• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Pendekatan Scientific Melalui Model Problem Based Learning (PBL) bagi Siswa Kelas IV SD Negeri Sampetan Semester II Tahun Aj

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Pendekatan Scientific Melalui Model Problem Based Learning (PBL) bagi Siswa Kelas IV SD Negeri Sampetan Semester II Tahun Aj"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pendidikan adalah suatu upaya yang berkenaan dengan pembinaan manusia. Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Salah satu unsur yang paling menentukan keberhasilan pendidikan yaitu guru. Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2014:29) menyatakan bahwa guru memegang peranan sangat vital dalam kesuksesan proses pembelajaran. Oleh sebab itu pengenalan dan penguasaan kurikulum wajib dikuasai guru. Guru mempunyai wewenang dalam mengembangkan dan melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar (KBM) dikelasnya. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan kurikulum. Kurikulum merupakan suatu sistem yang ditentukan pemerintah.

Pergantian kurikulum merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas pendidikan. Pada tahun 2013 pemerintah telah memperbaharui kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013. Namun mentri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan melalui surat edaran yang dikeluarkan pada tanggal 5 Desember 2014 menyatakan bahwa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menghentikan penerapan kurikulum 2013 untuk sekolah yang baru menerapkan satu semester dan meminta sekolah tersebut kembali menggunakan kurikulum 2006. Keputusan pemberhentian kurikulum 2013 ini diambil karena perlunya evaluasi secara lengkap dan menyeluruh sebelum kurikulum tersebut diterapkan di sekolah.

(2)

karena pada pada kurikulum 2013 pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

scaintific. Hal tersebut sesuai dengan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 yang mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan scaintific atau ilmiah. Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2014:29) mengemukakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan scientific

adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Melalui penerapan pendekatan

scientific ini diharapkan dapat melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik. Oleh karena itu guru harus cermat dalam memilih model-model pembelajaran yang mendorong keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Namun, pada pelaksanaannya guru masih belum maksimal dalam pelaksanaan pendekatan scientific karena model pembelajaran yang dipilih belum sejalan dengan karakteristik pendekatan scientific yang mengutamakan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Guru belum memberikan kesempatan siswa untuk terlibat aktif sehingga kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan belum mampu menciptakan suasana yang kondusif menyenangkan. Selain itu rasa ingin tahu dan keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai hal-hal yang belum dimengerti juga masih kurang, sehingga siswa tidak terbiasa untuk berpikir kritis apabila dihadapkan pada suatu permasalahan. Hal tersebut menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi tidak efektif sehingga banyak siswa yang ramai sendiri dan tidak mendengarkan penjelasan guru yang berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa.

(3)

(KKM). KKM yang ditetapkan di SD Negeri Sampetan untuk mata pelajaran IPA adalah 70. Berdasarkan data yang didapat peneliti dapat diketahui dari 29 siswa yang berhasil memenuhi KKM adalah 13 siswa atau 44,83%, sedangkan 16 siswa atau 55,17% belum berhasil memenuhi KKM.

Sebagai tindak lanjut kesenjangan tersebut maka diperlukan alternatif pemecahan masalah yang dapat digunakan untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa. Salah satu alternatif pemecahan masalah yang mungkin dapat digunakan untuk memecahkan masalah rendahnya hasil belajar siswa yaitu dengan menerapkan pembelajaran IPA menggunakan pendekatan scientific

melalui model Problem Based Learning (PBL). Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2014: 64) menyatakan bahwa salah satu model pembelajaran yang dipandang sejalan dan cocok dengan prinsip-prinsip pendekatan scaintific atau ilmiah salah satunya adalah model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning-PBL). Melalui penerapan pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan

scientific melalui model Problem Based Learning (PBL), siswa dihadapkan pada suatu masalah terkait dengan materi yang akan dipelajari. Penyajian masalah tersebut digunakan sebagai stimulus untuk merangsang keterlibatan siswa dalam kegiatan penyelesaian masalah. Dengan begitu siswa dapat memperdalam pengetahuannya melalui kegiatan penyelesaian masalah sehingga pemahaman siswa terhadap suatu materi pembelajaran akan meningkat dan hasil belajar siswa juga akan meningkat.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat diidentifikasi masalah-masalah yang terdapat pada pembelajaran IPA antara lain:

1. Guru belum melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan scientific

dengan maksimal.

(4)

3. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih rendah.

