BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum keterampilan dalam pembelajaran bahasa dibagi menjadi empat ranah, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writting skills). Keempat keterampilan berbahasa tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Menulis dan berbicara termasuk ke dalam productive skills, sedangkan membaca dan menyimak termasuk ke dalam receptive skills. Salah satu aspek pembelajaran bahasa di sekolah yang memegang peranan penting adalah keterampilan menulis. Menulis merupakan salah satu kompetensi berbahasa yang ada dalam setiap jenjang pendidikan, yaitu mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Menulis adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh siswa. Menurut Mulyati (2008:53) menulis itu sendiri merupakan suatu proses berpikir dan menuangkan pemikiran itu dalam bentuk wacana (karangan).
Mengarang adalah aktivitas untuk menuangkan ide atau gagasan ke dalam sebuah karya tulis dengan tujuan tertentu. Mengarang dapat diartikan sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan idenya kemudian menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca
untuk dipahami secara tepat seperti yang dimaksudkan oleh penulis atau untuk dipahami secara tepat seperti yang dimaksudkan oleh penulis atau pengarang (Gie, 1992:17). Jenis-jenis karangan, yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Rosdiana (2008:322) menyatakan bahwa karangan narasi merupakan salah satu jenis wacana yang berisi cerita. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa karangan narasi adalah salah satu jenis karangan yang sifatnya bercerita, baik berdasarkan pengalaman, pengamatan, maupun berdasarkan rekaan pengarang.
Karangan narasi merupakan salah satu bentuk tulisan yang sudah dipelajari sejak di jenjang sekolah dasar. Melalui kegiatan menulis, siswa dapat mengungkapkan perasaan, ide, dan gagasannya kepada orang lain. Keterampilan menulis ini, merupakan keterampilan dasar yang sangat penting bagi siswa. Dikatakan penting sebab siswa akan lebih mudah menungkan ide dan pokok pikirannya dalam bentuk tulisan. Namun, keterampilan menulis sering dianggap membosankan sehingga siswa kurang tertarik untuk mengembangkannya. Apabila keterampilan ini tidak ditingkatkan, maka kemampuan siswa untuk mengungkapkan pikiran atau gagasan melalui bentuk tulisan akan semakin berkurang atau tidak berkembang. Hal itu diungkapkan oleh Prastiwi (2014) dalam tulisannya yang membahas mengenai seberapa efektif peran gambar dalam meningkatkan keterampilan anak dalam menulis paragraf narasi. Dalam tulisan itu, Prastiwi memaparkan bahwa keterampilan menulis narasi merupakan keterampilan dasar yang harus dikuasai oleh siswa sebagai landasan untuk mengembangkan kreativitas dalam suatu proses pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu di antaranya adalah metode pembelajaran. Metode adalah cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Soli, 2008:2). Salah satu metode pembelajaran yang dinilai dapat mengoptimalkan hasil belajar adalah metode peta konsep atau disebut juga mind mapping. Edward (2009:64) mengatakan bahwa mind mapping adalah metode yang paling efektif dan efisien untuk memasukkan, menyimpan, dan mengeluarkan data dari atau ke otak. Mind mapping merupakan salah satu cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa untuk belajar. Teori ini juga dikemukakan oleh Hermawati (2009) dalam tulisannya mengenai pengaruh penggunaan metode mind mapping terhadap peningkatan keterampilan menulis cerpen oleh siswa kelas X SMA Muhammadiyah Salatiga. Hasil penelitian Hermawati menunjukkan bahwa metode mind mapping secara efektif dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa.
Hal ini sejalan dengan pendapat Edward (2009:64--65), bahwa metode mind mapping mempunyai banyak keunggulan, di antaranya adalah proses pembuatan mind mapping bersifat unik dan menyenangkan sehingga mudah diingat oleh siswa. Dengan kebiasaan menuangkan pokok pikiran ke dalam tulisan, maka akan membantu siswa meningkatkan konsentrasi, kreativitas, dan pemahaman dalam menulis narasi sehingga siswa dapat lebih mengembangkan kemampuan menulisnya dengan metode mind mapping. Oleh karena itu, metode mind mapping akan sangat membantu memudahkan siswa dalam proses pembelajaran, terutama bila digunakan untuk menulis karangan narasi. Dengan
metode ini dapat membantu siswa untuk membuat sebuah karangan yang lebih terstruktur, jelas, dan bersifat kohesif.
