47
BAB III
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
3.1 Pengkajian 3.1.1 Identitas Pasien
Pasien anak dari Ny. Y atas nama An. M berusia 10 bulan berjenis kelamin laki- laki dibawa ke IGD Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen oleh orang tuannya pada tanggal 18 Maret 2022, pasien adalah anak ke 2 dari pasangan Ny. Y dan Tn. A.
1.1.2 Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan an. M mengalami ruam kemerahan pada tubuhnya yang ditandai dengan adanya bintik-bintik bernanah paling banyak pada bagian paha. Ibu pasien mengatakan anaknya selalu mengangis/rewel dikarenakan ruam kulit yang dirasakan tersa gatal dan panas.
3.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Menurut penjelasan dari ibu pasien, An. M sebelum dibawa ke Rumah sakit mengeluh demam, badan terasa lemas dan pucat, serta nafsu makan berkurang dikarenakan An. M terdapat sariawan pada mulut dan bintik merah pada seluruh punggung selama kurang lebih 2 hari yang lalu, kemudian An. M dibawa ke Rumah Sakit Cakra Turen dengan kondisi badan lemas dan pucat pada pukul 18.00 WIB pada tanggal 17 Maret 2022, setelah dilakukan pemeriksaan dengan hasil An. M mengalami dehidrasi dokter menyarakan kepada ibu pasien agar dirujuk ke RS Wava Husada ,pada jam 01.10, 18 maret 2022 datang ke IGD RS Wava Husada dengan keluhan badan bintik-bintik merah diseluruh tubuh paling banyak dibagian paha, tidak disertai demam.
Pasien kemudian dirawat di Ruang Inap C Rumah Sakit Wava Kepanjen dengan No Rekam Medis 1212xxx. Saat dilakukan pengkajian An. M tampak rewel dan menangis.
Ibu pasien mengatakan An. M mengalami ruam kemerahan terasa panas dan gatal pada
48
tubuhnya yang ditandai adanya bintik-bintik dan nanah (vesikel) paling banyak diarea paha.
3.1.4 Riwayat Kesehatan yang lalu
Ibu pasien mengatakan anaknya dulu waktu lahir mengalami ikterik neonatorum (bayi kuning) sehingga pasien dilakukan perawatan dalam incubator selama kurang lebih 3 hari, ibu pasien mengatakan anaknya tidak mempunyai alergi, ibu pasien mengatakan anaknya tidak pernah terjadi kecelakaan, anaknya juga tidak pernah dilakukan tindakan operasi.
3.1.5 Riwayat Kebiasaan Pasien
a. selama di rumah
Ketika di rumah, pasien menghabiskan waktunya bermain ditemani oleh tante dan kakaknya ketika ditinggal orang tua bekerja, pasien mengatakan anaknya senang bermain.
b. ketika di rumah sakit
Ketika di rumah sakit, Ibu pasien mengatakan biasanya anaknya hanya terbaring di tempat tidur atau digendong orang tuanya, ketika bangun biasanya bermain yang dibawanya dari rumah .
3.1.6 Pemeriksaan Fisik
Pada hasil pemeriksaan fisik didapatkan GCS 456, TD : 100/60, Rr : 36, Nadi : 125, SpO2 : 98%, Suhu 36.2, BB : 8,7 kg. Pemeriksaan Wajah didapatkan vesikel paling banyak pada area pipi, tidak ada masalah atau kelainan pada mata, konjungtiva anemis yang menandakan pasien tidak mengalami hipovolemi, mata simetris, pupil isokor dengan ukuran 3. Pemeriksaan hidung didapatkan tidak ada vesikel, pendarahan atau pembengkakan, tidak terdapat pernafasan cuping hidung. Pemeriksaan mulut tampak terdapat ulkus (sariawan), dan tampak mulai pertumbuhan normal gigi seri tengah dan gigi seri samping, tidak terdapat pendarahan, bibir pecah-pecah, mukosa
49
bibir tampak sedikit kering berwarna merah muda. Pemeriksaan telinga tampak bentuk simetris, tidak terdapat lesi, nyeri tekan dan peradangan.
Pada Pemeriksaan Kepala fontanel masih belum tertutup semua, bentuk kepala simetris, tidak terdapat luka, maupun nyeri tekan. Pada pemeriksaan leher tampak simetris, terdapat beberapa vesikel, tidak terdapat peradangan, dan massa. Pada Pemeriksaan Thoraks/dada tampak bentuk torak (Normal chest), Susunan ruas tulang belakang (normal), Bentuk dada (simetris), keadaan kulit (kering) dan terdapat vesikel sebagian tampak pecah, tidak terdapat retrasksi otot bantu pernafasan, pola nafas (upnea/normal) 35x/menit, tidak terdapat sianosis dan batuk, getaran antara kanan dan kiri teraba sama pemeriksaan area paru sonor, Suara nafas Area Vesikuler (bersih).
