commit to user
i
KONTRIBUSI PENGUSAHA EMAS DALAM PENERIMAAN
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI KANTOR PELAYANAN
PAJAK PRATAMA SURAKARTA
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya
Program Studi Diploma III Perpajakan
Oleh:
Gilang Canidia Primandana
F3409036
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
ABSTRACT
CONTRIBUTION OF GOLD BUSINESS IN VALUE ADDED TAX AS A REVENUE IN TAX OFFICE PRATAMA SURAKARTA
Gilang Canidia Primandana
F3409036
Value Added Tax is a tax that be awarded by all people who have importance to pay it including the income under the personal exemption (taxable income). It is happening in the corporate world trade, one of which is the gold trading business. Now, gold is highlight trading bussines because it is a part of most people’s lifestyle. As a result, we can find gold businessmen in Surakarta.
Therefore, the authors conducted a study that aims to determine how large the contribution of the gold business in Value Added Tax revenues in the Tax Office Pratama Surakarta.
Based on calculations analitical, the contribution of Value Add Tax as a revenue in Tax Office Pratama Surakarta is still poor. It means that awareness from gold businessmen to pay tax is still lacking. Based on the result of research, the researcher gives some suggestions such as increasing the tax extension, excavation of potential tax and increase cooperation among sub-section.
commit to user
commit to user
commit to user
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Masa depan itu dibeli oleh masa sekarang. ~ Samuel Johnson
Agama tanpa ilmu adalah buta. Ilmu tanpa agama adalah lumpuh. ~ Albert Einstein
Kuncara Ruming Bangsa Dumunung ing Luhuring Budaya ~ UKM BKKT UNS
Syahadat dan Al-Fatihah, jangan lupa! ~ Nasihat Ibu
Penulis persembahkan kepada:
§ Kedua Orang Tua
§ Keluarga
§ endudh
§ Teman-teman Perpajakan ‘09
§ Teman-teman UKM BKKT UNS
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Laporan Tugas Akhir dengan judul Kontribusi Pengusaha Emas
dalam Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Surakarta ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar
Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada kesempatan ini penulis sampaikan rasa terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu penyusunan laporan tugas akhir ini:
1. Bapak Prof. Dr. Wisnu Untoro, M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. Hanung Triatmoko, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi DIII
Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Drs. Hanung Triatmoko, M.Si, Ak selaku dosen pembimbing Tugas
akhir.
4. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
5. Bapak Teguh Budiharto selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
commit to user
vii
6. Seluruh pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta.
7. Orang Tua dan keluarga penulis.
8. Teman-teman seperjuangan pajak’09
9. enduudh, yang tidak bosan dalam memberikan dukungan, motivasi, masukan,
doa, dan semangat
10. Teman-teman UKM BKKT UNS
11. Semua pihak yang telah berkenan memberikan bantuan namun tidak dapat
disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari jika dalam penyusunan tugas akhir ini ini masih jauh dari
kesempurnaan. Sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak sangat diharapkan.
Pada akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Semoga laporan ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi pembelajaran kita semua. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta,
commit to user
a. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta ... 1
b. Lokasi Instansi ... 4
c. Tugas Pokok Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta ... 4
d. Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta ... 5
e. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta ... 6
f. Struktur Organisasi ... 6
g. Deskripsi Jabatan ... 12
B. Latar Belakang ... 20
commit to user
ix
D. Tujuan Penelitian ... 24
E. Manfaat Penelitian ... 25
BAB II: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka ... 26
a. Pajak ... 26
1. Definisi Pajak ... 26
2. Fungsi Pajak ... 27
3. Syarat Pemungutan Pajak... 28
4. Pengelompokan Pajak ... 29
5. Dasar Pemungutan Pajak ... 30
6. Tata Cara Pemungutan Pajak ... 31
7. Sistem Pemungutan Pajak ... 32
8. Perlawanan Terhadap Pajak ... 32
b. Garis Besar Pajak Pertambahan Nilai ... 34
1. Dasar Hukum Pemungutan PPN pada Pengusaha Emas ... 34
2. Subjek dan Objek PPN ... 35
3. Tarif PPN ... 38
c. Pengertian Kontribusi ... 38
B. Analisis Data dan Pembahasan ... 39
a. Gambaran Wajib Pajak ... 39
b. Pengenaan PPN atas Penyerahan Emas Perhiasan ... 43
commit to user
x
d. Hambatan yang Ditemui dalam Pemungutan Pajak Pertambahan
Nilai pada Pengusaha Emas ... 49
BAB III: TEMUAN
A. Kelebihan ... 51
B. Kelemahan ... 52
BAB IV: PENUTUP
A. Simpulan ... 53
B. Rekomendasi ... 53
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
II.1 Daftar Pengelompokan Pengusaha Emas ... 39
II.2 Daftar Jumlah Wajib Pajak Terdaftar berdasar Kode
Pengelompokan Pengusaha Emas ... 41
II.3 Perkembangan Jumlah Pengusaha Kena Pajak dari Jumlah Wajib
Pajak Terdaftar ... 43
II.4 Contoh Perhitungan PPN pada Pengusaha Emas Perhiasan ... 46
II.5 Perbandingan Jumlah Wajib Pajak Pengusaha Emas Terdaftar
dengan Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dari Pengusaha
Emas ... 46
II.6 Kontribusi Pengusaha Emas terhadap Total Penerimaan Pajak
commit to user
xii
DAFTAR GA MBAR
GAMBAR Halaman
I.1 Gambar Bagan Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Surakarta... 8
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Pernyataan Tugas Akhir
2. Surat Permohonan Ijin Magang
3. Surat Balasan Permohonan Ijin Magang
4. Formulir Nilai Magang
commit to user
xiv BAB I
PENDAHULUAN
A. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
a. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta telah ada
sejak lama dengan berbagai nama dan istilah. Sebelum tahun 1966,
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta berstatus sebagai
Kantor Dinas Luar Tingkat I (KDL Tk. I) Surakarta dibawah
wewenang wilayah kerja dari Kantor Inspeksi Keuangan Yogyakarta.
Pada tahun 1966 karena semakin banyaknya jumlah Wajib Pajak
dan jumlah penerimaan pajak, Kantor Dinas Luar (KDL Tk. I)
Surakarta ditingkatkan menjadi Kantor Inspeksi Keuangan (KIK)
Surakarta yang membawahi diantaranya KDL Tk. I Klaten. Pada akhir
tahun 1966 semua istilah Kantor Inspeksi Pajak Surakarta berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 tentang Organisasi dan Tata
Kerja DJP berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Surakarta type A
dengan wilayah kerja yang meliputi Kotamadya Surakarta, Kabupaten
Karanganyar, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Sragen.
Sehubungan dengan reorganisasi di lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak, KPP Surakarta telah berubah menjadi Kantor
commit to user
xv
Pratama Surakarta yang terletak di Jalan Kyai Haji Agus Salim No.1
Surakarta dibentuk berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pajak
Kep-141/PJ/2007 yang ditetapkan pada tanggal 3 Oktober 2007
tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan Saat Mulai
Beroperasinya Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah II dan Kantor
Palayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan di lingkungan
Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah I Kantor Wilayah DJP Jawa
Tengah II, Kantor Wilayah DJP Daerah Istimewa Yogyakarta. Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Surakarta mulai beroperasi tahun 30 Oktober
2007 dan sampai saat ini KPP Pratama Surakarta sudah meliputi
wilayah kerja 5 kecamatan yaitu: Laweyan, Jebres, Serengan, Pasar
Kliwon dan Banjarsari.
