalam hal ini melibatkan: 1) Pembuatan pernyataan

2) Pemeriksaan kritis terhadap pernyataan lewat pencocokan dengan bukti

3) Pelibatan pihak lain dalam proses validasi. Validasi terjadi dalam beberapa tingkatan, yakni:

a) Validasi diri yaitu penjelasan yang diberikan peneliti tentang praktik atau kegiatan yang telah dilaksanakan. b) Validasi sejawat, yaitu pemeriksaan kritis terhadap bukti

(31)

dengan bukti dan menyediakan kompensasi bagi kelemahan karena kurang lengkapnya catatan.

c) Validasi publik, yaitu upaya meyakinkan publik tentang kebenaran klaim peneliti.

3. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Menurut Kunandar (2008:58–63), PTK memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. On-the job problem oriented (masalah yang diteliti adalah masalah riil atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab peneliti).

b. Problem solving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah).

c. Improvement oriented (berorientasi pada peningkatan mutu).

d. Ciclic (siklus). Konsep tindakan (action) dalam PTK diterapkan

melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (cyclical).

e. Action oriented. Dalam PTK selalu didasarkan pada adanya

tindakan (threatment) tertentu untuk memperbaiki PBM di kelas.

f. Pengkajian terhadap dampak tindakan.

g. Specifics Contextual. Aktivitas PTK dipicu oleh permasalahan

praktis yang dihadapi guru dalam PBM di kelas.

h. Partisipatory (collaborative). PTK dilaksanakan secara kolaboratif

dan bermitra dengan pihak lain, seperti teman sejawat. i. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.

j. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus, dalam satu siklus terdiri dari tahapan perencanaan (planning),

tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi

(reflection) dan selanjutnya diulang kembali dalam beberapa

siklus.

Sedangkan menurut Sukidin, Basrowi, dan Suranto (2002:22–23), karakteristik PTK antara lain:

a. Problema yang diangkat untuk dipecahkan melalui PTK harus selalu berangkat dari persoalan praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru. Ada kalanya dapat dilakukan secara kolaboratif dengan peneliti lain.

(32)

4. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Menurut Hopkins (1993:57-61) dalam Zainal Aqib (2006:17), prinsip dasar yang melandasi PTK antara lain:

a. Pekerjaan utama guru adalah mengajar, dan apapun metode PTK yang diterapkannya sebaiknya tidak mengganggu komitmennya sebagai pengajar.

b. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran.

c. Metodologi yang digunakan harus reliable, sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis yang dikemukakannya. d. Masalah program yang diusahakan oleh guru seharusnya

merupakan masalah yang cukup merisaukan, dan bertolak dari tanggung jawab profesional.

e. Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap proses dan prosedur yang berkaitan dengan pekerjaannya.

f. Dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan class room excerding perspective, dalam arti permasalahan tidak dilihat

terbatas dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran tertentu, melainkan misi sekolah secara keseluruhan.

5. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Manfaat PTK menurut Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Pendidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi (2005:2) meliputi: a. Peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah

pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas. b. Peningkatan sikap profesional guru dan dosen.

c. Perbaikan dan/atau peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa.

d. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.

e. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penggunaan media, alat bantu belajar dan sumber belajar lainnya.

(33)

g. Perbaikan dan/atau peningkatan masalah-masalah pendidikan anak di sekolah.

h. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penerapan kurikulum. Selain itu, Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2007:107) menyebutkan bahwa manfaat PTK antara lain dapat dilihat dan dikaji dalam beberapa komponen pendidikan dan/atau pembelajaran di kelas, antara lain mencakup:

a. Inovasi pembelajaran

b. Pengembangan kurikulum di tingkat regional/nasional c. Peningkatan profesionalisme pendidikan

6. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Menurut Rohman Natawidjaya dalam Sarwiji Suwandi (2010:15-16), tujuan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

a. Untuk menanggulangi masalah atau kesulitan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dihadapi guru dan tenaga kependidikan, terutama yang berkenaan dengan masalah pembelajaran dan pengembangan materi pengajaran.

b. Untuk memberikan pedoman bagi guru atau administrator pendidikan di sekolah guna memperbaiki dan meningkatkan mutu kinerja atau mengubah sistem kerjanya agar menjadi lebih baik dan produktif.

c. Untuk melaksanakan program latihan, terutama pelatihan dalam jabatan guru, yaitu sebagai salah satu strategi pelatihan yang bersifat inkuiri agar peserta lebih banyak menghayati dan langsung menerapkan hasil pelatihan tersebut.

d. Untuk memasukkan unsur-unsur pembaharuan dalam sistem pembelajaran yang sedang berjalan sulit untuk ditembus oleh pembaharuan pada umumnya.

e. Untuk membangun dan meningkatkan mutu komunikasi dan interaksi antara praktisi (guru) dengan peneliti akademis.

