Gambaran Umum
Selain penegakan hukum secara langsung, terdapat juga apa yang disebut dengan penegakan hukum internasional secara tidak langsung. Penegakan hukum pidana
internasional secara tidak langsung atau indirect
enforcement system adalah penegakan hukum pidana internasional melalui hukum pidana nasional
masing-masing negara dimana tindak pidana internasional tersebut terjadi. Dalam kata lain dapat disebut juga sebagai
campuran, Hybrid Model atau disebut dengan
Internationalised Domestic Criminal Tribunals.
Gambaran Umum (lanjutan)
Pengadilan campuran atau Hybrid Court merupakan
penemuan baru dalam bidang hukum pidana internasional yang disebut dengan generasi ketiga dari perkembangan pidana internasional. Perkembangan ini merupakan
terobosan baru dalam penegakan hukum pidana HAM internasional dimana model ini dikelompokkan dari beberapa campuran Negara-negara dan komponen
internasional yang menawarkan pendekatan yang tertuju pada keadilan internasional secara keseluruhan pada satu sisi dan keadilan dalam negeri di sisi lain.
Gambaran Umum (lanjutan)
Ciri khas utama model ini adalah adanya komposisi campuran antara elemen-elemen domestic dan
internasional. PBB beranggapan, bahwa PBB memiliki tanggungjawab untuk pendanaaan, sumberdaya
manusia, menyediakan hakim-hakim, penuntut umum melalui sumbangan-sumbangan atau kontribusi dari Negara lainnya.
Alasan dibentuknya
Hybrid Court
• Tidak memadainya kapasitas atau sumberdaya pada level nasional;
• Hybrid Court dibentuk untuk mengatasi masalah-masalah hambatan dari sistem hukum domestic, seperti amnesti atau imunitas;
• Ketidakjelasan atau tidak memadai kemandirian dari sistem hukum domestic.;
• Memberikan kontribusi terhadap hak, keadilan dan pengadilan yang efektif;
• Memberikan kontribusi untuk mengakhiri budaya impunitas. (Highonet Ethel, 2010)
Gambaran Umum
Terdapat beberapa pendapat mengenai penyebab konflik di Sierra Leone. Pendapat tersebut antara lain:
• Konflik di terjadi karena krisis terhadap pemerintahan dimana dalam beberapa tahun diatur oleh satu partai dan eksploitasi oleh sekelompok elite, serta ketidak berdayaan kekuasaan militer;
• Konflik terjadi karena adanya perbedaan di dalam internal partai yang ingin mengatur tambang berlian;
• Adanya konflik etnis yang terselubung antara Mende, partai dominan masyarakat Sierra Leone (SLPP, Sierra Leone People’s
Party) dan Temne, kongres dominan seluruh masyarakat (APC,
Gambaran Umum (lanjutan)
Pada tanggal 12 Juni 2000, Presiden Sierra Leone,
Ahmad Tejan Kabbah menulis surat kepada Sekretaris Jendral PBB, Kofi Annan untuk meminta dunia
internasional untuk mengadili setiap orang yang dianggap bertanggungjawab terhadap kejahatan
selama konflik. Pada tanggal 14 Agustus 2000, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi 1315 dan
Yurisdiksi teritorial
Menurut Pasal 1 ayat (1) Statuta Special Court, The Special Court Shall, except as provided in subparagraph (2), have the power to prosecute persons who bear the greatest responsibility for serious violations of international
humanitarian law and Sierra leonean law committed in the territory of Sierra Leone... (Special Court berwenang,
kecuali sebagaimana diatur dalam ayat (2), melakukan penuntutan terhadap setiap orang yang paling
bertanggungajwab atas terjadinya pelanggaran berat
Yurisdiksi temporal
Pasal 1 ayat (1) Statuta Special Court juga mengatur tentang yurisdiksi temporal dari Special Court. ...have the power to prosecute persons who bear the greatest responsibility for serious violations of international humanitarian law and Sierra Leonean law committed in the territory of Sierra
Yurisdiksi personal
Diatur di dalam Pasal 1 ayat (1), (2) dan (3) Statuta
Special Court, yaitu berwenang mengadili orang-orang antara lain:
1. Setiap orang yang melakukan pelanggaran;
2. Pasukan penjaga perdamaian yang melanggar akan diperiksa berdasarkan hukum nasional negara
pengirim;
3. Jika negara pengirim pasukan penjaga perdamaian tidak mau atau tidak mampu memeriksa, maka
Yurisdiksi Material
1. Kejahatan terhadap kemanusiaan (Pasal 2)
2. Pelanggaran berat terhadap Pasal 3 Konvensi Jenewa (Serious violations of Article 3 common to the Geneva Convention);
3. Pelanggaran serius lainnya terhadap hukum humaniter internasional (Pasal 4);
4. Kejahatan berdasarkan hukum Sierra Leone, diantaranya adalah tindak pidana yang berhubungan dengan
Prinsip dasar
Special Court
•
Prinsip individual responsibility (Pasal 6 ayat (1);
•
Non impunity (Pasal 6 ayat (2);
•
Command responsibility (Pasal 6 ayat (3);
•
Concurrance Jurisdiction (Pasal 8);
Pelaksanaan Peradilan
Special Court for Sierra Leone beranggotakan 12 (dua belas) hakim, yang mana 7 (tujuh) diantaranya adalah
