• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Bimbingan dan Konseling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Bimbingan dan Konseling"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

(S-1)

Jurusan Bimbingan dan Konseling

Oleh :

DELLA YURISKA NIM. 15 300 800 019

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) BATUSANGKAR

(2)
(3)
(4)
(5)

dan Konseling Institut Agama Islam Negeri Batusangkar, 2020.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya siswa yang memiliki perilaku agresif pada kategori sangat tinggi dan tinggi. Perilaku agresif adalah suatu bentuk tingkah laku yang bertujuan untuk merusak, mengganggu atau menyakiti orang lain dengan sengaja.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Pre-Eksperiment dengan tipe one

group pretest posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas XI IPS 2, teknik sampling yang digunakan untuk menetapkan sampel ialah teknik purposive sampling yakni dengan pertimbangan tertentu, pertimbangan peneliti ialah siswa yang teridentifikasi sangat tinggi dan tinggi perilaku agresif dengan jumlah sampel 10 orang.

Hasil penelitian mengatakan bahwa bimbingan kelompok teknik psikodramaberpengaruh signifikan dalam mengurangi perilaku agresif siswa. Hal ini dibuktikan dengan skor hasil posttest mengalami penurunan setelah diberikan

treatment melalui bimbingan kelompok. Artinya t0≥ ttsehingga Hayang menyatakan

bimbingan kelompok teknik psikodramaberpengaruh efektif untuk mengurangi perilaku agresif siswa secara signifikan diterima, dan H0 yang menyatakan bahwa bimbingan kelompok teknik psikodrama tidakberpengaruh signifikan untuk mengurangi perilaku agresif siswa ditolak.

(6)

PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN TIM PENGUJI SURAT PERNYATAAN KEASLIAN BIODATA

PERSEMBAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL` ... vii

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR LAMPIRAN. ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11 C. Batasan Masalah... 11 D. Rumusan Masalah ... 11 E. Tujuan Penelitian ... 11 F. Manfaat Penelitian ... 11 G. Definisi Operasional... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

A. Perilaku Agresif ... 14

1. Pengertian Perilaku Agresif ... 14

a. Ciri-ciri Perilaku Agresif... 15

b. Bentuk-bentuk Perilaku Agresif ... 17

(7)

b. Tujuan bimbingan kelompok ... 26

c. Komponen Bimbingan Kelompok... ... 27

d. Azaz Layanan Bimbingan Kelompok ... 28

e. Materi Layanan Bimbingan Kelompok ... 30

f. Tahapan-tahapan dalam Layanan Bimbingan Kelompok. ... 31

g. Teknik dalam Layanan Bimbingan Kelompok. ... 32

2. Teknik Psikodrama ... 33

a. Pengertian Teknik Psikodrama ... 33

b. Manfaat Teknik Psikodrama ... 35

c. Komponen Psikodrama ... 36

d. Langkah-langkah Teknik Psikodrama ... 37

C. Keterkaitan Bimbingan Kelompok Teknik Psikodramadengan Perilaku Agresif ... 40

D. Penelitian yang Relevan ... 42

E. Kerangka Berfikir... 43

F. Hipotesis ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

A. Jenis Penelitian ... 45

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 45

C. Populasi dan Sampel ... 45

D. Teknik Pengumpulan Data ... 48

E. Pengembangan Instrumen ... 50

F. Teknik Analisis Data ... 59 BAB IVHASIL PENELITIAN

(8)

b. Menyerang Verbal ... ... 65

2. Treatment ... ... 66

3. Deskripsi Data Hasil Posttest ... ... 94

a. Menyerang Fisik ... ... 95

b. Menyerang Verbal ... ... 97

4. Analisis Data ... ... 98

5. Pengujian Persyaratan Analisis ... ... 104

a. Data Berdistribusi Normal ... ... 105

b. Data Harus Homogen ... ... 106

6. Uji Statistik ... ... 106 7. Pembahasan. ... .113 BAB VPENUTUP A. Kesimpulan ... 117 B. Saran ... 117 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL

(9)

Tabel 3.4: Rentang Skor Perilaku Agresif Siswa Tabel 3.5 : Kisi-kisi Perilaku Agresif

Tabel 3.6: Hasil Validitas Isi

Tabel 4.1: Hasil Pretest Peilaku Agresif Tabel 4.2: Frekuensi Perilaku Agresif

Tabel 4.3: Data Pretest Kelompok Eksperimen Tabel 4.4: FrekuensiPretest Aspek Menyerang Fisik Tabel 4.5: Data Pretest Aspek Menyerang Fisik Tabel 4.6: Interval Pretest Aspek Menyerang Verbal Tabel 4.7: DataPretestaspek Menyerang Verbal Tabel 4.8 : Pelaksanaan Treatment

Tabel 4.9: Treatment 1 Tabel 4.10: Treatment 2 Tabel 4.11: Treatment 3 Tabel 4.12: Treatment 4

Tabel 4.13: Data Posstets Perilaku Agresif Tabel 4.14: Interval Posstest Perilaku Agresif Tabel 4.15: SkorPosttests Aspek Menyerang Fisik Tabel 4.16: Interval Posstest Aspek Menyerang Fisik Tabel 4.17: Skor Posttest Aspek Menyerang Verbal

(10)

Tabel 4.21: Skor Pretest-Posttest Aspek Menyerang Verbal

Tabel 4.22: Perbandingan Skor Pretest-PosttestPerilaku Agresif Per Aspek Tabel 4.23: Uji Normalitas

Tabel 4.24: Uji Homogenitas

Tabel 2.25: Tabel Perhitungan Data Pretest-Posttest dengan Statistik Uji-t Tabel 2.26: Tabel Perhitungan Data Pretest-Posttest dengan Statistik Uji-t Aspek Menyerang Fisik

Tabel 2.27: Tabel Perhitungan Data Pretest-Posttest dengan Statistik Uji-t Aspek Menyerang Verbal

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1: Perbandingan Skor Pretest-Posttes Perilaku Agresif Keseluruhan Grafik 2: Perbandingan Skor Pretest-Posttest Aspek Menyerang Fisik

(11)
(12)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Aksi-aksi kekerasan dalam masyarakat saat ini sudah dilakukan secara individual maupun massal, sudah menjadi bahan pembicaraan khalayak umum atau sudah menjadi rahasia umum. Aksi-aksi kekerasan dapat terjadi dimana saja seperti di rumah, di sekolah, di jalan, di tempat umum dan lain sebagainya. Aksi kekerasan yang dilakukan di sekolah biasanya adalah contoh dari kekerasan yang dilihat oleh siswa dan biasanya disebut agresif. Aksi kekerasan tersebut dapat berupa kekerasan verbal (mencaci maki) dan kekerasan non verbal atau kekerasan fisik (memukul, meninju, dan lainnya). Di sekolah juga sering ditemukan siswa-siswa yang memiliki masalah terutama dalam dirinya, mereka sering bertindak agresif, tidak hanya agresif secara non verbal bahkan mereka suka berkata kasar secara verbal kepada temannya. Banyak siswa yang agresif secara non verbal atau perilakunya dimana fakta di lapangan adalah ia suka memukul bahkan melukai dengan batu atau benda tumpul yang ada disekitarnya. Misalnya, memaki, menghina, berkata-kata kasar karena masalah kecil.

Permasalahan yang dialami siswa tersebut tidak hanyamasalah pribadi saja melainkan masalah yang dialami siswa biasanya meliputi permasalahan social. Masalah tersebut sangat mempengaruhi perilaku dan sikap belajar di sekolah.Hurlock (dalam Siwinarti, 2012: 102) menyatakan bahwa :

Masa remaja merupakan masa yang mudah bergolak, dan mengalami kegoncangan, dikatakan sebagai masa yang tidak realistis. Seringkali remaja merasa sulit menerima keadaan perubahan fisiknya, merasa sulit untuk berperan sesuai dengan jenis kelaminnya, kesulitan mencapai kemandirian ekonomis, Sulitnya menghadapi masalah pengembangan nilai-nilai yang selaras dengan nilai-nilai orang dewasa, sehingga sering dianggap tidak bertanggung jawab.

(13)

Dari paparan di atas dapat dipahami masa remaja merupakan masa mengalami kegonjangan, memiliki emosi yang kuat, seringkali remaja merasa sulit menerima keadaan perubahan fisiknya, Keadaan remaja yang tidak dapat mengendalikan emosinyamenyebabkan remaja untuk bertindak negatif. seringkali remaja ini belum bisa menerima keadaan fisiknya dan dianggap belum bertanggung jawab.

Prayitno (2011:5) mengatakan bahwa agresif adalah ”tingkah laku menyerang baik secara fisik maupun verbal, atau baru berupa ancaman yang bersebab karena adanya rasa permusushan”. Diketahui bahwa anak agresif memiliki tingah laku yang seenaknya saja atau sesuka hatinya saja bahkan sampai kepada menyerang orang lain.

