• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedudukan Debitur dan Bank Sebagai Kreditur Dalam Halwanprestasi Developer (Studi di PT. Bank X., Cabang Tebing Tinggi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kedudukan Debitur dan Bank Sebagai Kreditur Dalam Halwanprestasi Developer (Studi di PT. Bank X., Cabang Tebing Tinggi)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang

Perkembangan Lembaga perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman

penjajahan Hindia Belanda. Pada masa itu terdapat beberapa bank yang memegang

peranan penting di Hindia Belanda. Di samping itu, terdapat pula bank‐bank milik orang Indonesia dan orang-orang asing seperti dari Tiongkok, Jepang, dan Eropa.1

Di zaman kemerdekaan, perbankan di Indonesia bertambah maju dan

berkembang lagi. Praktek perbankan sudah tersebar sampai ke pelosok pedesaan.

Lembaga keuangan berbentuk bank berupa Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat

(BPR), Bank Umum Syariʹ ah, dan juga BPR Syariʹ ah (BPRS). Masing‐masing

bentuk lembaga bank tersebut berbeda karakteristik dan fungsinya.2

Undang-Undang Perbankan di Indonesia telah ada pada tahun 1992 dengan

bukti dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan.

Seiring perkembangan dan krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1998

maka dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang

Perbankan tersebut. Hasilnya pada tanggal 10 Nopember 1998 disahkannya

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 7

tahun 1992 tentang Perbankan.

1 Ketut Rindjin, Pengantar Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2000), hal. 29

(2)

Secara etimologi, kata bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banque atau

banca yang berarti bangku tempat duduk. Bank disebut demikian karena pada abad

pertengahan orang-orang yang memberikan pinjaman melakukan usahanya di atas

bangku-bangku.3

A. Abdurrahman mengartikan Bank sebagai “suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan-perusahaan dan lain-lain.”4

Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, Pasal 1 diuraikan

pengertian Perbankan dan Bank yaitu :

“Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup

kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan

usahanya.”5

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak.”6

3Edy Wibowo dan Untung Hendi Widodo,Mengapa memilih Bank Syariah?,(Bogor : Ghalia

Indonesia, 2005), hal.16

4Ibid

5 Pasal 1 angka 1 Undang Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan.

(3)

Berdasarkan pengertian Bank yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang

Perbankan tersebut, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi 3 kegiatan

yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya.

Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank

sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan

menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas jasa yang

menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat. Kegiatan

menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat, sedangkan

jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama

tersebut.7

Dalam hal memberikan pinjaman kepada masyarakat dapat dimaknai sebagai

hubungan nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan

prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dan

nasabah yang bersangkutan. Bentuknya dapat berupa kredit, seperti kredit

kepemilikan rumah, kredit modal kerja, kredit investasi, atau kredit usaha kecil. Juga

dapat berupa pembiayaanmurabahah, pembiayaanmudharabahdan lain-lain.8

Istilah Kredit berasal dari bahasa latin, credere, yang berarti kepercayaan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian kredit adalah

7Kasmir.Manajemen Perbankan, (Jakarta : Rajawali Press.2000), hal.18

8 Lukman Santoso AZ, Hak Dan Kewajiban Hukum Nasabah Bank,(Yogyakarta : Pustaka

(4)

“pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman

sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain.”9

Menurut Pasal 1 butir 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan dirumuskan

bahwa :

“kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”10

Bank sebelum menyalurkan kredit kepada nasabah atau calon debiturnya,

akan selalu dimulai dengan permohonan kredit. Dalam pengajuan permohonan kredit,

pihak bank akan meminta jaminan atau agunan pada nasabah atau calon debitur

sebagai pihak yang mengajukan permohonan.

Istilah agunan dalam pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang

Perbankan yaitu : “jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank

dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip

Syariah.”11

Menurut ketentuan Pasal 2 ayat 1 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia

Nomor 23/69/KEP/DIR tanggal 28 Pebruari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit

9Kbbi.web.id/kredit, tanggal akses 24 Desember 2014

10Hermansyah [1], Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta : Prenada Media, 2005),

hal.55

11 Pasal 1 angka 1 Undang Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas

(5)

bahwa yang dimaksud dengan jaminan adalah “suatu keyakinan bank atas

kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai yang diperjanjikan.”12

Dalam seminar Badan Pembinaan Hukum Nasional yang diselenggarakan di

Yogyakarta tanggal 20 Juli 1977 samapai 30 Juli 1977 disimpulkan pengertian

jaminan adalah “menjamin dipenuhinya kewajiban yang dapat dinilai dengan uang

yang timbul dari suatu perikatan hukum. Oleh karena itu, hukum jaminan erat sekali

dengan hukum benda.”13

Pengertian jaminan di atas memilik kesamaan dengan jaminan yang

dikemukakan oleh Hartono Hadisoeprapto dan M.Bahsan. Hartono Hadisoeprapto

berpendapat bahwa jaminan adalah “sesuatu yang diberikan kepada kreditur untuk

menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai

dengan uang yang timbul dari suatu perikatan.”14

Selain jaminan atau agunan, pihak bank akan menganalisis nasabah atau calon

debiturnya berdasarkan prinsip 5C yaitu :15

1. Character(Karakter)

2. Capacity(Kemampuan) 3. Capital(Modal)

4. Collateral(Jaminan) 5. Condition(Kondisi)

Apabila bank menilai permohonan kredit tersebut layak untuk diberikan maka

untuk dapat terlaksana pelepasan kredit tersebut terlebih dahulu haruslah diadakannya

12Hermansyah [2],Hukum Nasional Indonesia,(Jakarta : Kencana, 2006), hal.68

13Mariam Darus Badrulzaman [1],Bab-Bab Tentang Kredit Perbankan, Gadai, dan Fidusia, Cetakan IV,(Bandung : Alumni, 1987), hal.227-265

14 H. Salim H.S [1], Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada, 2004),hal.22

15Rachmadi Usman,Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta : PT. Gramedia

(6)

suatu persetujuan dan kesepakatan dalam bentuk perjanjian kredit atau pengakuan

hutang yang dibuat baik secara akta otentik atau akta dibawah tangan.16

PT. Bank X merupakan salah satu lembaga perbankan swasta terbesar di

Indonesia yang menawarkan berbagai macam bentuk layanan perbankan. Baik

pelayanan untuk memberikan pinjaman dana maupun sebagai penghimpun dana bagi

masyarakat. PT. Bank X banyak diminati oleh nasabah baik dalam pelayanan

tabungan maupun layanan pemberian fasilitas kredit. Salah satu fasilitas kredit yang

banyak dibutuhkan masyarakat adalah pemberian Kredit Pemilikan Rumah

(selanjutnya disebut KPR).17

Meningkatnya pasar KPR disebabkan banyaknya masyarakat yang

membutuhkan rumah tempat tinggal dan tidak mampu membeli secara tunai (cash)

serta angsuran perbulan yang tidak terlalu tinggi. Tingginya tingkat permintaan akan

fasilitas KPR yang ditujukan kepada PT. Bank X disebabkan bunga yang ditawarkan

kepada nasabah atau calon debitur lebih rendah dibanding bank-bank swasta maupun

bank pemerintah lainnya. Disisi lain, kinerja darimarketingbank juga berperan dalam

menarik minat seorang nasabah mengambil kredit pada bank tersebut. PT. Bank X

juga melakukan kerja sama dengan beberapadeveloperdalam mencari nasabah untuk

menyalurkan kreditnya. Walaupun banyak permintaan akan fasilitas KPR, hal ini

tidak membuat PT. Bank X secara serta-merta memberikan kredit secara langsung.

Banyak pertimbangan yang akan diambil sebelum menyalurkan kreditnya dimana PT.

16Firdaus, Rachmat, Manajemen Kredit Bank, (Bandung : PT Purna Sarana Lingga Utama,

1986), hal. 15

(7)

Bank X menerapkan prinsip 5 C untuk menyeleksi calon debiturnya supaya

kemungkinan terjadi resiko seperti kredit macet atau wanprestasi yang akan timbul di

kemudian hari bisa di minimalisasi.

Kredit macet pada mulanya selalu diawali dengan terjadinya wanprestasi

yaitu suatu keadaan dimana debitur tidak mau dan atau tidak mampu memenuhi

janji-janji yang dibuatnya sebagaimana tertera dalam perjanji-janjian kredit. Penyebab debitur

wanprestasi dapat bersifat alamiah (diluar kemampuan dan kemauan debitur)

maupun akibat tidak baik pihak debitur. Wanprestasi juga bisa disebabkan pihak bank

membuat syarat pernjian kredit yang sangat memberatkan pihak debitur.18

Dalam perkembangan penyaluran kredit, PT. Bank X pernah mengalami

kendala dalam hal wanprestasi, salah satunya yaitu Kredit Pemilikan Rumah

(KPR). Kredit Pemilikan Rumah (KPR) digolongkan sebagai kredit konsumtif

dimana diberikan kepada debitur untuk membiayai barang-barang konsumtif

seperti pembelian atau renovasi rumah tempat tinggal. Wanprestasi yang terjadi

bukan karena kesalahan debitur melainkan wanprestasi oleh pihakdeveloper19.