Pembahasan tentang penerapan metode mind mapping dalam pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Inggris telah menjadi bahan kajian beberapa penulis. Misalnya, mengenai penerapan metode mind mapping dalam berbagai aspek pendidikan, terutama dalam pembelajaran dan pengajaran bahasa. Tulisan-tulisan yang ada saat ini umumnya sudah dapat menjelaskan secara lebih spesifik tentang pengaruh penerapan metode mind mapping terhadap berbagai aspek pada proses pembelajaran bahasa. Namun, umumnya penelitian yang telah ada tersebut lebih banyak membahas penerapan metode mind mapping dalam meningkatkan penguasaan kosakata, baik dari segi keterampilan berbicara maupun menulis. Saat ini belum banyak penelitian yang membahas pengaruh penerapan metode mind mapping dalam menulis karangan, terutama dalam penulisan karangan narasi. Berdasarkan latar belakang di atas, muncul keinginan peneliti untuk mengadakan penelitian lebih jauh tentang penerapan metode mind mapping pada keterampilan menulis karangan narasi, khususnya bagi siswa kelas X di SMAN 1 Sukawati.
2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya. Adapun masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas X sebelum penerapan metode mind mapping ?
2. Bagaimanakah keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas X setelah penerapan metode mind mapping ?
3. Apa sajakah yang memengaruhi hasil evaluasi belajar siswa pada penerapan metode mind mapping dalam menulis karangan narasi ?
2.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat dirumuskan tujuan penelitian ini. Ada dua tujuan dalam penelitian ini, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
2.3.1 Tujuan Umum.
Adapun tujuan umumnya adalah untuk memperoleh informasi lebih lanjut mengenai keterampilan menulis karangan narasi pada siswa kelas X di SMAN 1 Sukawati dengan menggunakan metode pengajaran bahasa, terutama metode mind mapping. Penggunaan metode ini bertujuan untuk mengetahui secara pasti peranan metode mind mapping, dan faktor yang memengaruhi evaluasi hasil belajar siswa dalam keterampilan menulis karangan narasi.
2.3.2 Tujuan Khusus
Selain tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan khusus. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah seperti berikut.
1. Untuk mengetahui keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas X sebelum belajar dengan menggunakan metode mind mapping.
2. Untuk mengetahui keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas X setelah penerapan metode mind mapping.
3. Untuk menjelaskan faktor yang memengaruhi hasil evaluasi belajar siswa pada penerapan metode mind mapping dalam menulis karangan narasi. 1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat dilihat, baik dari segi teoretis maupun dari segi praktis seperti berikut.
1.4.1 Manfaat Teoretis
Secara teoretis diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada penerapan teori linguistik dalam ranah pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing untuk siswa Indonesia. Dalam hal ini pada aspek keterampilan menulis, terutama dalam penulisan karangan narasi melalui penerapan metode mind mapping.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi siswa, guru, dan peneliti lainnya yang membahas hal serupa. Keuntungan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Manfaat untuk siswa, yaitu penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam memahami penulisan karangan narasi. 2. Manfaat untuk guru, yaitu hasil penelitian diharapkan dapat
memberikan pemahaman yang lebih mengenai keunggulan pengajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan metode mind mapping.
3. Manfaat untuk peneliti lainnya, yaitu penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam mengadakan penelitian lain untuk mendapat nilai yang lebih baik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
Pembahasan tentang penerapan metode mind mapping dalam pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Inggris sudah banyak dibahas oleh peneliti sebelumnya. Berikut ini dipaparkan beberapa penelitian yang berhubungan dengan penerapan metode mind mapping dalam bidang pembelajaran dan pengajaran bahasa, baik yang berupa tesis maupun jurnal Internasional, di antaranya adalah sebagai berikut.
