• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi motivasi belajar mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan tahun 2010 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Deskripsi motivasi belajar mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan tahun 2010 - USD Repository"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Antonius Yudha Budi Purnomo NIM : 051114015

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

DESKRIPSI MOTIVASI BELAJAR

MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

UNIVERSITAS SANATA DHARMA ANGKATAN TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Antonius Yudha Budi Purnomo

NIM : 051114015

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

Kelahiran suatu pikiran sering menyamai kelahiran seorang anak. Ia

didahului dengan penderitaan-penderitaan pembawaan kelahirannya

.”

(Tan Malaka)

Pendidikan

mempunyai

akar

yang

pahit,

tapi

buahnya manis.

(Aristoteles)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Bapak, Ibu dan abangku Stefanus

Broto Wahyudi atas kesabaran dan

kasih yang dilimpahkan kepadaku

Sahabat-sahabatku

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 14 Juni 2012

Penulis,

(7)

vi

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta:

Nama : Antonius Yudha Budi Purnomo

NIM : 05 1114 015

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : DESKRIPSI MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS SANATA DHARMA ANGKATAN TAHUN 2010 beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan

secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan

akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 14 Juni 2012

Yang menyatakan,

(8)

vii

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingginya motivasi belajar mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan tahun 2010. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan tahun 2010 yang berjumlah 80 orang

Instrumen penelitian yang digunakan berupa skala motivasi belajar yang terdiri dari 48 pernyataan dan dibuat peneliti berdasarkan model Likert dengan modifikasi berupa penyusunan empat alternatif jawaban dan disusun dengan sistem summated rating scale. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan kategorisasi distribusi normal dengan kontinum jenjang yang disusun berdasarkan Azwar (2007). Kategorisasi ini terdiri dari lima jenjang yaitu sangat bermotivasi, bermotivasi, cukup bermotivasi, kurang bermotivasi dan sangat kurang bermotivasi.

(9)

viii

Antonius Yudha Budi Purnomo Sanata Dharma University

2012

This research aims to find out the degree of learning motivation of the students of guidance and counseling study program at Sanata Dharma University Yogyakarta batch 2010. This research belongs to a descriptive research. The subject of this research is Sanata Dharma University students from guidance and counseling study program batch 2010 that consists of 80 people.

The research instrument used is learning motivation scale which consists of 48 statements, prepared by the researcher himself based on the modified technique from Likert. This learning motivation scale has four alternative answers which are based on summated rating scale system. The technique of data analysis used in this research is the categorization of normal distribution with continuum level, based on Azwar (2007). The categorization has five degrees of rating, namely very high, high, average, low, and very low.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Sang Maha Guru, atas segala

kebaikan dan kebijaksanaanNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini dapat berjalan lancar karena dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan kerendahan hati peneliti ingin

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Gendon Barus M.Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan memberikan kelancaran

dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Br. Yustinus Triyono, SJ selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu dengan penuh kesabaran dan ketekunan dalam membimbing serta

mendampingi peneliti pada setiap tahap dan seluruh proses penyusunan skripsi

ini.

3. Para Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma yang telah mendidik serta membagikan pengetahuan dan ilmunya.

4. Seluruh mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

angkatan tahun 2010 yang berkenan menerima dan memberikan kesempatan

(11)

x

6. Agnes Dwijayanti Ningrum yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan

semangat selama kuliah sampai dengan skripsi ini terselesaikan.

7. Beni Sitanggang, Anna, Ikhe, Marselus Gondu, Hendra, Br. Cahyo, Sr. Miryam,

Sr. Aquila, Siska, Rose, Agam, Nisa, Hendrayani, Putri, Sisil, Estu, Bul-Bul,

Sendy dan semua teman BK angkatan 2005 atas kerjasama, kebersamaan dan

dukungannya selama peneliti menempuh masa studi sampai dengan

menyelesaikan skripsi.

8. Gpnk, Titus, Bendot, Budi, Cipe, Kumis, Igoy, Kuro, Arbi, Sugeng, Sudung,

Ayu, dan semua teman alumni SMP Strada Budi Luhur Bekasi atas tempat

singgah dan bertukar pikiran selama peneliti menempa diri dalam pembelajaran

panjang.

9. Seluruh rekan kerja dan anak-anak di Kumon Griya Indah, terima kasih atas

dukungan, keceriaan, dan kesempatan untuk memahami makna : Smile, Praise,

and Encourage.

Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta,

(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIANKARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

(13)

xii

2. Motivasi intrinsik ... 10

3. Motivasi ekstrinsik ... 14

B. Motivasi Belajar ... 16

C. Aspek-Aspek Motivasi Belajar ... 19

D. Bagaimana Motivasi dapat Dikembangkan oleh Mahasiswa ... 21

BAB III : METODE PENELITIAN ... 25

A. Jenis Penelitian ... 25

B. Variabel Penelitian ... 25

C. Populasi Penelitian ... 25

D. Instrumen Penelitian... 26

1. Jenis alat ukur ... 26

2. Penentuan skor (scoring) ... 26

3. Kisi-kisi kuesioner ... 27

4. Uji coba alat ukur ... 29

5. Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen ... 29

a. Validitas ... 29

b. Daya beda item ... 31

(14)

xiii

E. Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Hasil Penelitian ... 38

B. Pembahasan ... 39

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 42

B. Saran ... 43

(15)

xiv

Tabel 2. Hasil uji coba validitas instrumen ... 31

Tabel 3. Hasil uji reliabilitas skala ... 33

Tabel 4. Kualifikasi reliabilitas ... 34

Tabel 5. Kisi-kisi kuesioner motivasi belajar mahasiswa setelah uji coba ... 34

Tabel 6. Deskripsi data secara umum ... 35

Tabel 7. Norma kategorisasi tingkat motivasi belajar mahasiswa prodi

Bimbingan dan Konseling angkatan tahun 2010 ... 37

Tabel 8. Tingkat motivasi belajar mahasiswa prodi Bimbingan

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Uji Coba ... 48

Lampiran 2 : Tabulasi Data Uji Coba ... 53

Lampiran 3 : Pengolahan Data Item Uji Coba ... 63

Lampiran 4 : Tabulasi Data Penelitian ... 65

Lampiran 5 : Kuesioner Penelitian ... 72

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Beberapa tahun belakangan ini jumlah mahasiswa program studi

Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma meningkat secara

signifikan. Sebagai contoh, jika membandingkan jumlah mahasiswa program

studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2005

dengan angkatan 2010, maka didapatkan jumlah 44 : 87 dimana kuantitas ini

hampir mendekati rasio 1:2. Perbandingan ini hanya menunjukkan kuantitas

mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma yang meningkat, lalu bagaimana dengan kualitas?

Berbicara tentang kualitas mahasiswa program studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma, sudah tentu akan meliputi berbagai

kriteria penilaian. Misalnya saja kuantitas mahasiswa dalam menghasilkan

karya ilmiah, partisipasi mahasiswa dalam bidang akademik, jumlah

mahasiswa yang lulus dan bekerja pada instansi tertentu, lama menganggur

ketika lulus kuliah, dan berbagai macam kriteria penilaian yang dapat

mewakili segi kualitas mahasiswa. Kualitas dalam penilaian di atas lebih

mencerminkan produk, hasil, output atau lulusan mahasiswa, kurang

menekankan pada proses perkuliahan, proses belajar mengajar. Oleh karena

itu, perlu dipahami lebih lanjut bahwa proses membuahkan hasil, kegiatan

(18)

2

Dalam Winkel & Hastuti (2005), mahasiswa meliputi rentang umur

18/19 tahun sampai 24/25 tahun. Rentang umur itu masih dapat dibagi-bagi

atas periode 18/19 tahun sampai 20/21 tahun, yaitu mahasiswa dari semester I

sampai dengan semester IV; dan periode 21/22 tahun sampai 24/25 tahun,

yaitu mahasiswa dari semester V sampai dengan VIII. Pada rentang umur

yang pertama pada umumnya tampak ciri-ciri sebagai berikut: stabilitas dalam

kepribadian mulai meningkat, pandangan yang lebih realistis tentang diri

sendiri dan lingkungan hidupnya; kemampuan untuk menghadapi segala

macam permasalahan secara lebih matang; gejolak-gejolak dalam alam

perasaan mulai berkurang. Pada rentang umur yang kedua pada umumnya

tampak ciri-ciri sebagai berikut: usaha dalam memantapkan diri dalam bidang

keahlian yang telah dipilih dan dalam membina hubungan percintaan;

memutar-balikkan pikiran untuk mengatasi aneka ragam masalah, seperti

kesulitan ekonomi, kesulitan mendapat kepastian tentang bidang pekerjaan

kelak, kesulitan membagi perhatian secara seimbang antara tuntutan akademik

dan tuntutan kehidupan perkawinan (kalau sudah menikah); ketegangan atau

stress karena belum berhasil memecahkan berbagai persoalan mendesak

secara memuaskan.