Developer sebagai pihak ketiga diluar bank dan debitur. Developer dalam

memasarkan produknya yang bisa berupa bangunan yang sudah ada atau bangunan

18 Iswi Hariyani, Restrukstur Dan Penghapusan Kredit Macet, (Jakarta : PT. Elex Media

Computindo, 2010), hal.28

19Menurut Pasal 5 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1974, disebutkan

pengertian Perusahaan Pembangunan Perumahan yang dapat pula masuk dalam pengertiandeveloper, yaitu :

(8)

yang dalam proses pengerjaan, maupun bangunan yang baru akan dibangun (tanah

kosong/kavling) memerlukan bank sebagai partnernya dalam hal kerjasama mencari

pembeli yang mau membeli rumah secara KPR.Developertidak hanya bekerja sama

dengan 1 (satu) bank tapi dengan beberapa bank. Hal ini dilakukan untuk

memberikan kemudahan kepada pembeli untuk menentukan bank mana yang disukai

dan penyaluran kreditnya tidak ribet. Banyak hal yang dipertimbangkan pembeli

sebelum mengambil kredit yakni bunga yang diterapkan, provisi maupun penalty

yang dikenakan.

Dalam kasus ini pembeli/debitur membeli bangunan dari developer melalui

fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) PT. Bank X yang disepakati oleh kedua

belah pihak. PT. Bank X tetap menerapkan prinsip 5 C untuk menyeleksi calon

debitur yang akan menerima fasilitas kredit walaupun pembeli/debitur tersebut

direkomendasi oleh developer. Objek yang dibeli oleh debitur tersebut masih dalam

tahap pengerjaan (tanah kosong) oleh developer bukan bangunan yang sudah ada

seperti sebagaimana mestinya. PT. Bank X sebagai lembaga yang dalam

menyalurkan kredit kepada debitur tidak serta merta mencairkan 100 % (seratus

persen) dari harga beli yang disepakati oleh debitur dengan developer tetapi hanya

sekitar 70 % (tujuh puluh persen) dari harga beli sebagaimana yang tercantum dalam

akta perjanjian kerja sama antara bank dengandeveloper, sedangkan sisanya dibayar

oleh debitur sendiri.

Bank sebagai pihak yang mencairkan dana selain mengikat developer dengan

(9)

debitur. Di sisi lain, debitur juga mengikatdeveloper dengan sebuah perjanjian agar

developer melaksanakan kewajibannya setelah pencairan kredit. Hal ini perlu

dilakukan debitur karena debitur tidak memiliki pegangan apapun jika developer

wanprestasi.

Dalam hal ini, debitur membeli 2 (dua) bidang tanah seharga

Rp.3.800.000.000,- (tiga milyar delapan ratus juta rupiah) daridevelopertetapi masih

berupa tanah kosong yang dalam tahap pembangunan. Jumlah kredit yang dicairkan

oleh bank kepada debitur sebesar Rp.2.200.000.000,- (dua milyar dua ratus juta

rupiah), sedangkan sisanya di bayar oleh debitur kepada developer dengan 2 (dua)

opsi yakni sebesar Rp.320.000.000,- (tiga ratus dua puluh juta rupiah) dibayarkan

setelah penandatanganan perjanjian antara debitur dengan developer tersebut

sedangkan sisanya dibayar menggunakan 15 (lima belas) lembar bilyet giro Bank

Permata.

Setelah pencairan kredit oleh bank, bank mengikat 2 (dua) objek jaminan

tersebut dengan Hak Tanggungan dimana jaminan yang diagunkan debitur kepada

bank sudah bersertifikat Hak Guna Bangunan dan terdaftar atas nama developer

tersebut yang kemudian akan dibalik nama ke atas nama debitur dan luas tanah

disertifikat juga telah dipecah sesuai dengan luas yang dibeli oleh debitur.

