• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji efek kombinasi ekstrak metanol daun Piper betle L. dengan ekstrak metanol daun Piper crocatum Ruiz - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Uji efek kombinasi ekstrak metanol daun Piper betle L. dengan ekstrak metanol daun Piper crocatum Ruiz - USD Repository"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

UJI EFEK KOMBINASI EKSTRAK METANOL DAUN Piper betle L. DENGAN EKSTRAK METANOL DAUN Piper crocatum Ruiz & Pav.

TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Stefanus Leonardo Jonhalim NIM : 158114031

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

UJI EFEK KOMBINASI EKSTRAK METANOL DAUN Piper betle L. DENGAN EKSTRAK METANOL DAUN Piper crocatum Ruiz & Pav.

TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Stefanus Leonardo Jonhalim NIM : 158114031

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus bagi kamu – 1 Tesalonika 5:18

(6)
(7)
(8)

vii PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, berkat, dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Efek Kombinasi Ekstrak Metanol Daun Piper betle L. Dengan Ekstrak Metanol Daun Piper crocatum Ruiz & Pav. Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureussebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma dengan baik dan lancar.

Keberhasilan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, arahan, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Ibu Dr. Christine Patramurti, Apt., selaku Ketua Program Studi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc., selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk penggunaan segala fasilitas laboratorium selama penelitian

4. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu memberikan saran, arahan, masukan serta bimbingan dari penyusunan proposal, penelitian, sampai penyusunan skripsi

5. Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang memberikan kritik dan saran selama penyusunan skripsi

6. Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc., selaku dosen penguji yang memberikan kritik dan saran selama penyusunan skripsi

7. Mas Antonius Dwi Priyana dan Mas Sarwanto selaku Sekretariat S1 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang memberikan informasi selama perkuliahan dan ujian

(9)

viii

9. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang sudah mengajar dan membantu penulis selama perkuliahan 10. Mama Theresia Halimah, Gregorius Alvin Jonhalim, serta seluruh keluarga

besar (Junaidi Big Family) yang selalu memberikan semangat, dukungan, serta doa kepada penulis

11. Teman-teman seperjuangan skripsi yang selalu berbagi cerita dan pelajaran selama skripsi, Anastasianus Hendriana, Nadia Chandra Prasdiyanti, Galang Adityas, Alamanda Febriani, Bryant Candi Mulya, dan Pipit Puspitasari 12. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan memberikan semangat kepada

penulis, Elsa Regita Sitompul, Agatha Tesalonika Rindu Asmara, Giacinta Hestia, Misty Fa Wijaya, Anastasianus Hendriana, Reynaldo Tiara, Tommy Aditya, Johannes Sianturi Baskoro, serta Komang Devani Parantini

13. Temen-temen Meja 2 A2 (Pharmacist Life), Tommy Aditya, Galang Adityas, Anastasianus Hendriana, Desy Erlinda, Birgitta Lisbethiara Ardiani, Misty Fa Wijaya, dan Giacinta Hestia yang sudah menemani perjalanan praktikum dari semester 1 sampai semester 7

14. Para “Cikguku” yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis, Claresta Sartika, Nadia Chandra Prasdiyanti, Patricia Nathania Widyastuti, Ni Luh Made Indiantari Dewi, Graciella Nadila, Tia Rahelsa Turnip, serta Tommy Aditya

15. Teman-teman kelas sebelah yang selalu menemani penulis saat mengerjakan tugas dan selalu memberikan semangat kepada penulis Oswin Surya Agung, Maria Diana Intan Mas Mutiara, Oei Teresia Rosa Sandjaja, Preiffer Agus Prasojo, Anastasia Dea Putri Wijayanti, Vinanda Oktaviani, Natalia Ingrid Dermawan, Ervan Setyo Nugroho, dan Glenys Cindy Sunyata

(10)
(11)

x ABSTRAK

Latar Belakang: Kejadian resistensi bakteri Staphylococcus aureus pada beberapa antibiotik sangatlah besar. Kejadian resistensi tersebut dapat diatasi dengan alternatif mengganti antibiotik dengan ekstrak bahan alam. Daun sirih dan daun sirih merah diketahui memiliki aktivitas antibakteri. Dalam penelitian ini, dilakukan pengujian efek kombinasi dari ekstrak metanol daun sirih (EMDS) dengan ekstrak metanol daun sirih merah (EMDSM) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus.

Metode: Rancangan penelitian ini adalah posttest only control group design. Metode difusi sumuran digunakan untuk melihat diameter zona hambat (mm) yang dihasilkan dari perlakuan yakni EMDS 100mg/ml, EMDSM 200mg/ml, kombinasi EMDS:EMDSM dengan perbandingan 1:1; 2:1; dan 1:2. Data diameter zona hambat yang didapatkan diuji secara statistik dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis dan perbedaan tiap kelompok diuji dengan uji Mann-Whitney. Hasil: Pada metode difusi sumuran didapatkan rata-rata diameter zona hambat dan SD dari EMDS 100mg/ml; EMDSM 200mg/ml; kombinasi EMDS:EMDSM dengan perbandingan 1:1; 2:1; dan 1:2 secara berturut-turut adalah 2,8333±0,2886 mm; 1,1667±0,2886 mm; 2±1 mm; 2±0,5 mm; 1,1167±0,2886 mm. Analisis statistik dengan uji Kruskal-Wallis didapatkan nilai p=0,019 sehingga terdapat perbedaan bermakna pada tiap perlakuan.

Kesimpulan: Diameter zona hambat yang didapat dalam kombinasi tidak menunjukkan pelebaran zona hambat pada pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus jika dibandingkan dengan ekstrak tunggalnya.

(12)

xi ABSTRACT

Background: The incidence of resistance of the Staphylococcus aureus bacteria on some antibiotics is very large. The resistance event can be overcome by alternatively replacing antibiotics with extracts of natural products. Betel leaf and red betel leaf are known to have antibacterial activity. In this study, a combination effect of betel leaf methanol extract (EMDS) and red betel leaf methanol extract (EMDSM) was conducted on the growth of Staphylococcus aureus.

Method: The design of this study was posttest only control group design. The well diffusion method is used to see the diameter of the inhibition zone (mm) that results from the treatment of EMDS 100mg/ml, EMDSM 200mg/ml, combination of EMDS:EMDSM with a ratio of 1:1; 2:1; and 1:2. Data obtained from the diameter of the inhibition zone were tested statistically using the Kruskal-Wallis test and the differences in each group were tested by Mann-Whitney test.

