• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Paguyuban Drumblek Salatiga dalam Mengembangkan Kesenian Drumblek sebagai Identitas Budaya Kota Salatiga T1 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Paguyuban Drumblek Salatiga dalam Mengembangkan Kesenian Drumblek sebagai Identitas Budaya Kota Salatiga T1 BAB V"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

STRATEGI PAGUYUBAN DRUMBLEK SALATIGA DALAM MEMBANGUN IDENTITAS BUDAYA KOTA SALATIGA

Paguyuban drumblek salatiga belum lama terbentuk, namun paguyuban ini

telah memiliki cukup banyak anggota. Dengan visi “Salatiga Menuju Dunia”,

paguyuban drumblek salatiga memiliki cita-cita untuk mengangkat kesenian

drumblek agar dinikmati diseluruh wilayah, baik nasional maupun internasional.

5.1. Drumblek sebagai kebudayaan baru

Dalam suatu tahap perkembangan kebudayaan menurut Perseun (1976: 18),

terdapat tiga tahap dalam perkembangan kebudayaan, pertama adalah tahap mitis,

dimana manusia masih berada dalam kepungan kekuatan-kekuatan gaib

disekitarnya, tahap yang kedua ontologis, yaitu ketika manusia terlepas dari

kepungan kekuasaan mitis, dan secara bebas ingin meneliti segala hal ihwal, dan

tahap yang ketiga adalah fungsionil, pada tahap ini akan nampak pada manusia

modern, yang mulai menjalin relasi-relasi baru dengan sesamanya. Manusia

merupakan makhluk sosial yang menjalin suatu relasi dan melakukan interaksi,

baik dengan sesama manusia maupun makhluk hidup lainnya. Pada tahap

pembentukan budaya drublek di Salatiga tentu saja sudah memasuki tahap

fungsionil dimana perkembangan yang diawali dari desa pancuran yang akhirnya membentuk Paguyuban Drumblek Salatiga (PDS) sebagai wadah bagi

drumblek-drumblek yang mulai berkembang di Salatiga.

Terdapat tiga aspek dalam tahap fungisionil (Van Peursen, 1976), pertama

yaitu bagaimana manusia ingin memperlihatkan daya-daya kekuatan sekitarnya

atau menjadikan semuanya itu sesuatu yang dialami, drumblek masuk pada tahap

fungsionil dalam strategi budaya, dimana manusia mulai melihat daya-daya

kekuatan sekitar baru nampak bila manusia memperlihatkan relasi langsung antara

dirinya sendiri dengan dengan dunia sekitar, disini manusia menganggap semua

(2)

masyarakat pancuran menggunakan barang-barang bekas sederhana untuk

menciptakan harmonisasi suara yang saat ini dikenal sebagai drumblek. Pada

awalnya masyarakat Pancuran menggunakan barang-barang bekas tersebut

sebagai barang pengganti alat musik drumband yang tidak mampu mereka beli

ketika mereka ingin menampilkan Marching Band untuk HUT RI pada masa itu.

Aspek kedua adalah bagaimana memberi dasar pada masa kini, pada pemikiran

fungsionil dijelaskan, situasi baru dibenarkan bila keadaan tersebut dapat dihayati

manusia, tidak melebihi kemampuannya. Pada bagian ini terlihat jelas bagaimana

masyarakat Pancuran menggunakan barang-barang substitusi dari barang bekas

untuk menampilkan Marching Band, serta lebih mendalami permainan “marching

band baru” yang mereka buat, sehingga terus berkembang hingga saat ini di berbagai wilayah. Aspek yang terakhir adalah peran ilmu pengetahuan, peran ilmu

pengetahuan berperan penting dalam permainan perkusi Drumblek (terlebih

pengetahuan mengenai musik) karena apabila masyarakat pancuran sembarang

memilih peralatan atau sembarang memainkan peralatan, maka harmonisasi suara

dari peralatan yang mereka gunakan tidak akan mereka dapatkan, beruntung pada

saat itu di desa Pancuran terdapat banyak seniman yang tahu tentang musik,

koreografi dan keindahan seni.