Adapun kendala yang ditemui dimana pihak developer wanprestasi dalam

melanjutkan pembangunan objek jaminan yang sudah dijaminkan oleh debitur kepada

bank. Hal ini disebabkan pihakdeveloper merasa dirugikan dengan sisa pembayaran

(10)

pihak debitur memperlambat pembayaran dengan membuka tanggal giro yang

berbeda dengan yang dikehendaki oleh pihak developer walaupun sebelum

pembukaan giro telah disepakati bersama antara debitur dengan developer. Hal ini

bisa akibat kesalah pahaman atau miskomunikasi antara debitur dengan developer.

Hal ini sangat merugikan sisi debitur sebagai pembeli mengingat debitur telah secara

rutin membayar angsuran per bulan kepada bank sedangkan bangunan tidak

dilanjutkan pembangunannya olehdeveloperwalaupun developertelah diikat dengan

perjanjian di antara mereka. Di sisi lain, bank tidak ikut campur dengan masalah

diantaradeveloperdengan debitur karena bank memberikan kredit kepada debitur dan

debitur wajib mengembalikan pinjamannya tersebut.

Bank tetap dalam posisi lebih menguntungkan dimana dengan dibuatnya Akta

Perjanjian Kerja Sama antara bank dengan developer, maka apabila Debitur tidak

sanggup melunasi kreditnya maka segala hutang yang timbul wajib dibayar oleh

developer. Tetapi dari sisi Debitur diharapkan perjanjian yang dibuat antara debitur

dan developer dapat memberikan perlindungan kepada debitur apabila developer

wanprestasi.

Gambaran tersebut diatas akan melahirkan pertanyaan mengenai kedudukan

bank dan debitur atas objek jaminan. Untuk itu, dalam penelitian yang diberi judul

“Kedudukan Debitur dan Bank sebagai Kreditur Dalam Hal Wanprestasi Developer

(Studi di PT. Bank X)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka dapat

(11)

1. Bagaimana hubungan hukum antara debitur dan bank sebagai kreditur dengan

developersaat objek jaminan belum dibangun?

2. Bagaimana tanggung jawab developerterhadap debitur dan bank atas perjanjian

yang dibuatnya terkait dengan wanprestasideveloper?

3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap bank dan debitur sehubungan dengan

wanprestasinyadeveloper?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada judul dan permasalahan dalam penelitian ini maka dapat

dikemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hubungan hukum antara debitur dan bank sebagai kreditur

dengandevelopersaat objek jaminan belum dibangun.

2. Untuk mengetahui tanggung jawab developer terhadap debitur dan bank atas

perjanjian yang dibuatnya terkait dengan wanprestasideveloper.

3. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap bank dan debitur sehubungan

dengan wanprestasnyadeveloper.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta mendorong para pembaca untuk dapat

lebih mengerti dan memahami pengetahuan hukum perbankan tentang perkreditan,

(12)

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi para

aparat hukum dan masyarakat terkait dalam menghadapi masalah yang berhubungan

dengan wanprestasi developer terhadap objek bangunan yang kreditnya sudah

dicairkan oleh bank tetapi tidak dilanjutkan pembangunannya.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi serta penelusuran yang dilakukan di Kepustakaan

Universitas Sumatera Utara, judul-judul yang berkaitan dengan masalah wanprestasi

dan Kredit Pemilikan Rumah yang pernah ditulis sebelumnya antara lain oleh:

1. Teddy Taufik, Mahasiswa Magister Kenotariatan, Nomor Induk Mahasiswa

027011063, dengan judul tesis “Tanggung Jawab Penjamin Terhadap Debitur

Yang Wanprestasi Kepada PT. Bank Danamon, Tbk.”.

Adapun hal yang menjadi permasalahan dalam penelitian tersebut, yaitu:

a. Bagaimanakah persyaratan seorang penanggung hutang yang disetujui oleh

Bank Danamon Tbk?

b. Apakah hak istimewa dari penanggung hutang masih dapat diterapkan atau

berlaku dalam perjanjian penanggungan hutang pribadi?

c. Apakah setelah penanggung membayar hutang debitur dengan dieksekusi

hartanya oleh Pengadilan Negeri / dilelang dapat meminta pengembalian

pembayaran hutang terhadap hartanya yang sudah dilelang kepada Debitur?

2. Panary Sitopu, Mahasiswa Kenotariatan, Nomor Induk Mahasiswa 087011148,

(13)

Pemberian Fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (Suatu Penelitian di PT. Bank

CIMB Niaga, Tbk Cabang Medan Bukit Barisan)”.