Results: In the well diffusion method obtained the average diameter of the inhibition zone and SD from EMDS 100mg/ml; EMDSM 200mg/ml; combination of EMDS:EMDSM with a ratio of 1:1; 2:1; and 1:2 in a row are 2.8333±0.2886 mm; 1.1667±0.2886 mm; 2±1 mm; 2±0.5 mm; 1.1167±0.2886 mm. Statistical analysis with the Kruskal-Wallis test obtained a value of p=0.019 so that there were significant differences in each treatment.

Conclusion: The diameter of the inhibitory zone obtained in combination did not show a widening of the inhibitory zone in the growth of Staphylococcus aureus bacteria when compared with its single extract.

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

PRAKATA ... vii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

PENDAHULUAN ... 1

METODE PENELITIAN ... 3

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 9

KESIMPULAN DAN SARAN ... 20

DAFTAR PUSTAKA ... 21

LAMPIRAN ... 25

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Cara pengukuran diameter zona hambat ... 7 Gambar 2. (a) Kadar air daun sirih; (b) Kadar air daun sirih merah ... 10 Gambar 3. Uji difusi sumuran ekstrak metanol daun sirih dengan

berbagai variasi konsentrasi ... 12 Gambar 4. Uji difusi sumuran ekstrak metanol daun sirih merah

dengan berbagai variasi konsentrasi ... 12 Gambar 5. (a) Kontrol media; (b) Kontrol pertumbuhan bakteri ... 13 Gambar 6. Uji difusi sumuran dari Kombinasi EMDS:EMDSM ... 14 Gambar 7. (a) Hasil uji KLT menggunakan sinar UV 254 nm;

(b) Hasil uji KLT menggunakan sinar UV 365 nm;

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat determinasi tanaman (daun sirih) ... 25

Lampiran 2. Surat determinasi tanaman (daun sirih merah) ... 26

Lampiran 3. Surat identifikasi bakteri Staphylococcus aureus ... 27

Lampiran 4. Sertifikat pengujian statistik dengan SPSS ... 28

Lampiran 5. Data diameter zona hambat dari perlakuan ... 29

Lampiran 6. Hasil Uji Tabung dan Organoleptis dalam Penelitian ... 30

(17)

1 PENDAHULUAN

Penyakit infeksi telah menjadi penyebab utama kejadian morbiditas dan mortalitas pada manusia. Infeksi tersebut terjadi karena adanya patogen yang bertahan dan berkembang biak dalam organisme lainnya yang disebut inang. Patogen dapat merusak jaringan dan organ sel inang yang dapat menimbulkan tanda dan gejala yang tidak diinginkan (Saker et al, 2004). Salah satu contoh patogen yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia yaitu Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus merupakan bakteri ekstraseluler Gram positif dan merupakan bagian flora komensal pada manusia. Bakteri ini hidup di permukaan mukosa manusia, yang dapat menyebabkan infeksi kulit hingga penyakit sistemik yang mengancam jiwa (Coleman and Tsongalis, 2010). Pengobatan bakteri Staphylococcus aureus pada manusia relatif terbatas (Hecker et al, 2010). Selain itu masalah lainnya adalah adanya kejadian resistensi Staphylococcus aureus terhadap beberapa antibiotik. Chudlori, Kuswandi, dan Indrayudha (2012) melaporkan bahwa kejadian resistensi Staphylococcus aureus terhadap eritromisin sebesar 50% pada 16 isolat pus Staphylococcus aureus, terhadap amoksisilin sebesar 93,75% pada 16 isolat pus Staphylococcus aureus, terhadap tetrasiklin sebesar 87,5% pada 16 isolat pus Staphylococcus aureus, dan terhadap cefotaksim sebesar 50% pada 16 isolat pus Staphylococcus aureus.

(18)

2

epidermidis dari infusa daun sirih, infusa daun sirih merah, dan kombinasi kedua infusa tersebut secara berturut-turut adalah 5,3 mm; 5,2 mm; dan 3,5 mm. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas penghambatan terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis oleh infusa kombinasi lebih rendah dibandingkan dengan masing-masing infusa tunggalnya. Infusa merupakan suatu teknik ekstraksi dengan cara panas yang menggunakan pelarut air pada suhu penangas air (96-98oC) selama 15-20 menit (Departemen Kesehatan RI, 2000). Pada penelitian Syahidah, et al (2017) melaporkan bahwa pengujian ekstrak metanol daun sirih (EMDS) dengan metode KLT menunjukkan bahwa EMDS mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan minyak atsiri. Pada penelitian Hartini, dkk (2013) melaporkan bahwa pengujian ekstrak metanol daun sirih merah (EMDSM) dengan metode uji tabung menunjukkan bahwa EMDSM mengandung senyawa minyak atsiri dan tanin serta dengan metode uji KLT menunjukkan bahwa EMDSM mengandung senyawa alkaloid dan flavonoid. Menurut Blesson, et al (2015), terdapat beberapa efek dalam kombinasi ekstrak antara lain efek sinergis (efek gabungan lebih kuat dari efek agen tunggal), indifferent (efek gabungan sama dengan efek masing-masing agen tunggal), dan efek antagonis (efek gabungan lebih lemah daripada efek masing-masing agen tunggal).

(19)

3 METODE PENELITIAN

Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan eksperimental sederhana (posttest only control group design).

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan analitik, oven, blender, pengayak, alat destilasi toluena, shaker, corong Buchner, vakum, kertas saring, rotary evaporator, inkubator, mikropipet, waterbath, bunsen, Biology Safety Cabinet (BSC), pelubang sumuran 6mm serta alat-alat gelas (gelas beker, tabung reaksi, cawan petri, batang pengaduk, erlenmeyer, labu takar, jarum ose, corong).

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bakteri uji Staphylococcus aureus yang didapatkan dari Laboratorium Kesehatan Yogyakarta; daun sirih dan daun sirih merah yang diperoleh dari daerah Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta; media Nutrient Agar (Oxoid), media Nutrient Broth (Oxoid), Buffered Peptone Water (Oxoid) yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma; pelarut metanol teknis, toluene P, Dimetilsulfoksida (DMSO) 1%, aquadest.

