• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumbangan katekese umat bagi prodiakon melalui model shared christian praxis di Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Sumbangan katekese umat bagi prodiakon melalui model shared christian praxis di Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah - USD Repository"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

i

SUMBANGAN KATEKESE UMAT BAGI PRODIAKON MELALUI MODELSHARED CHRISTIAN PRAXIS

DI PAROKI ROH KUDUS KEBONARUM, KLATEN, JAWA TENGAH

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Winda Puspita Sari NIM: 071124014

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

(5)

v MOTTO

“Tetapi Ia berkata: ‘ Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya’.”

(6)

vi

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 31 Juli 2012

Penulis

(7)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta:

Nama : Winda Puspita Sari NIM : 071124014

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul SUMBANGAN

KATEKESE UMAT BAGI PRODIAKON MELALUI MODEL SHARED

CHRISTIAN PRAXIS DI PAROKI ROH KUDUS KEBONARUM, KLATEN, JAWA TENGAHbeserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta, 31 Juli 2012 Yang menyatakan,

(8)

viii

Skripsi ini berjudul SUMBANGAN KATEKESE UMAT BAGI PRODIAKON MELALUI MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXISDI PAROKI ROH KUDUS KEBONARUM, KLATEN, JAWA TENGAH. Judul ini dipilih berdasarkan kenyataan yang terjadi di Paroki Roh Kudus Kebonarum mengenai masalah Katekese Umat. Kesadaran umat untuk mengikuti Katekese Umat mulai menurun dan umat kurang terlibat aktif dalam proses katekese. Paroki Roh Kudus Kebonarum adalah salah satu dari sekian Paroki yang masih mengusahakan agar Katekese Umat selalu dekat dengan hidup umat. Dalam mendampingi katekese, selain katekis dan guru agama, prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum juga ikut terlibat dalam memberikan pendampingan katekese bagi umat. Keprihatinan yang dihadapi oleh Paroki Roh Kudus Kebonarum merupakan salah satu tantangan bagi penulis untuk mencari solusi atas masalah tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum, diperoleh hasil bahwa metode yang digunakan masih bersifat pengajaran atau dogmatis, dan pendampingan tentang katekese masih terbatas, serta umat kurang terlibat selama proses berkatekese.

Katekese Umat yang sesungguhnya adalah katekese yang mengajak umat untuk bertindak sebagai subyek dan bukan sebagai obyek. Peserta Katekese Umat tidak lagi sebagai pendengar, dan pendamping katekese bertindak sebagai pengarah atau fasilitator. Komunikasi yang terjalin antara pendamping dan peserta adalah komunikasi timbal balik. Pendamping dalam proses katekese berperan untuk mengarahkan umat agar pembicaraan tetap terarah dan sesuai dengan tema. Hubungan yang terjadi antara pendamping dan peserta adalah hubungan yang sederajat. Katekese Umat terus mengalami perkembangan dan pokok pembicaraan yang dilaksanakan di tengah umat diharapkan relevan dengan hidup umat. Shared Christian Praxis merupakan salah satu model Katekese Umat yang dapat digunakan oleh pendamping katekese untuk membantu umat dalam mengungkapkan dan mendalami pengalaman hidupnya dan dikonfrontasikan dengan Tradisi dan Visi Kristiani sehingga menjadi pengalaman iman dan terarah pada suatu usaha tindakan konkret. Peran prodiakon dalam Katekese Umat model Shared Christian Praxis adalah mengarahkan umat agar dapat melihat pengalaman hidupnya menjadi pengalaman iman. Prodiakon mengajak umat untuk mengungkapkan pengalaman hidupnya, merefleksikan pengalaman hidupnya lalu mengkonfrontasikan pengalamannya dengan Tradisi dan Visi kristiani dan membawa umat untuk sampai pada suatu tindakan konkret yang akan diusahakan secara pribadi dan bersama-sama.

(9)

ix ABSTRACT

This thesis is titled THE CONTRIBUTION OF PEOPLE

CATECHESES FOR THE PARISH ARCHDEACONS TO ENHANCE

CATECHESE ACTIVITIES THROUGH A MODEL OF SHARED CHRISTIAN PRAXIS IN THE PARISH OF ROH KUDUS KEBONARUM, KLATEN, JAWA TENGAH. It was chosen based on the fact that happens in Roh Kudus Kebonarum Parish about the participation of the Catholics to join catechese activities. The Catholics’ awareness in joining the activities is decreasing time by time, causing them to be passively involved in the process of catecheses. The Roh Kudus Kebonarum Parish is one of those parishes which exert themselves in order to make people catecheses close to the parishioners’ life. In conducting catecheses, beside catechists and religion teachers, the archdeacons of Roh Kudus Kebonarum Parish are also involved in conducting catecheses to the people. The concern that is faced by the Parish is one of the writer’s challenges to seek out the solution of that problem. Based on a research conducted to the archdeacons of the Parish, the data collected shows that the method used there is dogmatic, and the methods used in the process of catecheses there is limited, also the Catholics are passively involved in the whole process of catecheses.

The real people catecheses is a look of catecheses which invites the people to act as a subject and not as an object of catecheses itself. In this catecheses participants are no longer listeners, and a catechist should act as a guide or facilitators. Communication between the catechist and participants is a two-ways type of communication. In the process of catecheses, an assistant’s responsibility is to guide the participants in order to make the conversation stays on the right track. The assistant and the participants should build a same level of relationship. If so happens this will is keep growing time by time, and hopefully, the theme is relevant to the Christians’ daily life. Shared Christian Praxis is one of people catecheses models which can be used by catechists assistant to help the Catholics in expressing and exploring their life experiences and confronting them with the Christian Tradition and Vision, so it will become a experience of faith and be led to a concrete action. The archdeacons’ role in this Shared Christian Praxis model is to guide the participants to be able to see their life experiences as experiences of faith. They invite them to share their life experiences, reflect them and then confront them with Christian Tradition and Vision and to guide them to plan in a concrete action which will be enacted individually or together with other people.

(10)

x

Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang setia menuntun pikiran, hati dan hidup penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul SUMBANGAN

KATEKESE UMAT BAGI PRODIAKON MELALUI MODEL SHARED

CHRISTIAN PRAXIS DI PAROKI ROH KUDUS KEBONARUM, KLATEN, JAWA TENGAH.

Skripsi ini berawal dari keprihatinan penulis yang ada di Paroki Roh Kudus Kebonarum, mengenai masalah katekese. Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum menjalankan tugas sebagai pelayan sabda dengan memberikan pendampingan katekese kepada umat. Katekese yang hidup di tengah-tengah umat tidak lagi mengalami kemajuan. Umat jarang mengikuti katekese disebabkan oleh kesibukan umat ataupun proses katekese yang kurang dinamis. Keprihatinan tersebut membawa penulis untuk mencari, meneliti, dan memberikan sumbangan yang berguna bagi umat dan prodiakon. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Rm. Drs. M. Sumarno Ds, S.J., M.A., selaku dosen Pembimbing Skripsi, yang telah memberikan banyak waktu, perhatian dan mendukung seluruh perjalanan penulis untuk menyelesaikan skripsi di Prodi IPPAK.

(11)

xi

3. Ibu Dra. Yulia Supriyati, M.Pd., selaku dosen penguji, yang telah berkenan mendampingi penulis dalam penelitian serta memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Rm. Drs. H.J. Suhardiyanto, S.J. selaku Kaprodi IPPAK Universitas Sanata Dharma yang senantiasa memberikan dukungan dalam seluruh proses belajar di IPPAK.

5. Segenap Bapak, Ibu, Romo dosen dan seluruh staf karyawan prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma yang secara tidak langsung selalu memberikan dorongan kepada penulis.

6. Rm. Al. Priyambono, Pr., (alm.), yang mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian di Paroki Roh Kudus Kebonarum.

7. Rm. V. Kirjito, Pr., selaku Romo Kepala Paroki, yang memberikan dukungan dan nasehat bagi penulis.

8. Rm. Ig. Nandi Winarto, Pr., yang berkenan mendampingi penulis dalam menyelesaikan skripsi dan bersedia mendengarkan kesulitan penulis dalam penelitian.

9. Bapak/Ibu Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian dan mendukung penulis dengan memberikan data-data yang diperlukan selama penelitian.

10. Keluarga tercinta Bapak Mudjiono dan adik Natalia Merry Dellani, yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan untuk penulis dalam menyelesaikan kuliah. 11. Ibu Fransiska Sriyantiningrum (alm.) yang dengan kasih setianya selalu

(12)

xii

materi, dan nasehat selama penulis belajar di Prodi IPPAK.

13. Teman-teman angkatan 2007, “katekis bersemangat magis”, yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan kepada penulis selama belajar di IPPAK dan saat menyelesaikan skripsi.

14. Teman-teman “tempo doeloe” yang selalu setia menemani penulis selama menempuh studi di IPPAK.

15. Teman-teman Orang Muda Katolik dan Pendamping Pendamping Iman Anak dan Remaja Paroki Roh Kudus Kebonarum yang selalu mendukung, memberikan perhatian dan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi.