(34)

7. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) a. Kelebihan Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Shumsky dalam Suwarsih (Kunandar, 2006:68) kelebihan PTK adalah sebagai berikut:

1) Kerja sama dalam PTK menimbulkan rasa memiliki.

2) Kerja sama dalam PTK mendorong kreativitas dan pemikiran kritis dalam hal ini guru yang sekaligus sebagai peneliti.

3) Melalui kerja sama, kemungkinan untuk berubah meningkat. 4) Kerja sama dalam PTK meningkatkan kesepakatan dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapi. b. Kelemahan Penelitian Tindakan Kelas

Selain memiliki kelebihan, PTK memiliki keterbatasan/kelemahan. Menurut Wina Sanjaya (2009:38), kelemahan PTK antara lain: 1) Guru cenderung melaksanakan tugas pokoknya secara

konvensional, sehingga sulit untuk mengubah kebiasaan guru, guru tidak dibekali dengan kemampuan berpikir ilmiah, sehingga dalam pelaksanaan PTK tidak secara otomatis dapat terlaksana. Guru akan bergantung pada petunjuk dari orang-orang yang dianggap ahli.

2) PTK berasal dari permasalahan yang dihadapi oleh guru, sehingga kesimpulan tidak bersifat umum.

3) PTK bersifat situasional dan kondisional, kurang menerapkan prinsip-prinsip ilmiah secara ajeg, sehingga banyak orang yang meragukan penelitian ini.

8. Tahapan Pelaksanaan PTK

Untuk melaksanakan PTK, dibutuhkan tahapan sebagai berikut (Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010:11):

a. Perencanaan

Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah kita mengetahui masalah dalam pembelajaran kita.

b. Tindakan

(35)

c. Pengamatan

Selanjutnya diadakan pengamatan yang teliti terhadap proses pelaksanaannya.

d. Refleksi

Setelah diamati, barulah guru dapat melakukan refleksi dan dapat menyimpulkan apa yang terjadi dalam kelasnya.

Gambar 2.1

Tahap Pelaksanaan PTK

Sumber: Suharsimi, Arikunto (2006:16)

B. Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sugiyanto (2010:37), pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus

(36)

Sedangkan menurut Slavin (Isjoni dan Ismail, 2008:150) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana kelompok belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah empat orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil sehingga tujuan belajar dapat tercapai karena kondisi belajar dapat maksimal.

2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif

Terdapat lima prinsip utama dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yaitu sebagai berikut (Anita Lie, 2010:31-37):

a. Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu

dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan.

b. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability) yaitu

keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.

c. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction) yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.

d. Partisipasi dan komunikasi (participation communication) yaitu

melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

(37)

kerja kelompok mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Ciri-ciri pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (Rusman, 2010:208):

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

c. Anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda.

d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok ketimbang individu.

Menurut Daryanto dan Muljo (2012:242), ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Siswa dalam berkelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.

c. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.

4. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Rusman (2011:212), prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai berikut:

(38)

b. Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.

c. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian kemampuan kelompoknya, seperti dijelaskan Sanjaya (2006:247). d. Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling

menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.

5. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai sekurang-kurangnya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000:7):

a. Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.

b. Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Mengajarkan untuk saling menghargai satu sama lain.

c. Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.

6. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Setiap model pembelajaran pasti memiliki keunggulan serta kelemahan.

a. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif (Wina Sanjaya, 2006:247) 1) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi

(39)

2) Dapat mengembangkan kemampuan mengembangkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkan dengan ide-ide orang lain.

3) Membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. 4) Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih

bertanggung jawab dalam belajar.

5) Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.

6) Interaksi selama kooperatif berlangsung, dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

b. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif (Wina Sanjaya, 2006:248) 1) Untuk memahami dan mengerti filosofis model pembelajaran

kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning.

2) Ciri utama dalam model pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran

langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.

3) Penilaian yang diberikan berdasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari , bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

4) Keberhasilan model pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan hal ini tidak dapat mungkin tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-kali penerapan strategi ini.