Pembentukan KPP Pratama, merupakan bagian dari program
reformasi birokrasi perpajakan yang sifatnya komprehensif dan telah
berjalan sejak tahun 2002 ditandai dengan terbentuknya Kantor
Wilayah (Kanwil) dan Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar.
Pembentukan KPP Pratama lanjutan dilandasi oleh terbitnya
SE-19/PJ/2007 tanggal 13 April 2007 tentang Persiapan Penerapan Sistem
Administrasi Perpajakan Modern pada Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak (DJP).
Pembentukan Kantor Palayanan Pajak Pratama di Seluruh
Indonesa mulai dilakukan di tahun 2007-2008. Perubahan yang
commit to user
xvi
informasi dan komunikasi, sarana dan prasarana serta manajemen
sumber daya manusia. Perbaikan dalam struktur DJP terefleksi pada
karakter kantor modern antara lain adanya Account Representative
untuk pelayanan Kepada Wajib Pajak, penerapan Kode Etik Pegawai
yang diawasi oleh komite kode etik pegawai, dan sistem penggajian
yang lebih baik.
Pada tanggal 1 April 1989 berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor: 276/KMK.01/1989 tentang organisasi dan tata kerja
Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Surakarta dipecah
menjadi:
1. Kantor Pelayanan Pajak Surakarta Tipe B dengan wilayah kerja
sebagai berikut:
a) Kotamadya Surakarta
b) Kabupaten Karanganyar
c) Kabupaten Surakarta
2. Kantor Pelayanan Pajak Klaten dengan wilayah kerja sebagai
berikut:
a) Kota Administrasi Klaten
b) Kota Boyolali
c) Kabupaten Sukoharjo
commit to user
xvii
3. Unit Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (UPP) Surakarta tipe B,
dengan wilayah kerja seeks-Karesidenan Surakarta (wilayah kerja
Kantor Inspeksi Pajak Surakarta).
Kantor Pelayanan Pajak Pratama merupakan penggabungan tiga
jenis unit kantor yang berbeda yakni gabungan dari Kantor Pelayanan
Pajak(KPP), Kantor Pelayanan Bumi dan Bangunan (KPPBB) dan
Karikpa (Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak) dengan
masing-masing seksi.
b. Lokasi Instansi
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta berlokasi di
Jalan Kyai Haji Agus Salim Nomor 1 Surakarta 57147, Telepon
(0271) 717522/ 718400/ 720821, Faximile (0271) 728436, Homepage
DJP: www.pajak.go.id.
c. Tugas Pokok Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta
Melaksanakan pelayanan, pengawasan administrative, dan
pemeriksaan sederhana terhadap wajib pajak dalam bidang Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam
wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
commit to user
xviii
d. Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta
1. Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi
perpajakan, pengamatan potensi perpajakan, dan ekstensifikasi
wajib pajak.
2. Penelitian dan penatausahaan surat pemberitahuan tahunan, surat
pemberitahuan masa serta berkas wajib pajak.
3. Pengawasan pembayaran masa Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak
Tidak Langsung Lainnya.
4. Penatausahaan piutang pajak, penerimaan penagihan, penyelesaian
keberatan, penatausahaan banding, dan penyelesaian restitusi Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang
Mewah dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.
5. Pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi perpajakan.
6. Penerbitan surat ketetapan pajak.
7. Pembetulan surat ketetapan pajak.
8. Pengurangan sanksi pajak.
9. Penyuluhan dan konsultasi perpajakan.
10. Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
commit to user
xix
e. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta
1. Visi
Dalam menjalankan tugas-tugasnya Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Surakarta mengacu pada visi Direktorat Jenderal
Pajak yaitu “Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan
system administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan
dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang
tinggi”.
2. Misi
Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta yaitu
“Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan
Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian
pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui
sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien”.
3. Nilai
“Profesionalisme Integritas Teamwork Inovasi”
4. Tujuan
Tujuan yang akan dicapai KPP Pratama Surakarta adalah
mengoptimalkan penerimaan pajak di Kota Solo.
f. Struktur Organisasi
Dalam setiap instansi baik pemerintah maupun swasta perlu
ditetapkan adanya struktur organisasi. Pengertian struktur organisasi
commit to user
xx
didalamnya terdapat pejabat, tugas dan tanggungnjawab yang
masing-masing mempunyai peranan tertentu dalam kesatuan yang utuh.
Adapun kegunaan struktur organisasi untuk mengatasi status
dan kedudukan pegawai serta struktur organisasi juga menetapkan
kelancaran jalannya pelaksanaan proses pekerjaan masing-masing
karyawan mengetahui benar tugas yang dibebankan dan mereka
mampu mengerjakan pekerjaan itu sampai selesai. Untuk lebih
commit to user
commit to user
xxii Gambar Ι.2
Gambar Jabatan dan Nama Karyawan
JABATAN NAMA KARYAWAN
Kepala Kantor Teguh Budiharto
Sub Bagian Umum Kassubag Umum : Yul Heriawan
1. Triatmoko Yusuf Cahyono (Pelaksana)
2. Sri Mulati Handayani (Pelaksana)
3. Gunawan (Pelaksana)
4. Nova Ratnawati Hamidah (Pelaksana)
5. Sri Rahayuningsih (Pelaksana)
6. Maharani Dhanarsita (Pelaksana)
7. Metta Phana Adhani (Pelaksana)
8. Ambar Sarastri (Bendaharawan)
Seksi Pelayanan Kasi : Dwi Joko Pamilih
1. Suharyono (Pelaksana)
2. Soegiyanto (Pelaksana)
3. Mardita Ravelra Putri (Pelaksana)
4. Sumiarsih (Pelaksana)
5. Ully Rachmawaty (Pelaksana)
6. Diyah Susilowati (Pelaksana)
7. Retno Wulandari (Pelaksana)
8. Mulia Dewi (Pelaksana)
9. Sapari (Pelaksana)
10. Endang Sri Bandarti (Pelaksana)
11. Sri Widayati (Pelaksana)
12. Yenny Syamsul (Pelaksana)
13. Fajar Putra Hima (Pelaksana)
14. Dedi Heri Purnomo (Pelaksana)
Seksi PDI Kasi : Agung Sumaryawan
commit to user
xxiii
2. Krisriandi Muslih (Operator Console)
3. Dharmanto (Pelaksana)
4. Marimin (Pelaksana)
5. Dewi Setyawati (Pelaksana)
6. Sridadi (Pelaksana)
7. Sutowo (Pelaksana)
8. Budi Sri Andiyati (Pelaksana)
9. Ali Mursidi (Operator Console)
Seksi Ekstensifikasi Kasi : M. Muhtar Jamali
1. Handono (Pelaksana)
2. Maryatin (Pelaksana)
3. Slamet Santoso (Pelaksana)
4. Slamet Prastio (Penilai PBB)
5. Yanuar Kurniawan (Penilai PBB) Seksi Waskon Ι Kasi : Soelistijo
1. GregoriusYerusalem (Account
Representative)
2. Atiek Yuni Indriani (Account
Representative)
3. Antonius Winarno (Account
Representative)
4. Suharni (Account Representative)
5. Sigit Ihwan Prasetyo (Account
Representative)
6. Roni Risdiyanto (Account Representative)
7. Endang Wijayanti (Account Representative) Seksi Waskon ΙΙ Kasi : Anggara Edi Pamungkas
1. Andriani Retno Kusumoastuti (AR)
2. AgusWibowo (Account Representative)
commit to user
xxiv
Representative)