Pada Pemeriksaan Jantung tidak terdapat Ictus cordis, Pulsasi pada dinding torak teraba kuat, pemeriksaan batas-batas jantung batas atas : ICS II, batas bawah : ICS V, batas kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra, batas kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra, bunyi jantung terdengar reguler (lup-dup). Pada Pemeriksaan Abdomen, tampak Bentuk abdomen cembung, terdapat vesikel kemerahan, tidak terdapat massa/Benjolan, abdomen tampak simetris, auskultasi bising usus : 20-25x/menit (N :5-30x/menit), palpasi teraba lunak, tidak ada nyeri tekan
Pada Pemeriksaan Genetalia tampak bersih, tidak ada lesi. Pada pemeriksaan Rektal tidak terdapat iritasi pada perianal. Pada Pemeriksaan Punggung dan Tulang Belakang Tidak terdapat kelainan bentuk tulang belakang, Tidak terdapat deformitas pada tulang belakang, tidak terdapat fraktur, terdapat nyeri tekan pada ruam. Pada Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal tampak simetris, tidak teradapat deformitas dan fraktur, kekuatan otot 5555, tidak terdapat oedem, terdapat vesikel yang meyebar.
Pada pemeriksaan fungsi pendengaran dan tengorokan didapatkan pasien bereaksi ketika diberi rangsang bunyi, tidak ada nyeri telan. Pada pemeriksaan nervus cranialis didapatkan Nervus I - Olfaktorius (pembau) = tidak ada masalah, Nervus II - Opticus (penglihatan) = px masih bisa melihat dengan jelas, Nervus III – Ocumulatorius
= mampu mengedipkan mata, Nervus IV- Throclearis = pergerakan mata pasien normal, Nervus V – Thrigeminus = mampu mengunyah makanan, Nervus VI-Abdusen = pergerakan mata pasien normal, Nervus VII – Facialis (ekspresi wajah) = px mampu senyum, Nervus VIII- Auditorius = bereaksi dengan suara ketika dipanggil, Nervus IX- Glosopharingeal = px masih bisa merasakan rasa buah manis, Nervus X – Vagus = px
50
mampu menelan, Nervus XI- Accessorius = px mampu menggerakkan kepala ke kanan dan ke kiri, Nervus XII- Hypoglosal = mampu menggerakan lidah
Pada pemeriksaan fungsi motorik Px mampu menggerakkan kaki kanan dan kiri serta tangan kanan dan kiri, fungsi sensorik pasien masih bisa merasakan sentuhan yang dilakukan menggunakan jari. Pada pemeriksaan kulit/integument terdapat lesi dan sianosis, parna kulit sawo matang, tekstur lembab, adanya nyeri tekan pada bagian kulit yang terdapat vesikel. Pemeriksaan rambut penyebaran merata, tidak berbau, tidak rontok, warna hitam. Pemeriksaan kuku warna kemerahan, kuku bersih, CRT kembali dalam <2 detik.
3.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Pasien dilakukan cek darah lengkap pada tanggal 18 Maret 2022, dan didapatkan hasil : Leukosit 8.42 10^3 uL ( N : 6000-17500 / µL ), Eritrosit 4.42 10^6 uL ( N : 4,1 juta – 5.5 juta µL ), Trombosit 368 10^3 uL ( N : 150.000 – 450.000 / µL ), Haemoglobin 11.8 gr/dl ( N : 11.3 – 14,1 gr/dl ), Haematokrit 34.5% ( N : 30 – 40 % ).
Pasien juga dilakukan pemeriksaan feses pada tanggal 18 maret 2022, didapatkan adanya bakteri batang cossus.
51
3.2 Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut b.d Agen Pencedara Fisik (D.0077)
1) Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lamat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang 3 bulan.
2) Data Subjektif : pasien terus mengeluhkan tangannya sakit, P:
terdapat ruam kulit kemerahan yang ditandai dengan bintik- bintik bernanah pada tubuhnya (vesikel) disekujur tubuh, Q : Nyeri terasa panas dan gatal, R : Seluruh tubuh, paling banyak di area paha, S : pasien menagis dan rewel dengan skala 10, T : nyeri terus-menerus, sejak 3 hari yang lalu, berlangsung selama 2 jam.