(40)

7. Model-model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Suyatno (2009:52), model-model pembelajaran kooperatif sangat beragam, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)

b. Tipe Numbering Head Together (NHT)

c. Tipe Jigsaw

d. Tipe Think Pairs and Share (TPS) e. Tipe Teams Games Tournament (TGT)

f. Tipe Role Playing

g. Tipe Course Review Horay (CRH) h. Tipe Make a Match

i. Tipe Mind Maping

j. Tipe Examples Non Examples

k. Tipe Take and Give

C. Model Pembelajaran Tipe Make a Match

Model pembelajaran tipe Make a Match (membuat pasangan)

merupakan salah satu jenis dari model pembelajaran kooperatif, yang mempunyai keunggulan dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan. Menurut Rusman (2011: 223), langkah-langkah pembelajaran tipe Make a Match adalah:

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa soal dan satu sisi berupa jawaban).

2. Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

3. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.

4. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

5. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

(41)

D. Model Pembelajaran Tipe Course Review Horay (CRH)

Model pembelajaran Tipe CRH merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi menyenangkan, dengan cara pengelompokan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil, suatu pembelajaran pengujian terhadap pemahaman konsep siswa menggunakan kotak yang diisi dengan soal dan diberi nomor untuk menuliskan jawabannya. Melalui pembelajaran tipe CRH diharapkan dapat melatih siswa dalam mendiskusikan solusi suatu masalah dengan pembentukan kelompok kecil. Model pembelajaran tipe CRH adalah salah satu model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk ikut aktif dalam belajar. model ini merupakan model pembelajaran yang lebih menekankan pada pemahaman materi yang diajarkan guru dengan menyelesaikan soal-soal. Dalam aplikasinya model pembelajaran tipe CRH tidak hanya menginginkan siswa untuk belajar secara akademik, tetapi juga melatih siswa untuk mencapai tujuan-tujuan hubungan sosial yang pada akhirnya mempengaruhi motivasi belajar. Pada pembelajaran tipe CRH aktivitas belajar lebih banyak berpusat pada siswa. Dalam hal ini pada proses pembelajaran guru hanya bertindak sebagai penyampai informasi, fasilitator dan pembimbing. Suasana belajar dan interaksi yang menyenangkan membuat siswa lebih menikmati pelajaran sehingga siswa tidak mudah bosan untuk belajar

(42)

Langkah-langkah dalam pembelajaran CRH (Suyatno,2009:127): 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Guru mendemostrasikan/menyajikan materi.

3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jawab. 4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25

sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa.

5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (v) dan salah diisi tanda silang (x).

6. Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay, atau yel-yel lainnya.

7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh. 8. Penutup.

Adapun kelebihan dari CRH antara lain

((http://rumahdesakoe.blogspot.com/2010/10/course-review horay.html):

1. Pembelajaran menarik sehingga mendorong siswa untuk terlibat dalam pembelajaran.

2. Melatih kerja sama.

Sedangkan kekurangan dari CRH adalah

((http://rumahdesakoe.blogspot.com/2010/10/course-review horay.html):

1. Siswa aktif dan pasif disamakan. 2. Adanya peluang untuk curang.

E. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi belajar

(43)

kebutuhannya. Menurut Hamzah B Uno (2006:3), motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang untuk bertingkah laku, sebagai pembeda antara dapat melaksanakan dan mau melaksanakan. Motivasi adalah kekuatan (dorongan mental) baik yang berasal dari dalam mapun luar yang mampu mendorong seseorang untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Fudyartanto (2002:258) motivasi adalah usaha untuk meningkatkan kegiatan dalam mencapai suatu tujuan.

Menurut Hamzah B Uno (2006:23), indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil. b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan. d. Adanya penghargaan dalam belajar.

e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.

2. Jenis dan Sifat Motivasi

Menurut Sudirman (2007:88), motivasi belajar dapat dibedakan dalam dua jenis, masing-masing adalah:

a. Motivasi belajar dari diri siswa (motivasi belajar intrinsik). Jenis motivasi ini timbul dari dalam individu tanpa ada paksaan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri. Motivasi ini timbul karena adanya hasrat ingin berhasil, dorongan kebutuhan akan belajar, dan harapan akan cita-cita.