Penyiapan Bahan Uji dan Determinasi Tanaman

(20)

4

Pembuatan Simplisia Daun Sirih dan Daun Sirih Merah

Daun dipisahkan dari bahan pengganggu seperti tanah, rumput, bagian tanaman yang tidak dibutuhkan (batang), bagian yang rusak, dan lain-lain, lalu daun dicuci dengan air mengalir sambil dibersihkan sebanyak 3 kali. Kemudian daun sirih dipotong melintang dengan ukuran sedang hingga kecil (sekitar 4-7 mm). Setelah dipotong, kedua daun sirih tersebut dikeringkan dalam oven dengan suhu 40oC. Daun sirih dan daun sirih merah yang telah kering dipisahkan dari bahan-bahan pengganggu yang masih tersisa seperti simplisia yang sudah busuk serta simplisia yang sudah berjamur, kemudian dibuat serbuk dengan menggunakan blender, lalu diayak dengan pengayak nomor 50 dan kemudian disimpan (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2011).

Penetapan Kadar Air Pada Simplisia Daun Sirih dan Daun Sirih Merah Menurut Farmakope Herbal Indonesia (2011) penetapan kadar air dilakukan dengan metode destilasi toluena (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2011). Prosedur kerja: Pereaksi toluen jenuh air dibuat terlebih dahulu dengan cara mengocok toluen P dengan sedikit air kemudian dibiarkan terpisah dan lapisan air dibuang. Setelah itu, 10 gram simplisia kering daun sirih dan 200 ml toluen jenuh air dimasukan dalam labu. Toluen jenuh air dimasukan ke tabung penerima melalui pendingin sampai leher alat penampung dan labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen mulai mendidih, penyulingan diatur dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes tiap detik, hingga sebagian besar air tersuling, kemudian kecepatan penyulingan dinaikan hingga 4 tetes tiap detik. Penyulingan dilanjutkan selama 5 menit. Setelah selesai, tabung penerima didinginkan hingga suhu ruang dan kemudian volume air dibaca setelah air dan toluen terpisah. kadar air dihitung dengan menggunakan rumus:

(21)

5

Pembuatan Ekstrak Metanol Daun Sirih (EMDS) dan Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah (EMDSM)

Pembuatan EMDS dan EMDSM dilakukan dengan maserasi menurut Thangaraj (2016); dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (2010), yang tahapannya adalah sebagai berikut: sebanyak 10 gram serbuk simplisia ditimbang dan dilarutkan ke dalam 100 ml pelarut metanol, ditutup, kemudian dibiarkan selama 24 jam, terlindung dari cahaya matahari, dan sambil diaduk dengan menggunakan alat shaker. Hasil maserat kemudian disaring dengan menggunakan corong Buchner yang dilapisi kertas saring Whatman No. 1 sambil di vakum. Serbuk hasil penyarian dimaserasi kembali dengan pelarut baru sebanyak 75 ml selama 24 jam, dan kemudian dilakukan lagi maserasi kembali dengan cara yang sama dengan menggunakan pelarut baru sebanyak 25 ml selama 24 jam. Hasil maserat pertama, kedua, dan ketiga kemudian dimasukkan ke dalam rotary evaporator pada suhu 65oC untuk menguapkan pelarut metanol yang terdapat pada ekstrak. Kemudian, ekstrak diletakkan pada cawan petri dan diuapkan kembali dengan menggunakan waterbath pada suhu 65oC untuk menghilangkan pelarut yang masih terdapat dalam ekstrak. Ekstrak yang didapatkan merupakan ekstrak kental dengan bobot tetap sesuai dengan syarat yang ada. Selanjutnya, rendemen dihitung dengan menggunakan rumus:

endemen bobot simplisia yang ditimbang g bobot ekstrak g

(Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2011).

Pembuatan Larutan Stok Ekstrak Metanol Daun Sirih (EMDS) dan Larutan Stok Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah (EMDSM)

(22)

6 Penyiapan Stok dan Suspensi Bakteri Uji

Bakteri Staphylococcus aureus disiapkan dengan cara kultur bakteri Staphylococcus aureus diambil dengan jarum ose dan diose ke media Nutrient Agar dan Nutrient Broth steril yang kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 20 jam untuk mendapatkan stok dan suspensi bakteri uji (Clinical and Laboratory Standards Institute, 2017). Stok bakteri diambil secukupnya dan diencerkan dengan Buffered Pepton Water (BPW) kemudian disetarakan kekeruhannya dengan larutan Mac Farland 0,5 menggunakan alat nephelometer.

Uji Aktivitas Antibakteri dengan Metode Difusi Sumuran

(23)

7

namun masih lebih jernih dibandingkan dengan pertumbuhan di sekitarnya. Pengukuran zona hambat dilakukan dengan rumus: x-d -

Gambar 1. Cara pengukuran diameter zona hambat

(Sendy, Pujiastuti, dan Ernawati., 2014). Selain dibuat perlakuan juga dibuat kontrol media dengan cara sebanyak 20 ml media Nutrient Agar steril dipindahkan ke dalam petri, dan dibuat juga kontrol pertumbuhan bakteri dengan cara sebanyak 20 ml media Nutrient Agar steril ditambahkan dengan 1 ml suspensi bakteri Staphylococcus aureus yang kemudian di vortex dan dipindahkan ke cawan petri secara pour plate.

Identifikasi Kualitatif Senyawa dengan Metode KLT

Larutan uji yang masih berupa ekstrak kental ekstrak metanol daun sirih (EMDS), dan ekstrak metanol daun sirih merah (EMDSM), diencerkan menggunakan pelarut DMSO 1%, dengan rancangan larutan uji yang ditotolkan sesuai dengan perlakuan pada difusi sumuran yakni konsentrasi daya hambat terkecil dari masing-masing ekstrak (100 mg/ml untuk EMDS dan 200 mg/ml untuk EMDSM), serta kombinasi kedua ekstrak dengan menggunakan masing-masing konsentrasi tersebut dengan perbandingan 1:1, 2:1, dan 1:2. Fase diam yang digunakan yaitu silika gel 60 F254 dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat : toluen, yang dioptimasi terlebih dahulu dengan menggunakan perbandingan 1:9 dan 9:1. Fase gerak etil asetat : toluen (1:9) tidak dapat mengelusi kelima perlakuan sedangkan fase gerak etil asetat : toluen (9:1) dapat mengelusi kelima perlakuan dalam penelitian ini, sehingga fase gerak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu etil asetat : toluen (9:1).