4. Agus Novianto (Account Representative)
5. Atin Dwijayanti (Account Representative)
6. Muh. Jamaludin Malik (Acc.
Representative)
7. Eko Wahyuni (Pelaksana) Seksi Waskon ΙΙΙ Kasi : Yusuf Sarnoto
1. Rita Agustina SR (Account Representative)
2. Yubi Safitri (Account Representative)
3. Sardi (Account Representative)
4. Sri Rahayu (Account Representative)
5. Urip Widodo (Account Representative)
6. Muh. Nur Agus SH (Account
Representative)
7. Siti Handayani (Account Representative)
8. Wardi (Account Representative)
9. Aris Priyono (Pelaksana) Seksi Waskon ΙV Kasi : Yul Heriawan
1. Paulus Surawan H (Account
Representative)
2. Dewi Ekorini (Account Representative)
3. Indarjo (Account Representative)
4. Widadi (Account Representative)
5. Farida Sekarning RD (Account
Representative)
6. Agus Winarno (Account Representative)
7. Rustinah (Account Representative)
8. Heru Wardoyo(Pelaksana)
Seksi Pemeriksaan Kasi : Joko Pitoyo
commit to user
xxv
Seksi Penagihan Kasi : Joko Pitoyo
1. Teguh Adi Wibowo (Pelaksana)
2. Wakidi (Pelaksana)
3. Edi Sumiyanto (Juru Sita)
4. Wisnu Cahyono (Juru Sita)
Sumber: KPP Pratama Surakarta
g. Deskripsi Jabatan
1. Waskon (Pengawasan dan Konsultasi)
Pada bagian ini secara umum memberikan pelayanan kepada WP
yang berupa bimbingan atau penyuluhan. selain itu ada tugas
pengawasan yang berupa kepatuhan pembayaran dan pelaporan, juga
melakukan penggalian potensi berdasar hasil pengawasan dan
bimbingan. Berdasarkan wilayah di kota Surakarta, maka Seksi Waskon
di KPP Pratama Surakarta ini dibagi menjadi 4 :
a) Waskon I untuk wilayah Kecamatan Laweyan
b) Waskon II untuk wilayah Kecamatan Jebres
c) Waskon III untuk wilayah Kecamatan Serengan dan Pasar Kliwon
d) Waskon IV untuk wilayah Kecamatan Banjarsari
Waskon mempunyai rincian tugas sebagai berikut:
a) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk di Seksi
Pengawasan dan Konsultasi, serta menyusun estimasi penerimaan
commit to user
xxvi
b) Menyelesaikan permohonan keberatan, pembetulan ketetapan,
pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi PPh, PPN dan
PPnBM di KPP.
c) Menyelesaikan permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan
pajak yang tidak benar PPh, PPN dan PPnBM di KPP.
d) Menyelesaikan permohonan pengurangan/ penghapusan sanksi
administrasi PBB, perubahan metode pembukuan.
e) Melayani permintaan perubahan tahun buku pertama, pemusatan
PPN, permohonan Surat Keterangan Fiskal WP Non Bursa.
f) Menyelesaikan pemberian ijin pembubuhan tanda bea materai lunas
baik dengan mesin teraan materai, teknologi percetakan, maupun
dengan sistem komputerisasi.
g) Menyelesaikan permohonan penambahan deposito baik dengan
mesin teraan materai teknologi percetakan, maupun dengan sistem
komputerisasi.
h) Menetapkan angsuran PPh Pasal 25 WP Bank, sewa guna usaha
dengan hak opsi, BUMN dan BUMD serta menetapkan WP patuh.
i) Membuat surat pemberitahuan perubahan besarnya angsuran PPh
Pasal 25 (dinamisasi), SPMKP atau SPMIB yang hilang.
j) Melaksanakan putusan gugatan atau banding, ekualisasi, penelitian
dan analisis kepatuhan material WP.
k) Menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP),
commit to user
xxvii
Pajak (STP), SKPKB/ SKPKBT/ STB, Surat Ketetapan Pajak PBB,
teguran pengembalian SPOP, surat himbauan pembetulan Surat
Pemberitahuan (SPT), serta menerbitkan penggantian SPMKP atau
SPMIB karena lewat waktu atau daluwarsa, rusak atau salah baik
yang telah didistribusikan maupun yang belum didistribusikan.
l) Menyelesaikan permohonan penggunaan nilai buku dalam
penggabungan, pengambilalihan atau pemekaran usaha.
2. Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum bertugas untuk melaksanakan urusan
kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga. Diantaranya
dengan rincian sebagai berikut:
a) Menerima dokumen, memproses dan penatausahaan dokumen masuk
di Sub Bagian Umum serta penyampaian dokumen di KPP.
b) Mengajukan pengajuan kesehatan pegawai, pengurusan gaji,
TKPKN, SPJ, pengajuan uang makan PNS, pemberhentian gaji dan
TKPKN.
c) Melaksanakan pelantikan, sumpah dan serah terima jabatan, serta
pengambilan sumpah PNS (Pegawai Negeri Sipil).
d) Membuat kartu tanda pengenal pemeriksa, menerbitkan izin
melanjutkan pendidikan di luar kedinasan, mengajukan usul peserta
pendidikan di luar negeri
e) Laporan perkawinan pertama pegawai, pengajuan usul permohonan
commit to user
xxviii
sebagai PNS atas permintaan sendiri, dan pengajuan usul
pengangkatan bendahara.
f) Menyusun RKAKL, laporan bulanan konversi energi, laporan
berkala, laporan tahunan, laporan atau daftar realisasi anggaran,
laporan SAKPA tingkat satuan kerja atau UAKPA (Unit Akuntansi
Kuasa Pengguna Anggaran).
g) Permohonan uang duka meninggal, permohonan kartu tanda
asuransi, dan Taspen mekanisme pembayaran anggaran belanja.
h) Melakukan pembayaran tagihan melalui mekanisme langsung (LS)
kepada rekanan.
i) Permintaan dan pembayaran lembur pegawai.
j) Melaksanakan penutupan buku kas umum, penerimaan inventaris
dari rekanan/ pihak lain, pelaksanaan penghapusan barang milik
Negara dengan lelang pada unit KPP.
k) Pemusnahan dokumen, serta penyusunan tanggapan/ tindak lanjut
terhadap Surat Hasil Pemeriksaan (SHP) atau Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) dari Itjen DepKeu/ BPK/ BPKP/ Unit
Fungsional Pemeriksa Lainnya.