Pada tahap fungsionil yang paling utama dalam bagian ini adalah bagaimana

manusia menjalin relasi, pak Budi atau warga desa Pancuran lainnya tidak akan

dengan sendirinya menemukan permainan perkusi dari barang bekas, dengan

bergotong-royong bersama mereka dapat menciptakan kebudayaan baru yang

dapat bertahan dan terus berkembang hingga saat ini, untu tugas kedepan hanya

bagaimana cara warga Pancuran bersama-sama dengan warga Salatiga tetap

mempertahankan eksistensi dari kesenian Drumblek.

5.2. Paguyuban Drumblek Salatiga

Paguyuban Drumblek Salatiga merupakan sebuah organisasi yang memiliki

(3)

dan pengalaman bagi seluruh pelaku seni drumblek,1 seperti yang disampaikan oleh ketua PDS, Muhammad Edi Kurniawan dalam wawancara sebagai berikut:

“Tujuan awal kita pengen guyub rukun, guyub rukun semua drumblek yang ada di salatiga dan sekitarnya, yang pasti kita inginnya guyub rukun.. itu awal.. terus yang kedua kita ingin saling sharing.. sharing tentang pastinya pengalaman, ketukan, terus mayoret seperti itu, kita juga ingin seperti itu.. jadi saling menimba ilmu bareng-bareng.”2

Paguyuban Drumblek Salatiga merupakan lembaga independen yang

menjadi pemersatu bagi grup-grup drumblek, terutama bagi grup yang telah

tergabung menjadi anggota, memberi solusi bagi grup drumblek yang sedang

berkonflik, forum musyawarah untuk menyelesaikan

permasalahan-permasalahan yang terjadi seputar drumblek, seperti yang disampaikan wakil

ketua PDS, Rian Eka Saputra berikut ini:

“Peran dan fungsi dari PDS itu sebagai wadah.. pemersatu, seandainya ada konflik, seandainya ada apapun itu terkait tentang teknis drumblek misal ada perlombaan, dulunya kan nggak puas, selalu di medsos itu timbul konflik perpecahan gitu, lah kita bikin wadah.. ayo, yang menjadi permasalahan dari kalian itu apa.. jadi sebagai penengah, permasalahannya misal permasalahan A, yaudah kita cari solusinya bareng-bareng. Kalau perannya menurut saya sendiri adalah sebagai penjembatan.. penjembatan antar grup drumblek misal dengan EO (event organizer) , atau dengan penyelenggara acara-acara semacam itu adalah sebagai penjembatan. Penjembatan untuk mengurangi konflik-konflik yang mungkin terjadi setelah perlombaan.. dulu kan setelah perlombaan pasti ada.. wah kok jurinya seperti ini, wah kok panitianya seperti ini.. la kita disitu adalah jembatannya biar tidak terjadi seperti itu lagi itu seperti apa, kita bahas dalam sebuah forum.”3

Dalam buku Musyawarah Akbar #1 Paguyuban Drumblek Salatiga tertulis

bahwa Paguyuban Drumblek Salatiga terbentuk pada 21 Februari 2016, namun

Paguyuban Drumblek Salatiga dideklarasikan pada hari Minggu tanggal 30

1

Pembukaan dalam buku ADART Paguyuban Drumblek Salatiga

2 Wawancara dengan Ketua Paguyuban Drumbek Salatiga, Muhammad Kurniawan Pada 18

januari 2017 pukul 18.15 WIB di Terminal Tingkir.