16. Patricius Daru Nakula yang selalu mendukung penulis dan yang selalu memberikan dukungan selama menempuh studi di IPPAK.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis terbuka akan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 31 Juli 2012 Penulis

(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT ... xi

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xix

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Pembatasan Masalah... 5

D. Tujuan Penulisan ... 5

E. Manfaat Penulisan ... 6

F. Metode Penulisan... 6

G. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II. GAMBARAN KATEKESE UMAT YANG DILAKSANAKAN OLEH PRODIAKON DI PAROKI ROH KUDUS KEBONARUM, KLATEN, JAWA TENGAH... 8

A. Gambaran Situasi Umum Prodiakon di Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah ... 9

1. Situasi Umat Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah... 9

2. Situasi Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah... 10

(14)

xiv

a. Latar Belakang Penelitian ... 11

b. Rumusan Permasalahan Penelitian ... 11

c. Tujuan Penelitian ... 12

d. Manfaat Penelitian ... 12

e. Metode Penelitian ... 12

f. Waktu dan tempat penelitian... 13

g. Responden Penelitian ... 13

h. Instrumen Penelitian ... 14

i. Variabel Penelitian ... 14

2. Laporan Hasil Penelitian ... 15

a. Identitas Responden ... 15

b. Gambaran Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum ... 16

c. Pengetahuan Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum tentang Katekese Umat ... 19

d. Gambaran Katekese Umat yang Dilaksanakan oleh Prodiakon ... 22

e. Dukungan dan Kesulitan Prodiakon saat Melaksanakan Katekese Umat ... 25

f. Manfaat Katekese Umat bagi Prodiakon... 26

g. Manfaat Katekese Umat bagi Umat ... 27

h. Model Katekese Umat yang Relevan dengan Hidup Umat bagi Prodiakon... 28

i. Harapan dan Usulan yang Dibutuhkan oleh Prodiakon dalam Katekese Umat selanjutnya ... 29

3. Hasil Wawancara ... 30

a. Wawancara dengan Prodiakon... 30

b. Wawancara dengan Sekretaris Prodiakon... 32

4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 33

a. Identitas Responden ... 33

b. Gambaran Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum ... 34

(15)

xv

d. Gambaran Katekese Umat yang Dilaksanakan oleh

Prodiakon ... 37

e. Dukungan dan Kesulitan Prodiakon saat Melaksanakan Katekese Umat ... 38

f. Manfaat Katekese Umat bagi Prodiakon... 39

g. Manfaat Katekese Umat bagi Umat ... 39

h. Model Katekese Umat yang Relevan dengan Hidup Umat bagi Prodiakon... 40

i. Harapan dan Usulan yang Dibutuhkan oleh Prodiakon dalam Katekese Umat selanjutnya ... 40

5. Rangkuman Hasil Penelitian ... 41

BAB III. KATEKESE UMAT MODELSHARED CHRISTIAN PRAXISBAGI PRODIAKON ... 43

A. Katekese Umat ModelShared Christian Praxis(SCP)... 44

1. Katekese Umat ... 45

c. Sejarah Singkat Perkembangan Katekese Umat dalam PKKI... 45

d. Pengertian Katekese Umat ... 48

e. Pola dan Isi Katekese Umat ... 50

f. Peserta Katekese Umat... 51

g. Pendamping Katekese Umat ... 52

h. Suasana Katekese Umat ... 55

i. Tujuan Katekese Umat ... 56

j. Keunggulan Katekese Umat... 57

2. Shared Christian Praxis(SCP) sebagai salah satu Model Katekese Umat... 58

a. PengertianShared Christian Praxis(SCP) ... 59

b. Langkah-langkah ProsesShared Christian Praxis (SCP) ... 64

B. Prodiakon Paroki ... 73

1. Sejarah Prodiakon Paroki ... 74

2. Tugas Prodiakon Paroki ... 75

3. Syarat Prodiakon Paroki... 77

(16)

xvi

c. Memiliki Penampilan Layak ... 79

4. Spiritualitas Prodiakon ... 80

a. Tugas pelayanan Prodiakon sebagai Panggilan Hidup ... 80

b. Prodiakon Ambil Bagian dalam Karya Pengudusan Umat oleh Allah ... 81

c. Prodiakon Menjalani Tugas Pelayanan sebagai Persembahan Hidup ... 82

d. Prodiakon Menghidupi Semangat Doa yang Mendalam dan Teratur ... 82

e. Prodiakon Rajin Mengikuti Perayaan Ekaristi Mendengarkan Sabda Allah dan Berdevosi ... 83

f. Prodiakon dapat Hidup Berbagi dan Peduli ... 84

g. Prodiakon Memiliki Semangat untuk Belajar terus ... 85

C. Shared Christian Praxissebagai Model Katekese Umat untuk membantu Prodiakon dalam Berkatekese... 85

1. Peran Prodiakon dalam Langkah 0 (Awal) ... 86

2. Peran Prodiakon dalam Langkah I (Pertama) ... 86

3. Peran Prodiakon dalam Langkah II (Kedua)... 87

4. Peran Prodiakon dalam Langkah III (Ketiga) ... 87

5. Peran Prodiakon dalam Langkah IV (Keempat) ... 88

6. Peran Prodiakon dalam Langkah V (Kelima) ... 89

BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXISBAGI PRODIAKON PAROKI ROH KUDUS KEBONARUM ... 90

A. Latar Belakang Penyusunan Program Katekese Umat ModelShared Christian Praxis(SCP) Bagi Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum ... 90

B. Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan... 91

C. Penjabaran Program Pendampingan Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum... 92

D. Petunjuk Pelaksanaan Program... 95

E. Uraian Pokok-pokok Materi untuk Pembinaan Katekese Umat ModelShared Christian Praxis(SCP) bagi Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum ... 95

(17)

xvii

a. Tema... 95

b. Tujuan ... 95

c. Peserta ... 96

d. Penanggungjawab ... 96

e. Tempat... 96

f. Hari/tanggal... 96

g. Waktu ... 96

h. Metode... 96

i. Sarana ... 96

j. Sumber bahan... 96

k. Jadwal kegiatan ... 97

2. Pemikiran Dasar ... 98

3. Langkah-langkah Pengembangan ... 98

a. Pertemuan I ... 98

b. Pertemuan II ... 100

c. Pertemuan III... 104

d. Pertemuan IV ... 111

e. Pertemuan V... 122

f. Pertemuan VI ... 124

g. Pertemuan VII ... 128

BAB V. PENUTUP ... 130

A. Kesimpulan ... 130

B. Saran ... 132

1. Bagi Paroki... 132

2. Bagi Prodiakon... 133

3. Bagi Seksi Pewartaan ... 133

DAFTAR PUSTAKA ... 134

LAMPIRAN ... 136

Lampiran 1: Daftar Nama Lingkungan ... (1)

Lampiran 2: Data Umat Paroki Roh Kudus Kebonarum ... (2)

(18)

xviii

Terlibat Aktif dalam Kegiatan Menggereja ... (4)

Lampiran 5: Daftar Nama Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum.... (5)

Lampiran 6: Kuesioner Penelitian untuk Prodiakon ... (6)

Lampiran 7: Pedoman Wawancara I dengan prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum ... (14)

Lampiran 8: Hasil Wawancara I dengan prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum ... (15)

Lampiran 9: Pedoman Wawancara II dengan prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum ... (18)

Lampiran 10: Hasil Wawancara II dengan prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum ... (19)

Lampiran 11: Teks Lagu Pembukaan ... (21)

Lampiran 12: Teks Kitab Suci ... (22)

(19)

xix

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini diambil dari Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditijen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA 1V). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

AA : Apostolicam Actuocitatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam, 7 Desember 1965.

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

DCG : Directorium Catechisticum Generale, Direktorium Kateketik Umum yang dikeluarkan oleh Kongregasi Suci para Klerus, 11 April 1971.

EN : Evangelii Nuntiandi, Imbauan Apostolik Paulus VI tentang karya pewartaan Injil dalam jaman modern, 8 Desember 1975.

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II pada 25 Januari 1983.

C. Singkatan Lain

Ansos : Analisis Sosial

Art : Artikel

Bdk : Bandingkan

Hal : Halaman

IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

(20)

xx KBG : Komunitas Basis Gerejani Komlit : Komisi Liturgi

KU : Katekese Umat

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia LCD : Liquid Crystal Display

SCP : Shared Christian Praxis

S.d : Sampai dengan

PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia

(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam tugas perutusan, “Gereja melanjutkan dan mengambil bagian dalam tritugas Yesus Kristus, yakni tugas nabi, tugas imami, dan tugas rajawi” (KWI, 1996: 382). Di dalam menjalankan tugas kerasulan, kaum awam diharapkan dapat terlibat dalam tritugas Yesus. “Bahkan situasi sekarang ini jelas memerlukan kerasulan mereka yang lebih intensif dan lebih luas” (AA, art. 1). Situasi global dunia dan situasi umat mengharuskan peran serta kaum awam untuk terlibat dalam tugas pelayanan Gereja. Harapan tersebut menandakan bahwa tugas kerasulan tidak hanya menjadi kewajiban bagi kaum berjubah (imam, biarawan/biarawati). Kaum awam saat ini sangat berperan dalam tugas nabi sebagai pewarta Kerajaan Allah di tengah-tengah umat. “Ini merupakan suatu tugas dan perutusan, yang semakin lebih mendesak karena perubahan-perubahan yang meluas dan mendalam di dalam masyarakat zaman sekarang ini” (EN, art. 14).