Terkait dengan rentang umur, mahasiswa angkatan 2010 termasuk dalam

rentang umur yang pertama (seperti yang telah dijabarkan di atas), oleh karena

itu maka sekurang-kurangnya mahasiswa pada periode ini sudah memiliki

kematangan dalam mempertahankan motivasi belajar pada tingkatan ideal.

(19)

pada prestasi cenderung menunjukkan performa terbaik di kelas yang

menekankan pada pembelajaran arahan-mandiri (self-directed). Mahasiswa

yang mandiri dan memiliki orientasi pada prestasi dapat dilihat dari partisipasi

aktif mahasiswa dalam kelompok diskusi, dan atau kelompok belajar. Hal ini

misalnya dapat diamati pada salah satu kegiatan kelompok diskusi pada

program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2010, beberapa mahasiswa

secara aktif membentuk kelompok belajar dan mendiskusikan materi

perkuliahan dengan berbagai referensi yang dimiliki. Mahasiswa tersebut

kerap kali mencari berbagai literatur yang terdapat pada setiap silabus mata

kuliah. Selain dari kelompok mahasiswa tersebut, terdapat juga kelompok

mahasiwa yang lebih bergantung pada orang lain dan mudah beradaptasi

dengan lingkungan. Mahasiswa dengan tipe seperti ini akan belajar lebih baik

dalam lingkungan yang terstruktur. Terstruktur dalam hal ini berarti

mahasiswa belajar dengan terpola dan terencana, dapat membatasi diri antara

waktu belajar dan bersosialisasi dengan lingkungan sosialnya. Pola dan

rencana yang dibuat mahasiswa dalam mempertahankan motivasi belajar ini

juga dapat dikatakan dengan kemampuan mahasiswa mempertahankan

motivasi belajar pada tingkatan ideal.

Beranjak dari pemaparan di atas, kiranya terdapat beberapa hal yang

patut dijadikan penekanan lebih lanjut: yakni motif, atau yang menjadi tujuan

mahasiswa belajar; dan orientasi, dengan kata lain peninjauan untuk

menentukan sikap. Kedua hal ini dapat disederhanakan ke dalam satu

(20)

4

dari bahasa latin, yakni movere yang berarti menggerakkan (to move)

(Robbins, 2006). Secara sederhana, berdasarkan arti katanya, motivasi dapat

dikatakan sebagai kekuatan -baik itu yang berasal dari dalam maupun dari luar

individu- yang dapat menggerakkan seseorang untuk bertindak. Motivasi

merupakan faktor pendorong manusia untuk melakukan suatu perbuatan atau

kegiatan. Motivasi juga mengacu pada usaha yang mengarahkan perilaku

untuk memperoleh kepuasan dari beberapa kebutuhan (King, 2010).

Tidak lepas dari pengertian tersebut, motivasi belajar mahasiswa menjadi

sesuatu hal yang penting untuk diperhatikan lebih lanjut. Motivasi belajar

mahasiswa dikatakan menjadi sesuatu hal yang penting dikarenakan

mahasiswa memerlukan suatu dorongan dalam belajar atau mempelajari suatu

ilmu pengetahuan tertentu. Adanya suatu dorongan inilah yang mengakibatkan

mahasiswa tergerak untuk mencari, mengarahkan sikapnya untuk mengetahui,

memahami, memaknai setiap proses pembelajaran sehingga mendapat nilai

(value) dari kegiatan belajarnya tersebut. Jika mahasiswa sudah sampai pada

kesadaran nilai dalam belajar, maka kualitas program studi terbaik adalah efek

samping proses tersebut.

Mengingat fungsi penting dari motivasi dalam belajar dan melihat

peranannya dalam belajar, timbul pertanyaan dalam benak penulis: bagaimana

jika motivasi belajar mahasiswa prodi Bimbingan dan Konseling rendah? Bisa

jadi jawaban pertanyaan tersebut adalah penguasaan bahan pembelajaran

mahasiswa juga rendah. Motivasi belajar yang rendah dapat diukur pada

(21)

tidak 100%, tingkat partisipasi aktif mahasiswa untuk menggali lebih jauh

mengenai bidang ilmu yang digeluti serta bertolak belakang dengan kondisi

ideal yang tersebut pada paragraf ke-empat. Pada kondisi ini, mahasiswa yang

secara tidak langsung memiliki tujuan utamanya dalam mengikuti perkuliahan

hanya sekadar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, bukan untuk menguasai

ilmu pengetahuan. Dalam hal ini, gelar sarjana menjadi motif utama

mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan dibanding ilmu pengetahuan yang

dapat diperoleh lebih dalam lagi sehingga sunggu-sungguh mencerminkan

profesionalitas tenaga bimbingan di sekolah nantinya.

Berbagai permasalahan yang dipaparkan di atas menarik minat peneliti

untuk mengungkap motivasi belajar mahasiswa program studi Bimbingan dan

Konseling, terlebih belum pernah ada penelitian untuk mengungkap motivasi

belajar mahasiswa prodi Bimbingan dan Konseling. Oleh karena itu, peneliti

ingin mengungkap tingkat motivasi belajar mahasiswa prodi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan tahun 2010.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut: bagaimanakah tingkat motivasi belajar

mahasiswa prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

(22)

6

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat motivasi belajar

para mahasiswa prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

angkatan tahun 2010.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi penelitian

selanjutnya.

2. Manfaat praktis

a. Bagi mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling: dapat

memperoleh masukan empirik mengenai tingkat motivasi belajar para

mahasiswa pada program studi Bimbingan dan Konseling Universitas

Sanata Dharma angkatan tahun 2010.

b. Bagi peneliti: sebagai sarana penerapan kompetensi peneliti sendiri,

sehingga peneliti dapat mengetahui lebih dalam motivasi belajar pada

mahasiswa.

c. Bagi program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma: hasil penelitian ini dapat memperkaya hasil karya ilmiah

(23)

E. Definisi Operasional

1. Deskripsi adalah penggambaran dan pemaparan dengan kata-kata secara

jelas dan terinci.

2. Motivasi adalah proses yang menghasilkan intensitas, arah dan ketekunan

individual dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan. Intensitas di sini

berarti menyangkut tingkat usaha seseorang dalam mencapai tujuan

pribadinya. Tingkat intensitas juga harus diarahkan dengan

sungguh-sungguh ke tujuan yang diinginkan supaya dapat membuahkan hasil yang

dibutuhkan. Ketekunan merupakan tolok ukur tentang berapa lama

seseorang dapat mempertahankan usahanya dalam meraih tujuan.

3. Motivasi belajar adalah daya penggerak psikis dalam aspek

dinamik-afektif, di dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan belajar,

menjamin kelangsungan kegiatan belajar secara bertanggung jawab

dengan cara mempertahankan konsentrasi, efisiensi waktu dalam kegiatan

belajar dan demi mencapai suatu tujuan yang realistis.

4. Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma angkatan 2010 adalah mereka yang terdaftar untuk menempuh

(24)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Motivasi

1. Pengertian motivasi

Motivasi merupakan akibat dari interaksi individu dan situasi.

Setiap individu pasti akan mempunyai motivasi yang berbeda-beda.

Demikian juga dengan tingkat motivasi akan beraneka pula, baik

antar individu maupun di dalam diri individu yang sama pada

waktu-waktu yang berlainan. Robbins (2006) mendefinisikan

motivasi sebagai suatu proses yang menghasilkan intensitas, arah

dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai suatu

tujuan.

Unsur kunci yang terdapat dalam definisi di atas adalah

intensitas, tujuan dan ketekunan. Intensitas di sini berarti

menyangkut tentang tingkat usaha seseorang dalam mencapai

tujuan pribadinya dan merupakan salah satu fokus pada saat

berbicara tentang motivasi. Tingkat intensitas juga harus diarahkan

dengan sungguh-sungguh ke tujuan yang diinginkan supaya dapat

membuahkan hasil yang bagus. Sedangkan ketekunan merupakan

tolok ukur tentang berapa lama seseorang dapat mempertahankan

(25)

Pengertian motivasi dijelaskan oleh Marpaung (2000) sebagai

suatu dorongan, arah dan persistensi dari perilaku. Pengertian ini

juga sejalan oleh Kreitner & Kinicki (Marpaung, 2000) yang

mendeskripsikan motivasi sebagai proses psikologis yang

membangkitkan dan menuntun perilaku yang mengarah pada

tujuan. Motivasi adalah istilah umum yang menunjukkan pada

pengaturan perilaku yang disebabkan oleh stimulasi dari luar

individu dan dorongan dari dalam untuk memuaskan kebutuhan

atau tujuan yang diharapkan. Dapat dikatakan bahwa motivasi

merupakan faktor pendorong manusia untuk melakukan suatu

perbuatan atau kegiatan. Motivasi juga mengacu pada usaha yang

mengarahkan perilaku untuk memperoleh kepuasan dari beberapa

kebutuhan (Djamarah, 2002).

Dari uraian di atas jelas kiranya bahwa motivasi bertalian erat

dengan suatu tujuan. Makin berharga tujuan itu bagi yang

bersangkutan, makin kuat pula motivasinya. Jadi motivasi itu

sangat berguna bagi tindakan atas perbuatan seseorang. Hal-hal

tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Motivasi itu diperlukan oleh manusia untuk berbuat atau

bertindak, motivasi berfungsi sebagai penggerak yang

memberikan energi atau kekuatan kepada seseorang untuk

(26)

10

b. Motivasi dapat menentukan agar perbuatan yang dilakukan

tetap mengacu pada arah perwujudan dari tujuan yang ingin

dicapai atau dicita-citakan; motivasi mencegah penyelewengan

dari jalan yang lurus untuk mencapai tujuan. Maka makin jelas

tujuan itu, makin jelas pula jalan yang akan ditempuh.

c. Motivasi menyeleksi perbuatan. Artinya menentukan

perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi

guna mencapai suatu tujuan dengan mengenyampingkan

perbuatan yang tidak atau kurang bermanfaat bagi tujuan

semula.

2. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik diartikan sebagai suatu dorongan untuk

berperilaku demi kepentingan pribadi. Motivasi intrinsik tersebut

berasal dari kepuasan yang muncul dari perilaku itu sendiri.

Perilaku yang termotivasi secara intrinsik berdampak pada

perolehan kesenangan dari pelaksanaan suatu tugas daripada

mengharapkan suatu imbalan tertentu (Koeswara, 1989). Pekerjaan

yang menarik dan menantang kemungkinan lebih mengarah pada

motivasi intrinsik daripada pekerjaan yang membosankan atau

tidak menggunakan skill dan kemampuan individu. Ryan & Deci

(2000) mengungkapkan bahwa motivasi intrinsik diartikan sebagai

(27)

diinginkan secara sadar dan mantap, yang berasal dari dalam

dirinya.

Menurut Worchel (Ryan & Deci, 2000) ada dua dasar motivasi

intrinsik. Pertama, individu memiliki kebutuhan untuk menjadikan

dirinya menjadi kontrol atas perilaku mereka sendiri. Kedua,

individu ingin dirinya dianggap mampu dan kompeten. Imbalan

secara intrinsik, seperti tantangan intelektual atau rasa bangga

membuat individu merasa bahwa mereka berada dalam suatu

kontrol. Sebaliknya, ketika individu bekerja hanya untuk

memperoleh imbalan eksternal seperti uang, ini menunjukkan

bahwa imbalan tersebut mengontrol perilaku mereka (Koeswara,

1989). Pengertian ini menekankan bahwa individu tidak hanya

butuh kendali atas lingkungannya, melainkan juga butuh perasaan

kompeten dalam mengendalikan lingkungan.

Menurut Ryan & Deci (2000), motivasi intrinsik menghasilkan

tingkah laku yang menyebabkan individu mengalami perasaan

kompeten. Tingkah laku yang dihasilkan oleh motivasi intrinsik

terdiri dari dua bentuk tingkah laku, yakni tingkah laku yang

ditujukan pada peningkatan stimulasi, dan tingkah laku yang

ditujukan pada upaya mengatasi situasi-situasi atau

tantangan-tantangan. Tingkah laku kedua inilah yang akan menghasilkan

perasaan kompeten pada individu. Mereka juga menekankan bahwa

(28)

12

atau keputusan. Keputusan ini dilaksanakan berdasarkan

informasi-informasi yang tersedia di lingkungan maupun ingatannya.

Pembuatan pilihan atau keputusan tidak hanya didasarkan pada

informasi-informasi yang objektif seperti sikap-sikap atau

perasaan-perasaan. Di samping itu, pembuatan keputusan atau

pilihan untuk bertingkah laku yang dilakukan individu bisa

dipengaruhi pula oleh tujuan-tujuan yang akan dicapainya.

Ryan & Deci (2000) juga mengemukakan bahwa motivasi

dipicu oleh gambaran-gambaran atau pengharapan-pengharapan

yang ada pada individu mengenai situasi atau kejadian yang akan

muncul pada waktu yang akan datang. Berkaitan dengan hal ini,

mereka mencatat bahwa energi yang mendorong tingkah laku

individu adalah kesadaran, sehingga tujuan akan bisa dicapainya.

Di samping mendorong, kesadaran akan tercapainya tujuan juga

bertindak sebagai pengarah individu pada tujuan. Pada saat

individu berhasil mencapai tujuan, maka imbalan akan muncul,

yakni berupa rasa mampu atau kompeten.

Motivasi intrinsik lebih dimaknai seperti melakukan suatu

kegiatan lebih karena alasan kepuasan daripada karena adanya

beberapa konsekuensi (Koeswara, 1989). Seseorang yang

termotivasi secara intrinsik, berperilaku karena kesenangan atau

tantangan daripada karena adanya dorongan dari luar, tekanan, atau

(29)

Deci, 2000) dimana motivasi intrinsik adalah motivasi yang

mengacu pada fakta bahwa individu bisa dan sering termotivasi

untuk bertingkah laku bukan adanya perkuatan atau kekuatan

eksternal, melainkan karena tingkah laku itu sendiri cukup

memberikan kepuasan bagi individu.

Motivasi itu sendiri timbul apabila terjadi kesenjangan antara

apa yang telah diketahuinya dengan apa yang belum diketahuinya.

Bagi manusia, motivasi intrinsik bukan hanya bentuk dari motivasi,

atau aktivitas yang dilakukan karena kemauannya, tetapi bahwa

motivasi intrinsik adalah sesuatu yang menempel dan penting

dalam diri manusia. Sejak lahir, manusia adalah pribadi yang aktif,

ingin tahu, curiga dan menunjukkan bahwa dimanapun mereka siap

untuk belajar dan melakukan suatu penyelidikan dan bukan karena

adanya dorongan dari luar. Hal ini senada pula dengan McGreror

(Ryan & Deci, 2000) yang mengungkapkan bahwa apabila suatu

pekerjaan dapat memenuhi kebutuhan pribadi individu seperti

harga diri, keingintahuan, kompetensi, maka seseorang akan

termotivasi secara intrinsik.