(24)

8

pada UV 254 nm dan 365 nm (Susanti dkk, 2017; Reveny, 2011). Parameter yang diukur dalam identifikasi senyawa aktif adalah warna bercak yang dibandingkan dengan pembanding atau pustaka yang digunakan (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2011) dan nilai Rf dari bercak yang terelusi. Adapun plat KLT yang akan digunakan dengan rancangan: batas tepi bawah sebesar 2 cm, jarak elusi senyawa 10 cm, jarak antar totolan perlakuan 1 cm, dan batas tepi atas 1 cm.

Identifikasi Senyawa Antibakteri dengan Uji Tabung dan Organoleptis Senyawa di dalam tanaman sirih yang diduga memiliki aktivitas antibakteri adalah senyawa flavonoid, tanin, alkaloid, saponin, dan minyak atsiri (Juliantina R dkk, 2009; Shah, Jhade, and Patel, 2016; Shahab, 2016).

Uji identifikasi flavonoid dilakukan dengan cara sebanyak 1 ml larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian dengan pemanasan, ditambahkan serbuk logam magnesium sebanyak 0,1 gram dan 5-6 tetes asam klorida, dalam waktu 2-5 menit larutan akan berubah warna menjadi warna merah untuk flavonol atau warna oranye untuk flavonon (Hartini, 2016; MenKes RI, 1979). Uji identifikasi tanin dilakukan dengan cara sebanyak 0,5-1 ml larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dilarutkan dalam 2 ml air, kemudian ditambahkan larutan besi (III) klorida (FeCl3) 2-3 tetes. Timbulnya warna biru kehitaman menunjukkan adanya senyawa tanin falat, dan jika warnanya hijau kehitaman menunjukkan adanya senyawa tanin katekol (Hartini, 2016).

(25)

9

menunjukkan adanya senyawa saponin. Pada penambahan asam klorida 2N, buih tidak hilang (Hartini, 2016; MenKes RI, 1979; dan Kursia, 2016).

Uji identifikasi minyak atsiri dilakukan dengan cara sebanyak 1 ml larutan uji dimasukkan ke cawan porselin, kemudian diuapkan hingga diperoleh residu. Adanya bau khas yang dihasilkan oleh residu tersebut menandakan adanya minyak atsiri (Ciulei, 1984).

Teknik Analisis Data Penelitian

Analisis data pengukuran efek kombinasi ekstrak metanol daun sirih dengan ekstrak metanol daun sirih merah dilakukan sebanyak 3 kali replikasi dan dihitung rata-rata dan Standar Deviasi (SD). Data yang didapatkan yaitu diameter zona hambat pada ekstrak metanol daun sirih tunggal (konsentrasi 100 mg/ml), ekstrak metanol daun sirih merah tunggal (konsentrasi 200 mg/ml), serta kombinasi kedua ekstrak dengan menggunakan masing-masing konsentrasi tersebut dengan perbandingan 1:1, 2:1, dan 1:2.

Analisis data diukur secara statistik yang diawali dengan menguji distribusi normalitas dengan uji Shapiro-Wilk dan menguji homogenitas dengan uji Levene. Apabila didapatkan data terdistribusi normal (nilai P > 0,05), maka dilanjutkan dengan uji Anova satu arah, dan apabila ditemukan perbedaan, maka dilanjutkan dengan uji Post-Hoc Tukey pada taraf kepercayaan 95%; namun apabila didapatkan data terdistribusi tidak normal (nilai P < 0,05), maka dilanjutkan dengan uji Kurskal-Wallis, dan apabila ditemukan perbedaan, maka dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney pada taraf kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(26)

10

Pav. yang ditunjukkan pada surat keterangan (Lampiran 2.) sehingga tanaman yang digunakan dalam penelitian sudah tepat. Daun sirih yang telah terkumpul kemudian dipisahkan dengan pengotor yang terdapat di daun, dicuci dengan menggunakan air mengalir, dilakukan perajangan, dikeringkan, setelah kering dipisahkan dari bahan-bahan pengotor yang masih tersisa, serta dilakukan penyerbukan dan pengayakan.

Pada penelitian ini dilakukan penetapan kadar air pada serbuk simplisia daun sirih dan serbuk simplisia daun sirih merah dengan menggunakan metode destilasi toluena karena dalam penelitian ini menggunakan bahan yang telah dikeringkan dan mengandung minyak menguap (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2011). Persyaratan kadar air untuk serbuk

simplisia yang dapat diterima adalah ≤ Badan Pengawas Obat dan Makanan,

2014; Sulistyani, 2018). Kelebihan air pada serbuk simplisia dapat memudahkan pertumbuhan mikroba, jamur, dan mikroorganisme lainnya (Sulistyani, 2018).

Dalam penetapan kadar air untuk serbuk simplisia daun sirih volume air yang didapat adalah 0,4 ml dan berat serbuk yang ditimbang adalah 10,3271 gram sehingga kadar air serbuk simplisia daun sirih yang didapatkan pada penelitian ini yaitu 3,8733%, sehingga telah memenuhi persyaratan kadar air yang telah

ditetapkan yaitu ≤ , dan dalam penetapan kadar air untuk serbuk simplisia daun sirih merah volume air yang didapat adalah 0,5 ml dan berat serbuk yang ditimbang adalah 10,2294 gram sehingga kadar air serbuk simplisia daun sirih merah yang didapatkan pada penelitian ini yaitu 4,8879%, sehingga telah

memenuhi persyaratan kadar air yang telah ditetapkan yaitu ≤ .

(a) (b)

(27)

11

Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi. Maserasi merupakan suatu teknik ekstraksi dengan cara dingin yang menggunakan pelarut yang cocok dengan beberapa kali pengadukan yang dilakukan pada suhu kamar (Departemen Kesehatan RI, 2000). Prinsip metode maserasi adalah pelarut masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, sehingga zat aktif akan larut dalam cairan penyari yang kemudian zat aktif akan ke luar dari sel (Sulistyani, 2018). Hasil maserasi kemudian disaring dengan menggunakan corong Buchner yang dilapisi kertas saring Whatman No. 1 sambil di vakum untuk memisahkan filtrat cair dan serbuk. Filtrat cair kemudian diuapkan pada suhu 65oC untuk menghilangkan pelarut metanol yang diketahui memiliki titik didih 65oC yang terdapat di dalam ekstrak (Pubchem, 2018). Ekstrak yang didapatkan merupakan ekstrak kental dengan bobot tetap. Menurut Direkotrat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI (2011), bobot tetap diperoleh apabila perbedaan 2 kali penimbangan secara berturut-turut setelah dipijarkan selama 1 jam tidak melebihi 0,5 mg pada penimbangan dengan timbangan analitik. Bobot ekstrak kental daun sirih yang didapat adalah 12,5453 gram dan berat serbuk yang ditimbang adalah 60,9073 gram sehingga didapatkan % rendemen sebesar 20,5973%, serta bobot ekstrak kental daun sirih merah yang didapat adalah 25,5670 gram dan berat serbuk yang ditimbang adalah 134,5500 gram sehingga didapatkan % rendemen sebesar 19,0018%.