Adapun hal yang menjadi permasalahan dalam penelitian tersebut, yaitu:

a. Bagaimanakah ketentuan dan bentuk perjanjian yang dilakukan antara

Developerdan Bank CIMB Niaga dalam pemberian fasilitas KPR?

b. Bagaimanakah hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama

antaraDeveloperdengan Bank CIMB Niaga dalam pemberian fasilitas KPR?

Berdasarkan uraian kedua judul tesis tersebut diatas, maka penelitian dengan

judul “Kedudukan Debitur dan Bank sebagai Kreditur dalam hal wanprestasi

Developer(Penelitian di PT. Bank X)belum pernah dilakukan oleh peneliti lainnya,

sehingga dengan demikian penelitian ini adalah asli dan dapat dipertanggung

jawabkan.

F. Kerangka Teori dan Konsep

1. Kerangka Teori

Teori berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik

atau proses tertentu terjadi dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada

fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenaran.20

“Teori sebagai perangkat proposisi yang terintekrasi secara sintaktis yaitu

mengikuti aluran tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan lainnya

dengan tata dasar yang dapat diamati dan berfungsi sebagai wahana untuk

meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati”.21

20J.J.J. M. Wuisman,Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas,M. Hisyam, Fakultas Ekonomi,

(Jakarta : Universitas Indonesia, 1996), hal. 203

21 Snelbecker dalam Lexy. J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja

(14)

Teori sebagai konsep adalah ekspresi suatu konsep tentang hakekat realitas

sosial. Selanjutnya teori sebagai skema konseptual, maka merupakan rangkaian

konsep yang berkait dan mencerminkan relatif sosial. Terakhir, maka teori sebagai

proposisi adalah perangkat proposisi, di mana salah satu proposisi dapat diuji secara

empiris. Teori tersebut mengembangkan induktif dan/atau deduktif.22

Menurut M. Solly Lubis bahwa:

Teori yang dimaksud disini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetap merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris.Artinya teori ilmu hukum merupakan suatu penjelasan rasional yang bersesuaian dengan objek yang dijelaskannya.Suatu penjelasan walau bagaimanapun menyakinkan, tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.23

Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam

membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis.Kerangka

teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis

sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui”.24

Suatu kerangka teori bertujuan menyajikan cara-cara untuk bagaimana

mengorganisasikan dan menginterpretasi hasil-hasil penelitian dan

menghubungkannya dengan hasil-hasil penelitian yang terdahulu.25 Oleh karena itu

dalam meneliti tentang kajian terhadap kedudukan debitur dan bank sebagai kreditur

dalam hal wanprestasi developer digunakan teori sebagai pisau analisis untuk

menjelaskan permasalahan yang ada yaitu dengan Teori Perlindungan Hukum.

22Soerjono Soekanto [1], Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris, (Jakarta:

IND-HILL-CO., 1990), hal.66

23M. Solly Lubis,Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung : CV. Mandar Maju, 1994), hal.27 24Ibid,hal.80

(15)

Perlindungan hukum artinya suatu perlindungan yang diberikan oleh

perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik

melalui hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis yang diberikan terhadap subjek

hukum dengan tujuan memberikan suatu rasa aman, damai, tertib dan pasti dalam

kehidupan sehari-hari subjek hukum.26 Perlindungan hukum preventif merupakan

sebuah bentuk perlindungan yang mengarah pada tindakan yang bersifat pencegahan.

Tujuannya adalah meminimalisasi peluang terjadinya pelanggaran. Perlindungan

hukum represif yang dilakukan untuk menyelesaikan atau menanggulangi suatu

peristiwa atau kejadian yang telah terjadi, yaitu berupa pelanggaran. Tentunya dengan

demikian peranan lebih besar berada pada lembaga peradilan dan aparat penegak

hukum lainnya.27

Perlindungan hukum menunjukkan arti bahwa hukum itu melindungi sesuatu.

Sesuatu yang dilindungi oleh hukum adalah kepentingan manusia, karena memang

hukum itu dibuat oleh dan untuk manusia atau masyarakat. Kepentingan pada

hakekatnya mengandung kekuasaan yang dijamin dan dilindungi oleh hukum dalam

melaksanakannya.