Jahja (2011 :383) mengatakan bahwa agresif adalah “suatu bentuk tingkah laku yang ditujukan untuk merusak, mengganggu atau menyakiti orang lain, yang terdorong untuk menghindari perlakuan tersebut”. Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa agresif adalah tindakan menyakiti, berteriak, mengganggu orang lain, mencemooh, dan berkata-kata kotor yang dilakukan oleh seorang secara sengaja yang dapat membahayakan orang lain, anak yang memiliki perilaku agresif cendrung bertingkah laku seenaknya saja atau sesuka hatinya saja bahkan sampai kepada menyerang orang lain. Adapun bentuk-bentuk dari perilaku agresif Jhohson (dalam Hudaniah, 2009:212) mengelompokkan bentuk agresif menjadi empat kelompok, yaitu :

1. Menyerang fisik, yang termasuk di dalamnya adalah memukul, mendorong, meludahi, menendang, menggigit, meninju, memarahi dan merampas.

2. Menyerang suatu objek, yang dimaksudkan disini adalah menyerang benda mati atau binatang.

3. Secara verbal atau simbolis, yang termasuk di dalamnya adalah mengancam secara verbal, memburuk-burukkan orang lain,sikap mengancam dan sikap menuntut.

(14)

4. Pelanggaran terhadap hak milik atau menyerang daerah yang lain. Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa bentuk-bentuk perilaku agresif itu ada yang menyerang secara fisik, menyerang suatu objek, secara verbal atau simbolis, dan melanggar hak milik ataupun menyerang daerah yang lain si korban yang bisa membahayakan diri si korban tersebut. Senada dengan kutipan di atas, Rahman (2013:207-208) mengelompokkan bentuk perilaku agresif berdasarkan perilaku yang dilakukan yaitu :

a. Agresi tersebut dilakukan secara verbal (menyakiti orang lain melalui tindakan)

b. Agresi tersebut dilakukan secara langsung (langsung ditujukan pelaku terhadap korban) atau tidak langsung (dilakukan oleh orang lain, atau ditujukan kepada orang atau benda yang berhubungan dengan sasaran agresif)

c. Agresi dilakukan secara aktif ( menyakiti orang lain dengan menunjukkan kata-kata atau pasif (menyakiti orang lain dengan tidak melakukan atau mengatakan sesuatu yang sebenarnya dilakukan atau dikatakan).

Berdasarkan kutipan diatas dapat dipahami bahwa perilaku agresif dilakukan secara verbal, dilakukan secara langsung, dan dilakukan secara aktif. Anantasari (2006 :96) juga memberikan penjelasan lebih lanjut tentang dampak perilaku agresif, sebagai berikut:

1) Ketergantungan pada perilaku

Ketika perilaku agresif memberikan suatu keuntungan seperti kesenangan dan penghargaan, maka seseorang menjadi tergantung pada perilaku tersebut.

2) Menjadi perilaku fondasi

Apabila pada masa kanak-kanak seseorang melakukan perilaku agresif maka masa selanjutnya perilaku agresif akan tetap tertanam dalam dirinya.

3) Menjadi model yang buruk

Ketika seseorang melakukan perilaku agresif ada kemungkinan orang lain meniru perilakunya.

(15)

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa dampak dari perilaku agresif yaitu individu ketergantungan kepada perilakunya sendiri, dan memberikan dampak yang buruk terhadap diri sendiri maupun lingkungan sekitar, dan perilaku agresif ini akan tetap tertanam dalam dirinya sendiri. Berdasarkan hal tersebut, siswa yang memiliki perilaku agresif perlu untuk merubah perilaku agresifnya tersebut menjadi tidak agresif dengan layanan bimbingan kelompok. Perilaku agresif ini harus dientaskan karena perilaku agresif ini bisa merugikan dirinya dan orang lain. Perilaku agresif ini juga bisa menimbulkan korban jiwa karena pelakunya bisa membuat korbannya menjadi ketakutan dan kesakitan. Salah satu cara yang dapat digunakan di dalam mengurangi perilaku agresif ini di dalam layanan bimbingan dan konseling adalah layanan bimbingan kelompok. Menurut Sukardi (2008:64) bimbingan kelompok adalah :

Layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing/konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa bimbingan kelompok itu adalah pemberian bantuan kepada siswa yang agar memperoleh berbagai informasi dari pembimbing. Tujuan informasi tersebut untuk menunjang kehidupan sehari-hari peserta didik agar lebih baik. Sebagaimana menurut Prayitno (2012:150) bahwa “bimbingan kelompok dan konseling kelompok mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan pribadi dan/atau pemecahan masalah individu yang menjadi peserta kegiatan kelompok”.

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami dengan adanya layanan bimbingan kelompok bisa membantu peserta didik dalam mengembangkan

(16)

pribadi, kemampuan hubungan, belajar, karir, dan pengambilan keputusan. bimbingan kelompok dengan adanya dinamika kelompok maka kegiatan akan berjalan dengan lancar. Prayitno (2012:150), mengemukakan tujuan layanan bimbingan kelompok yaitu;

Berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan. Dalam kaitan ini, sering menjadi kenyataan bahwa kemampuan bersosialisasi/ komunikasi seseorang sering terganggu oleh perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang tidak objektif, sempit dan terkungkung serta tidak efektif.

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami secara umum bimbingan kelompok bertujuan untuk mengembangkan sosialisasi dan komunikasi agar lebih meningkatkan komunikasi baik verbal maupun non verbal antar siswa lainnya, sedangkan tujuan bimbingan kelompok secara khusus yaitu untuk mengembangkan perasaan, persepsi, wawasan, agar menunjang tingkah laku yang lebih baik lagi.

Bimbingan kelompok memiliki beberapa tahapan pelaksanaan. Menurut Prayitno (2012:170-171) terdapat 5 tahapan pelaksanaan bimbingan kelompok yaitu “tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, tahap penyimpulan, dan tahap pengakhiran”. Tahap pembentukan merupakan tahap pengumpulan para calon anggota kelompok oleh pemimpin kelompok dengan anggota 8-10 orang. Tahap peralihan yaitu tahap dimana pemimpin kelompok menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya, yaitu kegiatan inti dari layanan bimbingan kelompok serta menanyakan kesiapan anggota kelompok untuk masuk pada tahap selanjutnya. Selanjutnya tahap kegiatan merupakan tahap inti dari pelaksanaan dari layanan dimana para anggota kelompok memainkan perannya masing-masing, saling berinteraksi kemudian saling bertukar pendapat dan berbagi pengalaman secara terbuka tentang perasaannya masing-masing pada saat itu. Pada tahap ini dilaksanakan psikodrama dengan tahapan yaitu : persiapan, membuat skenario, menentukan

(17)

kelompok yang akan memainkan peran sesuai dengan kebutuhan skenario, menentukan kelompok penonton dan menjelaskan tugasnya, pelaksanaan psikodrama, evaluasi dan diskusi, terakhir ulangan permainan. Selanjutnya tahap penyimpulan yaitu tahap kegiatan untuk melihat kembali apa yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok. Terakhir yaitu tahap pengakhiran dimana tahap ini pemimpin kelompok mengakhiri kegiatan pada saat yang dianggap tepat. Pada tahap ini pemimpin kelompok berperan memberikan penguatan terhadap hasil yang telah dicapai dalam kegiatan tersbebut dan membahas serta menanyakan tentang tindak lanjut dari kegiatan.

Layanan bimbingan kelompok dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam strategi atau teknik, sebagaimana menurut Tohirin (2007:290-291) yaitu :

Penyelenggaraan bimbingan kelompok antara lain dimaksudkan untuk membantu mengatasi masalah bersama atau membantu seorang individu yang menghadapi masalah dengan menempatkannya dalam suatu kehidupan kelompok. Beberapa jenis metode bimbingan kelompok yang bisa dterapkan dalam pelayanan bimbingan kelompok adalah: 1) program home room, 2) karyawisata, 3) diskusi kelompok, 4) kegiatan kelompok, 5) organisasi siwa, 6) sosiodrama, 7) psikodrama, dan 8) pengajaran remidial.

Dapat dipahami bahwa kegiatan layanan bimbingan kelompok tersebut dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi oleh siswa, dengan berbagai macam teknik yang digunakan karyawisata, psikodrama, sosiodrama, hoom room, dan pengajaran remedial. Dari berbagai macam teknik bimbingan kelompok tersebut, teknik bimbingan kelompok yang penulis gunakan adalah teknik psikodrama. Teknik Psikodrama menurut Tohirin (2007:294) :

Psikodrama adalah upaya pemecahan masalah melalui drama, dalam psikodrama yang didramakan adalah masalah-masalah psikis yang

dialami individu. Siswa yang memiliki masalah psikis disuruh memerankan suatu peranan, dengan memerankan peran tertentu,

(18)

konflik atau keteganggan yang ada dalam diri individu dapat dikurangi. Kepada sekelompok siswa dikemukakan suatu cerita yang menggambarkan adanya suatu keteganggan psikis yang di alami oleh individu. Selanjutnya siswa diminta untuk mendramakan didepan kelas.