Kecenderungan motivasi alami ini adalah elemen yang penting

dalam kognitif, sosial, dan perkembangan secara fisik dengan

perilaku yang didasari oleh kesenangan, yang berarti

menumbuhkan pengetahuan dan kemampuan diri. Kecenderungan

(30)

14

dan secara kreatif menerapkan keahlian kita tidak terbatas saat

masa kanak-kanak saja, tetapi merupakan segi yang signifikan dari

manusia yang mempengaruhi kinerja, ketekunan dan kesejahteraan

sepanjang hidup (Feldman, 2009). Motivasi intrinsik ini ada dalam

diri individu dan dalam relasi antara individu dan aktivitasnya.

Dengan kata lain, motivasi intrinsik merupakan pilihan bebas bagi

individu untuk melakukan suatu aktivitas.

Dalam Self Determination Theory yang dikemukakan oleh

Ryan & Deci (2000) menjelaskan bahwa konteks sosial dapat

meningkatkan motivasi intrinsik. Peristiwa dan struktur

interpersonal seperti komunikasi dan umpan balik dapat

meningkatkan motivasi intrinsik dalam berperilaku karena dasar

kebutuhan psikologis dari kompetensi terpenuhi atau terpuaskan,

termasuk juga adanya tantangan yang maksimal, efek dari umpan

balik (feedback). Lebih jauh Ryan & Deci (2000) menjelaskan

bahwa kompetensi tidak akan meningkatkan motivasi intrinsik,

kecuali jika bekerja sama dengan otonomi. Individu akan memiliki

tingkat motivasi intrinsik yang tinggi jika mengalami kepuasan

dalam kompetensi dan otonomi.

3. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik diartikan sebagai dorongan berperilaku

karena adanya imbalan dari luar diri atau karena ingin menghindari

(31)

itu sendiri. Perilaku yang termotivasi secara ekstrinsik tergantung

pada kondisi eksternal yang mendukung perilaku tersebut.

Misalnya saja beasiswa, keinginan untuk mendapatkan IP tinggi,

status, jabatan atau berbagai jenis imbalan yang lainnya. Dapat pula

dikatakan bahwa perilaku yang termotivasi secara ekstrinsik

merupakan perilaku yang dilakukan untuk memperoleh imbalan

sosial ataupun untuk menghindari suatu hukuman. Sumber dari

motivasi ini adalah konsekuensi dari perilaku tersebut bukan

perilaku itu sendiri.

Motivasi ekstrinsik (Ryan & Deci, 2000) merupakan suatu

konsep tentang kegiatan yang dilakukan untuk mencapai hasil yang

berasal dari luar diri. Motivasi ekstrinsik lebih dimaknai sebagai

dorongan untuk melakukan suatu perilaku yang berasal dari luar

diri atau lingkungan luar yang mendukung pelaksanaan pekerjaan

individu. Misalnya pujian, hukuman/ganjaran, dan lain-lain. Self

Determination Theory memiliki asumsi bahwa manusia adalah

organisme yang aktif, yang memiliki perkembangan dan

pertumbuhan psikologis, yang berusaha keras untuk terus menerus

menghadapi berbagai tantangan dan mengintegrasikan

pengalaman-pengalaman mereka ke dalam diri. Motivasi ekstrinsik

yang berasal dari lingkungan, nantinya akan diinternalisasi ke

dalam diri sehingga mendorong mereka untuk berperilaku.

(32)

16

yang berasal dari peristiwa-peristiwa eksternal ke dalam regulasi

yang dihasilkan oleh proses internal (Ryan & Deci, 2000).

Bagaimanapun juga, baik mahasiswa yang termotivasi secara

intrinsik ataupun ekstrinsik, mereka bergabung dan termotivasi untuk

belajar dalam program studi Bimbingan dan Konseling untuk

mendapatkan hasil tertentu. Hasil tersebut merupakan segala sesuatu

yang diperoleh mahasiswa dari usaha itu sendiri. Beberapa hasil

seperti otonomi, tanggung jawab, prestasi dan kesenangan melakukan

kegiatan yang menarik dan menyenangkan merupakan hasil dari

perilaku yang termotivasi secara intrinsik. Sedangkan hasil lain seperti

IPK tinggi, rasa aman dalam belajar, menambah ilmu pengetahuan

merupakan hasil dari perilaku yang termotivasi secara ekstrinsik.

B. Motivasi Belajar

Motivasi belajar didefinisikan oleh Winkel (1996) sebagai

keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan

belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar ini demi mencapai

suatu tujuan. Motivasi belajar (Sardiman, 2005) merupakan faktor

psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah

dalam menumbuhkan gairah, merasa senang dan semangat belajar.

(33)

diri seseorang untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan yang

dibimbing oleh orang yang dewasa dengan tujuan memperoleh hasil

belajar yang baik.

Mahasiswa angkatan tahun 2010 termasuk ke dalam golongan

remaja jika dilihat berdasarkan fase perkembangan individu. Pengaruh

alam sekitar bagi pertumbuhan dan perkembangan mahasiswa

mempunyai arti yang penting. Sekalipun cara kerja pengaruh tersebut

tidak dengan kehendak, kesadaran dan tidak teratur. Menurut Atto

Wilmann (Uno B. Hamzah, 2006) di dalam uraiannya tentang

pertumbuhan dan pembentukan manusia ada enam motif yang

menggerakkan seseorang mau belajar antara lain:

a. Motif psikologik. Setiap makhluk hidup mempunyai dorongan

untuk berkembang sesuai dengan caranya masing-masing.

Menurut kodratnya manusia ingin mengetahui sesuatu, bukan

hanya kesanggupan mengetahui sesuatu begitu saja, tetapi juga

terdapat kecenderungan untuk bekerja dan mengenal.

b. Motif praktis. Semua pengetahuan mempunyai nilai praktis.

Untuk memperoleh kedudukan dalam hidup pada hakikatnya

kita berhasil memenuhi kebutuhan tertentu.

c. Motif pembentukan kepribadian. Pengetahuan dan kesehatan

tidaklah hanya menghasilkan saja, tetapi juga menaikkan

(34)

18

d. Motif kesusilaan. Terbentuknya kepribadian berarti bahwa

wataknya ikut terbentuk dalam kesusilaan.

e. Motif sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia harus belajar

segala sesuatu yang layak diketahui dan dikerjakan dalam hidup

pergaulan.

f. Motif ketuhanan. Segala pengetahuan dan kecakapan kita, harus

kita arahkan pada suatu tingkatan di mana kita dapat menyadari

hubungan kita sebagai manusia dengan Tuhan.

Semua motif memberi dorongan kuat terhadap belajar. Tetapi

motif secara sendiri-sendiri tidak mencukupi bagi mahasiswa untuk

belajar, maupun bagi dosen yang akan mengajar. Motivasi mempunyai

nilai (value) dalam kegiatan belajar dan mengajar (Djamarah, 2002).

Keberhasilan ini bergantung pada usaha mahasiswa untuk belajar dan

usaha dari dosen dalam membangkitkan motivasi mahasiswa dalam

belajar. Dalam garis besarnya pada kegiatan belajar mengajar,

motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut (Uno Hamzah B,

2006):

a. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau kegagalan perbuatan

belajar mahasiswa. Belajar tanpa motivasi kiranya sulit untuk

(35)

b. Pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran

yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat

yang dimiliki oleh mahasiswa.

c. Pengajaran yang bermotivasi membentuk aktivitas dan

imaginitas pada dosen untuk berusaha secara sungguh-sungguh

mencari cara-cara yang sesuai dan serasi guna membangkitkan

dan memelihara motivasi belajar mahasiswa. Dosen senantiasa

berusaha agar para mahasiswa pada akhirnya memiliki motivasi

diri yang baik.

d. Berhasil atau tidak berhasilnya dalam membangkitkan

penggunaan motivasi dalam pengajaran sangat erat hubungan

dengan aturan disiplin dalam kelas. Ketidakberhasilan dalam hal

ini mengakibatkan timbulnya masalah disiplin dalam kelas.

e. Penggunaan motivasi dalam mengajar bukan saja melengkapi

prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan

pengajaran yang efektif.