(28)

12

Pada penelitian ini digunakan uji difusi sumuran untuk melihat zona hambat dari ekstrak metanol daun sirih (EMDS) dan ekstrak metanol daun sirih merah (EMDSM) serta kombinasi kedua ekstrak tersebut dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Pertama-tama dilakukan uji aktivitas antibakteri dari masing-masing ekstrak dengan berbagai variasi konsentrasi (200 mg/ml, 150 mg/ml, 100 mg/ml, dan 50 mg/ml); dengan rata-rata diameter zona hambat ± SD yang dihasilkan dari konsentrasi tersebut untuk EMDS secara berturut-turut sebesar 6 mm ± 0; 4,3333 mm ± 0,2887; 1,8333 mm ± 0,2887; dan 0 mm ± 0; serta rata-rata diameter zona hambat ± SD yang dihasilkan dari konsentrasi tersebut untuk EMDSM secara berturut-turut sebesar 1,3333 mm ± 0,2887; 0,8333 mm ± 0,2887; 0 mm ± 0; dan 0 mm ± 0. Konsentrasi terkecil yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada penelitian ini yaitu 100 mg/ml untuk ekstrak metanol daun sirih dan 200 mg/ml untuk ekstrak metanol daun sirih merah.

Gambar 3. Uji difusi sumuran ekstrak metanol daun sirih dengan berbagai variasi konsentrasi

Gambar 4. Uji difusi sumuran ekstrak metanol daun sirih merah dengan berbagai variasi konsentrasi

Keterangan:

A = Kontrol negatif

B = EMDS konsentrasi 200 mg/ml C = EMDS konsentrasi 150 mg/ml D = EMDS konsentrasi 100 mg/ml E = EMDS konsentrasi 50 mg/ml *EMDS = ekstrak metanol daun sirih

Keterangan:

A = Kontrol negatif

(29)

13

Dalam penelitian ini EMDS konsentrasi 100 mg/ml memiliki zona hambat (1,8333 mm) yang lebih kecil jika dibandingkan dengan zona hambat EMDS konsentrasi 100 mg/ml pada penelitian Jayalakshmi, et al (2015) (24,75 mm) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. Hal ini dapat dikarenakan perbedaan tempat pengumpulan tanaman serta perbedaan teknik ekstraksi yang dilakukan (dalam penelitian ini menggunakan teknik maserasi, sedangkan dalam penelitian Jayalakshmi, et al (2015) menggunakan teknik sokhletasi).

Selanjutnya, dilakukan uji aktivitas antibakteri dengan menggunakan konsentrasi terkecil dari masing-masing ekstrak yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, berikut yang diujikan dalam pengujian efek kombinasi EMDS dengan EMDSM yaitu kontrol negatif (berisi DMSO 1%, aquadest, dan Buffered Peptone Water dengan perbandingan 1:1:1 (masing-masing 15 μl), konsentrasi EMDS tunggal 100 mg/ml (sebanyak 15 μl), konsentrasi EMDSM tunggal 200 mg/ml (sebanyak 15 μl), serta kombinasi kedua ekstrak dengan menggunakan masing-masing konsentrasi tersebut dengan perbandingan 1:1 (sebanyak 15 μl untuk EMDS : sebanyak 15 μl untuk EMDSM), 2:1 (sebanyak 30 μl untuk EMDS : sebanyak 15 μl untuk EMDSM), dan 1:2 (sebanyak 15 μl untuk EMDS : sebanyak 30 μl untuk EMDSM). Pengukuran dilakukan 24 jam setelah perlakuan dan diukur dalam satuan mm. Zona hambat yang terukur adalah zona di sekitar sumuran yang keruh namun masih lebih jernih dibandingkan dengan pertumbuhan di sekitarnya. Selain itu juga dibuat kontrol media serta kontrol pertumbuhan bakteri, dan dilakukan 3 kali replikasi.

(30)

14

Kontrol pertumbuhan (gambar 5a) menunjukkan bahwa bakteri Staphylococcus aureus dapat tumbuh pada media Nutrient Agar yang ditandai dengan media yang menjadi keruh secara keseluruhan, sedangkan kontrol media (gambar 5b) yang tampak bening menunjukkan bahwa media yang digunakan tidak terdapat kontaminan.

Gambar 6. Uji difusi sumuran kombinasi EMDS:EMDSM Keterangan:

A = Kontrol negatif; B = Ekstrak metanol daun sirih 100 mg/ml; C = Ekstrak metanol daun sirih merah 200 mg/ml; D = Kombinasi EMDS : EMDSM (1:1); E = Kombinasi EMDS : EMDSM (2:1); F = Kombinasi EMDS : EMDSM (1:2)

Hasil pengukuran diameter zona hambat uji efek kombinasi EMDS dengan EMDSM terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus tercantum di dalam Tabel 1.