Kajian pustaka pertama merujuk pada tulisan Hariri (2013) yang termuat dalam International Journal of Language Learning and Applied Linguistic World. Dalam jurnal internasional itu dipaparkan penerapan metode mind mapping dalam aspek keterampilan membaca pada mahasiswi Hakiman University, Iran. Penelitian itu merupakan penelitian kuantitatif. Data diperoleh melalui kuesioner. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa metode mind mapping berperan penting dalam membantu mahasiswi untuk meningkatkan keahlian membaca dan memahami isi bacaan yang sedang dipelajari. Kelebihan penelitian Hariri adalah
mampu menjelaskan secara mendetail respons siswa terhadap pengaplikasian metode mind mapping dengan menggunakan metode kuesioner. Sebaliknya, kekurangannya adalah pada saat pemberian kuesioner, siswa tidak diminta untuk mencoba membuat sebuah mind mapping, tetapi langsung mengisi kuesioner berdasarkan pengalaman mereka membuat mind mapping pada semester yang lalu. Relevansinya dengan penelitian ini adalah dalam penerapan metode mind mapping untuk meningkatkan keterampilan siswa. Namun, dalam tulisan Hariri lebih mengetengahkan aspek keterampilan membaca, sedangkan dalam penelitian ini lebih difokuskan pada aspek keterampilan menulis.
Kedua, kajian pustaka dalam bentuk tesis yang ditulis oleh Candra (2013). Ia membahas penerapan metode mind mapping dalam meningkatkan keterampilan siswa untuk menulis karangan deskripsi. Penelitian itu merupakan penelitian treatmentkelas yang berlangsung dalam dua siklus. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa penggunaan metode mind mapping, terbukti dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa, terutama dalam menulis karangan deskripsi. Kelebihan penelitian Candra adalah mampu menunjukkan peningkatan yang dicapai setelah penggunaan metode mind mapping secara jelas dan detail. Selain itu juga didukung dengan rubrik penilaian yang lengkap. Kekurangannya adalah teori yang dipaparkan cukup banyak dan rumit sehingga pembaca agak sulit memahami teori yang dimaksud. Relevansi penelitian Candra dengan penelitian ini adalah dalam penggunaan metode mind mapping untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa. Namun, penelitian ini lebih difokuskan pada penelitian keterampilan siswa dalam menulis karangan narasi, sedangkan karangan deskripsi menjadi fokus penelitian Candra.
Kajian pustaka ketiga adalah jurnal internasional yang ditulis oleh Riswanto (2012) yang termuat dalam International Journal of Humanities and Social Science. Tulisan ini membahas pengaruh penggunaan metode mind mapping terhadap peningkatan keterampilan menulis siswa SMAN 3 Bengkulu. Dalam penelitian itu siswa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu satu kelompok mendapat pengajaran mengenai cara penggunaan mind mapping untuk meningkatkan keterampilan menulis, sedangkan kelompok lainnya tidak mendapat penerapan metode tersebut. Data menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok yang mendapat penerapan metode mind mapping dan kelompok yang tidak. Kelebihan penelitian Riswanto adalah adanya rubrik penilaian yang secara spesifik dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis siswa, baik saat pretest maupun posttest. Namun, dalam penelitian ini metode penelitian hanya menjelaskan secara singkat mengenai teknik yang digunakan sehingga proses pengumpulan dan pengolahan data agak sulit dipahami oleh pembaca. Relevansinya dengan penelitian ini adalah dalam penggunaan metode mind mapping sebagai strategi untuk meningkatkan keterampilan siswa. Perbedaan penelitian Riswanto dengan penelitian ini adalah penelitian Riswanto meneliti kemampuan siswa dalam menulis surat resmi, sedangkan penelitian ini lebih difokuskan untuk meneliti kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi.
Kajian pustaka yang keempat merujuk pada tesis yang ditulis oleh Parwati (2011). Tesis ini membahas seberapa efektifkah peran gambar dalam meningkatkan keterampilan bahasa Inggris siswa kelas IVA di SD Jembatan Budaya dalam menulis paragraf narasi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
gambar sangat efektif dalam menarik perhatian siswa pada proses pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris. Kekurangannya adalah tidak dijelaskannya secara spesifik kriteria dalam penulisannya, baik prosedur skematis dalam penulisan laporan yang dimaksud maupun ketentuan tense yang digunakan. Relevansi penelitian ini dengan penelitian Parwati terletak pada jenis karangan yang diteliti, yaitu jenis karangan narasi. Perbedaannya terletak pada objek penelitian, yaitu objek penelitian Parwati adalah siswa kelas IV SD, sedangkan objek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA.