(44)

3. Unsur-unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:97), unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi antara lain:

a. Cita-cita atau aspirasi siswa b. Kemampuan siswa

c. Kondisi siswa

d. Kondisi lingkungan siswa

e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa

4. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Upaya meningkatkan motivasi belajar menurut Ali Imron (1996:106) adalah sebagai berikut:

a. Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar. b. Mengoptimalkan unsur-unsur dinamis pembelajaran.

c. Mengoptimalkan pemanfaatan pengalaman/kemampuan yang telah dimiliki dalam belajar.

d. Mengembangkan cita-cita/aspirasi dalam belajar.

F. Pemahaman

1. Pengertian Pemahaman

Menurut Arikunto Suharsimi (1995:137), pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seseorang mempertahankan,

(45)

Menurut Nasution (2006:49), ada tiga kemampuan pemahaman yang terdiri dari :

a. Menerjemahkan (translation) yang berarti kemampuan dalam

menerjemahkan konsep abstrak menjadi suatu model simbolik untuk mempermudah orang untuk mempelajarinya.

b. Menginterpretasi (interpretation) yang berarti kemampuan untuk

mengenal dan memahami.

c. Mengekstrapolasi (extrapolation) yang berarti kemampuan untuk memperluas persepsi dalam arti dimensi, kasus atau masalah. Jadi dalam proses belajar pemahaman dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memahami atau mengerti apa yang dikerjakan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan mengaitkan dengan hal-hal lain yang berhubungan.

2. Pengukuran Pemahaman

Arikunto (Wintala, 2011:41) menyatakan bahwa ada beberapa skala penilaian yang dapat mengukur pemahaman atau keberhasilan siswa dalam mempelajari mata pelajaran, antara lain:

a. Skala bebas adalah skala penilaian yang tidak tetap. Ada kalanya skor tertinggi 20, terkadang 25 atau 50, tergantung pada banyak dan bentuk soal.

b. Skala 0 – 10 adalah skala penilaian untuk angka 0 untuk angka terendah dan angka 10 untuk angka tertinggi.

c. Skala 0 – 100 adalah skala penilaian yang lebih halus dibandingkan skala 0 – 10, karena skala ini menilai dengan bilangan bulat.

(46)

G. Mata Pelajaran Akuntansi Materi Jurnal Umum pada Siklus

Akuntansi Perusahaan Jasa

Menurut Haryono (2001:120), jurnal adalah alat untuk mencatat transaksi perusahaan yang dilakukan secara kronologis dengan menunjukkan rekening yang harus didebet dan dikredit beserta jumlah rupiahnya masing-masing. Selain itu, menurut Dwi Harti (2011:81), jurnal berasal dari bahasa Perancis yaitu journal yang berarti buku harian. Jadi jurnal diartikan sebagai buku harian yang digunakan untuk mencatat semua transaksi yang terjadi berupa pendebetan dan pengkreditan secara kronologis (menurut) urutan tanggal beserta penjelasan yang diperlukan. Jurnal merupakan catatan pertama setelah adanya bukti transaksi. Oleh karena itu jurnal sering disebut sebagai books of original entry.

Jurnal umum memiliki fungsi utama, yaitu untuk mencatat segala transaksi yang terjadi dalam kegiatan operasional perusahaan dalam periode waktu tertentu yang berkesinambungan. Dalam menjurnal, ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan antara lain (Hendri Yulius, 2011:19):

1. Menentukan nomor akun, dimana setiap akun akan diberi nomor tertentu untuk mempermudah pencatatan.

2. Mengenal bentuk dan fungsi jurnal umum, jurnal umum memiliki bentuk dan bagian-bagian yang terdiri atas tanggal (untuk mencatat kapan terjadinya transaksi), keterangan (mencatat nama akun yang muncul akibat transaksi), ref (untuk mengisi nomor kode buku besar saat melakukan pemindahbukuan), dan kolom debit-kredit (untuk mencatat nominal angka transaksi).

(47)

nominalnya bertambah akan diletakkan di dalam bagian debit namun ada juga yang bila bertambah harus diletakkan di bagian kredit.

4. Melakukan posting atau pemindahan jurnal umum, tahap ini dilakukan setelah menentukan debit-kredit dari akun tersebut dengan memindahkannya ke dalam jurnal umum.

H. Kerangka Teoretik

Dalam proses pembelajaran akuntansi, guru mempunyai peran sangat besar dalam tercapainya tujuan belajar. Kegiatan belajar mengajar tidak selalu berjalan dengan mulus. Permasalahan yang seringkali ditemukan adalah rendahnya motivasi belajar dan pemahaman siswa pada materi yang diajarkan. Rendahnya motivasi belajar siswa ini disebabkan karena proses pembelajaran yang kurang bervariasi, siswa menjadi jenuh, merasa kurang terlibat dalam proses pembelajaran sehingga siswa kurang tertantang, kurang memiliki rasa ingin tahu yang membuat motivasi belajar rendah dan berdampak pada rendahnya pemahaman.