Dapat dipahami bahwa psikodrama merupakan upaya pemecahan masalah individu melalui drama, dalam psikodrama yang didramakan adalah masalah-masalah psikis yang dihadapi oleh siswa. siswa yang memiliki masalah psikis disuruh memerankan suatu peranan dengan peranan tersebut, setelah itu siswa diminta untuk mendramakannya didepan kelas. Selanjutnya

psikodrama menurut Glading (2012:297)

Pada psikodrama, para anggota mempraktekkan model peran tanpa latihan terlebih dahulu, dengan pemimpin kelompok berperan sebagai sutradara, sedangkan anggota-anggota kelompok lainnya adalah aktor dengan peran protagonis, atau menjadi bagian dari penonton yang memberikan umpan balik kepada pemeran protagonis, atau melakukan keduanya.

Dapat dipahami bahwa dalam pelaksanaan bimbingan kelompok menggunakan teknik psikodrama, para anggota kelompok akan diminta memainkan peran tanpa adanya latihan terlebih dahulu sebelum memainkan perannya masing-masing, pemimpin kelompok menjadi sutrada sedangkan anggota kelompok sebagai aktor yang memainkan peran protagonis. Teknik

psikodrama dalam bimbingan kelompok tentunya memiliki tujuan yang

hendak dicapai, dalam kemendikbud (2016:59) tujuan psikodrama adalah “membantu peserta didik/konseli memperoleh pengertian yang baik tentang dirinya sehingga dapat menemukan konsep diri, kebutuhan-kebutuhan, dan reaksi-reaksi yang tepat terhadap tekanan yang dialaminya.

Dapat dipahami bahwa psikodrama bertujuan untuk membantu peserta memperoleh pengertian yang baik mengenai dirinya sendiri sehingga peserta didik tersebut bsa menemukan konsep diri, kebutuhan-kebutuhan, dan

(19)

reaksi-reaksi yang tepat terhadap tekanan yang dialaminya. Adapun langkah-langkah dalam psikodrama tersebut. Menurut Corey (2008) yaitu :

a) Tahap persiapan (The warm-up)

Pemanasan merupakan bagian penting dalam menumbuhkan kepercayaan dan ikatan dalam kelompok. Pemanasan terdiri dari kegiatan awal yang diperlukan untuk peningkatan secara bertahap dalam keterlibatan dan spontanitas. Ini bertujuan untuk mendorong keterlibatan secara maksimal. Pemanasan bisa dilakukan dengan teknik fisik seperti menggunakan music, menari, dan gerakan atau latihan nonverbal laiinya.

b) Tahap pelaksanaan (The action)

Kelompok melakukan aksi drama untuk mengeluarkan pikiran, sikap dan perasaan yang mereka tidak sadari. Tujuan dari tahap ini adalah untuk membantu anggota dalam membawa pikiran-pikiran yang mendasari, sikap, dan perasaan yang mereka tidak sadari sepenuhnya. Hal ini berguna untuk memudahkan proses sehingga protagonist dapat bergerak ke dalam tindakan sesegara mungkin. Dalam melakukan hal ini, pemimpin dapat menarik isyarat penting bahwa protagonist menyerah menyajikan situasinya, termasuk ekspresi wajah, angka yang pasti berbicara, dan postur tubuh. Sutrdara membantu protagonis mendapatkan fokus yang jelas pada perhatian khusus. Saat protagonis sudah mendapatkan “feel” yang diinginkan, maka ego pendukung dapat membantu protagonis menyelesaikan masalah itu. Sutradara bisa memberika arahan keterlibatan semua anggota kelompok.

c) Tahap diskusi atau tahap berbagi pendapat dan perasaan (The sharing)

Menurut Moreno (dalam Corey,2008) dalam tahap diskusi atau tahap sharing, kelompok mengeluarkan pendapat yang tak menghakimi sesama. Sharing, yang dilakukan pertama terdiri dari pernyataan yang menghakimi diri sendiri, diskusi dari proses kelompok berikut. Setelah adegan psikodrama dilakukan, pemimpin yang mengajak semua anggota kelompok untuk mengungkapkan pengaruhnya untuk pribadi. Lalu dilanjutkan dengan diskusi tentang bagaimana action tadi mempengaruhi pola pikir dan perasaan mereka.

(20)

Berdasarkan Kutipan di atas dapat dipahami bahwa ada 3 pelaksanaan dalam psikodrama tersebut yaitu; Tahap persiapan, Pemanasan merupakan bagian penting dalam menumbuhkan kepercayaan dan ikatan dalam kelompok. Pemanasan bisa dilakukan dengan teknik fisik seperti menggunakan music, menari, dan gerakan atau latihan nonverbal laiinya . Tahap pelaksanaan, maksudnya kelompok melakukan aksi drama untuk mengeluarkan pikiran, sikap dan perasaan yang mereka tidak sadari. Tujuan dari tahap ini adalah untuk membantu anggota dalam membawa pikiran-pikiran yang mendasari, sikap, dan perasaan yang mereka tidak sadari sepenuhnya. Tahap diskusi atau tahap berbagi pendapat dan perasaan (The sharing), maksudnya dalam tahap diskusi atau tahap sharing, kelompok mengeluarkan pendapat yang tak menghakimi sesama. Sharing, yang dilakukan pertama terdiri dari pernyataan yang menghakimi diri sendiri, diskusi dari proses kelompok berikut.

Sholikhah (dalam Harits, 2016 : 5), “menambahkan bahwa

psikodrama dilakukan guna membantu peserta didik untuk mengungkapkan

perasaan-perasaan, kemarahan, agresi, kesedihan, dan perasaan bersalah”. Jadi dalam psikodrama ini siswa dituntut untuk bermain peran yang sesuai dengan keadaan yang menjadi masalah dalam dirinya, Dengan tujuan agar siswa mampu memahami dirinya dan siswa dapat menyelesaikan masalah pada dirinya secara mandiri. Kurangnya kesungguhan pemain dalam melaksanakan pelatihan psikodrama ini menyebabkan tujuan tidak tercapai.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama PPL Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) 2 Solok pada tanggal 02 Maret 2019, Peneliti melihatperilaku agresif yang dilakukan oleh siswa di sekolah tersebut yaitu perilaku agresif secara verbal dan fisik. Agresif secara verbal yaitu siswa tersebut berkata kasar dan jorok kepada siswa lain, menghina, memaki, marah, berteriak, membantah, Selain itu tidak jarang

(21)

sesama siswa mengatakan pada orang lain dengan sebutan bego, tolol dan bodoh. Sedangkan untuk perilaku agresif fisik yang dilakukan oleh siswa adalah perilaku memukul, mendorong, berkelahi, menendang, perilaku menyerang, dan mencubit temannya sendiri.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru BK di MAN 2 Solok yaitu Hanifah, S.Pd.I pada tanggal 02 Maret 2019 mengatakan bahwa :

Banyaknya siswa yang memiliki perilaku yang tidak disenangi oleh sesama siswa disekolah ini, disebabkan karena memiliki perilaku yang seenaknya saja memukul, berkata-kata kasar, memojokkan, menendang, mengambil milik orang lain, mencubit, mengancam, berteriak tidak menentu didalam kelas, marah tanpa alasan, mencemooh, dan memerintah guru. Ada juga seorang siswa yang sedang berjalan lalu tiba-tiba datang siswa lain menuju siswa tersebut dan langsung menendang siswa tersebut, dan ada juga siswa yang secara tiba-tiba mengambil paksa mangkanan siswa lain karena tidak mau menolong membelikannya kekantin.

Guru di sekolah pasti akan risih memiliki siswa yang sangat nakal dan sering berkelahi dengan teman-temannya. Tidak hanya guru teman-teman sebayanya pun pasti akan risih dan tidak mau berteman dengan siswa yang memiliki sikap yang agresif ini. Siswa yang memiliki perilaku agresif ini sangat membutuhkan suatu pemahaman tentang akibat perilaku agresif, sehingga siswa yang memiliki perilaku agresif ini bisa mengetahui dan menghilangkan perilaku agresif tersebut.

Siswa yang berperilaku seperti itu sering kali dikucilkan dari teman-temannya dan dicap sebagai anak nakal. Perilaku ini sulit untuk disembuhkan jika hanya menggunakan nasehat. Sehingga penulis memilih salah satu teknik dalam bimbingan konseling dengan bimbingan kelompok teknik psikodrama dianggap sebagai teknik yang dapat digunakan untuk mengurangi perilaku agresif pada siswa. Karena dalam teknik psikodrama ini siswa diminta untuk memainkan sebuah peran dengan harapan mampu mengurangi perilaku agresif yang menjadi kebiasaan siswa.