Tabel 1. Hasil pengukuran diameter zona hambat (mm) dari perlakuan

Perlakuan Keterangan Mean (mm) ± SD

(31)

15

Data zona hambat yang telah didapatkan selanjutnya dianalisis hasil secara statistik (Lampiran 7.). Data diuji distribusi normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk dan didapatkan data tidak terdistribusi normal karena terdapat data dengan nilai p < 0,05 yaitu EMDS 100 mg/ml, EMDSM 200 mg/ml, dan kombinasi 1:2. Selanjutnya, dilakukan uji Levene untuk melihat homogenitas varian data. Hasil uji ini didapatkan nilai p = 0,159 (p > 0,05), sehingga dapat dikatakan data homogen. Data yang didapatkan dalam penelitian ini termasuk dalam data yang terdistribusi tidak normal dan data homogen. Oleh karena itu, dilanjutkan dengan uji non-parametrik yaitu uji Kruskal-Wallis. Dari uji Kruskal-Wallis didapatkan nilai p = 0,019 (p < 0,05) sehingga terdapat perbedaan bermakna pada data dalam penelitian ini, sehingga dilanjutkan ke uji Mann-Whitney untuk melihat letak perbedaannya yang disajikan pada tabel berikut:

Tabel 2. Hasil uji Mann-Whitney dengan taraf kepercayaan 95% Perlakuan yang dibandingkan Nilai p Makna Kontrol

negatif

EMDS 100 mg/ml 0,034 Berbeda bermakna EMDSM 200 mg/ml 0,034 Berbeda bermakna Kombinasi 1:1 0,037 Berbeda bermakna Kombinasi 1:2 0,034 Berbeda bermakna Kombinasi 2:1 0,037 Berbeda bermakna EMDS 100

mg/ml

EMDSM 200 mg/ml 0,043 Berbeda bermakna Kombinasi 1:1 0,246 Tidak berbeda bermakna Kombinasi 1:2 0.043 Berbeda bermakna Kombinasi 2:1 0,072 Tidak berbeda bermakna EMDSM 200

mg/ml

Kombinasi 1:1 0,246 Tidak berbeda bermakna Kombinasi 1:2 1,000 Tidak berbeda bermakna Kombinasi 2:1 0,072 Tidak berbeda bermakna Kombinasi

1:1

(32)

16 2:1

*EMDS = ekstrak metanol daun sirih

*EMDSM = ekstrak metanol daun sirih merah

Dari Uji Mann-Whitney yang didapatkan dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa EMDS 100 mg/ml dengan kombinasi 1:1 dan 2:1, serta EMDSM dengan kombinasi 1:1. 2:1, dan 1:2 tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna sehingga dapat dikatakan efek yang dihasilkan yaitu efek indifferent; selain itu dapat dilihat juga bahwa EMDS 100 mg/ml dengan kombinasi 1:2 menunjukkan perbedaan yang bermakna sehingga dapat dikatakan efek yang dihasilkan yaitu efek antagonis. Dalam penelitian Hartini (2018) melaporkan bahwa kombinasi infusa daun sirih dengan infusa daun sirih merah menunjukkan adanya efek antagonis jika dibandingkan dengan masing-masing infusa tunggalnya serta efek antagonis yang muncul ini dikarenakan adanya interaksi antar senyawa yang terdapat dalam kedua infusa tersebut, sehingga efek indifferent ataupun efek antagonis yang dihasilkan dari kombinasi EMDS 100 mg/ml dengan kombinasi EMDSM 200 mg/ml dikarenakan adanya interaksi antar senyawa yang terdapat dalam kedua ekstrak tersebut. Dalam penelitian ini tidak dilakukan uji efek kombinasi EMDS dengan EMDSM dengan menggunakan metode checkerboard karena hasil diameter zona hambat dari kombinasi pada penelitian ini tidak menunjukkan pelebaran zona hambat pada pertumbuhan Staphylococcus aureus jika dibandingkan dengan masing-masing ekstrak tunggalnya.

(33)

17

Pada penelitian ini dilakukan analisa secara kualitatif untuk melihat kandungan senyawa flavonoid yang terkandung dalam EMDS 100 mg/ml, EMDSM 200 mg/ml, serta kombinasi kedua ekstrak tersebut dengan perbandingan 1:1, 2:1, dan 1:2. Analisis kualitatif ini dilakukan dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) dengan fase diam menggunakan silika gel 60 F254 dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat:toluena (9:1) yang kemudian dideteksi dengan menggunakan sinar UV 254 nm dan 365 nm serta dideteksi dengan menggunakan pereaksi semprot FeCl3; senyawa yang berfluorosensi pada sinar UV 254 nm menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki minimal dua ikatan rangkap terkonjugasi; senyawa yang yang berfluorosensi pada sinar UV 365 nm menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang lebih panjang; parameter yang diamati yaitu warna bercak dan harga Rf yang dibandingkan dengan senyawa pembanding (Susanti dkk, 2017; Reveny, 2011; Alen, Agresa, dan Yuliandra, 2017; DirJen BinFar dan AlKes RI, 2011).

(a) (b) (c)

Gambar 7. (a) Hasil uji KLT menggunakan sinar UV 254 nm; (b) Hasil uji KLT menggunakan sinar UV 365 nm; (c) Hasil uji KLT menggunakan pereaksi semprot FeCl3

Keterangan:

(34)
(35)

19 perlakuan tidak terdeteksi senyawa flavonoid kuersetin karena kelima sampel tidak menunjukkan warna bercak dan Rf yang identik dan tidak sama seperti baku kuersetin, namun dari warna yang dihasilkan berdasarkan hasil uji KLT pada deteksi sinar UV 254 nm menunjukkan adanya senyawa flavonoid (selain kuersetin) yang dilihat dari fluorosensi warna kuning (Skorek et al, 2016); selain itu, pada deteksi sinar UV 365 nm menunjukkan adanya klorofil ataupun senyawa lain yang tertutupi oleh klorofil yang dilihat dari warna kemerahan (Wagner, Bladt, and Zgainski, 1983); dan dengan pereaksi semprot FeCl3 menunjukkan adanya senyawa fenol yang ditunjukkan dari warna hijau tua (kehitaman) dan biru tua (kehitaman) (Susanti dkk, 2017).

(36)

20

senyawa flavonoid yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna merah, senyawa tanin yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna hijau kehitaman, senyawa alkaloid ditandai dengan adanya endapan berwarna kuning, senyawa saponin yang ditandai dengan adanya buih setinggi 2 cm, dan minyak atsiri yang ditandai dengan adanya bau khas; serta kombinasi kedua ekstrak tersebut dengan perbandingan 1:1, 2:1, dan 1:2 mengandung senyawa flavonoid yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna merah, senyawa tanin yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna hijau kehitaman, senyawa alkaloid yang ditandai dengan adanya endapan berwarna kuning, dan minyak atsiri yang ditandai dengan adanya bau khas.

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada metode difusi sumuran didapatkan rata-rata diameter zona hambat dan SD dari ekstrak metanol daun sirih (EMDS) 100 mg/ml; ekstrak metanol daun sirih merah (EMDSM) 200 mg/ml; kombinasi EMDS : EMDSM dengan perbandingan 1:1, 2:1, dan 1:2 secara berturut-turut adalah 2,8333 ± 0,2886 mm; 1,1667 ± 0,2886 mm; 2 ± 1 mm; 2 ± 0,5 mm; dan 1,1167 ± 0,2886 mm. Diameter zona hambat yang didapat dalam kombinasi tidak menunjukkan pelebaran zona hambat pada pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus jika dibandingkan dengan ekstrak tunggalnya.