(48)

Melalui pelaksanaan PTK ini diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan tipe Course Review Horay. Melalui penerapan model pembelajaran ini, siswa diajak saling bekerja sama dalam kelompok, mampu berinteraksi dengan siswa lain maupun dengan guru, bertanggungjawab atas dirinya sendiri dalam hal pemahaman materi, serta dalam kelompok siswa mempunyai ketergantungan positif. Hal ini diharapkan mampu membantu siswa dalam meningkatkan motivasi belajar dan mempermudah siswa dalam memahami materi yang diajarkan.

Berikut ini disajikan hasil-hasil penelitian-penelitian sebelumnya 1. Penelitian Stevani Elia Indrayanti (2011:148) pada mata pelajaran

akuntansi materi jurnal penutup dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) di

(49)

2. Penelitian Daniel Fredy Desandika (2012:117) pada mata pelajaran akuntansi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Role Playing, di SMA Pangudi Luhur VANLITH Muntilan,

menunjukkan bahwa terdapat peningkatan motivasi belajar setelah PTK. Hal ini ditunjukkan pada nilai rata-rata motivasi belajar siswa sebelum PTK sebesar 58 dengan kriteria cukup, sedangkan nilai rata-rata motivasi belajar siswa setelah PTK sebesar 65 dengan kriteria tinggi.

3. Penelitian Mimilia Sulastri (2011:93) pada mata pelajaran akuntansi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta, menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pemahaman setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD, hal ini dapat dilihat dari hasil pre-test dan post-test. Pada saat pre-test, berdasarkan PAP II siswa yang berada pada pemahaman siswa kategori sangat baik 0%, pemahaman kategori baik 23,529%, sedangkan pada saat post-test, siswa dengan pemahaman

kategori sangat baik 25%, dan pemahaman kategori baik 50%. Hal tersebut berarti terdapat peningkatan.

4. Penelitian Lian Sisan (2011:101) pada mata pelajaran ekonomi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) di SMA N 2 Yogyakarta, menunjukkan bahwa

(50)

ditunjukkan oleh kenaikan nilai test, dengan rata-rata pre-test =

54,375, sedangkan rata-rata post-test = 62,25.

Berdasarkan kerangka teoretik tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian dalam penelitian ini, yaitu:

Ha1 : terdapat perbedaan motivasi belajar siswa pada materi jurnal

umum sebelum dan sesudah diterapkannya model pembelajaran kooperatif.

Ha2 : terdapat perbedaan pemahaman siswa pada materi jurnal

(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

(52)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah SMA N 6 Yogyakarta, Jl. C. Simanjuntak 2, Yogyakarta 55223.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2012/2013 yaitu bulan Oktober – November 2012.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas X3 SMA N 6 Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan motivasi belajar dan pemahaman siswa pada materi jurnal umum pada siklus akuntansi perusahaan jasa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe Make a Match

dan tipe Course Review Horay).

D. Prosedur Penelitian 1. Kegiatan Pra Penelitian

(53)

pembelajaran sebelum digunakannya model pembelajaran kooperatif. Observasi yang dilakukan meliputi:

a. Observasi terhadap guru.

1) Hal-hal yang diamati dalam observasi ini antara lain kegiatan serta aktivitas guru pada saat pra pembelajaran, membuka pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran (penguasaan materi pembelajaran, pendekatan/strategi pembelajaran, pemanfaatan media/sumber pembelajaran, pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa, kemampuan khusus bidang studi, penilaian proses dan hasil belajar, serta penggunaan bahasa) serta kegiatan penutup pembelajaran (refleksi, rangkuman pembelajaran, serta pelaksanaan tindak lanjut).

2) Peneliti melakukan observasi ini secara langsung, yaitu berada di dalam ruangan dimana proses pembelajaran tersebut berlangsung, dengan tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar. Di ruangan tersebut, peneliti akan lebih mudah mengamati setiap kegiatan guru di kelas.

(54)

b. Observasi terhadap siswa.