3) Data Objektif : selama dilakukan pengkajian pasien terus menangis dan rewel, pasien juga mulai terlihat susah tidur, pasien terlihat sangat gelisah, dan pasien terkadang tampak menggaruk.
b. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan b.d Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan integritas jaringan (D.0129)
1) Definisi : Kerusakan kulit ( dermis dan atau epidermis) atau jaringan (membrane mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul dan atau ligament).
2) Data Subjektif : ibu pasien mengatakan jika pasien anaknya mengalami ruam kemerahan pada rubuhnya yang ditandai dengan adanya vesikel, tampak sebagian pecah.
3) Data Objektif : Terdapat ruam kemerahan pada tubuh pasien, penyebaran vesikel merata keseluruh tubuh paling banya dibagian paha, tampsk sebagian vesikel pecah.
c. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan (D.0019)
1) Definisi : Asupan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
52
2) Data Subjektif : ibu pasien mengatakan jika nafsu makan pasien menurun, porsi makan hanya sebagian dikonsumsi, dan anaknya mengalami sariawan.
3) Data Objektif : Pengkajian ABCD nutrisi pasien : -Antropometri :TB : 76 cm
BB awal : 10 Kg Bb sakit : 8,7 Kg Penurunan : <10%
-Biochemical : Leukosit : 8.42/uL, Trombosit : 368/uL, Hb : 11.8 g/dL, Ht : 34.5%
-Clinical Assesment :Rambut hitam kecoklatan dan kering, turgor kulit menurun dan kendur, muksa bibir kering, dan terdapat ulkus bagian dalam.
-Diet : Ibu pasien mengatakan pasien makan nasi lemas, sayur, lauk pauk, dan selingan roti , susu formula.
d. Risiko infeksi b.d Kerusakan intregitas kulit (D.0142)
1) Definisi : Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.
2) Data Subjektif : ibu pasien mengatakan jika pasien mengalami ruam kemerahan pada rubuhnya yang ditandai dengan adanya vesikel, tampak sebagian pecah.
3) Data Objektif : Terdapat ruam kemerahan pada tubuh pasien, penyebaran vesikel merata keseluruh tubuh paling banya dibagian paha, tampak sebagian vesikel pecah, pasien tampak beberapa kali menggaruk.
3.3 Rencana Keperawatan
53
Bedasarkan diagnosa yang ditegakkan, dilakukan perencanaan keperawatan untuk menunjang kesembuhan pasien yang dirumuskan dengan buku Standart Intervensi Keperawatan Indonesia pada pasien An. M yaitu :
1. Pada diagnosa nyeri akut b.d agen penecedara fisik dirumuskan rencana keperawatan manajemen nyeri, Setelah dilakukan intervensi selama 1x8 jam pasien diharapkan kriteria tingkat nyeri menurun dengan keluhan nyeri menurun, meringis menurun, gelisah menurun, nafsu makan membaik dan pola tidur membaik. Sehingga intervensi yang tepat untuk mengatasi diagnosa yang diambil yaitu manajemen nyeri, yang mencangkup :
a. Observasi : Identifikasi lokasi, karakteristik durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi respons nyeri non verbal, identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri, identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri, identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup, monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan, monitor efek samping penggunaan analgetik
b. Terapeutik : Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat dingin, terapi bermain. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan). Fasilitasi istirahat dan tidur, Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
c. Edukasi : Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, Jelaskan strategi meredakan nyeri, Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri, Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat, Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi : Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Pada diagnosa Gangguan integritas kulit b.d kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan integritas jaringan. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x8 jam diharapkan integritas kulit meningkat dengan kriteria hasil, kerusakan lapisan kulit menurun, kemerahan menurun,
54
suhu kulit membaik. Sehingga intervensi yang tepat untuk mengatasi diagnosa yang diambil yaitu perawatan integritas kulit dan perawatan luka, yang mencangkup :
a. Observasi : Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit.
b. Terapeutik : Ubah posisi setiap 2 jam tirah baring, gunakan produk berbahan patrolium atau minyak pada kulit, gunakan produk berbahan ringan atau alami dan hipoalergi pada kulit sensitife
c. Eduaksi : Menganganjurkan minum air putih yang cukup, meningkatkan nutrisi, anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur, anjurkan mandi dan menggunakan sabun.