3 Wawancara dengan wakil ketua PDS, Rian Eka Saputra pada 2 Mei 2017 pukul 16.30 WIB di

(4)

Oktober 2016 di lapangan Brajan Kecamatan Argomulyo Salatiga.4 Latar belakang terbentuknya Paguyuban Drumblek Salatiga tidak lain karena semakin

banyaknya jumlah grup-grup drumblek yang belum terorganisir, belum adanya

standarisasi dalam penilaian lomba, dan ketentuan-ketentuan lain seputar kesenian

drumblek, selain itu sebagai sarana untuk bertukar ilmu dan wawasan dalam

kesenian drumblek, seperti pernyataan mas Wawan dalam wawancara berikut ini: ”Latar belakang itu.. awal mungkin temen-temen drumblek se-Salatiga awalnya Salatiga, keluh kesah tentang.. tentang perlombaan awalnya itu, karena belum ada standarisasi, dan sedikitnya wadah di Salatiga belum ada. Terus banyak rekan yang ingin membuat wadah drumblek.”5

Tujuan dari Paguyuban Drumblek Salatiga telah tertulis dalam Anggaran

Dasar Paguyuban Drumblek Salatiga (pasal 6), yang menyebutkan bahwa:

a. Menjadi wadah untuk bersilahturahmi, bertukar pengetahuan

dan pengalaman bagi seluruh pelaku seni drumblek

b. Meningkatkan perkembangan kehidupan kesenian drumblek

sejalan dengan kebutuhan masyarakat

c. Mendorong dan mengembangkan karya seni drumblek

sejalan dengan meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap

kesenian

d. Meningkatkan, mengembangkan dan menampung peran serta

masyarakat dibidang pembangunan kesenian drumblek

e. Meningkatkan pembinaan dan pengembangan kesenian

sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku seni

drumblek.

Selain itu dalam pasal 9 dalam Anggaran Dasar Paguyuban

Drumblek Salatiga tentang Fungsi dan Tugas Paguyuban Drumblek

Salatiga, yaitu:

4

http://www.salatigacity.com/deklarasi-paguyuban-drumblek-salatiga/. “Deklarasi Paguyuban Drumblek Salatiga”. Diakses pada Jum’at, 26-5-2017, 20.30 WIB

5 Wawancara dengan Ketua Paguyuban Drumbek Salatiga, Muhammad Kurniawan Pada 18

(5)

a. Sebagai wadah pemersatu grup-grup kesenian drumblek di

kota Salatiga khususnya dan di Kabupaten-kota lainnya

b. Sebagai pemikir dan konseptor kebijakan dalam pembinaan

dan pengembangan kesenian drumblek

c. Sebagai pelaksana pembinaan dan pengembangan kesenian

untuk membantu pemerintah melalui :

1) Peningkatan aktifitas kesenian drumblek

2) Peningkatan kualitas kesenian drumblek

3) Peningkatan apresiasi seni masyarakat drumblek

Sedang dalam pasal 10 disebutkan tugas dari PDS, antara lain:

a. Melakukan pendataan anggota, mengkoordinir, serta

melakukan pemetaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat

akan kesenian drumblek

b. Membantu dan memberikan pertimbangan kepada

Pemerintah Daerah, instansi lain, instansi sejenis dalam

menyusun program pembinaan dan pengembangan

kesenian-kesenian drumblek

c. Menggali, meningkatkan dan menumbuh kembangkan

potensi dan apresiasi kesenian drumblek bersama-sama

dengan organisasi/lembaga kesenian yang lain

d. Menjembatani antara pemerintah daerah, instansi atau

lembaga profit dan non profit serta masyarakat dalam hal

pengembangan apresiasi kesenian drumblek.6

Anggota Paguyuban Drumblek Salatiga berasal dari

kelompok-kelompok kesenian drumblek yang berada di kota Salatiga dan wilayah

sekitar. Paguyuban drumblek Salatiga memiliki pengurus yang selanjutnya

disebut badan pelaksana harian (BPH), dengan struktur organisasi sebagai

berikut:

6

(6)

Struktur organisasi Paguyuban Drumblek Salatiga

Anggota kelompok drumblek yang telah tergabung dalam Paguyuban

Drumblek Salatiga berjumlah sekitar 124 kelompok drumblek,7 namun tidak

menutup kemungkinan jumlah tersebut akan terus bertambah seiring dengan

kemunculan kelompok-kelompok drumblek baru. Anggota resmi Paguyuban drumblek tersebut antara lain Gempar, Garuda, Gebraak, Gareng’ 12, Noah, Grace, DNW, Peace, Teksas 234, Drajat, Rekat, Gadalisa, Pungkursari of

Percussion, Cleopatra, Margoblek, Sakral, Mbetotong, Basoka dan masih banyak

lagi (dalam lampiran 1).