C. Aspek-Aspek Motivasi Belajar

Dalam motivasi terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan

untuk mendapatkan manfaat maksimal dari apa yang telah dipelajari.

Worrel dan Stillwel (Sardiman, 2005), mengemukakan beberapa

aspek-aspek yang membedakan motivasi belajar tinggi dan rendah,

(36)

20

1. Tanggung jawab

Mereka yang memiliki motivasi belajar tinggi merasa

bertanggung jawab atas tugas yang dikerjakannya dan tidak akan

meninggalkan tugasnya itu sebelum berhasil menyelesaikannya,

sedangkan mereka yang motivasi belajarnya rendah, kurang

bertanggung jawab terhadap tugas yang dikerjakannya, akan

menyalahkan hal-hal di luar dirinya, seperti tugas yang terlalu

banyak, terlalu sukar, sebagai penyebab ketidak berhasilannya.

2. Kemampuan untuk berkonsentrasi.

Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal

dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berkaitan

(Slameto, 2003). Kemampuan untuk memusatkan pikiran terhadap

suatu hal itu pada dasarnya ada pada setiap orang, hanya besar atau

kecilnya kemampuan itu berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh

keadaan orang tersebut, lingkungan, dan latihan atau pengalaman.

Orang mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dalam belajar,

boleh jadi antara lain karena: kurang berminat terhadap mata

pelajaran yang dipelajari, terganggu oleh keadaan lingkungan,

masalah kesehatan (jiwa dan raga) yang terganggu, bosan terhadap

pelajaran.

Mereka dengan motivasi belajar tinggi dapat belajar terus

menerus, dalam waktu yang relatif lama dan tingkat konsentrasi

(37)

umumnya memiliki konsentrasi yang rendah sehingga mudah

terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya dan akan mengalami

kesulitan dalam menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.

3. Efisiensi waktu

Mereka dengan motivasi belajar tinggi, akan berusaha

menyelesaikan setiap tugas dalam waktu secepat dan seefisien

mungkin, sedangkan mereka dengan motivasi belajar rendah,

kurang tantangan untuk menyelesaikan tugas secepat mungkin

sehingga cenderung memakan waktu lama, menunda-nunda dan

tidak efisien.

4. Menetapkan tujuan yang realistis

Seseorang dikatakan memiliki motivasi belajar tinggi apabila

ia mampu menetapkan tujuan yang realistis sesuai kemampuan

yang dimilikinya. Ia juga mampu menetapkan setiap langkah untuk

mencapai tujuan dan mengevaluasi setiap kemajuan yang telah

dicapai, sedangkan mereka dengan motivasi belajar rendah akan

melakukan hal sebaliknya.

D. Bagaimana Motivasi dapat Dikembangkan oleh Mahasiswa

Untuk dapat terlaksananya suatu kegiatan, pertama-tama harus

ada dorongan untuk melaksanakan kegiatan itu. Dengan kata lain,

untuk dapat melakukan sesuatu harus ada motivasi. Begitu juga

(38)

22

mempunyai motivasi untuk mengikuti kegiatan belajar atau

pendidikan yang sedang berlangsung. Hanya apabila mempunyai

motivasi yang kuat, mahasiswa akan menunjukan semangatnya,

aktivitas dan partisipasinya dalam mengikuti kegiatan belajar atau

pendidikan yang sedang dilaksanakan. Dalam kegiatan belajar ada 2

macam motivasi dasar (Winkel, 1996), yaitu:

1. Motivasi ekstrinsik: yaitu dorongan untuk mencapai tujuan-tujuan

yang terletak di luar perbuatan belajar (adanya rangsangan dari

luar individu). Motivasi ini disebabkan oleh faktor-faktor dari

luar situasi belajar, seperti angka, ijazah, tingkatan, hadiah,

pertentangan, dan persaingan. Penerapan motivasi ekstrinsik yang

negatif adalah sindiran tajam, cemoohan dan hukuman. Motivasi

ini tetap diperlukan, sebab pengajaran di perguruan tinggi tidak

semuanya menarik semangat mahasiswa atau sesuai dengan

kebutuhannya. Peranan pendidik (dalam hal ini dosen) dalam

menimbulkan motivasi ekstrinsik sangat penting. Hal ini dilakukan

ini agar mahasiswa dapat dengan aktif mengikuti kegiatan

perkuliahan dan diharapkan lambat laun akan timbul kesadaran

sendiri pada mahasiswa untuk belajar. Misalnya: belajar untuk

lulus ujian; supaya mendapat IP bagus; belajar karena takut

dihukum; belajar untuk mendapat hadiah.

2. Motivasi Intrinsik, yaitu dorongan untuk mencapai tujuan-tujuan

(39)

dalam individu sendiri). Adanya motivasi ini menunjukkan

mahasiswa menyadari bahwa kegiatan pendidikan yang sedang

diikutinya bermanfaat bagi dirinya karena sejalan dengan

kebutuhannya. Motivasi ini sering juga disebut motivasi murni,

motivasi yang sebenarnya yang timbul dari dalam diri sendiri.

Motivasi intrinsik serupa dengan sifat dasar manusia, dengan

penekanan bahwa sejak lahir manusia adalah pribadi yang aktif,

ingin tahu, curiga dan menunjukkan bahwa dimanapun mereka siap

untuk belajar dan melakukan suatu penyelidikan, bukan karena

adanya dorongan dari luar.

Menanggapi tantangan kehidupan masa depan dan relevansi

pendidikan formal dengan tuntutan dunia kerja, maka mahasiswa

perlu dibantu untuk mengenal bakat, minat dan kemampuannya, serta

merencanakan karier yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Proses

dari pelayanan bimbingan sangat diperlukan dalam membantu

mahasiswa memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan dalam artian ini

menunjuk pada pemahaman diri mahasiswa sendiri dan lingkungan

hidupnya. Hal ini sejalan dengan arti bimbingan (Winkel & Hastuti,

2004) sebagai proses membantu orang-perorangan dalam memahami

dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya. Pemahaman diri bagi

mahasiswa dapat diperoleh melalui pengalaman-pengalaman,

(40)

24

bimbingan pada tingkatan mahasiswa juga diperlukan dengan tujuan

selain membekali mahasiswa agar lebih siap menghadapi

tantangan-tantangan pada masa yang akan datang, untuk mencegah timbulnya

masalah-masalah yang serius dimasa yang akan datang. Tujuan lain

tersebut bisa berupa upaya mempertahankan dan meningkatkan

motivasi mahasiswa dalam belajar, menggali lebih dalam motif dasar

mahasiswa agar timbul motivasi yang bersumber dari dalam diri

(41)

25 A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif dengan metode

survei. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk

memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan

(Furchan, 2004). Sifat deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

memperoleh gambaran mengenai motivasi belajar mahasiswa Program Studi

Bimbingan dan Konseling angkatan 2010.

B. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, varibel yang diteliti adalah variabel tunggal yaitu

motivasi belajar mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma angkatan tahun 2010.

C. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Bimbingan dan

Konseling angkatan tahun 2010. Survei yang mencakup seluruh populasi

yang akan diteliti disebut sebagai sensus, sedangkan survei yang hanya

menyelidiki sebagian saja dari populasi itu dikenal sebagai survei sampel

(Furchan, 2004). Populasi mahasiswa Program Studi Bimbingan dan

(42)

26

dan Konseling adalah 87 mahasiswa. Pada kenyataannya, mahasiswa prodi

Bimbingan dan Konseling angkatan 2010 yang masih aktif sampai dengan

saat ini berjumlah 84 mahasiswa.