(22)

52). Dalam Katekese Umat, semua umat yang menjadi peserta katekese adalah sederajat. Dalam proses katekese, tidak ada peserta yang diunggulkan ataupun yang direndahkan.

Katekese Umat menjadi kerinduan umat untuk menjawab kehausan iman, sekaligus salah satu wadah dimana umat dapat saling mengkomunikasikan pengalamannya dalam terang Injil dengan saudara seiman sehingga umat saling meneguhkan satu sama lain dan diperkaya oleh kesaksian iman. Katekese Umat merupakan komunikasi iman. Komunikasi iman dalam katekese mampu melibatkan peserta dalam proses katekese. Dalam hal ini, katekese menawarkan beberapa model yang dapat digunakan untuk berkatekese bersama dengan umat. Model yang ditawarkan antara lain katekese model biblis, katekese pengalaman hidup, katekese campuran (biblis dan pengalaman hidup), katekese ANSOS dan masih banyak model katekese yang dapat digunakan dalam proses berkatekese. Katekese model pengalaman hidup yang menekankan pada pengalaman hidup umat merupakan salah satu katekese yang mengajak umat untuk ikut terlibat aktif sebagai subyek dalam proses katekese. Katekese model pengalaman hidup adalah pendekatan yang paling relevan dengan hidup umat sehari-hari. Pengalaman hidup yang diungkapkan oleh umat dapat semakin meneguhkan satu sama lain. Katekese yang bertolak dari pengalaman hidup umat, tentunya mengangkat keprihatinan umat dalam hidup sehari-hari. Dengan mengalami sesuatu secara pribadi atau dengan turut mengalami apa yang dialami orang lain, manusia mampu sampai pada tingkat pertemuan yang menentukan dengan Yang Ilahi, bahkan dengan sadar terpikat pada-Nya secara pribadi (Telaumbanua, 1999: 129).

(23)

partisipasif. Proses ini mendorong peserta untuk mengkonfrontasikan antara “tradisi” dan “visi” hidup mereka dengan “Tradisi” dan “Visi” kristiani, agar baik secara pribadi maupun bersama, mampu mengadakan penegasan dan mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia yang terlibat dalam dunia (Sumarno Ds, 2009b: 14). Dan akhirnya proses katekese modelShared Christian Praxis yang juga menekankan pendalaman pengalaman hidup mampu membawa umat untuk semakin menyadari perjumpaan dengan Allah.

(24)

makna, tujuan dan proses yang sesuai dengan konteks hidup umat peserta katekese. Paroki Roh Kudus Kebonarum merupakan salah satu paroki yang mengajak prodiakon untuk terlibat dalam tugas pewartaan Gereja. Di samping sebagai asisten imam, prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum juga memberikan katekese, seperti pendalaman iman di Lingkungan, memandu bulan Kitab Suci Nasional, dan masih banyak kegiatan katekese yang mengajak prodiakon untuk ikut terlibat. Dengan melihat kenyataan yang ada, prodiakon belum mampu untuk membawa proses katekese yang ideal, dimana komunikasi iman yang diharapkan belum terjadi. Dibandingkan dengan umat, prodiakon lebih banyak mengambil peran dalam proses katekese. Sehingga katekese yang dicita-citakan seperti katekese oleh umat, dari umat dan untuk umat belum dapat terlaksana dengan baik. Dalam tugas pewartaannya, seringkali prodiakon hanya bersifat pengajaran atau dogmatis saja. Padahal dalam proses katekese yang seharusnya terjadi adalah, adanya komunikasi iman antara fasilitator dengan umat, lalu umat dengan umat. Dalam hal ini, katekese model Shared Christian Praxis menawarkan suatu bentuk katekese yang menekankan pada komunikasi iman. Komunikasi iman dalam model Shared Christian Praxis dapat dilihat dari adanya proses tukar pengalaman hidup yang dilihat dalam terang iman.

(25)

B. Identifikasi Masalah

1. Keprihatinan-keprihatinan apa yang ditemui oleh prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum saat berkatekese di tengah umat?

2. Apa yang menjadi tugas prodiakon dalam Katekese Umat model Shared Christian Praxis?

3. Usaha-usaha apa yang akan dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum dalam Katekese Umat?

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang yang dapat dikaji, maka penulis membatasi penulisan skripsi ini pada Sumbangan Katekese Umat bagi Prodiakon melalui ModelShared Christian Praxisdi Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah.

D. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui keprihatinan-keprihatinan prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum saat berkatekese di tengah umat.

2. Mengetahui tugas prodiakon dalam Katekese Umat model Shared Christian Praxis.

3. Mengetahui usaha-usaha yang akan dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum dalam Katekese Umat.

(26)

1. Bagi Prodiakon:

Memberikan masukan bagi prodiakon bahwa Katekese Umat model Shared Christian Praxisdapat digunakan sebagai salah satu alternatif di dalam tugas pelayanan sabda.

2. Bagi Paroki:

Mengetahui proses Katekese Umat yang sudah berjalan di Paroki Roh Kudus Kebonarum serta memberikan sumbangan bentuk Katekese Umat model Shared Christian Praxisbagi tugas pelayanan prodiakon di dalam Gereja.

3. Bagi Penulis:

Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang seberapa besar sumbangan Katekese Umat modelShared Christian Praxis sebagai salah satu alternatif dalam tugas pelayanan sabda prodiakon di Paroki Roh Kudus Kebonarum.

F. Metode Penulisan

(27)

G. Sistematika Penulisan

Penulis mengambil judul “Sumbangan Katekese Umat Bagi Prodiakon Melalui Model Shared Christian Praxis di Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah”, dan dibagi dalam lima bab, sebagai berikut:

Bab I adalah pendahuluan. Bab ini menyajikan latar belakang penulisan skripsi, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan bagi prodiakon, paroki, serta penulis dan sistematika penulisan.

Bab II memaparkan gambaran Katekese Umat yang dilaksanakan oleh prodiakon di Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah. Bab II berisikan gambaran situasi umum umat dan prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum dan penelitian serta hasil penelitian sumbangan Katekese Umat bagi prodiakon di Paroki Roh Kudus Kebonarum. Hasil penelitian dirangkum menjadi satu dalam rangkuman hasil penelitian.

Bab III menguraikan Katekese Umat model Shared Christian Praxis bagi prodiakon. Katekese Umat dijelaskan dalam pengertian Katekese Umat hingga keunggulan Katekese Umat dan salah satu model Katekese Umat, yaitu Shared Christian Praxis. Dalam bab III ini juga diuraikan mengenai prodiakon paroki dan peran prodiakon dalam Katekese Umat modelShared Christian Praxis.

Bab IV adalah usulan program Katekese Umat model Shared Christian Praxis (SCP) bagi Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum. Usulan program yang diberikan oleh penulis dimaksudkan untuk Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum demi meningkatkan ketrampilan berkatekese.

(28)

GAMBARAN KATEKESE UMAT

YANG DILAKSANAKAN OLEH PRODIAKON

DI PAROKI ROH KUDUS KEBONARUM, KLATEN, JAWA TENGAH

Katekese merupakan salah satu pokok penting dalam melaksanakan tugas pewartaan. Katekese menjadi salah satu metode bagi para pewarta untuk mewartakan Kerajaan Allah di tengah-tengah umat. Perkembangan zaman membawa Gereja untuk mengikuti perkembangan, khususnya perkembangan Gereja yang ada di Indonesia. Katekese yang terus-menerus berkembang berawal dari keprihatinan yang timbul, baik dalam proses katekese yang berlangsung, peserta katekese, bahan katekese maupun pendamping katekese. Perkembangan katekese kini semakin relevan bagi umat di tengah situasi perkembangan zaman globalisasi. Katekese Umat merupakan jawaban atas segala keprihatinan yang ada. Katekese Umat merupakan salah satu arah dalam katekese yang ada di Indonesia.

Katekese Umat membantu pendamping memberikan katekese di tengah umat. Katekese Umat merupakan katekese oleh umat, dari umat dan untuk umat ini mengajak umat untuk bersama-sama menciptakan katekese yang sesuai dengan situasi umat. Umat diajak untuk mensharingkan pengalamannya lalu bersama-sama dengan umat yang lain mengolah pengalaman tersebut dalam terang iman.

(29)

A. Gambaran Situasi Umum Prodiakon di Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah

1. Situasi Umat Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah

Paroki Roh Kudus Kebonarum diresmikan pada tanggal 2 September 1998 oleh Bapak Uskup Agung Semarang Mgr. I. Suharyo dengan nama pelindung Roh Kudus. Bertepatan dengan hari peresmian, dilaksanakan penerimaan Sakramen Krisma untuk 282 umat serta pelantikan Pengurus Dewan Paroki Roh Kudus Kebonarum dan penetapan Rm. L. Prasetya Pr sebagai Pastor Paroki yang pertama. Jumlah umat Katolik saat itu adalah 4.148 jiwa dengan 20 Lingkungan.