(37)

21

DAFTAR PUSTAKA

Alen, Y., Agresa, F. L., dan Yuliandra, Y., 2017. Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Rebung Schizostachyum brachycladum Kurz (Kurz) Pada Mencit Putih Jantan. Jurnal Sains Farmasi & Klinis., 3 (2), 146-152.

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2010. Acuan Sediaan Herbal. Volume 5. Edisi 1. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 6-8.

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2014. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik IndonesiaNomor 12 Tahun 2014

Tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 9.

Blesson, J., Saji, C. V., Nivya, R. M., and Kumar, R., 2015. Synergistic Antibacterial Activity of Natural Plant Extracts and Antibiotics Against Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences., 4 (3), 741-763.

Buhner, S. H., 2012. Herbal Antibiotic Natural Alternatives For Treating Drug-Resistant Bacteria. Unites States: Mc Naughton & Gunn Inc, 45.

Chudlori, B., Kuswandi, M., dan Indrayudha, P., 2012. Pola Kuman dan Resistensinya Terhadap Antibiotika dari Spesimen Pus di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2012. Pharmacon., 13 (2), 70-76.

Ciulei, I., 1984. Methodology for Analysis of Vegetable Drugs. Bucharest: Faculty of Pharmacy, 11-26.

Clinical and Laboratory Standards Institute, 2017. Performance Standards for Antimicrobial Susceptibility Testing. 27th edition. USA: Clinical and Laboratory Standards Institute., 56.

Coleman, W. B., and Tsongalis, G. J., 2010. Essential Concepts In Molecular Pathology. London: Academic Press, 29.

(38)

22

Diaseptana, Y. M. S., 2017. Perbandingan Aktivitas Antibakteri Infusa Kombinasi Daun Sirih (Piper betle L.) dan Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) Dengan Infusa Tunggalnya Terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, 11-14.

Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2011. Farmakope Herbal. Suplemen II. Edisi I, Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, xxiv, 101-102, 105-111.

Hartini, Y. S., Diaseptana, Y. M. S., Putri, R. N., and Susanti, L. E., 2018. Antagonistic Antibacterial Effect of Betel and Red Betel Combination Against Gram-Positive and Gram-Negative Bacteria. International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences., 7 (5), 267-272. Hartini, Y. S., Wahyuono, S., Widyarini, S., dan Yuswanto, A., 2013. Uji

Aktivitas Fagositosis Makrofag Fraksi-Fraksi dari Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) Secara In Vitro. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia., 11 (2), 108-115.

Hecker, M., Becher, D., Fuchs, S., and Engelmann, S., 2010. A Proteomic View of Cell Physiology and Virulence of Staphylococcus aureus. International Journal of Medical Microbiology., 300 (2010), 76-87. Jayalakshmi, B., Raveesha, K. A., Murali, M., and Amruthesh, K. N., 2015.

Phytochemical, Antibacterial and Antioxidant Studies on Leaf Extracts of Piper betle L. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences., 7 (10), 23-29.

Juliantina R, F., Citra M, D. A. C., Nirwani, B., Nurmasitoh, T., dan Bowo, E. T., 2009. Manfaat Sirih Merah (Piper crocatum) Sebagai Agen Anti Bakterial Terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia., 1-10.

(39)

23

Kusuma, S. A. F., Hendriani, R., and Genta, A., 2017. Antimicrobial Spectrum of Red Pipel Betel Leaf Extract (Piper crocatum Ruiz & Pav.) as Natural Antiseptics Against Airborne Pathogens. Journal of Pharmaceutical Sciences and Research., 9 (5), 583-587.

Madduluri, S., Rao, K. R., and Siratam, B., 2013. In Vitro Evaluation of Antibacterial Activity of Five Indigenous Plants Extracts Against Five Bacterial Pathogens of Human. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences., 5 (4), 679-684.

Menteri Kesehatan RI, 1979. Materia Medika Indonesia. Jilid III, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia,167-171.

Pubchem, 2018. Methyl Alcohol. Pubchem (Online), https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/methanol#section=Top accessed 7 Desember 2018.

Reveny, J., 2011. Daya Antimikroba Ekstrak dan Fraksi Daun Sirih Merah. Jurnal Ilmu Dasar., 12 (1), 6-12.

Saker, L., Lee, K., Cannito, B., Gilmore, A., and Lendrum, D. C., 2004. Globalization Infectious Diseases: A Review of The Linkages. Switzerland: World Health Organization, 3 & 6.

Sendy, V. A. A., Pujiastuti, P., dan Ernawati, T., 2014. Daya Antibakteri Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum) Terhadap Porphyromona gingivalis. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa., 1-5.

Shah, S. K., Garg, G., Jhade, D., and Patel, N., 2016. Piper Betle: Phytochemical, Pharmacological and Nutritional Value in Health Management. Internationa Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research., 38 (2), 181-189.

Shahab, M. A. A., 2016. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper Betle L.) Terhadap Bakteri Patogen Dari Susu Segar. Bogor: Institut Pertanian Bogor, 6.

(40)

24

Contained in Cosmetic Raw Materials. Journal of Liquid Chromatography & Related Technologies., 39 (5-6), 286-291.

Sulistyani, N., 2018. Modul 006: Pengembangan Sediaan Obat Tradisional. Jakarta: Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, 10-11, 21, 24.

Susanti, N. M. P., Dewi, L. P. M. K., Manurung, H. S., dan Wirasuta, I. M. A. G., 2017. Identifikasi Senyawa Golongan Fenol Dari Ekstrak Etanol Daun Sirih Hijau (Piper betle Linn.) dengan Metode KLT-Spektrofotodensitometri. Jurnal Metafora Journal of Biological Sciences., IV (1), 108-113.

Syahidah, A., Saad, C. R., Hassan, M. D., Rukayadi, Y., Norazian, M. H., and Kamarudin, M. S., 2017. Phytochemical Analysis, Identification and Quantification of Antibacterial Active Compounds in Betel Leaves, Piper betle Methanolic Extract. Pakistan Journal of Biological Sciences., 20 (2), 70-81.