7

Data anggota resmi Paguyuban Drumblek Salatiga dalam buku Musyawarah Akbar #1 Paguyuban Drumblek Salatiga

KETUA

SEKRETARIS

BENDAHARA DEWAN

PENASEHAT

DEWAN

PEMBINA

SEKBID

MEDIA SEKBID

HUMAS SEKBID

KEKARYAAN SEKBID

PEMBERDAYAAN

Bagan 3

(7)

5.3. Strategi Paguyuban Drumblek Salatiga Dalam Membangun Identitas

Budaya

Dalam bagian ini, peneliti menggunakan proses interaksi sosial (asosiatif dan

disasosiatif) dalam Soekanto (2014), untuk mengkaji strategi pengembangan kesenian drumblek yang digunakan oleh PDS sebagai identitas Budaya kota

Salatiga. Bentuk-bentuk interaksi sosial tersebut dapat berupa kerjasama

(cooperation), persaingan (competition), bahkan juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict).

5.3.1 Cooperation (kerjasama)

Kerja sama adalah suatu usaha bersama baik antar individu,

individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok,

dalam mencapai tujuan atau kepentingan bersama. Menurut Soekanto

(2014) kerja sama biasanya muncul ketika pihak yang berkepentingan

menyadari bahwa mereka memiliki kepentingan serta tujuan yang

sama dengan pihak lain. Dalam hal ini, beberapa kelompok Drumblek

di Salatiga dan daerah sekitar memiliki kepentingan, kesusahan

ataupun keluh kesah yang sama, baik dari aspek penilaian perlombaan

atau aspek lain yang masih berhubungan dengan permasalahan teknis

kesenian drumblek, sehingga perwakilan dari kelompok-kelompok

kesenian drumblek berkumpul, saling bertukar pikiran untuk membuat

wadah bagi kelompok-kelompok drumblek Salatiga dan sekitar, maka

lahirlah Paguyuban Drumblek Salatiga.

Dalam perjalanannya, Paguyuban Drumblek Salatiga dapat

diterima oleh para pelaku kesenian Drumblek sebagai lembaga

tertinggi bagi kelompok-kelompok pelaku kesenian Drumblek.

Kegiatan yang pernah dibuat oleh Paguyuban Drumblek Salatiga bagi

kelompok-kelompok drumblek antara lain deklarasi Paguyuban

Drumblek Salatiga, sebagai simbol lahirnya Paguyuban Drumblek

(8)

menunjukan eksistensinya. Kegiatan selanjutnya adalah Musyawarah

Akbar pertama Paguyuban Drumblek Salatiga, kegiatan ini merupakan

kegiatan pemaparan serta sosialisasi Anggaran Dasar/ Anggaran

Rumah Tangga (AD/ART) Paguyuban Drumblek Salatiga yang diikuti

oleh seluruh anggota Paguyuban, Steering Comitee Paguyuban,

pengamat dan sesepuh kesenian Drumblek, serta perwakilan dari

Pemerintah kota Salatiga. Dalam kegiatan ini Steering comitee (pihak

dari pengurus) Paguyuban Drumblek Salatiga meminta persetujuan

kepada pelaku kesenian drumblek atas rumusan-rumusan AD/ART.

Disini Paguyuban Drumblek Salatiga melakukan kerja sama dengan

para pelaku kesenian drumblek, guna memajukan

kelompok-kelompok drumblek dengan membuat standarisasi penilaian lomba,

panduan penyelenggaraan event, ketentuan-ketentuan lain dalam event

lomba maupun non lomba (dapat dilihat dalam lampiran 2) yang pada

akhirnya menjawab berbagai permasalahan dari kelompok-kelompok

drumblek yang belum pernah teratasi sebelum Paguyuban Drumblek

Salatiga ada.