1.3 Cara Pemecahan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan penelitian di atas, guru masih belum maksimal dalam menerapkan pembelajaran menggunakan pendekatan

scientific karena model yang dipilih belum sesuai dengan karakteristik pendekatan scientific yang mengutamakan keterlibatan siswa. Dalam kegiatan pembelajaran guru masih menggunakan model pembelajaran yang yang berpusat pada guru sehingga belum dapat menciptakan suasana yang kondusif dan menyenangkan. Selain itu rasa ingin tahu dan keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai hal-hal yang belum dimengerti juga masih kurang, sehingga siswa tidak terbiasa untuk berpikir kritis apabila dihadapkan pada suatu permasalahan. Dengan demikian kegiatan pembelajaran menjadi tidak efektif sehingga banyak siswa yang ramai dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Hal tersebut menyebabkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih rendah. Sebagai bentuk perbaikan dari berbagai permasalahan yang telah diidentifikasi adalah dengan menerapkan pendeketan scientific melalui model Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran IPA.

Penerapan pendekatan scientific dalam kegiatan pembelajaran ini akan dilakukan melalui model Problem Based Learning (PBL). Model Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang dirancang melalui pemberian masalah kepada siswa dimana masalah yang disajikan tersebut merupakan masalah yang berasal dari dunia nyata. Adapun tahapan dalam model

Problem Based Learning (PBL) yaitu: 1). mengorientasikan pesera didik terhadap masalah, 2). mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, 3). membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, 4). mengembangkan dan menyajikan hasil karya, 5). menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Dengan penerapan pembelajaran IPA menggunakan pendekatan scientific

(5)

aktif berfikir untuk mencari solusi dari permasalahan yang telah di orientasikan. Sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah akan meningkat dan akan menciptakan pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Siswa akan lebih memahami konsep yang dipelajari karena siswa menemukan sendiri konsep tersebut sehingga pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran akan meningkat dan hasil belajar siswa juga akan meningkat.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka rumusan permasalahan penelitian ini adalah:

1. Apakah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific

melalui model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali semester II tahun pelajaran 2014/2015?

2. Bagaimanakan penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific melalui model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali semester II tahun pelajaran 2014/2015?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan hasil belajar IPA menggunakan pendekatan scientific

melalui model Problem Based Learning (PBL) bagi siswa kelas IV SD Negeri Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali semester II tahun pelajaran 2014/2015.

2. Mendeskripsikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

scientific melalui model Problem Based Learning (PBL) untuk

(6)

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah

1. Manfaat Teoritis

Sebagai salah satu referensi untuk mengembangkan penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific melalui model

Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran IPA.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Siswa akan lebih mudah memahami materi pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan scientific melalui model Problem Based Learning (PBL) dan meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Bagi Guru

Menambah wawasan dan memberikan masukan bagi guru dalam meningkatkan hasil belajar menggunakan pendekatan scientific

melalui model Problem Based Learning (PBL). c. Bagi Sekolah

Referensi

Dokumen terkait

Setelah itu melakukan percobaan system tiga komponen dimana kloroform ditambahkan dengan akuades sebanyak 5 ml kemudian di titrsai dengan asam asetat glacial.. Asam

2015.. PENGARUH ELECTRONIC WORD OF MOUTH TERHADAP NIAT PEMBELIAN YANG DI MEDIASI OLEH CITRA MEREK PADA.. PRODUK LAPTOP

Pembelajaran matematika yang diharapkan dalam praktek pembelajaran di kelas adalah (1) pembelajaran berpusat pada aktivitas siswa, (2) siswa diberi kebebasan berpikir

(1994) dinamika Cladocera dan Diptera pada sawah di Filipina dipengaruhi oleh pemberian pupuk nitrogen dan pestisida Selain itu indeks keanekaragaman (Tabel 2) juga tergolong

72 Giorno L, D’Amore E, Drioli E, Cassano R and Picci N, Influence of – OR ester group length on the catalytic activity and enantioselectivity of free lipase and immobilized in

Hipertensi masih menjadi masalah terbesar bagi kesehatan terutama pada lansia, karena hipertensi lebih banyak dialami oleh lansia dibandingkam dengan para usia

In this research, thermal stability of abaca fibre reinforced HIPS composites had correlated with weight loss transition, interpretation of maximum decomposition

• words which express judgements • descriptive language ACTIVE VOICE: ( I, my, you)‘I think that…’ ‘In my opinion…’. • Relating verbs, action verbs, saying verbs,