(22)

Berdasarkan uraian di atas maka penulis berminat melakukan penelitian kuantitatif dan merancang penelitian dengan ”Pengaruh Bimbingan Kelompok Teknik Psikodrama Untuk Mengurangi Perilaku Agresif Siswa Kelas XI di MAN 2 Solok”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat di identifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Pengaruh Bimbingan Kelompok Teknik Psikodrama untuk Mengurangi Perilaku Agresif Siswa Di MAN 2 Solok.

2. Faktor yang mempengaruhi Perilaku Agresif di MAN 2 Solok.

3. Intensitas Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Teknik Psikodrama untuk Mengurangi Perilaku Agresif Siswa di MAN 2 Solok.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka batasan penelitian ini yaitu: “Pengaruh Bimbingan Kelompok Teknik Psikodrama Untuk Mengurangi Perilaku Agresif Siswa Kelas XI di MAN 2 Solok”

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, yang menjadi rumusan masalah yang penulis teliti adalah “apakah terdapat pengaruh bimbingan kelompok Teknik Psikodramauntuk mengurangi perilaku agresif siswa kelas XI.IPS di MAN 2 Solok.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui “Pengaruh bimbingan kelompok Teknik Psikodrama untuk Mengurangi Perilaku Agresif Siswa di MAN 2 Solok”

F. Manfaaat dan Luaran Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan masukan yang bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu :

(23)

1. Manfaat

a. Sebagai syarat untuk mendapatkan atau meraih gelar sarjana (SI) Bimbingan dan Konseling di IAIN Batusangkar.

b. Lingkungan Sekolah, sebagai bahan untuk mengembangkan norma-norma yang berlaku sehingga hal-hal positif dapat ditirukan oleh siswa.

c. Penelitian lain, untuk bisa dijadikan masukan dan perbandingan untuk melanjutkan penelitian ditempat yang berbeda atau penelitian sejenis dengan objek yang berbeda.

d. Peneliti sendiri, untuk menambah pengetahuan mengenai sikap agresif siswa.

2. Luaran Penelitian

Diharapkan hasil penelitian di jadikan artikel untuk di terbitkan di jurnal.

G. Definisi Operasional

Istilah-istilah dalam penelitian ini banyak sekali, terutama tentang judul penelitian. Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam memahaminya, maka berikut ini akan penulis jelaskan beberapa istilah yang memerlukan pemahaman lebih jauh di antaranya :

Layanan Bimbingan KelompokTeknik PsikodramaBimbingan kelompok menurut Prayitno(2012:150) bahwa “bimbingan kelompok dan konseling kelompok mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan pribadi dan/ atau pemecahan masalah individu yang menjadi peserta kegiatan kelompok” dan di selenggarakan melalui 5 tahap yaitu “tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, tahap penyimpulan, dan tahap pengakhiran” Prayitno (2012:70). Menurut Corey (dalam Nidianti, 2014: 6) psikodrama merupakan

(24)

“permainan peranan yang dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya, dapat menemukan konsep dirinya, menyatakan kebutuhan kebutuhannya, dan menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan dalam dirinya”.

Jadi layanan bimbingan kelompok teknik psikodrama yang penulis maksud adalah bimbingan kelompok yang diselenggarakan melalui lima tahap yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, tahap penyimpulan, dan tahap pengakhiran. Dan teknik psikodrama akan dilakukan pada tahap kegiatan dengan beberapa tahap yaitu “tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap diskusi atau tahap berbagi pendapat dan perasaan” (Romlah, 2013: 111).

Menurut Prayitno (2015: 5) “agresif adalah tingkah laku menyerang baik secara fisik maupun verbal, atau baru berupa ancaman yang disebabkan karena adanya rasa permusuhan”. Agresif yang peneliti maksud adalah perilaku yang menyerang orang lain baik secara fisik, maupun verbal, atau berupa ancaman yang disebabkan karena adanya rasa permusuhan.

(25)

14 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Perilaku Agresif

1. Pengertian Perilaku Agresif

Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri melainkan membutuhkan bantuan orang lain. Setiap manusia memiliki cara untuk berkomunikasi, bersosialisasi, dan membela dirinya dari suatu ancaman yang dirasakan akan membahayakan dirinya. Menurut Supriyo (2008:67) bahwa perilaku agresif ”suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang, membunuh, atau menghukum orang lain”. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa agresif merupakan perilaku yang sangat membahayakan fisik orang lain yang tidak segan-segan untuk berkelahi, menyerang, dan membunuh orang lain jika keinginannya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Seperti yang dikemukakan oleh Supriyo (2008:68), unsur-unsur dan ciri perilaku agresi yang ada pada seseorang antara lain adalah “(1) Adanya tujuan untuk mencelakakan, (2)Ada individu yang menjadi pelaku, (3) Ada individu yang menjadi korban, (4) Ketidakinginan si korban menerima tingkahlaku si pelaku, (5) Menyerang pendapat orang lain, (6) Marah-marah tanpaalasan yang jelas, (7) Melakukan perkelahian.”

Jahja (2011 :383) mengatakan bahwa agresif adalah “suatu bentuk tingkah laku yang ditujukan untuk merusak, mengganggu atau menyakiti ornag lain, yang terdorong untuk menghindari perlakuan tersebut”. Berdasarkan kutipan diatas dapat dipahami bahwa agresif adalah tindakan menyakiti, berteriak, mengganggu orang lain, mencemooh, dan berkata-kata kotor yang dilakukan oleh seorang secara sengaja yang dapat membahayakan orang lain.

(26)

Umi Kulsum dan Mohammad Jauhar (2014 : 241-243) menjelaskan agresif adalah “tingkah laku pelampiasan perasaan frustasi yang ditujukan untuk melukai pihak lain baik fisik maupun psikologis melalui perlakuan verbal maupun nonverbal, untuk mengatasi perlawanan atau menghukum orang lain, dengan cara langsung atau tidak langsung”.

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa perilaku agresif adalah tingkah laku pelampiasan perasaan frustasi yang tujukan untuk melukai orang lain baik secara fisik maupun psikologis.

a. Ciri-ciri Perilaku Agresif

Seseorang dikatakan memiliki sikap atau perilaku yang agresif apabila memiliki beberapa ciri. Menurut Anantasari (2006:80) ciri-ciri perilaku agresif yaitu:

1. Perilaku menyerang, perilaku menyerang lebih menekankan pada suatu perilaku untuk menyakiti hati , atau merusak barang orang lain, dan secara sosial tidak bisa diterima.

2. Perilaku menyakiti atau merusak diri sendiri, orang lain atau objek-objek penggantinya. Perilaku agresif termasuk yang dilakukan anak pasti menimbulkan adanya bahaya berupa kesakitan yang dapat dialami oleh dirinya sendiri atau orang lain. Bahaya kesakitan dapat berupa kesakitan fisik, misalnya pemukulan, dan kesakitan secara psikis mislanya agresif sering kali ditujukan seperti benda mati.

3. Perilaku yang tidak diinginkan orang yang menjadi sasarannya, perilaku agresif pada umumnya juga memiliki sebuah ciri yaitu tidak diinginkan oleh orang yang menjadi sasarannya.

4. Perilaku agresif yang melanggar norma sosial, perilaku agresif pada umumnya selalu dikaitkan dengan pelanggaran terhadap norma-norma sosial.

5. Sikap bermusuhan terhadap orang lain, perilaku agresif yang mengacu kepada sikap permusuhan sebagai tindakan yang ditunjukan untuk melukai orang lain.

6. Perilaku agresif yang dipelajari, perilaku agresif yang dipelajari melalui pengalamannya dimasa lalu dalam proses pembelajaran perilaku agresif,terlibat pula sebagai kondisi

(27)

sosial atau lingkungan yang mendorong perwujudan perilaku agresif.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa ciri-ciri perilaku agresif memiliki perilaku menyerang perilaku ini lebih menekankan pada suatu perilaku untuk menyakiti hati atau merusak barang orang lain, perilaku menyakiti atau merusak diri sendiri atau objek-objek penggantinya, perilaku yang tidak diinginkan orang yang menjadi sasarannya, perilaku agresif yang melanggar norma sosial, sikap bermusuhan terhadap orang lain yang mengacu kepada sikap bermusuhan sebagai tindakan yang ditunjukan untuk melukai orang lain, dan perilaku agresif yang dipelajari melalui pengalamannya dimasa lalu.

Menurut Supriyo (2008:68) ciri-ciri perilaku agresif adalah sebagai berikut:

a. Adanya tujuan untuk mencelakakan

Terdapat tujuan mencelakakan dari pelaku agresif kepada korban. Dalam hal ini pelaku berniat dengan tujuan untuk mencelakakan korban. misalnya pelaku punya dendam kepada korban dan berniat mencelakakan korban.

b. Ketidakinginan si korban menerima tingkah laku sipelaku.