Paroki Roh Kudus Kebonarum merupakan pemekaran dari Paroki Maria Assumpta Klaten. Pada tahun 1949-1954, Wilayah Kebonarum dibagi menjadi dua bagian dengan lima desa. Bagian timur merupakan Kebonarum I dengan desa Wanteyan dan Nglinggi, bagian barat adalah Kebonarum II dengan desa Nglarang, Basin dan Pluneng. Tahun 1955-1981, Wilayah Kebonarum dibagi menjadi lima lingkungan yakni Lingkungan Nglarang, Basin, Pluneng, Nglinggi, Wanteyan. Tahun 1981, Kebonarum resmi menjadi Stasi dengan 7 lingkungan. Sejak tahun 1998-2012, Paroki Roh Kudus Kebonarum telah memiliki 25 lingkungan dengan dua stasi {Lampiran 1: (1)}. Romo yang bertugas di Paroki Roh Kudus Kebonarum saat ini adalah Rm. V. Kirjito, Pr., dan Rm. Ig. Nandi Winarto, Pr.

(30)

Menurut wawancara dengan prodiakon, diketahui bahwa prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum sudah ada sejak Paroki Roh Kudus Kebonarum masih menjadi stasi dan menjadi bagian dari Paroki Maria Assumpta Klaten. Keberadaan prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum dikarenakan kebutuhan rohani umat yang meningkat, sedangkan Pastor yang ditugaskan kurang dapat memenuhi kebutuhan umat. Beberapa dari prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum sudah menjabat sebagai prodiakon sejak menjadi satu dengan Paroki Maria Assumpta Klaten.

Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum periode 2010 s.d 2012 berjumlah 58 orang: 57 laki-laki dan 1 perempuan. Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum merupakan prodiakon yang ditugaskan untuk masing-masing Lingkungan. Dalam setiap Lingkungan, rata-rata mengirim 1-3 orang prodiakon {Lampiran 5: (5)-(6)}. Dari 58 prodiakon, ada beberapa yang tidak dapat menjalankan tugas dengan baik karena sakit dan pindah tempat tinggal. Prodiakon yang sakit, di-non aktifkan dahulu sementara. Sedangkan prodiakon yang pindah tempat tinggal, tidak menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Dari 58 prodiakon, terdaftar 40 prodiakon yang aktif dalam mengikuti kegiatan {Lampiran 10: (19)-(20)}.

(31)

Usaha ini dirasa berhasil untuk menghilangkan kejenuhan umat untuk mengikuti doa Lingkungan {Lampiran 10: (19)-(20)}.

B. Sumbangan Katekese Umat Bagi Prodiakon di Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah

1. Persiapan Penelitian a. Latar belakang penelitian

Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum membantu dalam tugas katekese. Hal ini dikarenakan tenaga katekis yang ada di Paroki Roh Kudus Kebonarum sangatlah minim. Maka dari itu, sosok seorang prodiakon sangat penting di mata umat sebagai seorang pelayan sabda. Prodiakon diharapkan dapat terus-menerus menimba pengetahuan tentang katekese dan mengasah ketrampilan memproses katekese.

Penulis melihat keprihatinan yang ada di Paroki Roh Kudus Kebonarum adalah bahwa minat umat untuk mengikuti proses katekese mulai menurun, diantaranya: katekis yang kurang terampil, kesibukan umat, ataupun kejenuhan umat dalam mengikuti proses.

Penulis melaksanakan penelitian ini untuk melihat peranan prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum dalam tugas katekese. Penulis juga akan mencoba menemukan model katekese yang cocok untuk digunakan di tengah umat bagi prodiakon.

b. Rumusan permasalahan penelitian

1) Bagaimana gambaran prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah?

(32)

memberi katekese bagi umat Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah? 4) Hal-hal apa yang dibutuhkan oleh prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum,

Klaten, Jawa Tengah dalam melaksanakan Katekese Umat selanjutnya?

c. Tujuan penelitian

1) Mengetahui gambaran prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum. 2) Mengetahui pengetahuan prodiakon tentang Katekese Umat.

3) Mengetahui sejauh mana prodiakon memanfaatkan Katekese Umat untuk melaksanakan tugas berkatekese di tengah umat.

4) Mengetahui hal-hal yang dibutuhkan oleh prodiakon dalam proses Katekese Umat selanjutnya.

d. Manfaat penelitian

1) Penulis mendapatkan gambaran prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum. 2) Penulis dapat mengetahui pengetahuan prodiakon tentang Katekese Umat.

3) Penulis dapat mengetahui sejauh mana prodiakon memanfaatkan Katekese Umat untuk melaksanakan tugas berkatekese di tengah umat.

4) Penulis dapat mengetahui hal-hal yang dibutuhkan oleh prodiakon dalam proses Katekese Umat selanjutnya.

e. Metode penelitian

(33)

penelitian deskriptif, penulis dapat melihat gejala atau peritiwa yang sedang terjadi tanpa memberikan perlakuan (Jamal Ma’mur Asmani, 2011: 40).

Penelitian yang dilaksanakan oleh penulis adalah dengan menyebarkan kuesioner dan wawancara kepada beberapa responden untuk melengkapi data yang dibutuhkan oleh penulis. Penulis juga mengamati kegiatan yang dilaksanakan oleh responden, sehingga penulis melihat secara langsung metode yang digunakan selama proses katekese.

f. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada minggu kedua pada bulan Juli 2011 di Aula Paroki Roh Kudus Kebonarum dengan menyebarkan kuesioner. Pada bulan September 2011, penulis melaksanakan wawancara dengan tiga responden. Wawancara dilakukan penulis untuk melengkapi data penelitian dengan datang ke rumah responden. Wawancara penulis dengan responden untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang sering dilaksanakan oleh prodiakon di Lingkungan maupun di Paroki. Alasan penulis memilih Paroki Roh Kudus Kebonarum adalah karena penulis merupakan umat Paroki Roh Kudus Kebonarum sehingga memudahkan penulis dalam mencari data yang dibutuhkan untuk penelitian.

g. Responden penelitian

(34)

Kudus Kebonarum, hanya sekitar 40 prodiakon yang aktif mengikuti kegiatan. Dari 40 lembar kuesioner yang tersebar, hanya 25 kuesioner yang dikumpulkan kepada penulis.

h. Instrumen penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner tertutup dan wawancara. Kuesioner merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis untuk dijawab oleh responden (Jamal Ma’mur Asmani, 2011: 123). Kuesioner yang digunakan oleh penulis adalah kuesioner tertutup yang berisi pertanyaan dengan alternatif jawaban. Kuesioner tertutup tidak memberi peluang kepada responden untuk memberikan jawaban lain, responden cukup memilih salah satu alternatif jawaban {Lampiran 6: (6)-(13)}.

Wawancara dilakukan penulis dengan melakukan kontak langsung dengan responden, sehingga dapat mengungkap data secara lebih bebas dan mendalam (Nana Sudjana, 2004: 102).

i. Variabel penelitian

Tabel 1. Variabel Penelitian

No. Variabel Aspek yang diungkap Item Soal

1). Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum

2). Katekese Umat Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum

(35)

Manfaat Katekese Umat 3). Model Katekese Umat yang

diharapkan oleh prodiakon

Harapan dan usulan yang dibutuhkan untuk

Katekese Umat bagi prodiakon selanjutnya

47, 48, 49, 50

2. Laporan Hasil Penelitian a. Identitas responden

(36)

Dari tabel diatas dapat diamati bahwa untuk item no. 1 tidak dapat disebutkan karena berbentuk nama responden. Dari 25 responden yang diteliti oleh penulis rata-rata yang berusia 40-50 tahun sebanyak 11 responden (44%), sedangkan untuk yang berusia diatas 50 tahun sebanyak 7 responden (28%) dan yang selebihnya berusia antara 20-30 tahun. Jenis kelamin responden sebagian besar adalah laki-laki dengan jumlah 24 responden (96%) dan perempuan 1 responden (4%). Sebanyak 19 responden (76%) menjabat sebagai prodiakon rata-rata lebih dari tiga tahun. Pendidikan terakhir 13 responden (52%) adalah rata-rata SMA/SMK. Pekerjaan responden beraneka ragam, sehingga rata-rata responden memilih lain-lain dengan jumlah 12 responden (48%).

b. Gambaran Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum

Tabel 3: Gambaran Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum (N=25) No.

Item

Pernyataan Jumlah (%)

(1) (2) (3) (4)

1). Saya mulai terpanggil menjadi prodiakon sejak …. a). Saat sebelum menjadi prodiakon

b). Saat dilantik menjadi prodiakon

c). Saat mendapatkan sesuatu yang berkesan sewaktu bertugas

d). Saat mendapatkan peristiwa yang tidak mengenakkan sewaktu bertugas

2). Pembekalan yang diterima sebelum menjadi prodiakon adalah ….

a). Pembekalan ketrampilan dan pengetahuan untuk calon prodiakon

b). Pembekalan tentang liturgi untuk calon prodiakon c). Pembekalan katekese di tengah umat bagi calon

prodiakon

d). Pembekalan ketrampilan, pengetahuan dan liturgi bagi calon prodiakon

3). Selama saya bertugas, Paroki memberikan pendampingan rutin setiap ….

a). Rata-rata satu bulan sekali b). Rata-rata dua bulan sekali

20 0

(37)

(1) (2) (3) (4) (c). Jika ada kepentingan perihal khusus untuk tugas

prodiakon 4). Prodiakon Paroki melaksanakan pertemuan rutin setiap …

a). Dua kali dalam satu bulan b). Satu bulan sekali

c). Dua bulan sekali

d). Jika ada kepentingan yang berhubungan dengan prodiakon saja 5). Jika ada pertemuan rutin prodiakon, saya ….