D. Instrumen Penelitian 1. Jenis alat ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala motivasi

belajar dan mengacu pada teknik penyusunan skala model Likert yang

dimodifikasi. Hal ini karena penelitian ini mengukur frekuensi motivasi

belajar, dan termasuk summated rating scale. Skala ini dirancang peneliti

dalam bentuk item tertutup, dengan empat alternatif jawaban. Kuesioner

tertutup adalah “kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga

responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan”, misalnya

“Sangat Tidak Setuju” sampai dengan “Sangat Setuju” (Masidjo, 1995).

Pemilihan kuesioner dalam bentuk tertutup ini dipilih peneliti agar lebih

efisien dan praktis dari segi pelaksanaan dan analisis. Penyajian empat

alternatif jawaban digunakan oleh peneliti untuk menghindari central

tendency effect, yaitu kecenderungan responden untuk memilih pilihan

tengah.

2. Penentuan skor (scoring)

Penentuan skor untuk setiap jawaban dari item-item pernyataan

(43)

a Untuk pernyataan yang bersifat positif (favorable) terhadap aspek

motivasi belajar, jawaban “Selalu” diberi skor 4, “Sering” diberi skor

3, “Jarang” diberi skor 2, “Tidak Pernah” diberi skor 1.

b Untuk pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable) terhadap aspek

motivasi belajar, jawaban “Selalu” diberi skor 1, “Sering” diberi skor

2, “Jarang” diberi skor 3, “Tidak Pernah” diberi skor 4.

Subjek diminta untuk memilih satu dari empat alternatif jawaban

pada setiap pernyataan dengan cara memberi tanda centang (√) pada

kolom alternatif jawaban. Semakin tinggi skor total item yang bersifat

favorable, maka semakin tinggi motivasi belajar mahasiswa dan

sebaliknya. Demikian pula semakin tinggi total item yang bersifat

unfavorable, maka semakin rendah motivasi belajar mahasiswa dan

sebaliknya.

3. Kisi-kisi kuesioner

Kuesioner ini adalah kuesioner motivasi belajar karena bertujuan

untuk mengetahui motivasi belajar yang ditunjukkan oleh skor yang

diperoleh mahasiswa. Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini terdiri

dari 64 item.

Item-item dalam kuesioner ini dibuat berdasarkan aspek-aspek

motivasi belajar menurut Worrel dan Stillwel, yaitu tanggung jawab,

(44)

28

realistis (Sardiman, 2005). Aspek-aspek tersebut akan didukung oleh

indikator-indikator yang diambil dari beberapa ciri-ciri tentang orang yang memiliki

motivasi belajar menurut para ahli. Indikator-indikator tersebut akan

dikembangkan menjadi pernyataan-pernyataan dalam kuesioner.

Kisi-kisi dari item-item motivasi belajar ini adalah sebagai berikut :

Tabel 1

Kuesioner ini terbagi menjadi dua bagian; bagian pertama memuat

identitas subjek, tujuan kuesioner, dan petunjuk kuesioner; bagian kedua

memuat pernyataan-pernyataan tentang motivasi belajar mahasiswa prodi

Bimbingan dan Konseling angkatan tahun 2010. Kuesioner uji coba dapat

(45)

4. Uji coba alat ukur

Penelitian ini menggunakan uji coba terpakai, yang berarti bahwa

data hasil uji coba akan digunakan kembali sebagai data penelitian. Data

penelitian yang digunakan dipilih hanya dari item-item yang dinyatakan

valid, untuk item-item yang gugur ditiadakan. Tabulasi data uji coba dapat

dilihat pada lampiran 2.

Uji coba dilakukan pada hari Jumat, 1 Juni 2012 dari pukul 09.30 –

16.30. Peneliti dibantu oleh dua orang rekan menyebarkan kuesioner

sebanyak 84 eksemplar kepada seluruh mahasiswa prodi Bimbingan dan

Konseling angkatan 2010. Jumlah kuesioner yang kembali sama dengan

jumlah ketika disebar sebanyak 84 eksemplar, hanya 80 eksemplar kuesioner

yang memiliki kelengkapan identitas dan jawaban. Jadi dalam hal ini subjek

dalam uji coba ini adalah 80 orang.

Hal yang diteliti dari data uji coba adalah daya beda/diskriminasi item dan

reliabilitas skala akhir. Uji daya beda item dilakukan melalui teknik korelasi item

total. Kriteria pemilihan item yang lolos untuk dijadikan skala final adalah

dengan batasan rix ≥ 0,30. Item yang lolos uji daya beda selanjutnya digunakan

kembali sebagai data penelitian. Langkah selanjutnya adalah menguji reliabilitas

skala dengan menggunakan koefisien alpha Cronbach.

5. Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen a. Validitas

Validitas alat ukur merupakan hal yang terpenting dan harus

(46)

30

skala, administrasi dan penentuan skor harus selalu mengacu pada

validitas instrumen. Instrumen yang mempunyai validitas internal atau

rasional, bila kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional (teoritis)

telah mencerminkan apa yang diukur (Sugiyono, 2010).

Validitas menunjuk sejauh mana suatu alat ukur mengukur apa

yang seharusnya diukur. Penelitian ini menggunakan validitas validitas

isi (content validity) (Furchan, 2004). Validitas isi dapat diuji dengan

menggunakan pendapat dari ahli. Dalam hal ini, setelah instrumen

dikonstruksi melalui aspek-aspek yang akan diukur berdasarkan teori

tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan dosen pembimbing

dan Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd sebagai seorang ahli.

Pengujian validitas tiap butir menggunakan analisis item, yaitu

mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan

jumlah skor tiap butir. Masrun (Sugiyono, 2010) menyatakan item yang

mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi

yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas

yang tinggi pula.

Hasil perhitungan uji coba yang dilakukan menunjukkan bahwa dari 64

item, terdapat 48 item yang koefisien validitasnya > 0,30. Hasil penghitungan

koefisien validitas item uji coba dan tabulasi data penelitian dapat dilihat

(47)

Tabel 2. Hasil uji coba validitas instrumen

3. Efisiensi waktu Menyelesaikan setiap tugas

Daya beda/daya diskriminasi adalah kemampuan item dalam

membedakan antara subyek yang memiliki atribut yang diukur dan

yang tidak. Skala yang disusun dalam penelitian ini adalah skala untuk

mengungkap tingkat motivasi belajar. Oleh karena itu, daya

diskriminasi ini digunakan untuk melihat item yang mampu

menunjukkan mana mahasiswa Program Studi Bimbingan dan

Konseling yang memiliki tingkat motivasi belajar yang tinggi dan yang

tidak. Untuk menghitung koefisien korelasi item digunakan korelasi

(48)

32

pada kuesioner dengan skor totalnya seperti pada rumus yang terdapat

di bawah ini:

𝒓𝒙𝒚 = 𝒏𝚺𝒙𝒊𝒚𝒊− 𝚺𝒙𝒊 𝚺𝒚𝒊

𝒏𝚺𝒙𝒊𝟐− 𝚺𝒙𝒊 𝟐 𝒏𝚺𝒚𝒊𝟐− 𝚺𝒚𝒊 𝟐

(3.1)

Keterangan:

rxy = Koefisien reliabilitas bagian ganjil dan genap

N = Jumlah Responden

X = Belah Ganjil

Y = Belah Genap

Valid atau tidaknya suatu item ditentukan oleh koefisien validitasnya.

Koefisien yang berkisar antara 0,30 sampai dengan 0,50 telah dapat

memberikan kontribusi yang baik. Berdasarkan pada patokan tersebut, apabila

suatu nilai korelasi yang diperoleh lebih dari 0,30 dapat dikatakan valid.