3. Seksi Pelayanan
Tugas dari seksi pelayanan yaitu melakukan penetapan dan
penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan
berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan
commit to user
xxix
pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama
perpajakan. Dengan rincian sebagai berikut:
a) Penatausahaan surat, dokumen masuk, dokumen WP, laporan WP
pada tempat tata cara pendaftaran NPWP, penghapusan NPWP,
perubahan identitas WP, serta pemberitahuan penggunaan norma
penghitungan.
b) Menyelesaikan permohonan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
(PKP) dan pencabutan PKP.
c) Menyelesaikan pemindahan WP dan PKP di KPP lama.
d) Menyelesaikan pemindahan WP dan PKP di KPP baru.
e) Menerima dan mengolah SPT Tahunan PPh dan SPT Masa.
f) Menyelesaikan permohonan perpanjangan waktu penyampaian SPT
Tahunan PPh, cetak salinan dan pembetulan SPPT atau SKP atau
STP.
g) Menerbitkan Surat Teguran penyampaian SPT Masa dan Tahunan,
serta Surat Ketetapan Pajak (SKP).
h) Meneliti hasil keluaran berupa SPPT/ STP/ DHKP/ DHR.
i) Meminjamkan atau mengirimkan berkas.
j) Melaksanakan pemenuhan konfirmasi dan klarifikasi.
k) Menyelesaikan permohonan pembukuan dalam bahasa inggris dan
commit to user
xxx
l) Menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak untuk
perwakilan Negara Asing dan badan-badan Internasional serta
pejabat atau tenaga ahlinya.
m) Menyampaikan permintaan revaluasi aktiva tetap dari WP ke Kantor
Wilayah.
n) Melayani permintaan penetapan sebagai daerah terpencil.
o) Menyisihkan anak berkas WP yang tahun/ masa pajaknya telah
melampaui 10 tahun.
4. Seksi Pusat Data dan Informasi (PDI)
Seksi PDI memiliki tugas untuk melakukan pengumpulan,
pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan,
penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan,
pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT, dan
e-filling serta penyiapan laporan kerja. Dengan rincian sebagai berikut:
a) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk serta alat keterangan
seksi PDI.
b) Menyusun rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak,
perkembangan ekonomi dan keuangan.
c) Pembentukan dan pemanfaatan bank data.
d) Membuat dan menyampaikan Surat Perhitungan (SPH) ke KPP lain.
e) Meminjamkan berkas data atau alat keterangan kepada seksi terkait.
commit to user
xxxi
g) Membuat laporan penerimaan PBB atau BPHTB, serta
menyelesaikan pembagian hasilnya.
5. Seksi Ekstensifikasi
Seksi Ekstensifikasi merupakan peralihan dari Seksi Pendataan
dan Penilaian pada KPPBB, serta menindaklanjuti data yang belum
memiliki NPWP untuk dihimbau agar segera memiliki NPWP. Dengan
rincian sebagai berikut:
a) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk di Seksi
Ekstensifikasi.
b) Pendaftaran obyek pajak baru baik dengan penelitian kantor maupun
lapangan.
c) Menerbitkan Surat Himbauan untuk ber-NPWP, dan daftar nominatif
untuk usulan SP3 PSL Ekstensifikasi.
d) Mencari data dari pihak ketiga dalam pembentukan/ pemutakhiran
bank data perpajakan , serta data potensi perpajakan dalam
monografi fiskal.
e) Melaksanakan penilaian individual obyek PBB dan memelihara data
obyek dan subyek PBB.
f) Membuat Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB) dan
pembentukan atau penyempurnaan ZNT atau NIR.
g) Menyelesaikan permohonan penundaan pengembalian SPOP,
permohonan surat keterangan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP), dan
commit to user
xxxii 6. Seksi Pemeriksaan
Pada bagian ini bertugas untuk melakukan penyusunan rencana
pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan
dan penyaluran Surat Perintah Pelaksana Pajak (SP3), serta administrasi
pemeriksaan perpajakan lainnya. Dengan rincian sebagai berikut:
a) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk di Seksi
Pemeriksaan.
b) Menyelesaikan Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan PPh lebih bayar,
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran PPN dan PPnBM
selain WP patuh.
c) Menyelesaikan usulan pemeriksaan dan pemeriksaan bukti
permulaan.
d) Melaksanakan pemeriksaan kantor dan lapangan.
e) Penatausahaan Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) dan Nota
Perhitungan.
7. Seksi Penagihan
Seksi Penagihan mempunyai tanggungjawab untuk melakukan
urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran
tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan pengahapusan piutang pajak,
serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan. Dengan rincian
sebagai berikut:
a) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk di Seksi Penagihan,
commit to user
xxxiii
pembayarannya, Surat Keputusan Pembetulan/ Keberatan/ Putusan
Banding/ Pengurangan/ Pembatalan Ketetapan Pajak, dan Surat
Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasipada
Seksi Penagihan.
b) Menjawab konfirmasi data tunggakan pajak WP.
c) Menyelesaikan permohonan penundaan pembayaran pajak dan
usulan pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak.
d) Penagihan pajak seketika dan sekaligus.
e) Menghapus piutang pajak.
f) Menerbitkan Surat Teguran Pajak (STP) bunga penagihan, Surat
Teguran Penagihan, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan (SPMP), dan Surat Keputusan Pencabutan Sita.
g) Pemindahan berkas dari KPP ke KPP lainnya.
h) Membuat usulan pencegahan dan penyanderaan terhadap WP
tertentu.
i) Melaksanakan lelang dan menyelesaikan permohonan pembatalan
lelang.
j) Membuat laporan Seksi Penagihan ke Kantor Wilayah.
k) Menyelesaikan permohonan mengangsur pembayaran pajak.
B. LATAR BELAKANG
Indonesia saat ini sedang mengalami permasalahan di berbagai
commit to user
xxxiv
naiknya harga barang-barang sehingga dapat berimbas pada menurunnya
daya beli masyarakat. Dengan kondisi yang seperti ini, maka diharapkan
pemerintah segera mencari solusi yang tepat. Untuk tetap dapat bertahan
dengan kondisi ekonomi saat ini, pemerintah seharusnya lebih
mengupayakan potensi-potensi penerimaan negara yang ada. Berbagai
macam potensi yang ada untuk meningkatkan penerimaan negara baik
yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri harus dioptimalkan.
Namun pada kenyataan sekarang, jika negara mengandalkan potensi luar
negeri, khususnya pinjaman dari luar negeri, maka hal ini tidaklah
berimbas baik pada negara. Memang terjadi tambahan pemasukan ke kas
negara, namun utang negara otomatis juga akan naik. Sehingga tidaklah
lain jika pemerintah sebaiknya memilih untuk mengoptimalkan potensi
penerimaan negara yang berasal dari dalam negeri.
Penerimaan negara dari dalam negeri yang secara konsisten
memberikan sumbangsihnya yaitu dari sektor pajak. Jadi keberadaan
pajak berpengaruh pada perekonomian di Indonesia. Definisi dari pajak
seperti yang disebutkan Soemitro dalam Mardiasmo (2003: 1), “Pajak
adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum”.
Pajak terbagi menjadi dua golongan yaitu pajak langsung dan pajak
commit to user
xxxv
pajak tidak langsung diantaranya Pajak Pertambahan Nilai dan bea
materai. Namun perlu diketahui jika Pajak Penghasilan tidak dapat
dikenakan pada setiap orang. Hal ini dikarenakan pengenaan Pajak
Penghasilan hanya dapat dikenakan terhadap penghasilan setiap orang
atau badan yang diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Tetapi
lain halnya dengan Pajak Pertambahan Nilai, pajak ini dapat dilimpahkan
kepada semua orang sehingga tidak menutup kemungkinan jika setiap
orang dapat dikenai Pajak Pertambahan Nilai. Sehingga Pajak
Pertambahan Nilai mempunyai peran yang cukup besar untuk
mendongkrak penerimaan kas negara khususnya dari sektor pajak.
Pajak Pertambahan Nilai timbul karena adanya beberapa proses,
yaitu produksi pada setiap perusahaan dalam menghasilkan,
menyalurkan, dan menjual barang atau memberikan jasa. Pengenaan PPN
untuk saat ini lebih dominan pada sektor perdagangan. Di Indonesia
dapat diketahui bahwa hampir semua barang kebutuhan hidup
masyarakat merupakan produk yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.