Perlindungan hukum diperlukan untuk mewujudkan fungsi hukum dan tujuan

hukum. Pada umumnya ahli-ahli hukum sudah sepakat mengatakan bahwa fungsi

hukum merupakan perlindungan kepentingan manusia, sementara tujuan pokok

26Otje Salman, Teori Hukum (SuatuPencarian/Penelaahan),(Jakarta : Brenada Media, 2007),

hal.19

27 Y. Sri Pudyatmoko, Penegakan dan Perlindungan Hukum, (Jakarta : Salemba Empat,

(16)

hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib yang artinya, menciptakan

ketertiban dan keseimbangan. Dengan terciptanya ketertiban di dalam masyarakat

diharapkan kepentingan manusia terlindungi.

Hukum juga memberikan perlindungan terhadap hak yang dimiliki oleh

manusia ataupun badan hukum. Menurut Satjipto Raharjo, “Hak tidak saja berarti

kewenangan yang dilindungi oleh hukum namun juga menekankan pada pengakuan

atas wewenang dari hak tersebut.”28

Teori perlindungan hukum sangat penting dalam penentuan kedudukan pihak

bank dan debitur atas hak-haknya yang telah dirugikan oleh developer. Developer

sebagai pihak yang telah mendapatkan pembayaran dari pihak bank atas penjualan

objek bangunan kepada debitur, berkewajiban membangun objek bangunan tersebut

yang kemudian akan diagunkan oleh debitur kepada bank dan dipasang hak

tanggungan, dalam hal ini diperlukan perlindungan hukum terhadap bank, debitur dan

developeryakni dengan pembuatan akta perjanjian tersendiri yang akan memberikan

perlindungan hukum terhadap masing-masing pihak.

Dengan demikian adalah adil, apabila hukum menjamin hak tiap orang dalam

hal ini bank dan debitur untuk memperoleh perlindungan hukum atas hak dan

kewajiban mereka akibat wanprestasi atau ingkar janji developer. Karena tanpa

perlindungan yang memadai maka yang terjadi adalahdeveloperbisa saja ingkar dan

semena-mena dari kewajibannya, tanpa perlu takut bahwa tindakannya dapat

terjangkau oleh hukum.

(17)

2. Kerangka Konsep

”Pemakaian konsep terhadap istilah yang digunakan terutama dalam judul

penelitian, bukanlah untuk keperluan mengkomunikasikannya semata-mata dengan

pihak lain. Sehingga tidak menimbulkan salah tafsir, tetapi juga demi menuntun

peneliti sendiri didalam menanganiproses penelitian dimaksud”.29

Konsep adalah suatu bagian terpenting dari teori, peranan konsep dalam

penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan penelitian, antara abstraksi

dan realita.30 Konsep diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak

menjadi suatu yang konkrit, yang disebut denganoperasional defenition.31

“Pemakaian konsep terhadap istilah yang digunakan terutama dalam judul

penelitian, bukanlah untuk keperluan mengkomunikasikannya semata-mata dengan

pihak lain. Sehingga tidak menimbulkan salah tafsir, tetapi juga demi menuntun

peneliti sendiri didalam menangani proses penelitian dimaksud”.32

“Konsep sebenarnya adalah defenisi secara singkat dari kelompok fakta atau

gejala. Maka konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, menemukan

antara variabel-variabel yang lain, menentukan adanya hubungan empiris”.33

Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus

didefenisikan beberapa konsep dasar.Adapun kerangka konsep dalam penulisan

hukum ini adalah sebagai berikut:

29Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999),

hal.107-108.

30Masri Singarimbun dan Sofian Effendi,Metode Penelitian Survei,(Jakarta: UI Press,1989),

hal 34

31Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta : Institut Bankir Indonesia, 1993), hal.10

32Sanapiah Faisal,ibid.

33Koentjoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta : Gramedia Pustaka

(18)

1. Bank

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau

bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.34

“Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan

memberikan kredit dan jasa-jasa. Adapun pemberian kredit itu dilakukan baik

dengan modal sendiri atau dengan dana-dana yang dipercayakan oleh pihak

ketiga maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat pembayaran baru berupa

uang giral.”35

2. Debitur

Debitur adalah pihak yang berhutang ke pihak lain, biasanya dengan menerima

sesuatu dari kreditur yang dijanjikan debitur untuk dibayar kembali pada masa

yang akan datang.36

3. Nasabah debitur

Nasabah debitur adalah Nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau

pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah atau yang dipersamakan dengan itu

berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan;37

4. Perjanjian

Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain

dimana dua orang itu saling berjanji untuk melakukan sesuatu.38

34Pasal 1 angka 2 Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan.