Intervensi kedua yang dapat dilakukan adalah perawatan luka : d. Observasi : Monitor karakteristik luka, monitor tanda-tanda infeksi e. Terapeutik : Bersihkan dengan Nacl atau pembersih nontoksik, berikan salep yang sesuai kekulit, pertahankan Teknik steril saat melakukan rawat luka
f. Edukasi : Jelaskan tanda dan gejala infeksi, Anjurkan mengonsumsi makan tinggi kaliuum dan protein
g. Kolaborasi : Kolaborasi prosedur debridement, dan kolaborasi pemberian antibiotic
3. Pada diagnosa Defisit nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan menelan makanan. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x8 jam diharapkan status nutrisi pasien meningkat dengan kriteria hasil, Porsi makan yang dihabiskan, sariawan menurun, dan berat badan membaik. Sehingga intervensi yang tepat untuk mengatasi diagnosa yang diambil yaitu manajemen nutrisi, yang mencangkup:
a. Observasi : Identifikasi status nutrisi, identitifikasi alergi dan intoleransi makanan, identifikasi makanan yang disukai, identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient, identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric, monitor asupan makana, monitor berat badan, monitor hasil pemeriksaan laboratorium
b. Terapeutik : Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu, fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan), sajikan makanan
55
secara menarik dan suhu yang sesuai, berikan makanan yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi, berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein, berikan suplemen makanan, jika perlu, hentikan pemnerian makanan melalui selang nasogastric jika asupan oral dapat ditoleransi c. Edukasi : Anjurkan posisi duduk, jika mampu, ajarkan diet yang diprogramkan.
d. Kolaborasi : Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.
Pereda nyeri,antiemetic), jika perlu, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu.
4. Pada diagnosa Risiko infeksi berhubungan dengan Kerusakan integritas kulit, Setelah dilakukan intervensi selama 1x8 jam pasien diharapkan kriteria tingkat infeksi menurun dengan keluhan demam menurun, kemerahan menurun, nyeri menurun. Sehingga intervensi yang tepat untuk mengatasi diagnosa yang diambil yaitu pencegahan infeksi, yang mencangkup :
a. Observasi : Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik.
b. Terapeutik : Batasi jumlah pengunjung , berikan perawatan kulit pada area edema, cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien, pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi.
c. Edukasi : Jelaskan tanda dan gejala infeksi, ajarkan cara mencuci tangan dengan benar, ajarkan etika batuk, ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka oprasi, anjurkan meningkatkan asupan nutrisi, anjurkan meningkatkan asupan cairan.
d. Kolaborasi : Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu.
1.4 Implementasi Keperawatan
Bedasarkan rencana keperawatan yang sudah dirumuskan dilakukan tindakan sesuai dengan intervensi yang dipilih, Implementasi dilakukan 19 Maret 2022.
1. Pada diagnosa nyeri akut b.d agen penecedara fisik dilakukan implementasi : Perawat datang jam 08.00, mengucap salam, memperkenalkan nama dan asal, menjelaskan prosedur pengkajian dan tindakan beserta kontrak waktu kurang lebih 30 menit, meminta kesediaan dilakukan pengkajian dan tindakan, menutup sketsel untuk menjaga privasi, menanyakan kabar pasien beserta yang
56
jaga, menanyakan apakah ada keluhan baru yang muncul, mengidentifikasi lokasi,karaktersitik frekuensi dan kualitas nyeri, mengidentifikasi respon nyeri dengan non verbal, yang mana pasien menangis dan selalu rewel jika ruam.vesikel sedang kambuh. Memfasilitasi pola tidur pasien, memberikan pemberian obat antrain 3x sehari 100mg injeksi.
2. Pada diagnosa Gangguan intergritas kulit b.d kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan integritas kulit dilakukan implementasi:
Perawatan integritas kulit yang dilakukan dengan mengidentifikasi penyebab gangguan integritas kulit yang mana ibu pasien mengatakan awalnya pasien demam kemudian muncul bintik-bintik kemerahan pada are punggung saja sejak 2 hari yang lalu, kemudian menyebar keseluruh tubuh pada hari ke 3 hingga pasien MRS. Sudah dilakukan dengan mengubah posisi pasien setiap 2 jam sekali, namun pasien tampak kesakitan ketika kulit sedang kambuh terasa gatal dan panas. Pasien sudah disaran mengunakan prosuk berbahan patrolium atau minyak, mengajarkan pada orang tua pasien untuk menggunakan produk berbahan ringan atau alami dan hipoalergi. Pasien sudah diberitahukan beserta orang tuanya untuk meminum air/susu yang cukup, namun selama di RS ibu pasien mengatakan minum sedikit. Pasien dan keluarga sudah menganjurkan meningkatkan nutrisi pasien namun hasilnya pasien hanya sebgaian porsi saja.