Hal ini didukung dengan banyaknya produk ataupun usaha yang
dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, baik
dalam bentuk perusahaan dagang maupun perusahaan jasa. Perusahaan
yang didirikanpun tidak lain adalah dengan tujuan mencari keuntungan.
Salah satu bentuk usaha yang stabil dan mungkin tidak akan berhenti di
Indonesia yaitu industri emas ataupun toko emas. Hal ini didukung
commit to user
xxxvi
yang terjamin nilainya dan secara umum emas dijadikan sebagai
perhiasan yang melekat di tubuh manusia. Disamping itu perhiasan emas
digunakan oleh kalangan atas sebagai gaya hidup mereka yang glamour.
Berdasarkan keterangan diatas, dapat kita ketahui bersama bahwa
usaha emas mempunyai potensi yang cukup menjanjikan. Alhasil, di
wilayah Surakarta mulai bermunculan berbagai macam toko ataupun
industri emas yang tersebar di berbagai wilayah. Semenjak reformasi di
tahun 1998 yang menimbulkan aksi penjarahan pada sejumlah toko yang
ada di wilayah Surakarta, bisnis emas mulai menjamur lagi di berbagai
wilayah Surakarta , lebih tepatnya mulai tahun 2006. Hal ini didukung
dengan kutipan di www.timtabloidkampus.com (dikutip tanggal 26 April
2012), yang menyebutkan bahwa bisnis emas di Surakarta mulai
menjamur lagi, mulai dari pedagang di toko resmi sampai dengan
pedagang di pinggir jalan. Para pedagang pun lebih berani bersaing satu
sama lain, mereka yang hanya membuka usaha di pinggir jalan atau toko
sekarang lebih mengejutkan lagi dengan adanya beberapa orang yang
berani untuk membuka lapak mereka di depan counter resmi toko emas
itu sendiri. Dengan melihat potensi ini, diharapkan pemerintah dapat
mengoptimalkan potensi yang ada sebagai objek pajak yang nantinya
akan dikenakan pajak guna menambah penerimaan negara.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik
untuk melakukan pengamatan dengan judul “KONTRIBUSI
commit to user
xxxvii
PERTAMBAHAN NILAI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA SURAKARTA”.
C. Perumusan Masalah
Perumusan masalah ini diharapkan dapat mengarahkan penelitian
pada hal-hal yang berhubungan dengan judul Tugas Akhir yang diangkat.
Penulis membatasi perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara pengenaan Pajak Pertambahan Nilai terhadap
pengusaha emas di KPP Pratama Surakarta?
2. Berapa besar kontribusi penerimaan PPN dari sektor perdagangan
khususnya dari pengusaha emas terhadap penerimaan PPN di KPP
Pratama Surakarta?
3. Apa saja hambatan yang dihadapi dalam pemungutan Pajak
Pertambahan Nilai dari pengusaha emas di KPP Pratama Surakarta?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tata cara pengenaan Pajak Pertambahan Nilai pada
pengusaha emas di KPP Pratama Surakarta.
2. Untuk mengetahui berapa besar kontribusi penerimaan PPN dari
sektor perdagangan khususnya dari pengusaha emas terhadap
penerimaan PPN di KPP Pratama Surakarta.
3. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi dalam pemungutan Pajak
commit to user
xxxviii
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini sebagai sarana untuk mempraktekan teori yang
diperoleh sewaktu di bangku kuliah terhadap masalah yang dihadapi
di perusahaan, terutama dalam pengenaan PPN pada pengusaha emas.
2. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau
pertimbangan dalam peningkatan penerimaan PPN dari sektor
perdagangan, khususnya pengusaha emas di KPP Pratama Surakarta.
3. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta
menjadi referensi tambahan untuk penelitian berikutnya dengan tema
yang sejenis.
commit to user
xxxix BAB II
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
a. Pajak
1. Definisi Pajak
Ada beberapa macam definisi pajak yang telah dikemukakan
oleh para ahli, diantaranya yaitu:
a) Pajak merupakan iuran kepada negara (yang dipaksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang
langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas
negara untuk menyelenggarakan pemerintahan (Adriani dalam
Lubis, 2010: 9).
b) Menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2003: 1), Pajak yaitu
iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontra prestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
c) Salah satu definisi pajak terpendek adalah “an individual
sacrifice for a collective goal”, yakni individu berkorban untuk
tujuan bersama (Grapperhaus dalam Nurmantu, 2005: 13).
commit to user
xl
Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 2001 tentang Perubahan Ketiga atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan juga menyatakan definisi pajak adalah kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat.
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat
diambil beberapa inti dari pajak itu sendiri, yaitu:
· Pajak merupakan iuran rakyat kepada negara
· Pajak bersifat memaksa dan tidak mendapat imbalan secara
langsung
· Pajak digunakan untuk membiayai kepentingan bersama atau
pemerintahan negara.
2. Fungsi Pajak
Pemahaman akan pentingnya dukungan terhadap
pentingnya Pajak, tidak sepenuhnya dipahami oleh beberapa
masyarakat. Masyarakat ataupun Wajib Pajak beranggapan jika
pajak merupakan suatu beban, sehingga pajak kurang diperhatikan.
Jadi diperlukan penjelasan kepada Wajib Pajak akan pentingnya
fungsi pajak itu sendiri, sehingga diharapkan Wajib Pajak akan
commit to user
xli
kepatuhan Wajib Pajak. Seperti yang disebutkan Agustinus dan
Isnianto (2009: 1), pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
a) Fungsi Budgetary (penerimaan)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan kegiatan (rutin dan pembangunan) pemerintah.
Contoh: pajak sebagai sumber penerimaan APBN.
b) Fungsi Regultory (pengaturan)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Contoh: pengenaan
pajak yang tinggi untuk minuman keras, barang mewah, rokok
diberlakukan agar konsumsi atas produk tersebut dapat ditekan.
3. Syarat Pemungutan Pajak
Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat.
Bila terlalu tinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak.
Namun bila terlalu rendah, maka pembangunan tidak akan berjalan
karena dana yang tersedia pun kurang. Agar tidak menimbulkan
berbagai masalah, maka pemungutan pajak harus memenuhi
beberapa persyaratan (Sumarsan, 2010: 7), diantaranya:
a) Pemungutan pajak harus adil
b) Pemungutan pajak tidak menganggu perekonomian
c) Pemungutan pajak harus efisien
commit to user
xlii
4. Pengelompokan Pajak
Seperti yang disebutkan Waluyo dalam Bukunya
“Perpajakan Indonesia” (2007: 12), pajak dapat dikelompokkan ke
dalam beberapa kelompok, yaitu:
a) Menurut golongan:
· Pajak langsung, adalah pajak yang pembayarannya tidak
dapat dilimpahkan kepada pihak lain, tetapi harus menjadi
beban langsung Wajib Pajak yang bersangkutan.
Contoh: Pajak Penghasilan
· Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pembebanannya
dapat dilimpahkan ke pihak lain.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai
b) Menurut sifat:
Pembagian pajak menurut sifat dimaksudkan perbedaan dan
pembagiannya berdasarkan cirri-ciri prinsip:
· Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya,
dalam arti memerhatikan keadaan dari Wajib Pajak.