35Sentosa Sembiring,Hukum Perbankan,(Bandung : Mandar Maju, 2000), hal. 1

36 Panduan Bantuan Hukum di Indonesia : Pedoman Anda Memahami dan Menyelesaikan Masalah Hukum,(Jakarta : YLBHI, 2007), hal. 130

37Pasal 1 angka 18 Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas

(19)

5. Kredit Pemilikan Rumah

Kredit Pemilikan Rumah adalah kredit yang diberikan Bank X kepada debitor

untuk tujuan membiayai pembelian atau perbaikan/renovasi rumah atau rumah

toko (ruko) yang telah selesai atau yang akan selesai dibangun dengan tujuan

untuk dihuni sendiri dan/atau pembelian tanah kosong dengan tujuan untuk

dimiliki sendiri dan bukan untuk investasi.39

6. Agunan

Agunan adalah barang dan/atau hak yang diserahkan oleh debitor atau pihak lain

kepada Bank X guna menjamin pembayaran kembali utang dengan tertib dan

sebagaimana mestinya.40

Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank

dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip

Syariah.41

7. Wanprestasi

Wanprestasiadalah tidak dipenuhinya janji, baik karena disengaja maupun tidak

disengaja atau sama sekali tidak memenuhi prestasi, prestasi yang dilakukan

tidak sempurna, terlambat memenuhi prestasi dan melakukan apa yang dalam

perjanjian dilarang untuk dilakukan.42

8. Developer

38Subekti [1],Hukum Perjanjian Cetakan XIII,(Jakarta : Penertbit Intermasa, 1991), hal.1 39Akta Perjanjian Kredit antara debitur dengan PT.Bank X

40Ibid

41Pasal 1 angka 23 Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan

42Ahmadi Miru,Hukum Kontrak & Perancangan Kontrak,( Jakarta : Raja Grafindo Persada,

(20)

Menurut Pasal 5 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1974,

disebutkan pengertian Perusahaan Pembangunan Perumahan yang dapat pula

masuk dalam pengertiandeveloper, yaitu :

“Perusahaan Pembangunan Perumahan adalah suatu perusahaan yang berusaha dalam bidang pembangunan perumahan dari berbagai jenis dalam jumlah yang besar di atas suatu areal tanah yang akan merupakan suatu kesatuan lingkungan pemukiman yang dilengkapi dengan prasarana-prasarana lingkungan dan fasilitas-fasilitas sosial yang diperlukan oleh masyarakat penghuninya.”43

G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu sistem dan suatu proses yang mutlak

harus dilakukan dalam suatu kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu

pengetahuan. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan

pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari

satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya. Kecuali itu,

maka diadakan juga pemeriksaan mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk

kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang

timbul di dalam gejala yang bersangkutan.44

Sebagai suatu penelitian ilmiah, maka rangkaian kegiatan penelitian dinilai

dari pengumpulan data sampai pada analisis data dilakukan dengan memperhatikan

kaidah-kaidah penelitian sebagai berikut:

43 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan

Mengenai Penyediaan dan Pemberian Tanah Untuk Keperluan Perusahaan.

44 Soerjono Soekanto [2], Panduan Bantuan Hukum Indonesia, (Jakarta: Yayasan Obor

(21)

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada

metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu

atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya.45

Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian hukum normatif

(yuridis normatif) atau disebut juga penelitian hukum kepustakaan, yaitu penelitian

hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka46

yang diperoleh dari Undang-Undang, Kitab Hukum, maupun putusan pengadilan.

Penelitian hukum dengan jenis penelitian hukum normatif dimaksudkan untuk

mendapatkan data dan informasi secara menyeluruh yang bersifat normatif baik dari

bahan hukum primer, sekunder, maupun tertier.

Penelitian yang dilaksanakan ini dikategorikan sebagai penelitian yang

bersifat deskriptif analitis, dimaksudkan untuk melukiskan keadaan objek atau

peristiwanya,47 kemudian menelaah dan menjelaskan serta menganalisis data secara

mendalam dengan mengujinya dari berbagai peraturan perundangan yang berlaku

maupun dari berbagai pendapat ahli hukum, sehingga diharapkan dapat diketahui

gambaran jawaban atas permasalahan yang ditelitidan kemudian dituangkan dalam

tulisan ini.

45 Soerjono Soekanto [3], Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, Cet. 3, 1986),

hal.43

46 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji [1], Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hal.13-14

(22)

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah meliputi penelitian

kepustakaan (library research) untuk mendapatkan konsep teori atau doktrin,

pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian pendahuluan yang berhubungan

dengan objek yang diteliti dapat berupa peraturan perundang-undangan dan karya

ilmiah.