Kegiatan lain yang diselenggarakan oleh Paguyuban Drumblek

Salatiga adalah kegiatan bakti sosial penggalangan dana, salah satu

contoh ketika daerah Grabag, kab. Magelang terkena banjir,

Paguyuban Drumblek Salatiga bekerjasama dengan beberapa anggota

kelompok drumblek per-korwil, (pembagian Korwil dapat dilihat

dalam lampiran 3) melakukan pertunjukan perkusi drumblek untuk

aksi galang dana, yang mana seluruh penghasilan dari kegiatan

tersebut disumbangkan ke daerah yang terkena musibah banjir

tersebut.

Terakhir adalah latihan bersama bagi mayoret dari Korp

Mayoret paguyuban Drumblek Salatiga (KMPDS) seperti pernyataan

(9)

“Ya yang pastinya kita baru deklarasi PDS, tanggal 30 Oktober.. itu baru kita ngadain deklarasi PDS, dan kemudian kita juga punya induk KMPDS. KMPDS itu Korp Mayoret Paguyuban Drumblek Salatiga, juga.. juga intinya dua minggu sekali ada kepelatihan bareng yang diiringi tim drumblek yang ada di lokasi sekitar, sementara itu.”8

Hal serupa disampaikan dalam wawancara dengan mas Ryan:

“kalau KMPDS itu ya sama, jadi kaya gimana ya..

kumpulan dari mayoret-mayoret disitu.. ya sama, tujuannya

sama.. biar skill atau kemampuan mayoret itu dari mayoret

itu sama rata. Jadi yang punya kemampuan yang menonjol

disitu biar bisa berbagi ilmu disitu..”9

Namun latihan bersama KMPDS ini tidak berjalan sesuai jadwal

dikarenakan kesibukan masing-masing dari personil anggota KMPDS.

Paguyuban Drumblek Salatiga tidak sendiri dalam

mengembangkan kesenian drumblek sebagai identitas kota Salatiga,

PDS dibantu Lembaga Pemerintahan dan Pihak Sponsor sering

mengadakan festival, karnaval, serta perlombaan-perlombaan guna

lebih menonjolkan eksistensi kesenian drumblek, seperti contohnya

PDS mengikutsertakan anggota-anggotanya dalam pawai-pawai atau

karnaval peringatan hari jadi Kota Salatiga, HUT RI yang

diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah kota Salatiga, pawai

Orientasi Mahasiswa Baru (OMB) oleh UKSW yang diadakan setiap

tahun, festival drumblek dengan Atlantic Dreamland Salatiga,

perlombaan yang memperebutkan piala Walikota, perlombaan piala

DPRD kota Salaitga dan sebagainya.

8

Wawancara dengan Ketua Paguyuban Drumbek Salatiga, Muhammad Kurniawan Pada 18 januari 2017 pukul 18.15 WIB di Terminal Tingkir.

9

(10)

Gambar 10. Musyawarah Akbar #1 Paguyuban Drumblek Salatiga (Dokumentasi Pribadi, 18 April 2017)

Gambar 11. Bakti Sosial Paguyuban Drumblek Salatiga

(Dokumentasi Grup Facebook Paguyuban Drumblek Salatiga, Rabu 19 Juli 2017)

Paguyuban Drumblek Salatiga memiliki posisi sebagai lembaga

pemersatu para pekerja seni drumblek yang bertindak sebagai

(11)

dan pengembangan kesenian drumblek,10 kerja sama Paguyuban Drumblek Salatiga yang melibatkan pihak diluar Paguyuban terlihat

ketika ada lembaga yang ingin membuat acara dengan melibatkan

kesenian drumblek, namun posisi Paguyuban Drumblek Salatiga disini

berperan sebagai penjembatan kelompok-kelompok drumblek anggota

Paguyuban dengan pihak penyelenggara acara (entah dari lembaga,

event organizer, maupun pihak lain). Ketika ada pihak yang ingin menyewa suatu kelompok drumblek, maka pihak penyewa tersebut

harus terlebih dahulu meminta ijin kepada Paguyuban Drumblek

Salatiga, sebagai contoh ketika suatu parusahaan ingin mengadakan

perayaan ulang tahun perusahaan dengan menampilkan sebuah grup

drumblek, maka perusahaan tersebut terlebih dahulu harus meminta

ijin kepada Paguyuban Drumblek Salatiga, dan membayar biaya sewa

atas kelompok drumblek tersebut, dimana biaya sewa yang dibayarkan

akan masuk pada kas kelompok drumblek yang bermain.