a). Selalu mengikuti pertemuan rutin b). Kerap kali datang pertemuan rutin

c). Kadang-kadang mengikuti, karena ada kegiatan yang lebih penting

d). Datang pertemuan jika ada keperluan saja

14 6). Hal yang dapat lebih memupuk iman dan menghayati iman

dalam hidup sehari-hari adalah ….

a). Rajin mengikuti Perayaan Ekaristi setiap hari Minggu b). Selalu membaca dan merenungkan Kitab Suci setiap

hari

c). Mempunyai hidup doa yang kuat setiap hari d). Menghidupi aneka devosi yang disediakan Gereja

7 7). Ketrampilan yang lebih dibutuhkan dalam menjalankan

tugas sebagai prodiakon adalah …. a). Tata gerak liturgi

b). Tata urutan ibadat c). Penggunaan Kitab Suci d). Cara membaca doa yang baik

15 8). Jika ada kegiatan di Gereja, maka yang saya lakukan

adalah ….

a). Tidak mau tahu karena ada urusan yang lebih penting b). Meng-handleseluruh kegiatan yang ada

c). Membantu kegiatan teman yang disenangi saja d). Membantu kegiatan teman yang membutuhkan

0 9). Tugas-tugas yang paling sering dilakukan selain membantu

Romo membagikan komuni dalam Perayaan Ekaristi adalah … .

a). Memimpin ibadat b). Memimpin katekese

c). Mengirim komuni pada orang sakit atau orang yang sudah tua

d). Memberikan pengajaran bagi calon penerima sakaramen

(38)

sebuah Lingkungan, tetapi hujan sangat deras dan petir menyambar- nyambar, maka yang saya lakukan adalah …. a). Mencari ganti teman prodiakon yang lain

b). Tidak jadi datang dengan alasan takut sakit c). Tetap datang dengan berbagai resiko

d). Berpura-pura lupa dengan janji yang telah dibuat

3 0 22 0

12% 0% 88% 0%

Berdasarkan tabel di atas, jumlah responden yang terpanggil untuk menjadi prodiakon pada saat dilantik berjumlah 21 responden (84%). Pembekalan yang diterima oleh responden sebelum menjadi prodiakon adalah pembekalan tentang liturgi. Responden yang memilih pembekalan tentang liturgi adalah 10 responden (40%). Sebanyak 20 responden (80%) memilih setiap satu bulan sekali Paroki memberikan pendampingan bagi responden. Sejumlah 25 responden (100%) memilih bahwa pertemuan prodiakon dilaksanakan setiap satu bulan sekali. Sedangkan, responden yang selalu mengikuti pertemuan rutin prodiakon sebanyak 12 responden (56%).

(39)

c. Pengetahuan Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum tentang Katekese Umat

Tabel 4: Pengetahuan Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum Tentang Katekese Umat (N=25)

No. Item

Pernyataan Jumlah (%)

(1) (2) (3) (4)

11). Arti Katekese Umat adalah … . a). Komunikasi iman

b). Berdoa dari buku doa c). Pendalaman Kitab Suci d). Ibadat 12). Yang menjadi tekanan dalam Katekese Umat sebagai

salah satu model berkatekese adalah …. a). Pendamping katekese 13). Arah yang dapat ditunjukkan dalam proses Katekese

Umat adalah … .

a). Pendamping Umat b). Umat Pendamping

c). Umat Umat

d). Umat Umat Pendamping

7 14). Tindakan yang dapat menujukkan bahwa seseorang

telah mengalami pertobatan berkat Katekese Umat adalah .. .

a). Umat semakin kritis dalam mengurusi masalah orang lain

b). Umat sibuk mengurusi umat di Lingkungan saja c). Umat semakin aktif dalam kegiatan di

Lingkungan, Gereja dan masyarakat d). Memberi kolekte dalam jumlah besar

0 15). Maksud adanya tema/bahan dalam Katekese Umat

adalah …

a). Pertemuan katekese semakin menarik b). Mengena dengan hidup umat

c). Pembicaraan semakin terarah dan jelas d). Menarik umat agar semakin semangat

4 16). Dalam berkatekese Umat, bahan yang sering

digunakan adalah ….

(40)

b). Masyarakat setempat 17). Salah satu tanda bahwa peserta Katekese Umat

mampu berdialog dalam suasana terbuka adalah …. a). Acuh tak acuh

b). Saling mendengarkan

c). Mengantuk dan pura-pura tidur

d). Mengobrol dengan teman di sebelahnya

0 18). Salah satu contoh bahwa pendamping katekese dapat

menghayati contoh Kristus “Aku di tengah-tengahmu sebagai pelayan” adalah ….

a). Susah hati dan terpaksa karena sudah diminta b). Melayani hanya kepada umat yang bersikap baik

saja

c). Menumbuhkan suasana yang komunikatif dan selalu memberi semangat

d). Memberikan masukan yang berlebihan

0 19). Tugas seorang pendamping katekese dalam Katekese

Umat adalah …. 20). Peran peserta dalam Katekese Umat adalah ….

a). Pelayan pendamping 21). Ketrampilan yang dibutuhkan oleh seorang

pendamping Katekese Umat adalah …. a). Ketrampilan berkomunikasi yang baik b). Ketrampilan berefleksi

c). Ketrampilan berkhotbah d). Ketrampilan memimpin Ibadat

8 22). Jika umat tidak punya waktu dan tempat untuk

melaksanakan katekese, maka yang dilakukan oleh pendamping Katekese Umat adalah ….

a). Menunggu sampai ada waktu dan tempat yang ditentukan oleh umat sendiri

b). Saat yang tepat untuk beristirahat dari tugas sebagai pendamping katekese

(41)

(1) (2) (3) (4) d). Bersikap tidak mau tahu dengan urusan umat 0 0% 23). Keunggulan Katekese Umat adalah ….

a). Menumbuhkan rasa percaya diri, kepribadian dan martabat seseorang

b). Adanya dialog antar umat dan pendamping c). Umat untuk semakin kritis dalam mengkritik

kesalahan seseorang

d). Membantu umat untuk tampil menjadi yang terbaik

24). Proses Katekese Umat dapat berjalan dengan baik, ditandai dengan ….

a). Umat sangat aktif mengungkapkan pengalaman imannya sehingga terkadang pendamping merasa kebingungan untuk mengarahkan

b). Umat sangat pasif dan pendamping sangat aktif c). Hanya ada beberapa umat saja yang aktif, dan

umat yang lain hanya pendengar saja

d). Pendamping dapat memberi arah pada proses sharing, dan umat juga aktif dan kritis dalam mengungkapkan pengalaman imannya

Dari tabel 4 diatas, dapat ditunjukkan bahwa jumlah responden yang memilih komunikasi iman merupakan arti Katekese Umat sebanyak 21 responden (84%). Sebanyak 10 responden (40%) memilih hidup umat yang menjadi tekanan dalam proses Katekese Umat. Responden yang memilih arah yang dapat ditunjukkan dalam proses Katekese Umat adalah umat dengan umat dan umat dengan pendamping sebanyak 16 responden (64%). Seluruh responden (100%) berpendapat bahwa tindakan yang menunjukkan pertobatan berkat Katekese Umat adalah umat semakin aktif dalam kegiatan di Lingkungan, Gereja dan masyarakat.

(42)

(96%) memilih bahwa, pendamping katekese yang dapat menghayati contoh Kristus “Aku di tengah-tengahmu sebagai pelayan” adalah dapat menumbuhkan suasana yang komunikatif dan selalu memberi semangat. Sebanyak 11 responden menjawab bahwa tugas seorang pendamping katekese adalah sebagai pengarah.

Peran peserta dalam Katekese Umat sebagai subyek, responden yang memilih jawaban tersebut sebanyak 16 responden (64%). Dalam pelaksanaan katekese, 13 responden (52%) setuju untuk mencari waktu dan tempat yang cocok untuk umat. Keunggulan Katekese Umat adalah untuk menumbuhkan rasa percaya diri, kepribadian dan martabat seseorang dan responden yang memilih jawaban tersebut sebanyak 13 responden (52%). Tanda yang dapat ditunjukkan oleh 10 responden (40%) bahwa proses katekese berjalan dengan baik adalah pendamping dapat memberi arah pada proses sharing, dan umat juga aktif dan kritis dalam mengungkapkan pengalaman imannya

d. Gambaran Katekese Umat yang dilaksanakan oleh prodiakon

Tabel 5: Gambaran Katekese Umat yang Dilaksanakan oleh Prodiakon (N=25) No.