Ciri pelaku tersebut dikatakan sebagai perilaku agresif bila sang korban tidak menginginkan datangnya perilaku tersebut. Lain halnya jika sang korban menginginkan tingkah laku tersebut. Misalnya sang korban ingin dirinya ditampar ataupun ditendang , itu merupakan perilaku agresif.

c. Menyerang pendapat orang lain

Menyerang pendapat orang lain dalam artian pelaku tidak bisa menerima pendapat orang lain dan denga segala cara dia menantang pendapat tersebut.

d. Marah-marah tanpa alasan yang jelas

Sang pelaku marah-marah dengan penuh emosi kepada korban dan dengan alasan yang tidak jelas.

e. Melakukan perkelahian

Melakukan perkelahian dengan individu lain merupakan perilaku yang dapat digolongkan perilaku agresif.

(28)

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa perilaku agresif memiliki ciri-ciri seperti adanya tujuan untuk mencelakakan korban, ketidakinginan si korban menerima tingkah laku sipelaku, menyerang pendapat orang lain dalam artian tidak bisa menerima pendapat orang lain dan dengan segala cara dia menentang pendapat orang lain tersebut, marah-marah tanpa alasan yang kurang jelas, dan berkelahi.

b. Bentuk-bentuk Perilaku Agresif

Bentuk dari perilaku agresif dapat ditunjukkan dengan berbagai macam cara. Bentuk perilaku agresif yangdialami individu berbeda-beda ada yang hanya suka menyerang fisik saja, adapula individu yang hanyamenyerang suatu objek, ada yang hanya memberi ancaman, bahkan memberi ancaman sekaligus menyerang fisik. Bentuk verbal atau non verbal yang bersikap agresif sangat banyak faktor yang mempengaruhi diantara nya adalah karena berkuasa, dendam, individu merasa direndahkan atau tidak dianggap, bahkan hingga sengaja dibuat marah.

Menurut Jhohson (dalam Hudaniah, 2009:212) mengelompokkan bentuk agresif menjadi empat kelompok, yaitu :

1. Menyerang fisik, yang termasuk di dalamnya adalah memukul, mendorong, meludahi, menendang, menggigit, meninju, memarahi dan merampas.

2. Menyerang suatu objek, yang dimaksudkan disini adalah menyerang benda mati atau binatang.

3. Secara verbal atau simbolis, yang termasuk di dalamnya adalah mengancam secara verbal, memburuk-burukkan orang lain,sikap mengancam dan sikap menuntut.

4. Pelanggaran terhadap hak milik atau menyerang daerah yang lain.

(29)

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa bentuk-bentuk perilaku agresif itu ada yang menyerang secara fisik, menyerang suatu objek, secara verbal atau simbolis, dan melanggar hak milik ataupun menyerang daerah yang lain si korban yang bisa membahayakan diri si korban tersebut. Senada dengan kutipan di atas, Rahman (2013:207-208) mengelompokkan bentuk perilaku agresif berdasarkan perilaku yang dilakukan yaitu :

a. Agresi tersebut dilakukan secara verbal (menyakiti orang lain melalui tindakan)

b. Agresi tersebut dilakukan secara langsung (langsung ditujukan pelaku terhadap korban) atau tidak langsung (dilakukan oleh orang lain, atau ditujukan kepada orang atau benda yang berhubungan dengan sasaran agresif)

c. Agresi dilakukan secara aktif ( menyakiti orang lain dengan menunjukkan kata-kata atau pasif (menyakiti ornag lain dengan tidak melakukan atau mengatakan sesuatu yang sebenarnya dilakukan atau dikatakan).

Berdasarkan kutipan diatas dapat dipahami bahwa perilaku agresif diantara agresif yang dilakukan secara verbal, agresif secara langsung dan agresif secara aktif. Buss (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003) membagi agresi kedalam beberapa bentuk, yaitu:

a. Agresi fisik aktif langsung b. Agresi fisik pasif langsung c. Agresi fisik aktif tidak langsung d. Agresi fisik pasif tidak langsung e. Agresi verbal aktif langsung f. Agresi verbal aktif tidak langsung g. Agresi verbal pasif langsung h. Agresi verbal pasif tidak langsung

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa bentuk-bentuk perilaku agresi itu pertama, agresi fisik aktif langsung tindakan agresif yang dilakukan individu atau kelompok dengan cara

(30)

berhadapan secara langsung dengan individu atau kelmpok lain yang menjadi target seperti memukul, menikam. Kedua agresi fisik pasif langsung tidak berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya, ketiga agresi fisik aktif langsung maksudnya tindakan yang dilakukan individu atau kelompok kepada individu yang menjadi targetnya namun tidak terjadi kontak fisik secara langsung misalnya, aksi diam, aksi mogok. Keempat agresi fisik pasif tidak langsung maksudnya, tidak berhadapan dengan individu atau kelompok yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak fisik secara langsung, misalnya tidak peduli, masa bodoh, menolak melakukan tugas penting, dan tidak mau melakukan perintah. Kelima agresi verbal aktif tidak langsung maksudnya, tindakan yang dilakukan individu atau kelompok yang dilakukan secara berhadapan secara langsung dengan individu lainnya, misalnya menghina orang lain dengan kata-kata kasar, mengomel. Keenam agresi verbal aktif tidak langsung yang dilakukan individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu yang menjadi targetnya, misalnya menyebarkan berita yang tidak benar atau gosip tentang orang lain. Ketujuh agresi verbal pasif langsung maksudnya tindakan yang dilakukan individu atau kelompok secara langsung namun tidak terjadi kontak verbal secara langsung, Kedelapan agresi verbal pasif tidak langsung maksudnya tindakan yang dilakukan individu kepada kelompok lain tidak terjadi kontak verbal secara langsung, misalnya memberi dukungan, tidak menggunakan hak suara.

Menurut Novan (2014: 211) bahwa perilaku agresif dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu :

(31)

Bentuk perilaku agresif secara fisik misalnya memukul, menendang, mencubit, menampar, menggigit, dan lainnya yang berhubungan dengan aktifitas fisik.

2. Agresif verbal

Bentuk agresif verbal misalnya berupa hinaan, omelan, makian, ejekan, dan lainnya yang tergolong aktivitas verbal.

Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa perilaku agresif dapat dikelompokkan menjdai dua bentuk diantaranya adalah perilaku agresif fisik dan verbal. Perilaku agresif fisik adalah perilaku melukai orang lain dengan badan atau tindakan yang dapat membahayakan orang lain, sedangkan perilaku agresif verbal adalah perilaku agresif yang melukai dan menyakiti orang lain dengan kata-kata kasar.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresif

Astuti (2017: 36-37) mengatakan bahwa Secara garis besar beberapa ahli memandang bahwa faktor-faktor penyebab timbulnya perilaku agresif ada dua faktor yaitu :

1. Faktor internal a) Hormon b) Frustasi c) Stress

2. Faktor Eksternal

a) Suasana keluarga yang tidak sehat b) Interaksi teman sebaya

c) Pengaruh media televisi

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa ada 2 faktor penyebab timbulnya perilaku agresif yaitu : faktor internal di dalam faktor internal tersebut adanya hormon maksudnya ketika bahaya atau ancaman dirasakan, frustasi maksudnya gangguan atau kegagalan dalam mencapai tujuan, yang terakhir faktor eksternal

(32)

dimana didalam faktor eksternal tersebut adanya suasana keluarga yang tidak sehat maksudnya komunikasi dalam keluarga itu penting fungsinya bagi pembentukan pribadi anggota keluarga dengan komunikasi maka akan tercipta keluarga yang harmoni, Kemudian interaksi teman sebaya, dan pengaruh media televisi.

Menurut Mu’tadin dalam Supriyo (2008:69), terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan perilaku agresif pada diri seseorang antara lain:

1) Amarah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktifitas sistem saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat yang biasanya disebabkan adanya kesalahan, yang mungkin nyata-nyata salah atau mungkin juga tidak.

2) Kekecewaan, sakit fisik, penghinaan, atau ancaman sering memancing amarah dan akhirnya memancing agresi.

3) Ejekan dan ancaman merupakan pancingan yang jitu terhadap amarah yang akan mengarah pada agresi. Ejekan ini semakin lama semakin seru kalau rekan-rekan yang menjadi penonton juga ikut-ikutan memanasi situasi. Pada akhirnya bila salah satu tidak dapat menahan amarahnya maka ia mulai berupaya menyerang lawannya.

4) Gen tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku agresi.

5) Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat memperkuat atau menghambat sirkuit neural yang mengendalikan agresi.

6) Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan faktor keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku agresi.

7) Kesenjangan generasi, yaitu adanya perbedaan atau jurang pemisah antara generasi anak dengan orang tuanya dapat terlihat dalam bentuk hubungan komunikasi yang semakin minimal dan seringkali tidak nyambung. Kegagalan komunikasi orangtua dan anak diyakini sebagai salah satu penyebab timbulnya perilaku agresi pada anak.

8) Lingkungan, bila seorang anak dibesarkan dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku agresi mereka secara alami

(33)

mengalami penguatan. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari di kota besar. Misalnya diperempatan jalan dalam antrian lampu merah biasanya didatangi pengamen cilik yang jumlahnya lebih dari satu orang yang berdatangan silih berganti. Bila anak tersebut tidak diberi uang, biasanya anak tersebut akan memaksa dengan cara mengetuk ngetuk pintu kendaraan atau mungkin mencari pengendara.