Koefisien korelasi yang diperoleh dari perhitungan skor-skor item gasal dan

genap ujicoba adalah 0,889.

c. Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat ukur adalah derajat keajegan alat tersebut

dalam mengukur apa yang seharusnya diukur (Furchan, 2004).

Reliabilitas sebenarnya mengacu pada konsistensi, atau kepercayaan

hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar,

2007).

(49)

angkanya berada dalam rentang 0 sampai 1,00. Semakin tinggi

koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 maka semakin tinggi

reliabilitasnya. Berlaku juga untuk sebaliknya, jika koefisien reliabilitas

semakin mendekati angka 0 maka semakin rendah taraf reliabilitasnya.

Pada penelitian ini, peneliti menguji reliabilitas instrumen dengan

internal consistency. Pengujian reliabilitas instrumen dengan internal

consistency dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja,

kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan metode Alpha

Cronbach. Rumus Alpha Cronbach adalah sebagai berikut:

𝑟11 = 𝑘

Penghitungan reliabilitas skala motivasi belajar para mahasiswa prodi

Bimbingan dan Konseling angkatan tahun 2010 dengan menggunakan teknik

ini menghasilkan angka 0,919. Angka tersebut menunjukkan bahwa

reliabilitas skala motivasi belajar dalam penelitian ini termasuk sangat tinggi

dan dapat diandalkan sebagai data penelitian. Hasil uji reliabilitas skala dapat

tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3. Hasil uji reliabilitas skala Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based

on Standardized Items N of Items

.919 .923 64

(50)

34

Untuk mengetahui tinggi rendahnya koefisien korelasi reliabilitas dan

validitas dalam uji coba alat ini digunakan suatu acuan, yaitu daftar indeks

kualifikasi reliabilitas sebagai berikut (Masidjo, 1995):

Tabel 4. Kualifikasi reliabilitas

item penelitian akan disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 5. Kisi-kisi kuesioner motivasi belajar mahasiswa setelah uji coba

Aspek-Aspek Indikator No. Item Σ

(51)

E. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam menganalisis penelitian

motivasi belajar para mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma angkatan tahun 2010 adalah sebagai berikut:

1. Menentukan skor dari masing-masing alternatif jawaban yang sudah

diberikan oleh subyek penelitian dan membuat tabulasi skor dari

masing-masing butir item skala. Langkah berikutnya adalah menghitung total

skor masing-masing subyek penelitian dan total skor setiap item

pernyataan.

2. Pengolahan data.

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan

analisis statistik deskriptif yang meliputi penyajian data melalui tabel,

perhitungan mean, standar deviasi serta pengkategorisasian menurut

norma yang telah ditetapkan oleh peneliti. Berikut ini akan disajikan tabel

tentang deskripsi data motivasi belajar mahasiswa secara umum, baik yang

teoritik maupun yang empirik. Skor-skor empirik penelitian ini dapat dilihat

secara lengkap pada lampiran 4.

Tabel 6. Deskripsi data secara umum

N item= 48 Teoritik Empirik

Skor Maksimum 192 191 Skor Minimum 48 112

Mean 120 151,5

Standar Deviasi 24 13,167

(52)

36

a. Skor maksimum secara teoritik (192) lebih besar dari skor maksimum

empirik (191). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada subjek yang meraih

skor 4 pada semua item.

b. Skor minimum teoritik (48) lebih kecil dari skor minimum empirik (112).

Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada subjek yang meraih skor 1 pada

semua item.

c. Mean teoritik (120) lebih kecil dibanding dengan mean empirik (151,5). Hal

ini menunjukkan bahwa pada umumnya subjek dalam penelitian ini memiliki

tingkat motivasi belajar yang tinggi.

d. Standar deviasi teoritik dalam penelitian ini (24) lebih besar dibandingkan

dengan standar deviasi empirik (13,167). Hal ini berarti bahwa variasi skor

jawaban dalam penelitian ini tergolong rendah dan tingkat motivasi belajar

mereka cenderung homogen.

3. Kategorisasi tingkat motivasi belajar subjek secara umum

Pengkategorisasian ini disusun berdasarkan model distribusi

normal dengan kategorisasi jenjang. Tujuan kategorisasi ini untuk

menempatkan subjek ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara

berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur.

Kontinum berjenjang ini disusun berpedoman pada Azwar (2007)

yang mengelompokkan tingkat motivasi belajar subjek penelitian dalam

lima kategori; sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, sangat rendah, dengan

(53)

Tabel 7. Norma kategorisasi tingkat motivasi belajar mahasiswa prodi Bimbingan dan Konseling angkatan tahun 2010

Perhitungan Skor Kategori

µ + 1,5 σ < Xitem Xitem > 156 Sangat Tinggi µ + 0,5 σ < Xitem≤ µ + 1,5 σ 132 < Xitem≤ 156 Tinggi

µ - 0,5 σ < Xitem≤ µ + 0,5 σ 108 < Xitem≤ 132 Cukup

µ - 1,5 σ < Xitem≤ µ - 0,5 σ 84 < Xitem≤ 108 Rendah

Xitem≤ µ - 1,5 σ Xitem≤ 84 Sangat Rendah

Keterangan tabel 7:

Xmaksimum teoritik : Skor tertinggi yang mungkin diperoleh

subjek penelitian dalam skala

Xminimum teoritik : Skor terendah yang mungkin diperoleh

subjek penelitian dalam skala

σ (standar deviasi) : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6

satuan deviasi standar

µ (mean teoritik) : Rata-rata teoritis dari skor maksimum dan

minimum

Selanjutnya, data setiap subjek penelitian dikelompokkan berdasarkan

skor total yang mereka peroleh ke dalam kategori di atas. Pengelompokkan

tersebut digunakan untuk menghitung jumlah dan prosentase subjek

penelitian dalam kategori motivasi belajar secara umum (dari sangat tinggi

(54)

38 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 Juni 2012.

Peneliti membagikan skala sebanyak 84 eksemplar ke seluruh mahasiswa

prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan

2010 yang hadir pada hari itu. Dari 84 eksemplar yang disebarkan tersebut,

hanya 80 eksemplar skala yang memiliki kelengkapan identitas dan

jawaban. Jadi jumlah subjek penelitian ini adalah 80 orang (95,24% dari

populasi). Jumlah ini sudah melebihi ukuran sampel penelitian agar

mampu mewakili populasi. Kuota sampel untuk mewakili populasi

minimal mencakup 25% dari populasi atau sekitar 20 orang jika dilihat

dari populasi dalam penelitian ini.

Tingkat motivasi belajar mahasiswa program studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan tahun 2010 (N=80)

diperoleh dengan mengkategorisasikan skor yang diperoleh subjek

penelitian ke dalam norma dan mengelompokkannya dalam kategori

sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, sangat rendah. Data tingkat motivasi

belajar mahasiswa prodi Bimbingan dan Konseling dapat dilihat dalam

(55)

Tabel 8. Tingkat motivasi belajar mahasiswa prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan tahun 2010

Kategori Skor Jumlah

Subjek

Persentase

Sangat bermotivasi X> 156 23 28,75%

Bermotivasi 132 < X≤ 156 36 45%

Cukup bermotivasi 108 < X ≤ 132 21 26,25%

Kurang bermotivasi 84 < X ≤ 108 0 0%

Sangat kurang bermotivasi X ≤ 84 0 0%

Tabel 8 memperlihatkan bahwa:

1. Mahasiswa yang tingkat motivasi belajarnya tergolong sangat

bermotivasi ada 23 orang (28,75%).

2. Mahasiswa yang tingkat motivasi belajarnya tergolong bermotivasi ada

36 orang (45%).

3. Mahasiswa yang tingkat motivasi belajarnya tergolong cukup

bermotivasi ada 21 orang (26,25%).

4. Tidak ada mahasiswa yang tingkat motivasi belajarnya tergolong

kurang bermotivasi dan sangat kurang bermotivasi (0%).