Item

Pernyataan Jumlah (%)

(1) (2) (3) (4)

25). Saya melaksanakan kegiatan Katekese Umat di Lingkungan setiap ….

a). Satu minggu sekali b). Dua minggu sekali c). Satu bulan sekali d). Pada saat khusus saja

10 26). Saat memimpin proses Katekese Umat, waktu yang

(43)

(1) (2) (3) (4) 27). Metode yang sering digunakan untuk berkatekese di

tengah umat adalah …. a). Sharing pengalaman b). Permainan

c). Menonton video pendek d). Ceramah 28). Sarana yang sering digunakan dalam melaksanakan

Katekese Umat adalah …. a). Sarana ciptaan sendiri

b). Benda-benda yang ada di sekitar c). Kitab Suci 29). Sumber bahan yang digunakan dalam melaksanakan

Katekese Umat adalah …. a). Buku renungan harian b). Kitab Suci

c). Ajaran Gereja

d). Buku renungan harian, Kitab Suci dan Ajaran Gereja digunakan bersama-sama

30). Ketrampilan yang paling dimiliki saat memberikan Katekese Umat di tengah umat adalah ….

a). Terampil menggunakan media untuk proses katekese

b). Terampil menemukan tradisi nilai-nilai kristiani dalam Kitab Suci, ajaran Gereja dan tradisi lainnya

c). Terampil mengajak umat untuk mengungkapkan diri 31). Suasana yang terlihat saat memimpin proses katekese

adalah ….

a). Komunikatif dan saling mendengarkan b). Masih terasa agak kering karena umat pasif c). Suasana terasa tegang

d). Suasana terkesan santai

9 32). Sikap peserta dalam proses jalannya katekese

adalah …. 33). Langkah-langkah Katekese Umat yang biasa

(44)

a. Pembukaan, pembacaan Kitab Suci, renungan, doa umat dan penutup

b. Pembukaan, pembacaan Kitab Suci, pengalaman hidup peserta, renungan, doa umat dan penutup c. Pembukaan, pengalaman hidup peserta,

mendalami Kitab Suci, menerapkan dalam situasi konkret hidup peserta, mengusahakan aksi konkret, doa umat dan penutup

d. Pembukaan, bacaan Kitab Suci, doa-doa dari buku, doa umat dan penutup

8

Dari tabel 5 diatas, dapat diamati bahwa jumlah responden yang hanya melaksanakan kegiatan Katekese Umat hanya pada saat khusus saja, sebanyak 13 orang (52%). Sejumlah 13 responden (52%), memimpin katekese selama 60-90 menit, sedangkan untuk 12 responden, memimpin katekese selama kurang dari 60 menit. Metode yang sering digunakan oleh responden dalam berkatekese adalah metode ceramah dengan jumlah responden 17 orang (68%). Sebanyak 23 responden (92%) menggunakan sarana Kitab Suci dalam melaksanakan Katekese Umat. Kitab Suci juga digunakan oleh 15 responden (60%) sebagai sumber bahan dalam berkatekese.

(45)

e. Dukungan dan kesulitan prodiakon saat melaksanakan Katekese Umat Tabel 6: Dukungan dan Kesulitan Prodiakon

Saat Melaksanakan Katekese Umat (N=25) No.

Item

Pernyataan Jumlah (%)

(1) (2) (3) (4)

34). Faktor pendukung yang dirasakan sehingga proses Katekese Umat dapat berjalan dengan baik adalah …. a). Umat sangat aktif, dan dapat saling mendengar

lalu menghargai satu sama lain

b). Adanya dukungan petugas hierarki yang ada c). Sarana, bahan maupun metode sudah

dipersiapkan dengan baik dan fasilitas yang ada pun memadai

d). Adanya pendampingan maupun pertemuan rutin baik yang diadakan oleh pihak Paroki maupun oleh pendamping sendiri

35). Dukungan yang diterima selama ini sehingga proses katekese dapat berjalan dengan baik adalah ….

a). Menyediakan sarana untuk pembinaan iman b). Memberikan pendampingan dan perhatian c). Menyediakan kontribusi dalam pelaksanaan d). Tidak memberikan dukungan apapun

4 36). Kesulitan yang dihadapi saat melaksanakan proses

Katekese Umat adalah ….

a). Merumuskan tema Katekese Umat

b). Menentukan langkah-langkah/ proses Katekese Umat

c). Mengajak umat untuk mengungkapkan pengalaman imannya

d). Mencari bahan dan sarana untuk berkatekese

6 37). Cara yang digunakan untuk mengatasi kesulitan

terebut adalah ….

a). Mencari buku referensi

b). Belajar lebih banyak tentang Katekese Umat c). Membiarkan saja dan bersikap cuek

d). Memarahi umat karena tidak mau aktif dalam proses jalannya katekese

38). Faktor penghambat yang sering dialami dalam proses perencanaan pelaksanaan Katekese Umat adalah ….

a). Kurang mengetahui Katekese Umat dan kurang terampil menjalankan Katekese Umat

b). Masih ada petugas hierarki yang kurang memahami dan bersimpati pada Katekese Umat

7 4

(46)

c). Umat tidak mengalami perkembangan

d). Kurang mendapat pendampingan masalah Katekese Umat

9 5

36% 20%

Menurut tabel di atas, dapat dilihat bahwa faktor pendukung yang dirasakan oleh 17 responden (68%) sehingga proses Katekese Umat dapat berjalan dengan baik adalah umat sangat aktif, dan dapat saling mendengar lalu menghargai satu sama lain. Sebanyak 14 responden (56%) berpendapat bahwa Paroki sudah memberikan pendampingan dan perhatian pada responden dalam melaksanakan Katekese Umat. Kesulitan yang dihadapi oleh 10 responden (40%) dalam melaksanakan Katekese Umat adalah mengajak umat untuk mengungkapkan pengalaman imannya. Cara yang digunakan oleh 19 responden (76%) untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi adalah belajar lebih banyak tentang Katekese Umat. Faktor penghambat yang sering dialami oleh 9 responden (36%) dalam proses perencanaan pelaksanaan Katekese Umat adalah umat tidak mengalami perkembangan.

f. Manfaat Katekese Umat bagi prodiakon

Tabel 7: Manfaat Katekese Umat Bagi Prodiakon (N=25) No.

Item

Pernyataan Jumlah (%)

(1) (2) (3) (4)

39). Pengetahuan yang paling saya dapatkan dalam Katekese Umat ini adalah pengetahuan

menyangkut …. 40). Perkembangan spiritualitas yang dirasakan sebagai

(47)

(1) (2) (3) (4) 41). Ketrampilan yang semakin menjadi ciri khas

prodiakon adalah ….

a). Berkomunikasi dengan umat

b). Mampu berefleksi dari pengalaman hidup sehari-hari

c). Terampil dalam menemukan nilai-nilai kristiani dalam Kitab Suci, Ajaran Gereja dan Tradisi Kristiani lainnya

d). Lebih terampil dalam menggunakan saran

9

Tabel 7 menunjukkan bahwa pengetahuan yang paling didapatkan oleh 32 responden (32%) dalam Katekese Umat adalah pengetahuan menyangkut metode dan pengetahuan menyangkut isi. Perkembangan spiritualitas dari 21 responden (84%) sebagai seorang pendamping katekese adalah semangat. Mampu berefleksi dari pengalaman hidup sehari-hari merupakan ketrampilan yang semakin menjadi ciri khas responden sebanyak 10 responden (40%) setelah melaksanakan Katekese Umat.

g. Manfaat Katekese Umat bagi umat

Tabel 8: Manfaat Katekese Umat Bagi Umat (N=25) No.

Item

Pernyataan Jumlah (%)

(1) (2) (3) (4)

42). Partisipasi umat setelah mengikuti Katekese Umat adalah …

a). Umat semakin terbuka dalam mengungkapkan pengalaman imannya

b). Umat selalu aktif dalam mengambil keputusan c). Umat semakin kreatif dalam berkatekese d). Umat semakin kritis dalam melihat situasi

9 43). Kerukunan antar umat setelah mengikuti Katekese

Umat adalah …

a). Masalah yang ada di antara umat dapat terselesaikan dengan baik

b). Umat dapat lebih memahami dan menghargai umat lainnya

c). Umat dapat lebih peka dalam membaca situasi yang sedang dialami umat lain

d). Kerukunan antar umat belum begitu baik

(48)

44). Keaktifan umat terhadap kegiatan yang ada di Gereja setelah mengikuti Katekese Umat adalah …

a). Sangat rajin

Dari tabel 8 diatas menunjukkan bahwa, sebanyak 9 responden (36%) berpendapat bahwa setelah mengikuti Katekese Umat, umat semakin terbuka dalam mengungkapkan pengalaman imannya. Umat juga terlihat dapat memahami dan menghargai umat lainnya sehingga kerukunan antar umat dapat terjaga dengan jumlah responden yang memilih jawaban tersebut adalah 12 responden (48%). Responden yang memilih bahwa umat rajin dalam mengikuti kegiatan yang ada di Gereja setelah Katekese Umat sebanyak 16 responden (64%).

h. Model Katekese Umat yang relevan dengan hidup umat bagi prodiakon Tabel 9: Model Katekese Umat yang Relevan

dengan Hidup Umat Bagi Prodiakon (N=25) No.