Paguyuban Drumblek Salatiga memiliki visi “Dari Salatiga

untuk Dunia”, dari sinilah Paguyuban Drumblek Salatiga berangkat untuk mengelola kelompok-kelompok drumblek untuk mengangkat

kesenian drumblek ke mata Dunia, berikut adalah wawancara dengan

mas Ryan :

“Ya tentunya.. lewat.. ee.. kita mensupport perlombaan-perlombaan itu, standarisasi perlombaan-perlombaan kita tingkatkan,

kreatifitas teman-teman terus kita pacu, kedepannya kan kita

pengen membawa itu, mungkin program-program PDS

kedepannya adalah seperti nanti kita adakan workshop, misal

nanti workshop musik dulu.. workshop musik berarti kita nanti

ambil dua orang perwalikan dari masing-masing grup, kita

kumpulkan jadi satu, kita nanti panggil akademisi atau guru

besar dari fakultas seni entah dari ISI atau entah dari mana,

jadi kita nanti bikin kaya sesi tanya jawab, sebagai perkusi

10

(12)

yang baik itu seperti apa to, pakem-pakemnya perkusi itu

bagaimana.. teknik-tekniknya itu bagaimana.. kita ulas disitu

agar visinya salatiga menuju dunia itu dapat tercapai.”11

Paguyuban Drumblek Salatiga untuk kedepannya

mengagendakan kegiatan workshop musik untuk anggota kelompok

Paguyuban, yang nanti akan bekerjasama dengan pengamat musik

atau akademisi (Guru besar) dari sebuah fakultas seni demi menaikkan

kualitas musik kesenian Drumblek menurut penjabaran mas Ryan di

atas.

Salah satu kegiatan Paguyuban Drumblek Salatiga dalam

membawa dan mempromosikan kesenian Drumblek ke

wilayah-wilayah lain adalah dengan mengikut sertakan kelompok Drumblek

untuk tampil mengisi acara-acara di luar kota Salatiga. Salah satu

contohnya adalah dari kelompok Drumblek Amigo ( Nobo Kulon,

Salatiga) yang tampil dalam Pekan Kesenian Rakyat Jawa Tengah

(PKRJT) 2017, di taman kota lama Semarang pada 16 Juli 2017 sesi

ke- 7.

Gambar 12. Penampilan Drumblek Amigo Salatiga di PKRJT) (Dokumentasi grup facebook Paguyuban Drumblek Salatiga, Rabu 19 Juli 2017)

11

(13)

5.3.2 Competition (persaingan)

Proses kedua adalah kompetisi atau persaingan, dalam hal ini

persaingan (competition) adalah interaksi yang dilakukan oleh individu

maupun kelompok sosial yang saling bersaing untuk mendapatkan

keuntungan tertentu bagi dirinya dengan cara menarik perhatian atau

mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan kekerasan

(Soekanto, 2014). Persaingan terjadi apabila terdapat lebih dari satu pihak

yang berlomba atau berbuat sesuatu, dengan mengalahkan pihak lain tanpa

kekerasan tanpa kecurangan, untuk meraih suatu tujuan tertentu (menang).