B. Pembahasan

Pembahasan ini berdasar pada teori yang ada dalam bab II dan

difokuskan pada tiga hal yaitu: penyebab rendahnya tingkat motivasi belajar

mahasiswa, akibat yang disebabkan oleh rendahnya tingkat motivasi belajar

mahasiswa, dan usaha yang perlu dilakukan untuk meningkatkan motivasi

belajar mahasiswa. Berikut ini akan disajikan deskripsi hasil penelitian yang

(56)

40

belajar mahasiswa prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma angkatan tahun 2010.

Dari keseluruhan data penelitian yang diperoleh, maka tingkat motivasi

belajar mahasiswa prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma angkatan tahun 2010 secara umum masuk ke dalam golongan sangat

bermotivasi dalam belajar. Tingkat motivasi belajar mahasiswa yang berada

dalam golongan “sangat bermotivasi” dan “bermotivasi” dapat diasumsikan

sebagai tingkat motivasi belajar dalam kategori yang ideal. Mahasiswa yang

berada dalam kategori yang ideal tersebut berjumlah 59 orang (73,75%).

Sedangkan tingkat motivasi belajar yang berada dalam golongan “cukup

bermotivasi”, “kurang bermotivasi”, dan “sangat kurang bermotivasi” dapat

ditafsirkan sebagai tingkat motivasi belajar yang belum ideal. Mahasiswa

yang berada dalam kategori belum ideal tersebut berjumlah 21 orang

(26,25%).

Tingkat motivasi belajar mahasiswa yang berada dalam kategori belum

ideal tersebut disebabkan oleh kurangnya kesadaran mahasiswa akan

tanggung jawabnya sebagai pembelajar, sebagai subjek aktif penggali ilmu

pengetahuan. Para mahasiswa prodi Bimbingan dan Konseling angkatan

tahun 2010 kurang memiliki keseriusan menjalankan kewajibannya sebagai

mahasiswa, sebagai seorang akademisi yang idealnya mampu

mempertanggungjawabkan kewajibannya sebagai calon pembimbing kelak.

Selain itu, penyebab kurang idealnya motivasi belajar mahasiswa prodi

(57)

mampu mempertahankan mempertahankan konsentrasi, kurang memiliki

kemampuan dalam mengatur waktu (efisiensi waktu), dan tidak menyadari

tujuan yang ingin dicapai berdasarkan kemampuan mereka sendiri (tujuan

yang realistis).

Akibat dari rendahnya tingkat motivasi belajar mahasiswa ini adalah

rendahnya kualitas lulusan prodi. Pernyataan ini meminjam pernyataan Pujadi

(2007) yang mengungkapkan bahwa rendahnya motivasi belajar mahasiswa

kerap dituding sebagai biang keladi dari rendahnya kualitas lulusan sebuah

perguruan tinggi. Dampak tidak langsung tersebut kiranya akan menjadi

sebuah akibat nyata jika tingkat motivasi belajar mahasiswa pada kategori

kurang ideal ini tetap bertahan. Besar kemungkinan juga berdampak pada

kekurang-mampuan mahasiswa dalam menghadapi tuntutan dunia kerja yang

semakin selektif memilih mahasiswa dengan kualitas tinggi.

Upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar

mahasiswa prodi Bimbingan dan Konseling angkatan 2010 adalah (1)

membangkitkan dorongan mahasiswa untuk belajar; (2) menjelaskan kepada

mahasiswa secara kongkrit mengenai kegiatan yang dapat dilakukan pada

akhir kuliah; (3) memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai

mahasiswa sehingga dapat merangsang mahasiswa untuk mencapai prestasi

yang lebih baik di kemudian hari; (4) membentuk kebiasaan belajar yang

baik. Upaya-upaya ini meminjam penjelasan Slameto (2003) mengenai empat

hal yang dapat dikerjakan guru dalam memberikan motivasi belajar kepada

(58)

42 BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan

Motivasi belajar merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh

mahasiswa sebagai subjek belajar. Hal ini karena peranan motivasi belajar

menjamin kelangsungan kegiatan belajar mahasiswa secara bertanggung jawab

dengan cara mempertahankan konsentrasi, efisiensi waktu dalam kegiatan

belajar dan demi mencapai suatu tujuan yang realistis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Mahasiswa yang tingkat motivasi

belajarnya tergolong sangat bermotivasi ada 23 orang (28,75%); mahasiswa

yang tingkat motivasi belajarnya tergolong bermotivasi ada 36 orang (45%);

mahasiswa yang tingkat motivasi belajarnya tergolong cukup bermotivasi ada

21 orang (26,25%); tidak ada mahasiswa yang tingkat motivasi belajarnya

tergolong kurang bermotivasi dan sangat kurang bermotivasi (0%).

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, mahasiswa yang tingkat

motivasi belajarnya tergolong “sangat bermotivasi” dan “bermotivasi” dapat

diasumsikan sebagai tingkat motivasi belajar dalam kategori yang ideal.

Mahasiswa yang berada dalam kategori yang ideal tersebut berjumlah 59 orang

(73,75%). Sedangkan yang tingkat motivasi belajarnya tergolong “cukup

bermotivasi”, “kurang bermotivasi” dan “sangat kurang bermotivasi” dapat

ditafsirkan sebagai tingkat motivasi belajar yang belum ideal. Mahasiswa yang

(59)

Dari keseluruhan data penelitian yang diperoleh, maka tingkat motivasi

belajar mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma angkatan tahun 2010 secara umum masuk ke dalam golongan sangat

bermotivasi dalam belajar.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan saran kepada

pihak-pihak yang terkait sebagai berikut:

1. Program Studi Bimbingan dan Konseling

a. Kepala program studi Bimbingan dan Konseling

Kepala program studi Bimbingan dan Konseling hendaknya

memiliki berbagai metode khusus dalam meningkatkan motivasi belajar

mahasiswa. Salah satu metode yang dapat digunakan misalnya saja

mengundang motivator, mengingat bahwa mahasiswa terkadang

memiliki kejenuhan dalam mengikuti perkuliahan.

b. Pembimbing akademik mahasiswa angkatan tahun 2010

Pembimbing akademik mahasiswa angkatan tahun 2010 diharapkan

memiliki jadwal tersendiri untuk membentuk kelompok perkembangan

mahasiswa dan mendampingi kelompok agar tetap terjaga tingkat

(60)

44

c. Mahasiswa angkatan tahun 2010

Mahasiswa angkatan 2010 hendaknya menyadari kewajibannya

sebagai seorang mahasiswa sebelum menuntut haknya. Perlu disadari

lebih lanjut bahwa hak diperoleh setelah menunaikan kewajiban.

2. Bagi peneliti lain

Peneliti lain yang berminat mengambil tema motivasi belajar,

diharapkan pada penelitian berikutnya memasukkan aspek motivasi belajar

yang tidak disebut pada penelitian ini serta mengembangkan penelitian

yang lebih mendalam mengenai motivasi belajar dengan memperluas

Gambar

Tabel 1
Tabel 2. Hasil uji coba validitas instrumen
Tabel 3. Hasil uji reliabilitas skala
Tabel 5. Kisi-kisi kuesioner motivasi belajar mahasiswa
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian tingkat kesiapan menghadapi pernikahan pada mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2012 menunjukkan

Berdasarkan persentase di atas, mahasiswa angkatan 2013 Tahun Akademik 2013/2014 Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta cenderung mempunyai

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosi mahasiswa angkatan 2015 program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: ada 11 (18,33%) mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma yang tergolong sangat

Tingginya tingkat self awareness dari mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dapat diinterpretasikan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat asertivitas pada mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2016 Universitas Sanata Dharma yang berada pada tingkat

ABSTRAK TINGKAT KESIAPAN MENJALANI PROFESI MENJADI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING Studi Deskriptif pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2014

pertimbangan dalam memberikan pembinaan kepada mahasiswa angkatan 2014 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma agar mahasiswa menyadari pentingnya