1) Hal-hal yang diamati adalah aktivitas siswa dalam melaksanakan interaksi belajar-mengajar di kelas dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Hal-hal tersebut antara lain kesiapan siswa mengikuti proses pembelajaran, perhatian siswa terhadap penjelasan guru, tanggapan siswa dalam pembahasan materi, pencatatan hal-hal penting, serta keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

2) Peneliti melakukan pengamatan ini dengan memperhatikan kegiatan siswa, kemudian memberikan penilaian apakah setiap aspek pada poin 1) dilakukan dengan baik oleh siswa atau tidak. 3) Pengamatan ini dilakukan dengan cara mengisi instrumen

observasi aktivitas siswa di kelas pada saat pelaksanaan pengamatan berlangsung.

c. Observasi terhadap kelas.

(55)

2) Peneliti mengamati keadaan kelas ini apakah aspek-aspek yang diamati telah benar-benar mendukung terciptanya iklim belajar yang kondusif.

3) Peneliti merangkum pengamatannya terhadap kelas dengan mengisi instrumen observasi keadaan kelas dalam proses pembelajaran.

d. Wawancara

Selain melakukan observasi, peneliti melakukan wawancara kepada siswa. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data secara langsung dari siswa berkaitan dengan proses pembelajaran khusus materi akuntansi, antara lain model pembelajaran yang sering digunakan guru, bagaimana tanggapan siswa terhadap model yang biasa digunakan oleh guru, apakah model tersebut mampu menunjang motivasi belajar dan pemahaman siswa. Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan ini, selanjutnya peneliti mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran, dan ditawarkan solusi atas permasalahan pembelajaran.

2. Pelaksanaan

(56)

a. Perencanaan

1) Peneliti dan guru mitra menggali karakteristik siswa berdasarkan data awal yaitu data observasi untuk mengetahui keaktifan siswa, dan data dari guru mitra yang berupa nilai siswa. Setelah mengetahui karakteristik siswa, peneliti mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok yang bersifat heterogen berdasarkan jenis kelamin, tingkat keaktifan serta tingkat prestasi siswa. Terdapat 8 kelompok dengan masing-masing anggota 4 orang siswa.

2) Peneliti dan guru mitra menyusun perangkat pembelajaran, antara lain:

a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP dibuat sebagai acuan dalam pelaksanaan proses pembelajaran akuntansi materi jurnal umum. RPP dirancang untuk 2 pertemuan, yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada pertemuan pertama dan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay pada pertemuan kedua.

b) Membuat handout materi pembelajaran

Handout materi berisi ringkasan materi akuntansi yang

(57)

Soal berisi materi pencatatan ke dalam jurnal umum, dikarenakan soal bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa, maka soal ini dibuat untuk dua tahap yaitu

pre-test dan post-test. Soal pre-test dan post-test yang dibuat

ini berkualitas sama dan masing-masing berjumlah 10 soal. d) Media pembelajaran tipe Make a Match

Media dalam pembelajaran tipe Make a Match ini berupa kertas besar sebagai media tempel menempel dan kartu-kartu yang berisi soal dan jawaban. Jumlah kartu soal dan kartu jawaban tidak sama, terdapat 10 kartu soal dan 15 kartu jawaban.

e) Media pembelajaran tipe Course Review Horay (CRH)

Media yang digunakan dalam pembelajaran tipe CRH adalah sebuah kertas besar sebagai media untuk menjawab soal, kertas dengan format Horay untuk menempelkan identitas

kelompok sebagai tanda bahwa kelompok mempunyai kesempatan untuk menjawab, dan bendera kelompok.

f) Kuesioner tentang motivasi belajar siswa, yang terdiri dari kuesioner sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif dan kuesioner sesudah penerapan model pembelajaran kooperatif.

(58)

b. Tindakan

1) Pertemuan pertama

a) Kegiatan pra pembelajaran

(1) Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan salam dan doa, serta bersama dengan siswa menyanyikan lagu Indonesia Raya (biasa dilakukan setiap pagi, sebelum jam pertama).

(2) Guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab tidak terstruktur tentang persamaan dasar akuntansi.

(3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

(4) Guru memberikan pre-test kepada siswa. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui kondisi awal pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran jurnal umum sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif.

b) Kegiatan inti

(1) Siswa mempelajari/membaca handout yang dibagikan oleh

guru. Hal ini dilakukan agar siswa mempunyai gambaran tentang materi pembelajaran jurnal umum.