Adapun data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari bahan hukum primer,

sekunder dan tersier, yaitu:48

a. Bahan hukum primer

Yaitu data yang meliputi bahan hukum, dan berasal dari aturan yang mengikat

seperti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Yurisprudensi dan peraturan dari

zaman penjajahan yang hingga kini masih berlaku.49 Dalam penelitian ini data

yang digunakan berasal dari :

1) Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan;

2) Undang-Undang Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan; dan

3) Akta Perjanjian Kerja Sama antara bank dengandeveloper

4) Surat Perjanjian antara debitur dengandeveloper.

5) peraturan terkait lainnya.

b. Bahan hukum sekunder

(23)

Yaitu bahan yang memberikan penjelasantentang bahan hukum primer serta

implementasinya antara lain berupa :

1) jurnal;

2) makalah;

3) artikel ilmiah;

4) internet;

5) tesis;

6) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek).

c. Bahan hukumtersier

Yaitu bahan acuan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti ensiklopedi, kamus dan

jurnal ilmiah yang dijadikan rujukan untuk memperoleh informasi berupa

pengertian suatu kata atau istilah yang diperlukan dalam penelitian ini.

3 . Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat dan relevan, dilaksanakan 2 (dua) tahap

penelitian antara lain:

a. Studi kepustakaan/dokumentasi, yaitu dengan menelaah bahan hukum

kepustakaan untuk meneliti lebih jauh, guna memperoleh data sekunder berupa

bahan hukum primer dan sekunder.

b. Wawancara, dimaksudkan melakukan tanya jawab secara langsung antara

peneliti dengan nara sumber untuk mendapatkan informasi.50 Yakni, dengan

(24)

menggunakan pedoman wawancara yang telah ditentukan (terstruktur) yang

ditujukan kepada responden yang telah ditetapkan, yakni:

1) EK selaku Pejabat Bank yang terkait dengan pemberian fasilitas KPR;

2) Tjong, Deddy Iskandar, Sarjana Hukum selaku notaris di kota Medan.

4. Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mengurai sesuatu sampai ke

komponen-komponenya dan kemudian menelaah hubungan masing-masing komponen dengan

keseluruhan konteks dari berbagai sudut pandang. Penelaah dilakukan sesuai dengan

tujuan penelitian yang telah diharapkan.51

Bahan hukum sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (library

research) dan bahan hukum primer yang diperoleh dari penelitian lapangan (field

research) kemudian disusun secara berurutan dan sistematis dan selanjutnya

dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif, yang merupakan tata cara

penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis, yaitu apa yang dinyatakan oleh

sasaran penelitian yang bersangkutan secara tertulis atau lisan dan perilaku nyata.52

Kemudian ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif. Kesimpulan

adalah merupakan jawaban khusus atas permasalahan yang diteliti,sehingga

diharapkan akan memberikan solusi atas pemasalahan dalam penelitian ini.

51Sri Mamudji,Penelitian dan Penulisan Hukum,(Jakarta : Badan Penerbit FakultasHukum

UI, 2005), hal.67

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan pembahasan dan penelitian maka diketahui tanah yang belum terdaftar dapat dijadikan sebagai agunan kredit dengan ketentusn yang diberikan bank adalah tanah

Setelah dilakukan pembahasan dan penelitian maka diketahui tanah yang belum terdaftar dapat dijadikan sebagai agunan kredit dengan ketentusn yang diberikan bank adalah tanah

Setelah dilakukan pembahasan dan penelitian maka diketahui tanah yang belum terdaftar dapat dijadikan sebagai agunan kredit dengan ketentusn yang diberikan bank adalah tanah

adalah suatu perusahaan yang berusaha dalam bidang pembangunan perumahan dari berbagai jenis dalam jumlah yang besar di atas suatu areal tanah yang akan

tanah, yang selanjutnya disebut hak tanggungan, adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam undnag- undnag nomor 5 tahun 1960

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan dengan Tanah Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor

Komposisi penjualan (sales mix) adalah kombinasi relatif berbagai jenis produk terhadap total pendapatan penjualan dalam suatu perusahaan. Manajemen harus berusaha

Yang memiliki scoring risiko tertinggi yaitu perusahaan yang bergerak di bidang sektor usaha tekstil, dan yang memiliki scoring risiko terendah perusahaan yang bergerak di