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa faktor yang dapat menimbulkan perilaku agresif pada diri seseorang ada 8 faktor yaitu pertama adanya amarah, kedua kekecewaan, ketiga ejekan, keempat gen yang berpengaruh pada sistem neural otak yang mengatur perilaku agresi. Kelima sistem otak yang tidak terlibat dalam agresif ternyata dapat memperkuat atau menghambat sirkuit neural yang mengendalikan egresi, keenam kimia darah juga dapat mempengaruhi perilaku agresif, ketujuh kesenjangan generasi, dan ketujuh lingkungan apabila anak dibesarkan dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku agresif mereka secara alami mengalami penguatan. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari di kota besar.

d. Dampak Perilaku Agresif

Menurut sugiyono (2005:112) “seseorang bersikap agresif biasanyamemiliki tujuan yaitu kemenangan.Namun kemenangan tersebut harus dibayar dengan dampak yang tidak menyenangkan. Orang yang agresif akan dijauhi teman, atau bahkan keluarganya sendiri karena perilakunya sudah menyakiti orang lain”.

Perilaku agresif yang dilakukan individu akan berdampak dijauhi teman atau keluarga. Dapat dibayangkanjika seorang anak memiliki perilaku agresif maka anak tersebut akan dijauhi teman-temannya dan akhirnya menjadi anak yang terkucilkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Coie dalam Santrock (2002:347) bahwa “Anak-anak

(34)

yang ditolak adalah anak-anak yang tidakdisukai oleh teman-teman sebaya mereka. Mereka cenderung lebih bersifatmengganggu dan agresif dibandingkan anak-anak yang lain.”Anak-anak yangmemiliki perilaku agresif akan dijauhi teman-temannya dan bahkankeluarganya karena dianggap memiliki perilaku yang mengganggu dan menyakiti orang lain.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa perilaku agresif anak-anak yang tidak disukai oleh temna-teman sebaya mereka dan mereka cendrung lebih bersifat mengganggu. Oleh karena itu anak-anak yang berperilaku agresif ini akan dijauhi oleh teman-teman sebayanya.

Menurut pendapat Anantasari (2006 :67) mengenai dampak agresi adalah sebagai berikut :

1. Perasaan tidak berdaya

2. Kemarahan setelah menjadi korban perilaku agresif

3. Perasaan bahwa diri sendiri mengalami kerusakan permanen

4. Ketidakmampuan mempercayai orang lain dan ketidakmampuan menggalang relasi dekat dengan orang lain

5. Keterpakuan pada pikiran tentang tindakan agresif atau kriminal

6. Hilangnya keyakinan bahwa dunia dapat berada dalam tatanan yang adil

Selanjutnya Anantasari (2006 :96) juga memberikan penjelasan lebih lanjut tentang dampak perilaku agresif, sebagai berikut:

1. Ketergantungan pada perilaku

Ketika perilaku agresif memberikan suatu keuntungan seperti kesenangan dan penghargaan, maka seseorang menjadi tergantung pada perilaku tersebut.

(35)

Apabila pada masa kanak-kanak seseorang melakukan perilaku agresif maka masa selanjutnya perilaku agresif akan tetap tertanam dalam dirinya.

3. Menjadi model yang buruk

Ketika seseorang melakukan perilaku agresif ada kemungkinan orang lain meniru perilakunya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa dampak dari perilaku agresif yaitu ketergantungan pada perilaku, menjadi perilaku fondasi apabila pada masa kanak-kanak seseorang melakukan perilaku agresif maka masa selanjutnya perilaku agresif akan tetap tertanan dalam dirinya, menjadi modal yang buruk bagi individu tersebut dan memungkinkan orang lain meniru perilakunya. Individu ketergantungan kepada perilakunya sendiri, dan memberikan dampak yang buruk terhadap diri sendiri maupun lingkungan sekitar.

B. Bimbingan Kelompok Teknik Psikodrama I. Bimbingan Kelompok

a. Pengertian Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok merupakan salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling yang sangat bermanfaat dalam pengembangan wawasan siswa. Layanan bimbingan kelompok yang membahas topik-topik umum yang diberikan dalam suasana kelompok. Menurut Nurihsan (2003 : 31) bahwa, “Bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi ataupun aktivitas kelompok masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan sosial”.

Berdasarkan paparan di atas dapat dipahami, bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang membantu peserta didik untuk membahas masalah-masalah yang menyangkut

(36)

pribadi peserta didik, baik itu mengenai masalah terhadap pendidikan, pekerjaan maupun membahas mengenai masalah sosial individu. Menurut Ketut Sukardi (2008 : 64 ) bahwa bimbingan kelompok yaitu :

Layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing/konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai pelajar, anggot keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan paparan di atas dapat dipahami, bahwa layanan bimbingan kelompok adalah suatu layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai informasi dari pembimbing. Tujuan informasi tersebut untuk menunjang kehidupana yang lebih baik lagi bagai peserta didik, anggota keluarga dan masyarakat dalam pengambilan keputusan. Yusuf (2006: 50 ) juga mengatakan bahwa ”bimbingan kelompok yaitu pemberian bantuan kepada siswa melalui situasi kelompok. Masalah yang dibahas dalam bimbingan kelompok adalah yang bersifat “Common Problem”, masalah yang dialami bersama dan tidak adak rahasia, baik yang menyangkut masalah pribadi, sosial, belajar, maupun karir.

Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan layanan dilaksanakan secara kelompok dan dipimpin oleh pemimpin kelompok (guru BK atau konselor). Membahas topik-topik yang bermanfaat bagi peserta didik baik masalah tentang pribadi, belajar karir, dna sosial.

(37)

b. Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno, tujuan dalam bimbingan kelompok terdapat tujuan umum dan tujuan khusus.

a. Tujun umum

Tujuan umum dari layanan bimbingan kelompok adalah berkembangnya sosialisasi peserta didik, khususnya kemampuan komunikasi anggota kelompok. Selain tujuan tersebut yaitu untuk mengentaskan masalah peserta didik dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

b. Tujuan Khusus

Bimbingan kelompok bermaksud membahas topik-topik umum yang telah ditentukan oleh pemimpin kelompok. Secara khusus bimbingan kelompok bertujuan untuk :

a) melatih untuk mengemukakan pendapat di hadapan anggotanya b) melatih peserta didik dapat bersikap terbuka di dalam

kelompok

c) melatih peserta didik untuk dapat membina keakraban bersama anggota dalam kelompok khususnya dan teman di luar kelompok pada umumnya

d) melatih peserta didik untuk dapat mengendalikan diri dalam kegiatan kelompok

e) melatih peserta didik untuk dapat bersikap tenggang rasa dan bertoleransi dengan orang lain

f) melatih peserta didik memperoleh keterampilan sosial;

g) membantu peserta didik mengenali dan memahami dirinya dalam hubungannya dengan orang lain

h) melatih peserta didik untuk menjalin hubungan interpersonal dalam situasi kelompok dan dapat menumbuhkan daya kreatif peserta didik.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa tujuan umum, bimbingan kelompok tersebut yaitu berkembangnya sosialisasi peserta didik, khususnya kemampuan berkomunikasi anggota kelompok, kemudian tujuan khusus bimbingan kelompok adalah membahas topik-topik umum yang telah ditentukan pemimpin kelompok. Tujuan bimbingan kelompok menurut Tohirin secara

(38)

umum yaitu untuk membangun kemampuan bersosialisasi, khususnya, kemampuan berkomunikasi peserta layanan (peserta didik). Secara lebih khusus, layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang efektif, yakni peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal. Selanjutnya dapat disimpulkan tujuan bimbingan kelompok adalah untuk memandirikan konseli dalam hal mengatur hidupnya, kepercayaan dirinya maupun dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami secara umum bimbingan kelompok bertujuan untuk membangun kemampuan bersosialisai dengan baik khususnya kemampuan berkomunikasi antar peserta didik, sedangkan tujuan khusus, bimbingan kelompok untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku peserta didik.

c. Komponen Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok akan tercipta apabila memperhatikan komponen-komponen pendukung dalam pelaksanaan bimbingan kelompok. Prayitno (2012 : 153) mengemukakan adanya dua komponen penting dalam kelompok, antara lain :

1) Pemimpin Kelompok

Pemimpin kelompok adalah konselor yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan praktik konseling profesional. Sebagaimana untuk jenis layanan konseling lainnya, konselor memiliki keterampilan khusus menyelenggarakan bimbingan kelompok. Dalam bimbingan kelompok tugas pemimpin kelompok adalah memimpin kelompok yang bernuansa layanan konseling melalui “bahasa” konseling untuk mencapai tujuan konseling. Secara khusus, pemimpin kelompok diwajibkan menghidupkan dinamika kelompok diantara semua peserta

(39)

seintensif mungkin yang mengarah kepada pencapaian tujuan-tujun umum dan khusus.