Kompetisi atau perlombaan diselenggarakan untuk lebih mengakui

eksistensi dari satu pihak yang menang, hal ini juga berlaku bagi

kelompok-kelompok drumblek. Berbagai perlombaan baik dari Pemerintah

maupun kelompok drumblek Desa diselenggarakan untuk lebih mengakui

eksistensi atau keberadaan dari kesenian Drumblek. Salah satu contoh

ajang perlombaan atau kompetisi bagi kelompok-kelompok drumblek adalah “Ngaglik Drumblek Festival” yang diselenggarakan drumbek Gareng’ 12 (Ngaglik, Salatiga) pada hari Minggu, 21 Juli 2017 untuk memperebutkan piala Walikota. Kegiatan ini diselenggarakan di lapangan

bola Damatex dari pukul 08.00 WIB dan diikuti oleh puluhan

kelompok-kelompok Drumblek Salatiga dan sekitar yang telah menjadi anggota dari

Paguyuban Drumblek Salatiga dan mendaftarkan kelompok drumbleknya

(14)

Gambar 13. Perlombaan Drumblek: Ngaglik Drumblek Festival (Dokumentasi pribadi, Minggu 16 Juli 2017)

Perlombaan-perlombaan yang diselenggarakan sebenarnya bukan

untuk mengejar hadiah atau keuntungan, namun lebih pada suatu ajang

untuk mengukur seberapa bagus kualitas suatu kelompok drumblek dalam

bermain musik, mengaransemen lagu, baik dalam penampilan, kostum,

koreografi serta sejauh mana kreatifitas dan inovasi dari sebuah grup

drumblek. Hal yang utama adalah seberapa kreatif sebuah kelompok

drumblek dalam mengembangkan kesenian drumblek, khususnya

pengembangan kelompok tersebut. Pernyataan tersebut disampaikan oleh

mas Ryan dalam wawancaranya :

” kalau lomba itu bagi kita bukan untuk ajang persaingan mas, tapi untuk mengukur, sejauh mana kreatifitas atau atau inovasi dari masing-masing grup dengan lomba itu, apresiasi dari lomba itu kan hadiah, juara itu.. adalah bonus dari kerja keras mereka.. jadi sejauh mana kerja keras dari mereka kalau sudah jadi juara satu, dua atau tiga.. oh berarti ini hasil jerih payah saya, kalau belum juara kan berarti latihan terus, latihan terus.. seperti itu.”12

12

(15)

5.3.3 Conflict (Pertentangan)

Konflik atau pertentangan merupakan bentuk interaksi antar

individu atau kelompok sosial yang berusaha mencapai tujuannya dengan

jalan menentang pihak lain disertai ancaman atau tindakan kekerasan

(Soekanto, 2014), namun konflik yang sering terjadi pada kelompok

drumblek adalah kekecewaan dari pemain drumblek akibat kerja sama atau

kompetisi yang mereka lakukan, terlebih sebelum Paguyuban Drumblek

Salatiga terbentuk. Permasalahan-permasalahan yang dahulu muncul

adalah karena kelompok-kelompok drumblek tidak puas dengan sistem

penilaian dalam sebuah lomba, konflik yang muncul mereka saling sindir

dan adu argumen pada sebuah media sosial, tanpa ada pihak yang

menengahi. Permasalahan lain yang memicu konflik antar kelompok

drumblek misal dalam sebuah desa terdapat lebih dari satu kelompok

drumblek, kemudian salah satu kelompok drumblek dalam desa tersebut

merasa bahwa drumblek mereka telah ditiru (segi permainan, aransemen

lagu, koreografi dsb.) oleh kelompok drumblek lain dalam satu desa

tersebut, sehingga kelompok drumblek yang merasa ditiru tidak terima

hingga memunculkan konflik antar kelompok drumblek dalam satu desa.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan mas Ryan dalam wawancara: “Seperti itu ya.. masih ada di sebagian grup itu masih ada itu sebagian grup yang berkonflik, dan rata-rata itu adalah dari yang sedaerah, misal kampungnya itu sedaerah ada empat (kelompok) drumblek seperti itu, ada yang empat-empatnya itu persaudaraannya bagus.. ada yang saling selisih paham seperti itu.. dan rata-rata kan yang menjadi permasalahan kan.. ahh.. nurun (mencontek) atau gimana dan lain sebagainya.”13