Contoh: Pajak Penghasilan
· Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada objeknya tanpa memerhatikan keadaan dari Wajib
commit to user
xliii
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah
c) Menurut pemungut dan pengelolanya:
· Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi
dan Bangunan, Bea Materai.
· Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah
Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
daerah.
Contoh: pajak reklame, pajak hiburan.
5. Dasar Pemungutan Pajak
Di dalam buku Suandy (2005: 41), diterangkan bahwa dalam
era globalisasi sekarang ini, batas negara menjadi tidak jelas bagi
Wajib Pajak dalam mencari dan memperoleh penghasilan, sehingga
penentuan cara pemungutan pajak ini penting untuk menentukan
negara mana yang berhak memungut pajak. Dasar pemungutan
pajak diantaranya yaitu:
a) Azas domisili
Negara akan mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang
diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan, apabila untuk
commit to user
xliv
penduduk atau berdomisili di negara itu atau badan yang
bersangkutan berkedudukan di negara itu.
b) Azas sumber
Negara mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang diterima
atau diperoleh orang pribadi atau badan hanya apabila
penghasilan yang akan dikenakan pajak itu diperoleh atau
diterima oleh orang pribadi atau badan yang bersangkutan dari
sumber-sumber yang berada di negara itu.
c) Azas kebangsaan
Yang menjadi landasan pengenaan pajak adalah status
kewarganegaraan dari orang atau badan yang memperoleh
penghasilan, tidak menjadi persoalan darimana penghasilan
yang diterima itu berasal.
6. Tata Cara Pemungutan Pajak
Resmi (2003: 8) menyebutkan ada beberapa cara pemungutan
pajak, diantaranya:
a) Stelsel nyata (riil stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang
nyata, sehingga pemungutannya dilakukan pada akhir tahun.
b) Stelsel anggapan (fictieve stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur
oleh Undang-Undang. Misalnya, penghasilan suatu tahun
commit to user
xlv
tahun pajak dapat ditetapkan besarnya pajak terutang untuk
tahun pajak berjalan.
c) Stelsel campuran
Kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.
7. Sistem Pemungutan Pajak
Dalam pemungutan pajak terdapat beberapa sistem yang bisa
digunakan. Sri dan Aji menyebutkan dalam bukunya “Perpajakan
Indonesia” (2003: 8), terdapat beberapa sistem dalam pemungutan
pajak, yaitu:
a) Official Assesment System
Pemerintah (fiskus) yang mempunyai wewenang untuk
menetapkan besarnya pajak yang terutang.
b) Self Assesment System
Memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada
Wajib Pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan
sendiri besarnya pajak yang terutang dan harus dibayar.
c) Withholding System
Memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau
memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
8. Perlawanan terhadap Pajak
Pajak yang bersifat sebagai pengurang dari penghasilan netto
sungguh dirasakan sebagai beban bagi Wajib Pajak. Alhasil
commit to user
xlvi
berbagai macam perlawanan terhadap pengenaan pajak. Berbagai
perlawanan itu disebutkan oleh Suandy dalam bukunya “Hukum
Pajak” (2005: 23), dibagi menjadi beberapa kelompok,
diantaranya:
a. Perlawanan pasif
Perlawanan ini berupa hambatan yang mempersulit pemungutan
pajak dan mempunyai hubungan erat dengan struktur ekonomi.
Contoh: Wajib Pajak dituntut untuk menghitung sendiri
pendapatan nettonya.
b. Perlawanan aktif
Perlawanan aktif adalah semua usaha dan perbuatan yang secara
langsung ditujukan kepada pemerintah (fiskus) dengan tujuan
menghindari pajak. Ada 3 cara perlawanan aktif terhadap pajak,
yaitu:
· Penghindaran Pajak (tax advoidance)
Contoh: menahan diri tidak melakukan sesuatu yag dikenai
pajak.
· Pengelakan Pajak (tax evation)
Contoh: menyembunyikan sebagian penghasilannya dari
fiskus.
· Melalaikan pajak
Contoh: tidak melakukan kewajiban perpajakan (menolak
commit to user
xlvii
b. Garis Besar Pajak Pertambahan Nilai
1. Dasar Hukum Pemungutan PPN pada Pengusaha Emas
Beberapa peraturan yang dijadikan acuan:
a) Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007.
b) Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009.
c) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 83/KMK.03/2002 tentang
Pajak Pertambahan Nilai atas Penyerahan Emas Perhiasan oleh
Pengusaha Toko Emas Perhiasan.
d) Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep. 168/Pj/2002
tentang Pajak Pertambahan Nilai atas Penyerahan Emas
Perhiasan oleh Pengusaha Toko Emas Perhiasan.
e) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.03/2010 tentang
Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan bagi
Pengusaha kena Pajak yang Melakukan Usaha Kegiatan
Tertentu.
f) Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-63/PJ/2010 tentang
penyampaian Peraturan Menteri Keuangan Nomor
commit to user
xlviii
Pajak Masukan bagi Pengusaha Kena Pajak yang Mempunyai
Peredaran Usaha Tidak Melebihi Jumlah Tertentu.
2. Subjek dan Objek PPN
Seperti yang disebutkan B. Ilyas dan Richard (2004: 83),
terdapat subjek dan beberapa objek Pajak Pertambahan Nilai yang
menjadi dasar pemungutannya. Subjek dari Pajak Pertambahan
Nilai adalah Pengusaha Kena Pajak.
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk
apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya
menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang,
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak
berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa atau
memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
Adapun pengertian Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha
yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa
Kena Pajak. Tidak termasuk pengusaha kecil yang batasannya
ditetapkan oleh Menteri Keuangan, kecuali pengusaha kecil yang
memilih untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
Pengusaha kecil yang dalam Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai batasannya didasarkan pada jumlah peredaran
bruto usaha (omzet) dalam satu tahun dan diperkenankan untuk
commit to user
xlix
sudah menjadi Pengusaha Kena Pajak, hak dan kewajibannya sama
seperti Pengusaha Kena Pajak pada umumnya.
Batasan Pengusaha Kecil sesuai Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 552/KMK.04/2000 sebagaimana telah diubah
dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 571/KMK.03/2003
dan juga Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor
SE.33//Pj.51/2003 dengan pengaturan:
· Pengusaha kecil adalah pengusaha yang menyerahkan Barang
Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dalam satu tahun buku
memperoleh jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto
tidak lebih dari Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
· Apabila sampai dengan suatu masa pajak dalam satu tahun buku
jumlah peredaran bruto lebih dari Rp 600.000.000,00 maka
pengusaha ini memenuhi syarat sebagai Pengusaha Kena Pajak,
sehingga wajib melaporkan usahaya untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak paling lambat akhir bulan berikutnya.
Bila pengusaha tersebut tidak memenuhi kewajiban sesuai batas
waktu yang ditetapkan, maka saat pengukuhannya yaitu awal
bulan berikutnya setelah bulan batas waktu paling lambat.
Dengan demikian apabila kewajiban pelaporan usahanya
dilaksanakan tidak tepat waktu, maka saat pengukuhan adalah
awal bulan berikutnya setelah akhir bulan seharusnya kewajiban
commit to user
l
· Dalam hal pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak
dilakukakn secara jabatan, maka saat pengukuhan tetap pada
awal bulan berikutnya setelah batas waktu seharusnya kewajiban
pelaporan usaha dilakukan.
· Kewajiban untuk memungut, menyetorkan, dan melaporkan
PPN dan PPnBM yang terutang oleh Pengusaha sebagai
Pengusaha Kecil dimulai sejak saat dikukuhkan sebagai
Pengusaha kena Pajak.