Item

Pernyataan Jumlah (%)

(1) (2) (3) (4)

45). Menurut saya, yang menjadi titik tolak pada Katekese Umat sehingga nantinya relevan dengan hidup umat adalah ….

a). Hidup beriman umat b). Kitab Suci

c). Masyarakat d). Hidup Orang Suci

18 46). Model Katekese Umat yang cocok dengan umat

adalah ….

a). Sharing pengalaman b). Mendalami Kitab Suci

c). Menghapalkan doa-doa yang ada di buku d). Selalu berefleksi dari pengalaman pribadi

(49)

Menurut tabel 9 diatas, dapat ditunjukkan bahwa 18 responden (72%) memilih hidup beriman umat yang menjadi titik tolak katekese umat sehingga relevan dengan hidup umat. Sebanyak 21 responden (84%) memilih model sharing pengalaman yang sangat cocok untuk umat.

i. Harapan dan usulan yang dibutuhkan oleh prodiakon dalam Katekese Umat selanjutnya

Tabel 10: Harapan dan Usulan yang Dibutuhkan oleh Prodiakon dalam Katekese Umat Selanjutnya (N=25)

No. Item

Pernyataan Jumlah (%)

(1) (2) (3) (4)

47). Harapan untuk penyelenggaraan Katekese Umat selanjutnya adalah …

a). Umat dapat terlibat aktif dalam kegiatan katekese b). Adanya pertemuan katekese yang berkelanjutan c). Umat berani mengungkapkan dirinya saat

pelaksanaan Katekese Umat

d). Umat semakin mendalami dan menghayati imannya

48). Harapan dari pihak Paroki untuk penyelenggaraan proses Katekese Umat selanjutnya adalah ….

a). Adanya pelatihan katekese untuk prodiakon setidak-tidaknya dua kali dalam setahun

b). Paroki memberikan perhatian dan dukungan kepada prodiakon di dalam melaksanakan tugas katekese

c). Adanya pertemuan rutin prodiakon untuk membicarakan masalah katekese

d). Memberikan bantuan sarana yang dibutuhkan oleh prodiakon dalam pelaksanaan berkatekese

8

49). Usulan yang dapat diberikan untuk proses Katekese Umat selanjutnya adalah ….

a). Adanya pembinaan bagi pendamping katekese, khususnya bagi prodiakon yang berkelanjutan b). Paroki maupun Lingkungan menyediakan sarana

yang dapat digunakan dalam proses Katekese Umat.

c). Paroki dan umat dapat memberi perhatian yang khusus untuk pelaksanaan Katekese Umat di

(50)

Lingkungan, sehingga kesadaran umat akan katekese dapat semakin meningkat

d). Adanya pertemuan rutin untuk pendamping katekese, dalam hal pembuatan program jangka pendek maupun jangka panjang dan dilanjutkan evaluasi proses Katekese Umat yang sudah berjalan

3 12%

50). Tema atau pokok-pokok yang diharapkan oleh umat untuk Katekese Umat adalah ….

a). Lingkungan Hidup b). Hidup Bermasyarakat c). Hidup Menggereja d). Keadilan dan Perdamaian

6

Dari tabel 10 diatas, ditunjukkan bahwa 11 responden (44%) berharap agar penyelenggaraan katekese yang selanjutnya, umat dapat terlibat aktif dalam kegiatan katekese umat. Harapan responden dari pihak Paroki untuk penyelenggaraan katekese selanjutnya adalah Paroki dapat memberikan perhatian dan dukungan di dalam melaksanakan tugas katekese dengan jumlah pemilih sebanyak 13 responden (52%). Responden mengusulkan agar Paroki dan umat dapat memberi perhatian yang khusus untuk pelaksanaan Katekese Umat di Lingkungan, sehingga kesadaran umat akan katekese dapat semakin meningkat dengan jumlah pemilih 12 responden (48%). Tema atau pokok-pokok yang diharapkan oleh 11 responden (44%) dalam Katekese Umat selanjutnya adalah hidup menggereja.

3. Hasil Wawancara

a. Wawancara dengan prodiakon

(51)

selama menjadi prodiakon adalah membantu Romo membagikan komuni saat Perayaan Ekaristi, memimpin ibadat di lingkungan, memimpin katekese dan mengirim komuni untuk orang sakit.

Saat melaksanakan katekese, responden menggunakan model Katekese Umat karena dirasa cocok dengan jika digunakan di tengah umat yang cenderung pasif dan kurang terlibat dalam proses katekese. Menurut responden, Katekese Umat adalah katekese yang berawal dari pengalaman hidup umat dan katekese yang ditujukan untuk umat. Proses Katekese Umat yang sudah dilaksanakan oleh prodiakon, belum seperti yang diharapkan oleh responden. Umat masih enggan jika harus mengungkapkan pengalaman hidupnya kepada umat lain yang hadir dalam proses katekese. Langkah-langkah Katekese Umat yang sering digunakan oleh responden berawal dari lagu pembukaan, pengantar, doa pembuka, bacaan Kitab Suci, renungan, doa-doa dari buku doa, doa penutup dan lagu penutup.

(52)

Katekese Umat adalah ketranpilan berkhotbah atau terampil memberikan renungan dan terampil saat berkomunikasi dengan umat. Metode sharing pengalaman adalah metode yang dirasa cocok bagi responden saat memberikan Katekese Umat di tengah umat. Dalam proses Katekese Umat, kendala yang sering dialami oleh responden adalah umat masih pasif dan kurangnya sarana dalam memberikan Katekese Umat. Cara yang digunakan oleh responden untuk menghadapi kendala-kendala tersebut adalah dengan terus belajar tentang Katekese Umat, memohon pertolongan dari teman prodiakon yang lain, dan mencari bahan untuk katekese dengan lebih banyak lagi.

Pihak umat dan Paroki sangat mendukung responden selama proses Katekese Umat, sehingga proses Katekese Umat dapat berjalan dengan lancar. Manfaat Katekese Umat bagi responden, antara lain: semakin mematangkan pribadi sebagai pelayan umat, dapat lebih kreatif lagi dalam memberikan katekese dan semakin sadar akan kebutuhan rohani umat. Setelah mengikuti Katekese Umat umat masih terlihat biasa saja dan ada pula umat yang semangat mengikuti kegiatan menggereja. Harapan responden dalam proses Katekese Umat selanjutnya adalah Katekese Umat dapat semakin lebih baik, umat dapat terlibat aktif dalam proses katekese, dan semakin banyak umat yang sadar akan kebutuhan rohaninya. Usulan yang diberikan untuk proses Katekese Umat selanjutnya adalah adanya pendampingan dari Paroki mengenai masalah katekese dan membuat panduan jangka pendek untuk prodiakon.

b. Wawancara dengan sekretaris prodiakon

(53)

menjalankan tugasnya lagi. Prodiakon mengadakan pertemuan rutin setiap satu bulan sekali pada hari Minggu kedua, sedangkan pengurus prodiakon mengadakan pertemuan rutin setiap hari Minggu pertama. Pada saat pertemuan rutin, prodiakon yang hadir sekitar 30-40 orang. Agenda pertemuan untuk setiap hari Minggu kedua dibahas oleh pengurus prodiakon pada pertemuan rutin setiap hari Minggu pertama.

Tugas-tugas yang sering dilaksanakan oleh prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum adalah membantu Romo membagikan komuni saat Perayaan Ekaristi, mengirim komuni untuk orang sakit dan memimpin katekese di lingkungan. Kegiatan rutin yang sering dilaksanakan oleh prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum adalah rekoleksi prodiakon. Kesulitan yang dihadapi oleh prodiakon selama menjalankan tugasnya adalah saat menyampaikan homili atau renungan pada saat memberikan katekese maupun ibadat dan tidak semua prodiakon ikut terlibat aktif dalam kegiatan Gereja. Harapan responden untuk mendukung tugas-tugas prodiakon selanjutnya adalah prodiakon seharusnya membuat kurikulum tentang katekese serta mengharapkan dukungan dari pihak Paroki dan umat.

4. Pembahasan Hasil Penelitian a. Identitas responden

(54)

masih menjadi stasi dari Gereja Maria Assumpta Klaten.

Responden rata-rata menempuh hingga pendidikan terakhir hingga SMA/SMK (52%). Dengan pendidikan yang ditempuh oleh responden, rata-rata responden bekerja sebagai petani dan pedagang. Responden memilih lain-lain (48%) dalam memilih jenis pekerjaan, karena memang tidak semua jenis pilihan pekerjaan terdapat pada pilihan jawaban.

b. Gambaran Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum

Pada tabel 3, menyatakan bahwa responden mulai terpanggil menjadi prodiakon saat dilantik menjadi prodiakon (84%). Pada awalnya, sebelum dilantik menjadi prodiakon, beberapa responden merasa terpaksa karena ditunjuk oleh umat untuk perwakilan tiap Lingkungan. Responden mulai merasa terpanggil untuk menjadi pelayan yang dipanggil oleh Allah untuk melayani umat-Nya karena adanya pelatihan serta bimbingan yang diadakan dari pihak Paroki dan Keuskupan. Pembekalan yang diterima oleh responden sebelum menjadi prodiakon adalah pembekalan tentang liturgi (40%). Pembekalan tentang liturgi bagi responden sangatlah penting untuk menjalankan tugas membantu Romo membagikan komuni.

(55)

Menjalankan tugas sebagai pelayan umat Allah perlu memupuk iman dan menghayatinya dalam hidup sehari-hari. Responden memilih mempunyai hidup doa yang kuat setiap hari untuk memupuk iman dan menghayatinya dalam hidup sehari-hari (72%). Sedangkan, untuk ketrampilan yang paling dibutuhkan oleh responden dalam menjalankan tugasnya adalah ketrampilan tata gerak liturgi (60%). Hal ini menunjukkan bahwa, walaupun responden sudah terbiasa melaksanakan tugas-tugas liturgi, tetapi prodiakon masih perlu ketrampilan tata gerak liturgi. Tugas pelayanan responden memang lebih banyak dalam bidang liturgi.