(2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang apa yang belum dipahami setelah membaca handout, serta memberikan pertanyaan kepada

(59)

(3) Siswa melakukan diskusi secara berkelompok. Diskusi ini dirancang dengan model pembelajaran tipe Make a Match, dengan langkah sebagai berikut:

(a) Masing-masing kelompok akan mendapat sebuah kertas besar yang berfungsi untuk menempelkan soal dan jawaban, serta 25 kartu yaitu 10 kartu berupa soal dan 15 kartu berupa jawaban.

(b) Kartu soal yang sudah diterima oleh masing-masing kelompok diurutkan kemudian ditempelkan pada kolom soal di kertas yang sudah disediakan.

(c) Siswa dalam kelompok berdiskusi untuk menentukan jawaban dari soal yang telah diurutkan, kemudian menempelkannya di kolom jawaban di samping soal yang bersangkutan.

(4) Siswa bersama dengan guru membahas soal yang telah dikerjakan dalam diskusi.

c) Kegiatan penutup

(1) Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari pada pertemuan tersebut.

(60)

(3) Guru mengingatkan siswa untuk tetap belajar, dan menyampaikan bahwa materi pembelajaran pada pertemuan selanjutnya masih sama yaitu jurnal umum. 2) Pertemuan kedua

a) Kegiatan pra pembelajaran

(1) Guru memulai pembelajaran dengan salam dan doa serta bersama dengan siswa menyanyikan lagu Indonesia Raya. (2) Guru melakukan apersepsi tentang materi jurnal umum

yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. (3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

b) Kegiatan inti

(1) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran kooperatif tipe

Course Review Horay.

(2) Siswa didampingi guru melakukan pembelajaran kooperatif dengan tipe Course Review Horay, dengan

langkah sebagai berikut:

(61)

(b) Guru menyampaikan prosedur permainan.

(c) Anggota kelompok dengan nomor identitas 1 pada masing-masing kelompok maju untuk mengerjakan soal bersama dengan kelompok yang lain.

(d) Soal ditampilkan dan wakil kelompok (yang maju) mengerjakan dalam alat tulis yang disediakan.

(e) Wakil dari masing-masing kelompok yang lebih dulu bisa mengerjakan, bisa memberikan bendera ke fasilitator supaya mendapatkan kesempatan untuk menjawab di papan yang telah disediakan.

(f) Setelah memberikan bendera, terlebih dulu menempelkan identitas pada papan Horay.

(g) Selanjutnya menuliskan jawaban di papan yang disediakan. Apabila benar, lanjut ke nomor selanjutnya, apabila salah, maka diberikan kesempatan untuk kelompok lain.

(h) Untuk jawaban pertama yang salah, akan ditutup dengan jawaban kelompok berikutnya, dan untuk jawaban kedua salah maka akan ditutup dengan identitas ZONK. Begitu seterusnya sampai soal ke 9. (i) Untuk identitas yang berhasil menempelkan 3 identitas

(62)

(j) Apabila tidak ada identitas kelompok yang berhasil untuk kriteria pada poin (i), maka kelompok yang mendapat penghargaan adalah kelompok yang berhasil menempel identitas terbanyak.

c) Kegiatan penutup

(1) Siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan tentang materi jurnal umum.

(2) Siswa melakukan post-test untuk mengetahui adanya

peningkatan pemahaman tentang materi jurnal umum. (3) Siswa bersama dengan guru melakukan refleksi secara

tertulis. c. Observasi

Tahap observasi dilaksanakan peneliti bersamaan dengan tahap tindakan. Dalam tahap ini peneliti mengadakan pengamatan terhadap dampak dan hasil pelaksanaan tindakan, yang meliputi proses pembelajaran di kelas, keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, bagaimana kondisi kelas yang digunakan. Dalam tahap observasi ini, peneliti telah mempersiapkan instrumen-instrumen yang harus diisi untuk pengumpulan data, yaitu antara lain:

1) Lembar observasi kegiatan guru saat penerapan model pembelajaran kooperatif.

(63)

3) Lembar observasi kelas saat penerapan model pembelajaran kooperatif.

Pengamatan juga direkam dengan menggunakan video cam

rekaman. d. Refleksi

Refleksi dilakukan dalam dua tahap, yaitu setelah pertemuan pertama dan setelah pertemuan kedua. Refleksi digunakan untuk mengidentifikasi apakah target pembelajaran yang ditetapkan sudah tercapai serta untuk mengetahui pengalaman apa saja yang telah didapatkan oleh guru selama penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan tipe Course Review Horay.