Setelah hadirnya Paguyuban Drumblek Salatiga, konflik antar

anggota kelompok atau antar kelompok drumblek jarang terjadi, karena

peran Paguyuban Drumblek Salatiga adalah sebagai mediator dari

13

(16)

permasalahan antar kelompok Drumblek anggota Paguyuban, sesuai

dengan pernyataan mas Ryan :

“Peran dan fungsi dari PDS itu sebagai wadah.. pemersatu, seandainya ada konflik, seandainya ada apapun itu terkait tentang teknis drumblek misal ada perlombaan, dulunya kan nggak puas, selalu di medsos itu timbul konflik perpecahan gitu, lah kita bikin wadah.. ayo, yang menjadi permasalahan dari kalian itu apa.. jadi sebagai penengah, permasalahannya misal permasalahan A, yaudah kita cari solusinya bareng-bareng. Kalau perannya menurut saya sendiri adalah sebagai penjembatan.. penjembatan antar grup drumblek misal dengan EO, atau dengan penyelenggara acara-acara semacam itu adalah sebagai penjembatan. Penjembatan untuk mengurangi konflik-konflik yang mungkin terjadi setelah perlombaan.. dulu kan setelah perlombaan pasti ada.. wah kok jurine seperti ini, wah kok panitianya seperti ini.. la kita disitu adalah jembatannya biar tidak terjadi seperti itu lagi itu seperti apa, kita bahas dalam sebuah forum.”14

Cara Paguyuban Drumblek Salatiga dalam mengatasi konflik antar

kelompok Drumblek dengan menengahi kelompok drumblek yang sedang

berkonflik. Paguyuban Drumblek Salatiga tidak menanyai satu persatu

permasalahan apa yang sedang terjadi, namun Paguyuban Drumblek

Salatiga membiarkan kelompok drumblek yang sedang berkonflik datang

ke Paguyuban dam bercerita sendiri, agar konflik tidak berlarut dan tidak

ada kesalah pahaman antar kelompok drumblek yang sedang berkonflik

dengan Paguyuban Drumblek Salatiga. Sesuai dengan pernyataan mas

Ryan :

“Tindakan kita menengahi, tetapi kita tidak mau terlalu turun ngopo ki permasalahane ki.. nggak. Nanti biar mereka sendiri yang ke kita, kita takutnya nanti kalau kita langsung terjun, kita tanya sana permasalahannya ini, kita Tanya sini permasalahannya ini.. mending kalau ada permasalahan satu itu kita nanti biar dia yang mengajak

14

(17)

mereka yang konflik itu ke kita, baru kita yang menengahi, takutnya nanti ee.. jadinya rancu gitu lo.”15

15

Gambar

Gambar 10. Musyawarah Akbar #1 Paguyuban Drumblek Salatiga (Dokumentasi Pribadi, 18 April 2017)
Gambar 13. Perlombaan Drumblek: Ngaglik Drumblek Festival (Dokumentasi pribadi, Minggu 16 Juli 2017)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara dengan Hakim di Pengadilan Negeri Klas IB Metro, pada hari Senin tanggal 6 Oktober 2014, pada pukul 11.15. Pegawai di Lembaga Pemasyarakatan Klas II

Hung & Cheng (2013) investigated the be- havior of individuals’ knowledge sharing inten- tions of a new technology in virtual communities using the concept of the Technology

Jika perkara ditangani dengan penyidik, maka penyidikan akan dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (selanjutnya disebut PPNS) BPOM, namun jika perkara

2. Accountability yaitu tanggung gugat terhadap apa yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan bertanggung jawab terhadap klien, diri sendiri,

“Strategi inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari ndan menyelidiki secara

Pada hak jaminan tidak mengatur secara tegas kapan lahirnya hak kebendaan pada hak jaminan sebagaimana pada lembaga jaminan hak tanggungan dan Fidusia, sehingga lahirnya

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni. © Novita Diana 2016

This report presents the second set of WHO Child Growth Standards and describes the methods used to construct the standards for head circumference-for-age, arm