1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tulang atau kerangka adalah jaringan yang kuat dan tangguh yang memberi bentuk pada tubuh. Tulang termasuk komponen yang keras, sehingga hal inilah yang menyebabkan tulang tidak mudah diuraikan, sehingga tulang tersebut menjadi limbah padat yang lebih dikenal sebagai sampah yang sering kali dianggap tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Oleh karena itu, perlu pengolahan lebih lanjut agar limbah tulang tidak menjadi sampah yang mencemari lingkungan dan dapat dimanfaatkan secara maksimal. Tulang atau kerangka adalah jaringan yang kuat dan tangguh yang memberi bentuk pada tubuh (Astrina, 2010).
Pemanfaatan limbah ternak secara efisien dan ekonomis akan mampu mencegah dahsyatnya pencemaran lingkungan, nilai estetis, dan berbagai masalah kesehatan terhadap kehidupan manusia. Keberadaan limbah kotoran dan tulang ternak di Indonesia cukup tinggi akibat tingginya total konsumsi daging sapi di Indonesia. Mengingat cukup tingginya keberadaan limbah kotoran dan tulang ternak di Indonesia dan belum tercapainya pengolahan secara optimal, maka berbagai penelitian untuk mengetahui alternatif pengolahan limbah ternak untuk meningkatkan nilai ekonomis, mencegah pencemaran lingkungan yang sekaligus mampu meminimalkan masalah-masalah kesehatan sangat perlu untuk ditingkatkan baik kuantitas maupun kualitasnya (Rugayah, 2014).
2
Salah satu penanganan tulang adalah dengan cara ditepungkan. Hal ini disebabkan tingginya kandungan mineral yang ada pada tulang sehingga sayang apabila dibuang dengan percuma. Selain itu dengan cara pengolahan lebih lanjut pada limbah tulang ini akan memberikan nilai ekonomis. Tulang merupakan salah satu bentuk limbah dari industri yang memiliki kandungan kalsium terbanyak karena unsur utama dari tulang adalah kalsium, fosfor dan karbonat.
Tepung tulang merupakan salah satu bahan baku pembuatan pakan ternak yang terbuat dari tulang hewan. Tulang yang harus dijadikan tepung haruslah tulang yang berasal dari hewan ternak dewasa dan biasanya berasal dari tulang hewan berkaki empat seperti tulang sapi, kerbau, babi, domba, kambing dan kuda. Tepung tulang dijadikan sebagai salah satu bahan dasar pembuatan pakan karena mengandung mineral makro yakni kalsium dan fosfor serta mineral mikro lainnya (Sari, 2015).
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya, dimana telah dirancang dan dibuat alat penggiling tulang sapi kering oleh Hadi Jaka Suwarno (2016). Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian terhadap ukuran lubang saringan pada alat penggiling tulang sapi kering untuk melihat performasi alat. Dengan mencari ukuran ukuran lubang saringan yang tepat diharapkan hasil penggilingan lebih optimal.
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah perancangan percobaan rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial dengan satu faktor yaitu ukuran lubang saringan pada alat penggiling tulang sapi kering dengan tiga kali ulangan pada tiap perlakuan.
3
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran lubang saringan pada alat penggiling tulang sapi kering terhadap kadar air tepung tulang, rendemen, bahan tertinggal dan kehalusan saringan tepung tulang.
Hipotesis Penelitian
1. Diduga ada pengaruh variabel ukuran lubang saringan terhadap kadar air tepung tulang.
2. Diduga ada pengaruh variabel ukuran lubang saringan terhadap rendemen. 3. Diduga ada pengaruh variabel ukuran lubang saringan terhadap bahan
tertinggal.
4. Diduga ada pengaruh variabel ukuran lubang saringan terhadap kehalusan saringan tepung tulang.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai syarat untuk dapat menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas sumatera Utara.
2. Sebagai bahan masuk yang dapat berkontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
3. Sebagai referensi bagi pihak yang membutuhkan, terutama limbah tulang sapi.