Refleksi dilakukan guru dengan mengisi lembar instrumen refleksi guru.

E. Instrumen Penelitian 1. Instrumen pra penelitian

a. Lembar observasi guru (lampiran 1 halaman 140) b. Lembar observasi siswa (lampiran 1 halaman 142) c. Lembar observasi kelas (lampiran 1 halaman 143) d. Pedoman wawancara (lampiran 6 halaman 198) 2. Instrumen Tindakan Kelas

a. Perencanaan

(64)

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (lampiran 2 halaman 148)

b. Tindakan

Tahapan ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan yang telah disusun, yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe Make a Match dan tipe Course Review Horay). Berikut ini adalah instrumen

yang dibutuhkan pada saat pelaksanaan PTK:

1) Handout materi pembelajaran jurnal umum (lampiran 5

halaman168)

2) Soal pre-test dan post-test (lampiran 5 Halaman 178 dan 182)

3) Kuesioner motivasi belajar siswa (lampiran 4 halaman 158)

4) Media pembelajaran untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif (tipe Make a Match dan Course Review Horay), antara

lain:

a) Kartu soal dan kartu jawaban (lampiran 5 halaman 186)

b) Kertas besar untuk menempel kartu soal dan jawaban (lampiran 5 halaman 190)

c) Kertas Horay untuk menempelkan identitas kelompok

(lampiran 5 halaman 191)

d) Kertas untuk menjawab pertanyaan saat Course Review Horay

(lampiran 5 halaman 192)

(65)

f) Lembar refleksi siswa (lampiran 3 halaman 153) c. Observasi

Instrumen yang dibutuhkan saat penerapan PTK berlangsung antara lain:

1) Lembar observasi kegiatan guru di kelas saat penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe Make a Match dan Course Review Horay) (lampiran 1 halaman 144).

2) Lembar observasi aktivitas/perilaku siswa di kelas saat penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe Make a Match dan Course Review Horay) (lampiran 1 halaman 145).

3) Lembar observasi kegiatan kelas saat penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe Make a Match dan Course Review Horay) (lampiran 1 halaman 146).

d. Refleksi

Instrumen yang diperlukan antara lain:

1) Lembar refleksi guru tentang pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (lampiran 3

halaman 156).

2) Lembar refleksi guru tentang pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay

(lampiran 3 halaman 157).

(66)

3. Motivasi Belajar

Untuk mengukur tingkat motivasi siswa dilakukan dengan menggunakan kuesioner tertutup yang dibagikan sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif. Berikut ini merupakan kisi-kisi motivasi yang digunakan dalam penelitian ini:

Tabel 3.1

Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar

Variabel Indikator

Nomor Pernyataan

(+) (-)

Motivasi a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

1,7,10 4,8,11

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

2,12,13 c. Adanya harapan dan

cita-cita masa depan

3,6 d. Adanya penghargaan

dalam belajar

14,16,17 15

e. Adanya kegiatan menarik dalam belajar

5,20 f. Adanya lingkungan

belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik

9,18 19

Penskoran item motivasi dibagi dua, yaitu item positif (favorable) dan

item negatif (unfavorable). Dalam pemberian skor, setiap respon positif

Gambar

Tabel 5.27 Hasil Pengujian Beda Rata-rata Pre-test dan Post-test
Tabel 2.1 Tahap Pelaksanaan PTK ...........................................................
Gambar 2.1 Tahap Pelaksanaan PTK
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara signifikan pada materi jurnal

Penelitian ini menunjukkan bahwa siswa kelas X3 SMA Katolik Sang Timur Yogyakarta mengalami peningkatan prestasi belajar materi trigonometri dengan menggunakan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) ada peningkatan motivasi belajar siswa kelas XI IPS 2 pada materi jurnal penyesuaian melalui penerapan model

Hasil penelitian ini menunjukkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas X2 SMA Negeri 2 Yogyakarta

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) ada peningkatan motivasi belajar siswa kelas XI IPS 2 pada materi jurnal penyesuaian melalui penerapan model

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta pada

Hestiningrum, Astuti. Pengaruh Penggunaan Metode Simulasi PhET Terhadap Tingkat Pemahaman Siswa Kelas XI MIPA SMA Yos Sudarso Cilacap Terkait Materi Elastisitas. Yogyakarta:

Analisis Pemahaman Konsep siswa pada Materi Persamaan Lingkaran ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa Kelas XII IPS 4 SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017 ”