2) Anggota Kelompok

Tidak semua kumpulan orang atau individu dapat dijadikan anggota bimbingan kelompok. Untuk terselenggaranya bimbingan kelompok seorang konselor perlu membentuk kumpulan individu menjadi sebuah kelompok yang memiliki persyaratan sebagaimana tersebut di atas. Besarnya kelompok (jumlah kelompok) dan homogenitas/heterogenitas anggota kelompok dapat mempengaruhi kinerja kelompok.

Berdasarkan Kutipan di atas dapat dipahami bahwa dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok adanya pemimpin kelompok yang terlatihn dan berwenang serta yang profesional untuk menyelenggarakannya agar tujuan bimbingan kelompok bisa tercapai sebagai mana mestinya. Pemimpin kelompok yang harus mempunyai wawasan yang luas serta bisa menghidupkan dinamika kelompok agar tercapainya tujuan dari layanan bimbingan kelompok.

d. Azaz Layanan Bimbingan Kelompok

Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok terdapat asas-asas yang diperlukan untuk memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan kegiatan bimbingan kelompok sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Apabila asaz-asaz ini tidak berjalan dengan baik maka tujuan yang ingin dicapai tidak maksimal. Menurut Munro (dalam Prayitno, 2012:162) asaz layanan bimbingan kelompok, sebagai berikut :

1) Kerahasiaan

Segala sesuatu yang dibahas dan muncul dalam kegiatan kelompok hendaknya menjadi rahasia kelompok yang hanya boleh diketahui oleh AK dan tidak disebarluaskan keluar kelompok. Seluruh AK hendaknya menyadari benar hal ini dan bertekad untuk melaksanakannya. PK dengan sungguh-sungguh hendaknya memantapakan asaz ini sehingga seluruh AK berkomitmen penuh untuk melaksanakannya.

(40)

2) Kesukarelaan

Kesukarelaan AK dimulai sejak awal rencana pembentukan kelompok oleh konselor (PK). Kesukarelaan terus-menerus dibina melalui upaya PK mengembangkan syarat-syarat kelompok yang efektif dan penstrukturan tentang layanan Bkp. Dengan kesukarelaan itu AK akan dapat mewujudkan peran aktif diri mereka masing-masing untuk mencapai tujuan layanan.

3) Asaz-asaz lain

Dinamika kelompok dalam Bkp semakin intensif dan efektif apabila semua AK secara penuh menerapkan asas kegaitan dan keterbukaan. Mereka secara aktif dan terbuka menampilkan diri tanpa rasa takut, malu maupun ragu. Dinamika kelompok semakin tinggi, berisi dan bervariasi. Masukan dan sentuhan semakin kaya dan terasa. Para peserta layanan Bkp semakin dimungkinkan memperoleh hal-hal yang berharga dari layanan ini. Asas kekinian memberikan isi aktual dalam pembahasan yang dilakukan. AK diminta mengemukakan hal-hal yang terjadi dan berlaku sekrang ini. Hal-hal atau pengalaman yang telah lalu dianalisis dan disangkut-pautkan kepentingan pembahasan hal-hal yang terjadi dan berlaku sekarang. Asas kenormatifan dipraktikkan berkenaan dengan cara-cara berkomunkikasi dan bertata krama dalam kegiatan kelompok dan dalam mengemas isi bahasan. Sedangkan asas kekinian diperlihatkan oleh PK dalam mengelola kegiatan dalam mengembangkan proses dan isi pembahasan secara keseluruhan.

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa asas dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok adalah asas kerahasiaan, maksudnya apa saja yang dibahas dalam kegiatan maka semua anggota kelompok dan juga pemimpin kelompok merahasiakan apa saja data yang dibahas dalam bimbingan kelompok tersebut, tidak boleh diketahui oleh orang lain. Asas kesukarelaan, maksudnya anggota kelompok secara sukarela dalam mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Selanjutnya anggota

(41)

kelompok secara sukarela mengemukakan pendapat atau memberikan masukan pada saat kegiatan layanan bimbingan konseling.

Sedangkan asas-asas lainnya, seperti asas keterbukaan anggota kelompok diminta atau secara sukarela untuk saling terbuka dengan anggota kelompoknya. Asas kekiniaan, maksudnya masalah yang dibahas setidaknya masalah-masalah yang sedang aktual, serta hal-hal yang terjadi dan berlaku sekarang ini. Asas kenormatifan, maksudnya pada saat melakukan kegiatan layanan bimbingan konseling, anggota kelompok diminta sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku, Sedangkan asas keahlian, merupakan keahlian pemimpin kelompok dalam melaksanakan kegiatan tersebut, oleh sebab itu pemimpin kelompok hendaknya orang yang profesional, agar adanya dinamika dalam kegiatan layanan berjalan dengan lancar.

e. Materi Layanan Bimbingan Kelompok

Materi layanan bimbingan kelompok yang akan dibahas tentu materi yang bersifat aktual dan hangat untuk dibicarakan serta materi yang berkaitan dengan masalah individu atau anggota kelompok yang akan dibahas dalam pelaksanaan layanan, sehingga setelah melaksanakan kegiatan ini anggota kelompok dapat mengambil manfaatnya dari materi yang telah dibahas. Melalui layanan bimbingan kelompok akan melahirkan dinamika kelompok yang dapat membahas berbagai hal yang berguna bagi peserta didik dalam bidang bimbingan (pribadi, sosial, belajar, dan karir). Menurut Hallen (2002 :87) materi tersebut antara lain :

a. Pemahaman dan pemantapan kehidupan keberagaman dan hidup sehat.

b. Pemahaman dan penerimaan diri sendiri dan orang lain sebagaimana adanya (termasuk perbedaan individu, sosial dan budaya serta permasalahannya).

(42)

c. Pemahaman tentang emosi, prasangka, konflik dan peristiwa yang terjadi di masyarakat, serta pengendaliannya/pemecahannya.

d. Pengaturan dan penggunaan waktu secara efektif (untuk belajar dan kegiatan sehari-hari, serta waktu senggang) e. Pemahaman tentang adanya berbagai alternatif

pengambilan keputusan, dan berbagai konsekuensinya. f. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar, pemahaman

hasil belajar, timbulnya kegagalan belajar dan cara-cara penanggulanggannya (termasuk EBTA, EBTANAS). Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami materi yang bisa di bahas dalam layanan bimbingan kelompok bisa dalam pribadi, sosial, dan karir. Agar individu ada pemahaman dna pemantapan tentang kehidupan, beserta pemahaman tentang emosi, prasangka, dan konflik yang terjadi di masyarakat.

Materi lain yang bisa dibahas dalam layanan bimbingan kelompok adalah pengenalan dan pengembangan sikap yang ada dalam diri individu. contohnya saja berinteraksi dengan baik. Dilingkungan sekolah tentunya siswa tidka terlepas dari interaksi. baik itu interaksi dengan teman-teman maupun denagn guru. Disinilah interaksi yang bagus dan positif sangat diperlukan, tujuannya agar siswa bisa diterima dengan baik oleh teman-temannya dilingkungan sekolah. Oleh karena itu dalam bimbingan kelompok dikenalkan bagaimana membentuk interaksi yang baik dna positif dalam diri siswa.

f. Tahapan-tahapan dalam Layanan Bimbingan Kelompok

Kegiatan bimbingan kelompok tidak akan berjalan secara efektif dan efisien tanpa didukung tahap-tahap perkembangan kegiatan kelompok. Jika setiap tahap dapat dilaksanakan dengan baik, dapat diketahui bahwa pelaksaaan kegiatan bimbingan kelompok sudah

(43)

berjalan dengan baik dan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Menurut Prayitno ( 2012 : 170 ) ada 5 tahapan pelaksanaan bimbingan kelompok yaitu :

1) Tahap Pembentukan, yaitu tahapan yang membentuk kerumunan sejumlah individu menjadi satu kelompok yang mengembangkan dinamika kelompok dalam mencapai tujuan bersama.

2) Tahap Peralihan, yaitu kegiatan untuk mengalihkan kegiatan awal kelompok ke kegaitan berikutnya yang lebih terarah pada pencapaian tujuan kelompok.

3) Tahap Kegiatan, yaitu tahapan kegiatan ini untuk membahas topik-topik tertentu.

4) Tahap Penyimpulan, yaitu tahapan kegiatan untuk melhat kembali apa yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok. peserta kelompok diminta melakukan refleksi berkenaan dengan kegaitan pembahasan yang baru saja mereka ikuti.