hakim pengadilan (5 (lima) ditunjuk oleh PBB dan 2 (dua) dinominasikan dari pemerintah Sierra Leone. 5 (lima)
Hakim
Special Court
Hakim
Pierre G. Boutet (Kanada); Rosolu John Bankole
Thompson (Sierra Leone); Benjamin Mutanga Itoe
(Kamerun); Teresa Doherty (Irlandia Utara); Richard Lussick (Samoa); Julia Sebutinde (Uganda); El Hadji Malick Sow (Senegal);
Hakim Banding
Renate Winter (Austria); Jon Kamanda (Sierra Leone);
George Gelaga King (Sierra Leone); Emmanuel Ayoola
Peradilan
Special Court
Gambaran Umum
Konflik yang terjadi di Kosovo merupakan cerita lama antara masyarakat mayoritas, Albania dan masyarakat minoritas, Serbia. Konflik semakin memanas ketika
tahun 1987, pada masa kepemimpinan Slobodan
Gambaran Umum (lanjutan)
Menghadapi ketidakefisienan kebijakan Kosovo
Albania, beberapa masyarakat Kosovo Albania pada tahun 1996 memutuskan untuk mengambil tindakan dan melawan rezim Serbia dengan membentuk
Pasukan Pembebasan Kosovo (Ushtria Çlirimtare e
Kosovës (UCK) in Albanian). UCK kemudian melakukan penyerangan terhadap tentara dan polisi Serbia.
Gambaran Umum (lanjutan)
Khawatir konflik akan meluas ke negara tetangga, kekuatan barat memutuskan untuk intervensi. Perundingan dengan pihak Serbia yang menginginkan pasukan Serbia meninggalkan Kosovo gagal, NATO akhirnya melakukan serangan udara terhadap Serbia
antara 24 Maret sampai dengan 10 Juni 1999, dan juga memaksa rezim Milosevic untuk meninggalkan Kosovo.
Pada tanggal 15 Februari 2000, berdasarkan peraturan 2000/6,
Yurisdiksi teritorial, temporal,
personal dan material
Berbeda dengan peradilan internasional
sebelumnya,
international judge
ini
menggunakan hukum nasional dalam
menyelesaikan permasalahan yang terjadi di
Kosovo.
Melalui program UNMIK (
United Nations
Pelaksanaan Peradilan
Pada tahun 1999 diperkenalkan polisi
internasional di Kosovo untuk menyelesaikan
perkara pelanggaran hukum pidana internasional
di Kosovo.
Walaupun polisi berasal dari masyarakat
Pelaksanaan Peradilan (lanjutan)
Pada tahun 2000 berdasarkan regulasi 2000/6
UNMIK mulai diperkenalkan hakim dan penuntut
umum internasional, dan berdasarkan regulasi
2000/64 diperkenalkan sistem khusus yang
merupakan perwakilan dari sekretaris jenderal
PBB untuk membentuk apa yang disebut
kemudian dengan Regulasi
pa el 64 ya g
terdiri
Gambaran Umum
Setelah merdeka dari Perancis tahun 1953, Kamboja tidak mampu menghindarkan diri dari kekacauan
perang Vietnam. Perang sipil yang terjadi sebagai akibat tidak langsung dari perang dingin, di satu sisi,
Gambaran Umum (lanjutan)
Pada 17 April 1975, pasukan Pol Pot bergerak menuju Phnom Penh, mereka memprokamasikan tahun nol
(year zero). Khmer merah berusaha membawa kembali negara ke zaman batu. Dalam beberapa minggu
pertama, 2.5 juta penduduk Phnom Penh dipaksa keluar dari wilayah negara. Khmer merah telah
melakukan genosida terhadap sekitar 2 juta penduduk di ladang pembantaian, sekitar seperempat penduduk Kamboja pada saat itu, tujuannya adalah untuk
Gambaran Umum (lanjutan)
PBB berencana untuk membuat peradilan internasional adhoc seperti ICTY dan ICTR, namun pemerintah Kamboja menolak pembuatan mekanisme seperti ICTY dan ICTR, pemerintah Kamboja menginginkan adanya Memorandum of Understanding (MoU) yang berisi kerjasama
internasional yang signifikan dalam peradilan untuk
membentuk peradilan luar biasa di pengadilan Kamboja. Akhirnya disetujui adanya pengadilan untuk kejahatan yang terjadi antara tahun 1975 sampai dengan tahun 1979 di
Yurisdiksi teritorial
Yurisdiksi teritorial dari criminal court ini tidak jelas diatur di dalam resolusi Majelis Umum PBB nomor A/RES/57/228 B. Pasal 1 resolusi tersebut hanya menyebutkan, …membawa ke pengadilan pimpinan senior Demokratik Kamboja dan mereka yang paling bertanggungjawab atas kejahatan dan pelanggaran berat hukum pidana Kamboja, hukum
Yurisdiksi temporal
Resolusi Majelis Umum menyebut tanggal 17 April
1975 sampai dengan 6 Januari 1979. Tanggal ini dipilih karena 17 April 1975 adalah tanggal dimana deklarasi
zero year dinyatakan oleh Pol Pot dengan pasukan
Khmer Merahnya, dan 6 Januari 1979 adalah masuknya tentara Vietnam ke wilayah Kamboja dan berhasil
Yurisdiksi personal
Penuntutan dilakukan secara terbatas terhadap
pimpinan senior dari Demokratik Kamboja dan
mereka yang paling bertanggungjawab atas
kejahatan dan pelanggaran berat hukum pidana
Kamboja, hukum humaniter dan kebiasaan
Yurisdiksi Material
Pasal 9 resolusi tersebut berisi tentang kejahatan yang termasuk di dalam yurisdiksi criminal court, antara lain: 1. Genosida;
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan;
3. Pelanggaran berat terhadap Konvensi Jenewa 1949;
Pelaksanaan Peradilan
Criminal Court for Cambodia terdiri dari 2 chamber luar biasa, satu adalah chamber peradilan tingkat pertama dan satu lagi tingkat banding.