Implementasi perawatan luka pada pasien dengan memonitor karakteristik luka yang mana luka berupa ruam kemerahan dan bintik-bintik (vesikel) menyebar di sekujur tubuh, tampak sebagian vesikel pecah karena garukan dan mengeluarkan cairan. Ketika dilakukan monitor tanda-tanda infeksi didapatkan suhu 36,7oC, kemudian tampak cairan pada vesikel yang sebagian keluar akibat efek pecah karena garukan. Luka dibersihkan atau kompres dengan Ns 100setiap pagi, serta pemberian zalf acyclovir 3x sehari dan zalf racikan dari doktor spesialis anak RS Wava Husada.
3. Pada diagnosa defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan dilakukan implementasi : Identifikasi status nutrisi, identifikasi makanan yang disukai, teraupetik : berikan suplemen makanan jika perlu, paien diberikan Apyaliszic 1x0.6ml untuk suplemen tambahan nutrisi yang mengandung multivitamin dan mineral, pasien diberikan obat edukasi : kolaborasi
57
pemberian obat antimetik jika perlu, pasien diberikan obat ondansentron per IV 3x1mg untuk mencegah mual dan muntah.
4. Pada diagnosa risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit dilakukan implementasi : monitoring tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik, suhu 36,7C, ibu pasien mengatakan anaknya mengalami sariawan.
Membatasi jumlah pengunjung, yang mana pasien dirawat di kamar isolasi dengan jumlah pengunjung terbatas, cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien, edukasi terkait tanda dan gejala infeksi, menganjurkan meningkatkan asupan cairan, dan kolaborasi pemberian obat, pasien diberikan Candistatin 3x0.5 per oral untuk mengobati jamur yang ada dirongga mulut.
3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan untuk melihat hasil dari intervensi yang sebelumnya telah diberikan, evaluasi memiliki 2 hasil yaitu masalah teratasi atau masalah belum teratasi, jika masalah teratasi maka pada bagian perencanaan lanjutan dapat memberikan implementasi terapi lanjut atau intervensi dihentikan. Penulisan evaluasi dapat diisi dengan metode SOAP yaitu subjektif, objektif, assesmen, dan planing. Jika masalah belum teratasi maka dapat memberikan intervensi tambahan, evaluasi dilakukan pada tanggal 19 Maret 2022.
1. Pada diagnosa nyeri akut b.d agen penecedara fisik setelah dilakukan implementasi didapatkan
a. S : ibu pasien mengatakan pasien masih sering rewel dan menangis kerena sakit kulit di seluruh badan terasa panas dan gatal
b. O : keluhan nyeri masih meningkat, pasien meringis meningkat, gelisah pasien cukup menurun, nagsu makan pasien sedang serta pola tidur pasien sedang
c. A : masalah teratasi sebagaian
d. P : melanjutkan intervensi pemberian obat sesuai advise Dokter
2. Pada diagnosa Gangguan intergritas kulit b.d kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan integritas jaringan setelah dilakukan implementasi didapatkan
58
a. S : ibu pasien mengatakan masih banyak vesikel ditubuh anaknya dan sebagian pecah
b. O : kerusakan lapisan kulit cukup meningkat, kemerahan cukup meningkat dan suhu kulit membaik
c. A : masalah belum teratasi
d. P : Lanjutkan intervensi dan monitor tanda infeksi pasien
3. Pada diagnosa defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan setelah dilakukan implementasi didapatkan
a. S : ibu pasien mengatakan anaknya mengalami sariawan sehingga nafsu makan menurun, ibu pasien meberikan makan sediki-sedikit tapi sering b. O : Porsi makan dihabiskan sebagian, pasien mengalami sariawan c. A : masalh belum teratasi
d. P : Lanjutkan intervensi
4. Pada diagnosa Risiko infeksi berhubungan dengan Kerusakan integritas kulit setelah dilakukan implementasi didapatkan
a. S : Ibu pasien mengatakan anaknya tidak demam, vesikel sebagian pecah karena garukan, pasien sempat diaere kemarin pada tanggal 18-3-2022, 18.00 Hasil lab menunjukan bakteri batang, coccus
b. O : Pasien tidak demam, kemerahan sedang, dan nyeri masih meningkat, pasien tampak rewel dan menangis
c. A : masalh belum teratasi
d. P : Lanjutkan intervensi, monitor tanda dan gejala infeksi.