5) Tahap Pengakhiran, yaitu tahap akhir dari seluruh kegiatan. Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa dalam pelaksanaan bimbingan kelompok memiliki lima tahapan. Dimulai dari tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, tahap penyimpulan, dan tahap pengakhiran yang mana kelima tahap tersebut sangat diperlukan pada bimbingan kelompok.

g. Teknik dalam Layanan Bimbingan Kelompok

Pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan konseling bisa pemimpin kelompok melakukan teknik dalam kegiatan tersebut. Teknik yang diterapkan oleh pemimpin kelompok digunakan untuk merangsang pengembangan sikap anggota kelompok dalam mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok. Menurut Sukardi (2008:64-65), pelaksanaan layanan bimbingan kelompok, yaitu :

(44)

Pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan kelompok dapat dilaksanakan melalui kegiatan Home Room yang berfungsi untuk penyampaian informasi dan pengembangan, Psikodrama yang berfungsi untuk keperluan terapi untuk masalah-masalah psikologis, sosiodrama yang berfungsi untuk keperluan terapi bagi masalah-masalah konflik sosial.

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan kelompok bisa dilaksanakan melalui kegiatan Hoom Room untuk penyampaian informasi dan pengembangan, psikodrama untuk masalah-masalah psikologis, dan sosiodrama untuk keperluan terapi bagi masalah-masalah konflik sosial. Beberapa teknik dalam layanan bimbingan kelompok penulis hanya memakai teknik psikodrama dalam layanan bimbingan kelompok untuk mengurangi perilaku agresif siswa.

2. Teknik Psikodrama

a. Pengertian Teknik Psikodrama

Kegiatan layanan bimbingan kelompok bisa dilakukan dengan teknik psikodrama dalam masalah perilaku agresif.

Menurut Corey (dalam Affiyani, 2013: 101), psikodrama adalah “permainan peranan yang dimaksudkan individu yang bersangkutan dapat memperoleh pengertian lebih baik tentang dirinya, menyatakan kebutuhan-kebutuhannya, dan menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan terhadap dirinya, sehingga dapat menemukan konsep dirinya”. Selanjutnya Menurut Tatiek Romlah (2006:107):

Psikodrama merupakan permainan peranan yang dimaksudkan

agar individu yang bersangkutan dapat memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya, dapat menemukan konsep dirinya, menyatakan kebutuhan-kebutuhannya, dan menyatakan reaksinya terhadap tekanan-tekanan terhadap dirinya Dalam psikodrama individu yang mempunyai masalah

(45)

memerankan dirinya sendiri. psikodrama dilaksanakan untuk tujuan terapi atau penyembuhan

.

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami psikodrama merupakan permaian peran agar individu dapat memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya. psikodrama dilaksanakan untuk tujuan terapi atau penyembuhan, menyatakan kebutuhan-kebutuhannya, dan menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan dirinya. Menurut Willis (2011:16) psikodrama yaitu “suatu metode kelompok dengan menggunakan suatu media drama kejiwaan yang menyentuh sehingga berdampak positif bagi perubahan perilaku anggota kelompok, Lamanya psikodrama kurang 10 menit”. Dapat dipahami bahwa psikodrama tersebut adalah suatu metode kelompok dengan menggunakan suatu media drama kejiwaan yang berdampak positif bagi perubahan perilaku anggota kelompok tersebut.

Didalam psikodrama konseli memerankan situasi-situasi dramatis yang dialaminya pada waktu itu, sekarang, dan yang diantisipasikan akan dialami pada waktu yang akan datang, dengan tujuan untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam mengenai diriya dan melepaskan tekanan-tekanan yang dialami atau katarsis. Kejadian-kejadian yang penting dimainkan kembali agar konseli dapat mengenali perasaan-perasaannya dan dapat mengungkap perasaannya sepenuhnya sehingga terbuka jalan untuk terbentuknya perilaku baru. Kelompok psikodrama memberikan kesempatan pada anggota kelompok untuk menguji kenyataan, karena kelompok terdiri dari individu-individu dan situasi-situasi kehidupan yang nyata. Corey (2008) mengemukakan “pskodrama merupakan permainan peran agar individu dapat memperoleh pengertian lebih baik tentang dirinya,

(46)

dapat menemukan konsep pada dirinya, menyatakan kebutuhan-kebutuhannya dan menyatakan reaksinya terhadap tekanan-tekanan terhdapa dirinya”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa

psikodrama merupakan bermain peran agar individu dapat

memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya dan dapat menemukan konsep pada dirinya. Menurut Moreno psikodrama “memberikan kesempatan orang untuk melihat kehidupan pribadi dengan cara pandang berbeda setelah kehidupan pribadi itu didramakan dan dimainkan oleh orang lain yang berada dalam satu kelompok dengannya (Prawitasari, 2012 hal.177)”.

Berdasarakan pendapat di atas dapat dipahami bahwa

psikodrama merupakan memberikan kesempatan orang untuk melihat

kehidupan pribadi dengan cara pandang berbeda setelah kehidupan pribadi itu didramakan oleh orang lain yang berada dalam satu kelompok dengannya.

b. Manfaat Teknik Psikodrama

Metode psikodrama bersangkut-paut dengan perkembangan kehidupan kejiwaan (psikis) melalui metode ini anak didik memahami gejala kehidupan kejiwaan individu (psikodrama), serta menghilangkan ketegangan psikis yang dirasakan anak didik. Manfaat lain yang diambil dari psikodrama adalah :

a) Mendidik disiplin diri, karena mereka harus bersungguh-sungguh melakukan drama itu dengan disiplin yang baik. b) Melatih anak didik untuk bekerja sama dengan teman lain. c) Melatih keberanian dan percaya diri, karena suatu drama

ditentukan oleh faktor diri anak didik.

d) Memperbaiki bahasa anak didik supaya makin benar dan berbahasa indonesia yang baik.

(47)

e) Mengembangkan sikap kedewasaan pada anak didik, dan tidak tergantung lagi kepada siapapun termasuk guru.

f) Dapat disimpulkan manfaat ini adalah manfaat edukatif Menurut Willis (2013:112)

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa manfaat lain yang dapat diambil dari psikodrama adalah bisa mendidik dan disiplin diri pada anak, melatih anak didik untuk bekerja sama dengan teman yang lain, melatih keberanian dan percaya diri anak, memperbaiki bahasa anak didik supaya makin benar dan berbahasa indonesia yang baik dan benar, mengembangkan sikap kedewasaan pada anak didik dan tidak tergantung lagi kepada siapapun termasuk guru.

c. Komponen Psikodrama

Adapun komponen penting dari psikodrama dalam kemendikbud (2006:68)

a) Panggung, yakni tempat tiruan atau simbolis yang mewakili adegan-adegan masalah yang dialami peserta didik/konseli, yang cukup lama untuk memainkan peran psikodrama berlangsung.

b) Pemimpin psikodrama, yakni guru bimbingan dan konseling atau konselor atau orang yang dipandang kompeten, yang berperan sebagai sutradara untuk membantu pemegang peran utama, merencanaan pelaksanaan, mengamati dengan cermat perilaku pemain utama selama psikodrama berlangsung, membantu peserta didik/konseli mengungkapkan perasaaan secara bebas dan membuat interpretasi apa yang harus dilakukan pemeran utama.

c) Pemeran utama (Protagonis), yakni subjek utama dalam pemeran psikodrama yang bertugas memainkan kembali kegiatan penting yang dialami waktu lampau, sekarang, dan situasi yang diperkirakan akan terjadi, menentukan kejadian atau masalah yang akan dimainkan, dan melakukan peran secara spontan.

Gambar

Tabel 3.2  Sampel Penelitian
Tabel 3.6  Hasil Validitas Isi  Skala Perilaku Agresif  No
Tabel 4.23  Uji Normalitas
Tabel 4.24  ANOVA  ANOVA  PRETEST  Sum of  Squares
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan wawancara penulis dengan (Bapak. Ridwan, 10 Juni 2020) selaku Account Officer mengatakan bahwa selain mengenali nasabah secara langsung dengan melakukan

Sejalan dengan pendapat di atas menurut Shoimin dalam Nasruddin (2015:18) menyatakan bahwa reward sebagai alat pendidikan diberikan ketika seorang anak melakukan

Hal ini dapat terlihat dari 20 orang siswa yang mengikuti tes kemampuan komunikasi matematis di kelas kontrol 8 orang siswa sudah mampu dalam menggunakan

Adapun Indikator dan komponen kecerdasan verbal-linguistik menurut Midyawati (2017:133) menguraikan bahwa anak 1) senang berkomunikasi dengan orang lain baik dengan

Pelaksanaan Pembagian Tunjangan Hari Raya THR dari dana zakat, infak, sedekah, wakaf ZISWAF kepada Panitia Ramadhann Kasus yang penulis temukan di masjid Al-Falah Jorong

Berdasarkan hasil analisis angket respon siswa terhadap kemudahan pembelajaran menggunakan modul penemuan terbimbing, diperoleh bahwa : 1 Siswa sangat setuju bahwa modul

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, penjualan, dan nilai pasar

Pengertian akhlak dapat ditinjau dari dua segi yaitu dari segi bahasa dan istilah. Menurut bahasa akhlak berasal dari kata bahasa Arab yaitu jamak dari khilqun atau