Trial chamber beranggotakan 5 hakim dengan komposisi, 3 hakim dari Kamboja dan 2 hakim dari luar Kamboja
Gambaran Umum
Kerusuhan di Timor Timur terjadi pasca jajak pendapat tahun 1999, dimana hasil jajak pendapat menyebutkan, 78, 5 % menyatakan menolak otonomi khusus dan
memilih merdeka.
Gambaran Umum (lanjutan)
Pasca pengumuman hasil jajak pendapat tersebut, kerusuhan berkobar. Milisi pro integrasi menyerang kelompok anti integrasi.
Akibat kerusuhan ini, kota Dili dan kota-kota lainnya rusak berat, ratusan orang meninggal dan ratusan ribu orang mengungsi ke Nusa Tenggara Barat.
TNI dan Polri dikaitkan dengan kerusuhan tersebut karena hasil persetujuan New York menyebutkan, tangungjawab keamanan berada di pihak Indonesia, sehingga adanya
Gambaran Umum (lanjutan)
Pada tanggal 25 Oktober 1999, dewan keamanan PBB mengeluarkan resolusi 1272, dimana isinya memutuskan untuk membentuk United Nations Transitional
Administration of East Timor (UNTAET) yang mana mempercayakan secara keseluruhan tanggung jawab
administrasi untuk Timor Timur, dan berwenang melakukan seluruh fungsi legislatif dan eksekutif termasuk administrasi peradilan.
Berdasarkan regulasi 2000/11 pada tanggal 6 Maret 2000 UNTAET membentuk sistem peradilan berdasarkan
Yurisdiksi teritorial
Bagian kedua 2.2. regulasi UNTAET 2000/15 menyebutkan, bahwa Special Panel memiliki yurisdiksi atas tindak pidana yang terjadi:
1. Di wilayah Timor Timur;
2. Di tempat dimana dilakukan oleh penduduk Timor Timur;
Yurisdiksi temporal
Bagian kedua 2.3. regulasi UNTAET 2000/15
Yurisdiksi Material
Bagian pertama 1.3. regulasi UNTAET 2000/15 menyebutkan, bahwa Special Panel memiliki yurisdiksi atas tindak pidana sebagai berikut:
1. Genosida;
2. Kejahatan perang;
3. Kejahatan terhadap kemanusiaan; 4. Pembunuhan;
Pelaksanaan Peradilan
Berdasarkan ketentuan 22.1 dan 22.2 regulasi UNTAET 2001/15, peradilan dan peradilan banding
Pelaksanaan Peradilan (lanjutan)
Berdasarkan hasil penyidikan SCU (Serious Crime Unit), 95
tuntutan diajukan ke peradilan khusus dengan 392 terdakwa. Dari 95 tuntutan, 57 diantaranya tentang kejahatan kemanusiaan.
Selama tahun 2002 sampai 2005, 55 persidangan telah
dilaksanakan dengan mengajukan 87 terdakwa. 83 dinyatakan bersalah dan 4 dinyatakan bebas, namun kemudian dinyatakan bersalah pada persidangan banding.
Daftar Referensi
• Bantekas, Ilias & Susan Nash, International Criminal Law, Second Edition, 2003
• Highonet Ethel, Restru turi g Hy rid Court: Lo al Empowerment and
Natio al Cri i al Justi e Refor , dikutip dari
http://digitalcommons.law.yale.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1005&cont
ext=student_papers&sei-redir=1#search=%22restructuring%20hybrid%20court%22 <diunduh tanggal 4 April 2010>
• Sarah Noumen, Hy rid Court: The Hy rid Category of New Type of
I ter atio al Cri i al Courts , dikutip dari