Objek Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas :
a) Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean yang
dilakukan oleh pengusaha. Penyerahan barang yang dikenakan
pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
· Barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena
Pajak
· Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang
Kena Pajak tidak berwujud
· Penyerahan dilakukan di daerah pabean
· Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau
pekerjaannya.
b) Impor Barang Kena Pajak
c) Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam daerah pabean yang
dilakukan oleh pengusaha; penyerahan jasa yang terutang pajak
commit to user
li
· Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak
· Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean
· Penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya
d) Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar daerah
pabean di dalam daerah pabean
e) Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean
f) Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak
g) Kegiatan membangun sendiri yang tidak dilakukan dalam
kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan
h) Penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut
tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan.
3. Tarif PPN
Di dalam bukunya, Rusjdi (2007: 05-1) menyebutkan tarif
Pajak Pertambahan Nilai, yaitu:
· Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen).
· Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor Barang Kena Pajak
adalah 0% (nol persen).
c. Pengertian Kontribusi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian Kontribusi
adalah sumbangan; sedangkan menurut Kamus Ekonomi (Guritno,
commit to user
lii
dengan pihak lain untuk tujuan biaya, atau kerugian tertentu atau
bersama. Sehingga kontribusi disini dapat diartikan sebagai
sumbangan yang diberikan oleh Pengusaha Emas terhadap
Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai.
B. Analisis Data dan Pembahasan
a. Gambaran Wajib Pajak
Wajib Pajak yang dimaksud penulis kali ini lebih terfokus pada
pembahasan, yakni pengusaha emas. Terdapat berbagai kategori yang
masuk dalam pengertian pengusaha emas. Penulis mendapatkan data
dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta yang
mengklasifikasikan pengusaha emas menjadi beberapa bagian (KLU).
Data yang dimaksudkan yaitu sebagai berikut :
Tabel II.1
Daftar Pengelompokan Pengusaha Emas
Row
Labels KLU_Nama
36911 Industri Permata
36912 Industri barang perhiasan biasa untuk keperluan pribadi
dari logam mulia
36914 Industri barang untuk keperluan teknik dan atau
commit to user
liii
36915 Industri barang perhiasan bukan untuk keperluan pribadi
dari bukan logam mulia
52326 Perdagangan eceran khusus barang perhiasan di dalam
bangunan
Diolah dari Seksi Waskon
Dari daftar pengelompokan di atas, dapat diketahui beberapa
kegiatan yang sebenarnya dilakukan oleh pengusaha toko emas
perhiasan meliputi (KEP 168/02):
· Membuat dan atau menjual emas perhiasan
· Membuat emas perhiasan berdasarkan pesanan
· Menyuruh orang lain untuk membuat emas perhiasan yang akan
dijual
· Jual beli emas perhiasan
· Jual beli emas perhiasan dengan batu permata
· Memperbaiki dan memodifikasi emas perhiasan
· Jasa-jasa lain yang berkaitan dengan emas perhiasan
Emas perhiasan yang dimaksudkan yaitu perhiasan dalam
bentuk apapun yang bahannya sebagian atau seluruhnya dari emas dan
atau logam mulia lainnya, termasuk yang dilengkapi dengan batu
permata dan atau bahan lain yang melekat atau terkandung dalam
emas perhiasan tersebut (KMK 83/02, KEP 168/02, SE 12/02).
Emas perhiasan ini tentunya ada yang diperjualbelikan di
commit to user
liv
bermunculannya pengusaha toko emas perhiasan. Pengertian dari
pengusaha toko emas perhiasan yaitu orang yang melakukan kegiatan
usaha dibidang penyerahan emas perhiasan, berdasarkan pesanan
maupun penjualan langsung, baik hasil produksi sendiri maupun pihak
lain yang memiliki karakteristik pedagang eceran (KMK 83/02, KEP
168/02, SE 12/02).
Dari berbagai macam kelompok yang disebutkan di atas,
diperoleh data mengenai jumlah Wajib Pajak yang terdaftar sesuai
dengan jenis kelompoknya dari tahun 2010-2011. Data yang dimaksud
adalah :
Tabel II.2
Daftar Jumlah Wajib Pajak Terdaftar berdasar Kode
Pengelompokan Pengusaha Emas
Row Labels Jumlah WP 2010 Jumlah WP 2011
36911 2 2
Sumber : Seksi Waskon
Berdasarkan data yang telah disebutkan dapat diketahui bahwa
commit to user
lv
2010 sampai 2011 tidak mengalami perubahan yaitu sejumlah 171
terdaftar. Penulis juga mendapatkan informasi bahwa jumlah Wajib
Pajak terdaftar ini tetap atau tidak mengalami perubahan sejak tahun
2007.
Tabel di atas menyebutkan bahwa kode 52326, yakni kelompok
perdagangan eceran khusus barang perhiasan di dalam bangunan
adalah penyumbang terbanyak Wajib Pajak terdaftar yakni sebesar 83
terdaftar. Yang dimaksud dalam kelompok ini diantaranya yaitu
pengusaha toko emas perhiasan.
Pengusaha emas berkewajiban untuk melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (KMK 83/02), tidak
menutup kemungkinan juga bagi pengusaha kecil yang memilih untuk
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. Sehingga para pengusaha
emas yang sudah menjadi Pengusaha Kena Pajak wajib membuat
Faktur Pajak, memungut, dan menyetor Pajak Pertambahan Nilai yang
terutang.
Berikut ini diperoleh data mengenai perkembangan Pengusaha
Kena Pajak dari jumlah pengusaha emas terdaftar yang penulis
commit to user
lvi
Tabel II.3
Perkembangan Jumlah Pengusaha Kena Pajak dari Jumlah
Wajib Pajak Pengusaha Emas Terdaftar
Tahun WP Terdaftar Non PKP PKP
2007 171 107 64
2008 171 102 69
2009 171 102 69
2010 171 102 69
2011 171 102 69
Sumber : Seksi Waskon
Tabel di atas menyebutkan jika jumlah Pengusaha Kena Pajak
dari tahun 2007 ke tahun 2008 mengalami pertambahan sejumlah 5
terdaftar PKP, yang sebelumnya berjumlah 64 terdaftar PKP menjadi
69 terdaftar PKP. Jumlah ini bertahan sampai dengan akhir tahun
2011 dan sampai penulis melakukan penelitian juga belum mengalami
pertambahan PKP, sehingga bertahan pada jumlah 69 Pengusaha Kena
Pajak.
b. Pengenaan PPN atas Penyerahan Emas Perhiasan
Dalam pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan
emas perhiasan, dapat menggunakan Nilai Lain sebagai Dasar
Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai dengan cara (KMK 83/02, KEP
commit to user
lvii
· Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas penyerahan emas
perhiasan oleh pengusaha toko emas perhiasan adalah sebesar
10% x Harga Jual Emas Perhiasan.
· Jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayarkan adalah
sebesar 10% x 20% x jumlah seluruh penyerahan emas perhiasan.
Harga jual emas perhiasan sendiri yaitu nilai berupa uang,
termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh
Pengusaha Toko Emas Perhiasan karena penyerahan emas perhiasan,
tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut dan potongan
harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
Bagi yang menggunakan Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan
Pajak, perlakuan Pajak Masukan yang berkenaan tidak dapat
dikreditkan dan jika ada pengusaha yang memiliki lebih dari satu
tempat usaha penjualan dan salah satunya menggunakan Nilai Lain
sebagai Dasar Pengenaan Pajak, maka semua tempat usahanya wajib
menggunakan Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak.