Thangaraj, P., 2016. Pharmacological Assays of Plant-Based Natural Products.

Switzerland: Springer International Publishing., 12.

Wagner, H., Bladt, S., and Zgainski, E. M., 1983. Plant Drug Analysis, A Thin Layer

(41)

25 LAMPIRAN

(42)

26

(43)

27

(44)

28

(45)

29

Lampiran 5. Data diameter zona hambat dari perlakuan

Perlakuan Zona Hambat (mm) Rata-Rata Zona Hambat (mm) ± SD

(46)

30

Lampiran 6. Hasil Uji Tabung dan Organoleptis dalam Penelitian Ekstrak Metanol Daun Sirih (EMDS) 100 mg/ml

No Nama Uji Sebelum Sesudah Hasil

1 Uji Flavonoid +

Timbul warna merah

2 Uji Tanin +

Timbul warna

hijau kehitam

-an

3 Uji Alkaloid -

(47)

31

4 Uji Saponin -

Buih tidak men -capai 1

cm

5 Uji Minyak Atsiri +

Adanya bau khas

Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah (EMDSM) 200 mg/ml

No Nama Uji Sebelum Sesudah Hasil

1 Uji Flavonoid +

(48)

32

2 Uji Tanin +

Timbul warna

hijau kehitam

-an

3 Uji Alkaloid +

Adanya endapan

kuning

4 Uji Saponin +

Adanya buih setinggi

2 cm

5 Uji Minyak Atsiri +

(49)

33

Kombinasi EMDS : EMDSM (1:1)

No Nama Uji Sebelum Sesudah Hasil

1 Uji Flavonoid +

Timbul warna merah

2 Uji Tanin +

Timbul warna

hijau kehitam

-an

3 Uji Alkaloid +

Adanya endapan

(50)

34

4 Uji Saponin -

Buih tidak men -capai 1

cm

5 Uji Minyak Atsiri +

Adanya bau khas

Kombinasi EMDS : EMDSM (2:1)

No Nama Uji Sebelum Sesudah Hasil

1 Uji Flavonoid +

Timbul warna merah

2 Uji Tanin +

Timbul warna

hijau kehitam

(51)

35

3 Uji Alkaloid +

Adanya endapan

kuning

4 Uji Saponin -

Buih tidak men -capai 1

cm

5 Uji Minyak Atsiri +

(52)

36

Kombinasi EMDS : EMDSM (1:2)

No Nama Uji Sebelum Sesudah Hasil

1 Uji Flavonoid +

Timbul warna merah

2 Uji Tanin +

Timbul warna

hijau kehitam

-an

3 Uji Alkaloid +

Adanya endapan

(53)

37

4 Uji Saponin -

Buih tidak men -capai 1

cm

5 Uji Minyak Atsiri +

(54)

38 Lampiran 7. Hasil perhitungan statistik

Tests of Normality

Test of Homogeneity of Variances

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

Zona Hambat Based on Mean 1,950 5 12 ,159

Based on Median 1,425 5 12 ,284

Based on Median and with

(55)

39

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 6,000

Z -2,121

Asymp. Sig. (2-tailed) ,034

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

Ranks

Asymp. Sig. (2-tailed) ,034

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

(56)

40

Wilcoxon W 6,000

Z -2,087

Asymp. Sig. (2-tailed) ,037

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

Ranks

Asymp. Sig. (2-tailed) ,034

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

(57)

41

Z -2,087

Asymp. Sig. (2-tailed) ,037

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

Ranks

Asymp. Sig. (2-tailed) ,043

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

(58)

42 Asymp. Sig. (2-tailed) ,246

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,400b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

Ranks

Asymp. Sig. (2-tailed) ,043

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

(59)

43 Asymp. Sig. (2-tailed) ,072

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

Ranks

Asymp. Sig. (2-tailed) ,246

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,400b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

Ranks

(60)

44 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1,000b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

Ranks

Asymp. Sig. (2-tailed) ,072

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

Ranks

Asymp. Sig. (2-tailed) ,246

(61)

45

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

Ranks

Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1,000b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

Ranks

Asymp. Sig. (2-tailed) ,072

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b

(62)

46

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi bernama Stefanus Leonardo Jonhalim, lahir di Baturaja pada tanggal 27 September 1997. Penulis yang akrab dipanggil Efen merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Jony dan Theresia Halimah. Penulis menempuh pendidikan di TK Fransiskus Baturaja (2002-2003), SD Fransiskus Baturaja (2003-2009), SMP Xaverius Baturaja (2009-2012), SMA Xaverius Baturaja (2012-2015), dan pada tahun 2015 melanjutkan pendidikan untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama perkuliahan, penulis aktif dalam mengikuti kegiatan seminar, kepanitiaan,

Gambar

Tabel 3. Nilai Rf dan warna hasil uji KLT ............................................................
Gambar 1. Cara pengukuran diameter zona hambat .........................................
Gambar 1. Cara pengukuran diameter zona hambat
Gambar 2. (a) Kadar air daun sirih; (b) Kadar air daun sirih merah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang berjudul “ Efek Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz &amp; Pav) Terhadap Pertumbuhan Streptococcus pneumoniae ” ini diajukan untuk

Kombinasi ekstrak etanol daun sirih merah dan siprofloksasin memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri S.aureus, P.aeruginosa, dan K.pneumoniae. tetapi tidak berefek

Kandungan kimia yang terkandung dalam infusa daun sirih merah yang kemungkinan dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans ATCC 10231 adalah tanin, alkaloid, flavonoid

Melalui uji sitotoksisitas yang dilakukan dapat diketahui bahwa ekstrak etanolik daun sirih merah mempunyai efek sitotoksik terhadap kultur sel Raji, dengan nilai LC 50 395,5

Kelompok I diberi aquadem (kontrol), kelompok kedua diberi daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz &amp; Pav), kelompok ketiga diberi kombinasi sirih merah (Piper crocatum Ruiz

Adanya kesamaan mekanisme target aksi dalam menghambat pertumbuhan bakteri dapat menjadi salah satu alasan efek dalam kombinasi ekstrak metanol daun sirih dan ampicillin pada

Terdapat pengaruh perbedaan Nanopartikel daun sirih merah dan ekstrak etanol daun sirih merah dengan menggunakan metode uji toleransi glukosa dan induksi aloksan terhadap

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah bahwaEkstrak metanol daun sirih merah memiliki aktivitas