Tugas yang sering dilakukan oleh responden selain membantu Romo membagikan komuni dalam Perayaan Ekaristi adalah memimpin ibadat (40%) dan memimpin katekese (40%). Responden seringkali diminta oleh umat untuk memimpin ibadat pada saat-saat khusus, misalkan saja, memimpin ibadat kematian, syukuran, dll. Memimpin katekese saat doa Lingkungan juga sering dilakukan oleh responden. Biasanya responden akan memberikan renungan setelah bacaan Kitab Suci, tidak jarang responden harus memimpin dari awal hingga akhir doa dikarenakan tidak ada petugas untuk memimpin doa Lingkungan. Berkaitan dengan tugas yang dipercayakan oleh responden, responden memilih untuk tetap datang dengan berbagai resiko (88%) dan menepati janjinya, jika ia sudah berjanji untuk memimpin ibadat di sebuah Lingkungan. Dari hasil jumlah responden yang memilih, dapat dilihat bahwa responden memiliki rasa tanggung jawab yang besar atas tugas yang telah dipercayakan padanya. Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum harus mengabdikan dirinya untuk melayani.

c. Pengetahuan Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum tentang Katekese Umat

(56)

katekese umat yang dicita-citakan dapat terwujud. Arah yang dapat ditunjukkan dalam proses Katekese Umat adalah umat dengan umat dan umat dengan pendamping (64%). Arah tersebut menunjukkan adanya dialog multi arah antara pendamping katekese umat dengan umat. berkat katekese umat pula, seseorang akan mengalami pertobatan yang ditunjukkan dengan umat semakin aktif dalam kegiatan di Lingkungan, Gereja dan masyarakat (100%). Tindakan nyata tersebut dapat dirasakan langsung oleh orang lain dan dari diri kita sendiri.

Bahan yang sering digunakan saat berkatekese umat oleh responden adalah pengalaman hidup umat (36%) dan masyarakat setempat (36%). Hal ini sesuai dengan katekese umat yang artinya katekese dari umat, oleh umat dan untuk umat. Peserta Katekese Umat dapat berdialog dengan suasana yang terbuka adalah saling mendengarkan (100%).

Pendamping katekese yang dapat menghayati contoh Kristus “Aku di tengah-tengahmu sebagai pelayan” adalah dapat menumbuhkan suasana yang komunikatif dan selalu memberi semangat (96%). Tugas seorang pendamping katekese adalah sebgaai pengarah (44%). Peran peserta dalam Katekese Umat sebagai subyek (48%). Responden yang juga sebagai pendamping katekese setuju untuk mencari waktu dan temapat yang cocok untuk umat jika umat tidak mempunyai waktu dan tempat untuk melaksanakan Katekese Umat (52%).

(57)

d. Gambaran Katekese Umat yang dilaksanakan oleh prodiakon

Tabel 5 adalah gambaran Katekese Umat yang dilaksanakan oleh responden. Responden melaksanakan kegiatan Katekese Umat di Lingkungan hanya pada saat khusus saja (52%). Katekese Umat dilaksanakan prodiakon jika prodiakon diminta untuk memimpin doa Lingkungan atau memberikan renungan oleh umat. Lamanya responden memimpin proses Katekese Umat adalah sekitar 60-90 menit (52%). Waktu yang digunakan oleh responden untuk melaksanakan Katekese Umat sudah sangat baik, karena jika lebih dari 90 menit, maka proses katekese berlangsung tidak efektif.

Metode yang sering digunakan oleh responden dalam memberikan Katekese Umat adalah metode ceramah (68%). Metode ceramah masih menjadi metode yang dianggap baik oleh responden, karena memang responden belum mendapatkan metode yang cocok untuk responden maupun umat. Umat cenderung lebih senang mendengarkan daripada harus mengungkapkan pengalamannya. Sedangkan sarana yang sering digunakan oleh responden dalam pelaksanaan adalah Kitab Suci (92%). Kitab Suci selalu menjadi pegangan responden dalam memberikan katekese, sehingga sumber bahan utama juga diambil dari Kitab Suci (60%).

(58)

(36%). Langkah-langkah yang biasa dilaksanakan oleh responden dalam katekese adalah pembukaan, pembacaan Kitab Suci, pengalaman hidup peserta, renungan, doa umat dan doa penutup (40%). Langkah-langkah tersebut selalu digunakan oleh responden dalam pelaksanaan katekese.

e. Dukungan dan kesulitan prodiakon saat melaksanakan Katekese Umat

Faktor pendukung yang dirasakan oleh responden dalam pelaksanan Katekese Umat dapat dilihat dari hasil data yang diambil pada tabel 6. Faktor pendukung yang dirasakan oleh responden sehingga proses pelaksanaan Katekese Umat dapat berjalan dengan baik adalah umat sangat aktif, dapat saling mendengar dan menghargai satu sama lain (68%). Partisipasi umat dalam pelaksanaan sangat mendukung pelaksanaan katekese oleh responden. Jika umat sangat pasif, maka responden juga kebingungan karena tidak ada yang menanggapi. Selain umat, demi kelancaran pelaksanaan katekese, Paroki juga dapat memberikan sumbangan yang besar bagi responden. Paroki memberikan pendampingan dan perhatian untuk responden selama melaksanakan Katekese Umat (56%). Hal ini terbukti bahwa Paroki masih memberikan pendampingan paling tidak dalam satu bulan sekali untuk para guru agama dan katekis untuk membicarakan masalah katekese.

(59)

sebenarnya, sehingga nantinya Katekese Umat yang dilaksanakan relevan dengan hidup umat. Dalam pelaksanaan, responden juga menemukan faktor-faktor yang menghambat responden dalam proses perencanaan pelaksanaan Katekese Umat. Penghambat yang dihadapi oleh responden adalah umat tidak mengalami perkembangan. Kondisi umat sebelum maupun setelah melaksanakan Katekese Umat, tidak menunjukkan perkembangan yang membahagiakan. Responden cenderung merasa kesulitan untuk mengajak umat rajin mengikuti Katekese Umat. Kendala ini didorong oleh beberapa hal yang menyangkut hidup pribadi umat, misalkan saja kesibukan umat, malas, ataupun memiliki masalah dengan umat yang lain.

f. Manfaat Katekese Umat bagi prodiakon

Tabel 7 merupakan hasil data yang diambil dari responden tentang manfaat Katekese Umat bagi responden. Katekese Umat memberikan manfaat bagi prodiakon dengan bertambahnya pengetahuan prodiakon menyangkut metode (32%) dan pengetahuan menyangkut isi (32%). Dengan Katekese Umat, spiritualitas responden sebagai pendamping katekese semakin semangat (84%) dalam mendampingi umat walaupun dengan berbagai tantangan yang dihadapi oleh prodiakon. Melalui Katekese Umat ketrampilan yang dimiliki oleh responden juga semakin menjadi ciri khas prodiakon. Responden mampu berefleksi dari pengalaman hidup sehari-hari (40%). Tidak hanya sekedar pengalaman hidup yang biasa, tetapi menjadi pengalaman iman bagi responden.

g. Manfaat Katekese Umat bagi umat

(60)

mampu menerima orang lain dengan terbuka, sehingga kerukunan antar umat dapat terjaga. Umat dapat lebih memhami dan bagi menghargai umat lainnya (48%), terlebih mereka yang sedang mengungkapkan pengalaman imannya. Dengan Katekese Umat, umat rajin dalam mengikuti kegiatan Gereja, karena Katekese Umat membantu untuk dapat menyadari dirinya sebagai anggota Gereja yang seharusnya turut dalam pembangunan Gereja.

h. Model Katekese Umat yang relevan dengan hidup umat bagi prodiakon Tabel 9 menunjukkan model Katekese Umat yang relevan dengan hidup umat responden. Menurut responden, yang menjadi titik tolak Katekese Umat sehingga nantinya relevan dengan hidup umat adalah hidup beriman umat (72%). Titik tolak katekese umat sesuai dengan model katekese umat dengan sharing pengalaman (84%). Sharing pengalaman membantu umat untuk dapat saling mengenal dan menghargai satu sama lain, sehingga responden merasa bahwa sharing pengalaman sangat cocok jika digunakan dalam berkatekese di tengah umat.

i. Harapan dan usulan yang dibutuhkan oleh prodiakon dalam Katekese Umat selanjutnya

(61)

(52%). Dukungan dan perhatian Paroki sangat dibutuhkan oleh responden dalam menjalankan tugas sebagai pendamping katekese.

Responden mengusulkan agar Paroki dan umat dapat member perhatian yang khusus untuk pelaksanaan katekese umat di Lingkungan, sehingga kesadaran umat akan katekese dapat semakin meningkat (48%). Responden juga mengusulkan tema atau pokok-pokok yang diharapkan oleh umat untuk katekese umat selanjutnya adalah hidup menggereja (44%).

4. Rangkuman Hasil Penelitian

(62)

katekese adalah umat mengobrol dengan teman yang ada di sebelahnya ataupun mengantuk hingga ketiduran saat proses katekese umat berlangsung. Prodiakon mengharapkan partisipasi umat dalam katekese dan pendampingan masalah katekese dari pihak Paroki. Responden berharap agar dapat diberikan bekal yang baru mengenai masalah Katekese Umat. Hal ini dimaksudkan agar dengan model katekese yang baru, umat dapat tertarik mengikuti proses Katekese Umat selanjutnya.

Gambar

Tabel 1. Variabel Penelitian
Tabel 2: Identitas Responden (N=25)
Gambaran Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum
Tabel 4: Pengetahuan Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum
+7

Referensi

Dokumen terkait