Bagi pengusaha emas yang tidak menggunakan Nilai lain
sebagai Dasar Pengenaan Pajak, akan menggunakan mekanisme
pengkreditan Pajak Masukan dan wajib memberitahukan kepada
Kepala Kantor Pelayanan Pajak di tempat Pengusaha Kena Pajak
dikukuhkan. Sedangkan yang wajib menggunakan pedoman
penghitungan pengkreditan Pajak Masukan yaitu Pengusaha Kena
commit to user
lviii
Kegiatan Usaha Tertentu adalah kegiatan usaha yang
semata-mata melakukan :
· Penyerahan kendaraan bermotor bekas secara eceran
· Penyerahan emas perhiasan secara eceran
Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan yang dihitung
menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan,
yaitu sebesar:
· 90% dari Pajak Keluaran (bagi WP usaha penyerahan kendaraan
bermotor bekas secara eceran)
· 80% dari Pajak Keluaran (bagi WP usaha penyerahan emas
perhiasan secara eceran)
Pajak Keluaran dihitung dengan cara mengalikan tarif 10%
dengan Dasar Pengenaan Pajak. Sedangkan Pajak Masukan yang
dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena
Pajak dan Jasa Kena Pajak yang mempunyai hubungan langsung
dengan kegiatan usaha.
Selanjutnya akan diuraikan contoh simulasi perhitungan Pajak
commit to user
lix
Tabel II.4
Contoh Perhitungan PPN pada Pengusaha Emas Perhiasan
DPP
c. Perkembangan Data Penerimaan Pajak Petambahan Nilai
Tabel di bawah ini akan menyebutkan berapa besar Pajak
Pertambahan Nilai dari pengusaha emas yang diterima Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Surakarta selama tahun 2010 dan 2011.
Tabel II.5
Perbandingan Jumlah Wajib Pajak Pengusaha Emas Terdaftar
dengan Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dari Pengusaha
commit to user
lx
Dari tabel di atas dapat diketahui jumlah Wajib Pajak terdaftar
dan PKP tidak mengalami perubahan di tahun 2011, namun
penerimaan Pajak Pertambahan Nilai yang diperoleh selama tahun
2011 mengalami penurunan. Penurunan penerimaan PPN di tahun
2011 mencapai 59,96%.
Setelah menganalisis jumlah WP terdaftar, PKP dan penerimaan
PPN dari pengusaha emas, penulis akan membandingkan kontribusi
antara WP terdaftar, PKP dan PPN dari pengusaha emas dengan total
penermaan PPN. Perbandingan ini dapat dilihat dalam tabel di bawah.
Tabel II.6
Kontribusi Pengusaha Emas terhadap Total Penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai
2010 2011
WP Terdaftar 171 171
PKP 69 69
PPN emas Rp 656.316.880 Rp 262.770.695
Total PPN Rp 125.934.562.372 Rp 151.311.131.546
Kontribusi (%) 0,52% 0,17%
Sumber : Seksi Waskon
Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya kontribusi
commit to user
lxi K =
∑ PPN emas
∑ Total PPN X 100%
Berdasarkan hasil perbandingan pada tabel di atas, diketahui jika
jumlah penerimaan PPN secara total mengalami kenaikan, sedangkan
untuk penerimaan PPN dari pengusaha emas mengalami penurunan.
Sehingga dapat diartikan bahwa kontribusi PPN dari pengusaha emas
terhadap total penerimaan PPN dari tahun 2010 sampai 2011
mengalami penurunan. Penurunan yang dimaksud yakni sebesar
0,52% turun menjadi 0,17%. Presentase ini terbilang sangat kecil
untuk kontribusi pengusaha emas dalam penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai dari tahun 2010 dan 2011.
Antara tahun 2010 dan 2011 baik dari jumlah Wajib Pajak
pengusaha emas terdaftar maupun jumlah PKP tetap sama, yakni
sejumlah 171 terdaftar dan 69 PKP. Dengan jumlah pengusaha emas
yang tetap, seharusnya penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dari
pengusaha emas akan naik, atau minimal sama. Namun hasilnya justru
menunjukkan penurunan pada jumlah penerimaan Pajak Pertambahan
Nilai. Sedangkan untuk total penerimaan Pajak Pertambahan Nilai
secara keseluruhan mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya
sebesar Rp 25.376.569.174,00. Sehingga hal ini menyebabkan
kontribusi pengusaha emas dalam penerimaan Pajak Pertambahan
commit to user
lxii
Namun hal ini tidak begitu menjadi beban bagi penerimaan PPN
secara keseluruhan, karena masih banyak potensi dari sektor selain
pengusaha emas yang dapat dioptimalkan dalam penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai.
d. Hambatan yang Ditemui dalam Pemungutan Pajak Pertambahan
Nilai pada Pengusaha Emas
Dalam pemungutan Pajak Pertambahan Nilai terhadap
pengusaha emas, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta menemui
beberapa hambatan yang menyebabkan pemungutannya kurang
maksimal diantaranya:
1. Penjualan dari pengusaha emas secara umum mengalami
penurunan
2. Perlawanan terhadap pajak,
Sesuai dengan yang disebutkan di Bab II, perlawanan yang
dimaksudkan kali ini yaitu dengan Self Assesment System yang
digunakan Wajib Pajak untuk menghitung sendiri dan pajak yang
terutang masih terdapat beberapa hal yang harus dicermati, dari
menghitung berapa penghasilan Wajib Pajak sampai dengan hasil
pajak terutangnya
3. Masih banyak Wajib Pajak yang belum menggunakan Faktur
Pajak, melainkan berbentuk nota sebagai bukti penyerahan dalam
kesehariannya. Sehingga dalam proses pembuktian berkas bukti
commit to user
lxiii
4. Terdapat beberapa pengusaha dari toko emas perhiasan beralih
usaha ke emas batangan. Seperti yang tertuang di dalam
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah Nomor 42 Tahun 2009 Pasal 4a ayat 2, bahwa uang, emas
batangan dan surat berharga termasuk jenis barang yang tidak
commit to user
lxiv BAB III
TEMUAN
Pembahasan yang telah dilakukan atas kontribusi pengusaha emas dalam
penerimaan Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Surakarta memperoleh beberapa hasil penelitian yang dapat diuraikan sebagai
berikut:
A. KELEBIHAN
1. Sistem dan prosedur dalam pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
terhadap Pengusaha Emas sudah berdasarkan Undang-Undang dan
peraturan yang berlaku;
2. Dalam perencanaan rencana kerja, potensi, dan target penerimaan sudah
dilakukan secara computerized, dan didukung fasilitas on-line;
3. Tanggap situasi, yakni langsung dilakukan prosedural pemeriksaan
pajak jika ditemukan ketidakpatuhan dari Wajib Pajak;
4. Tersusunnya jadwal yang sistematis terkait rencana kerja yang akan
dilaksanakan, terutama yaitu himbauan, penyuluhan, dan penggalian
potensi yang terjun langsung ke lapangan.
commit to user
lxv
B. KELEMAHAN
1. Masih terjadi benturan jadwal kegiatan dengan seksi lain, meskipun
hanya di bulan-bulan tertentu saja;
2. Terdapat sejumlah data untuk beberapa tahun sebelumnya yang belum