Penelitian yang kelima, merujuk pada sebuah jurnal internasional yang ditulis oleh Reima (2011). Tulisan yang termuat dalam Asian EFL Journal Professional Teaching Articles ini membahas aplikasi metode mind mapping dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing di King Saud University Saudi Arabia, khususnya dalam pembelajaran spelling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode mind mapping dapat membantu untuk meningkatkan pelafalan bunyi serta membedakan berbagai jenis huruf vokal dan konsonan. Kelebihan penelitian ini adalah adanya penjelasan secara detail mengenai langkah-langkah pengaplikasian mind mapping dalam pembelajaran spelling siswa mulai dari tahap pengenalan sampai tahap penilaian. Kekurangan penelitian Reima adalah tidak diperlihatkannya acuan dalam aspek penilaian spelling siswa, sehingga tidak diketahui sejauh mana metode ini membantu meningkatkan keterampilan siswa. Selain itu, indikator apa yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa. Relevansi penelitian Reima dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode mind mapping. Perbedaannya adalah
penelitian Reima lebih memfokuskan pada spelling siswa, sedangkan fokus penelitian ini adalah pada keterampilan menulis karangan narasi.
Berdasarkan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan metode mind mapping memiliki pengaruh yang signifikan dalam berbagai aspek pendidikan, terutama dalam pembelajaran dan pengajaran bahasa, baik dalam menulis karangan maupun spelling. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aspek keterampilan menulis, khususnya dalam penulisan karangan narasi. Posisi penelitian yang dilakukan adalah mengaplikasikan metode mind mapping untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan narasi. Semua penelitian terdahulu di atas sangat penting sebagai acuan serta perbandingan untuk menentukan tahap-tahap yang harus dilakukan dalam penulisan ini.
3.2 Konsep
Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa, atau fenomena lainnya. Dalam penelitian ini dicermati beberapa konsep penting yang dijadikan dasar acuan dalam penelitian yang dilakukan. Konsep tersebut meliputi konsep keterampilan menulis, konsep karangan narasi, dan konsep mind mapping.
3.2.1 Keterampilan Menulis
Menurut Tarigan (2008:3--4) menulis itu sendiri merupakan suatu proses berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau tanpa tatap muka dengan orang lain. Dalam kegiatan menulis, seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi (ilmu tentang aksara atau sistem tulisan),
struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis tidak akan dimiliki seseorang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik secara terus menerus.
Akhadiah dkk (1997:3) mengungkapkan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam tulisan. Tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antarmanusia yang menggunakan simbol atau lambang bahasa yang sudah disepakati pemakaiannya. Suriamiharja (1996:1) mengatakan bahwa menulis adalah menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol-simbol grafisnya. Terakhir Haryadi (1996:77) mengatakan bahwa menulis karangan atau mengarang adalah menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat yang dirangkai secara utuh dan jelas sehingga dapat dikomunikasikan dengan baik kepada pembaca.
Pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kegiatan menuangkan ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa sebagai media yang telah disepakati bersama, yang dituangkan secara tertulis. Menulis juga merupakan suatu kegiatan yang ekspresif dan produktif. Oleh karena itu, aspek keterampilan menulis harus sering dilatih secara rutin dan berkesinambungan sehingga didapatkan hasil yang maksimal.
Konsep keterampilan menulis yang digunakan sebagai acuan dalam tesis ini adalah konsep yang dikemukakan oleh Tarigan (2008). Konsep ini
menjelaskan bahwa menulis adalah menuturkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa dan dapat dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa gambar dan grafik (Tarigan, 2008:21). Hal ini sejalan dengan permasalahan dalam tulisan ini, yaitu bagaimana sebuah peta
konsep (mind mapping) yang berisi lambang-lambang serta pokok pikiran suatu
tema dapat dikembangkan menjadi sebuah karangan narasi yang baik dan terstruktur.
3.2.2 Karangan Narasi
Keraf (2007:136) mengemukakan bahwa narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai suatu peristiwa yang telah terjadi. Narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu.
Karangan narasi adalah sebuah karangan yang menceritakan suatu rangkaian kejadian yang disusun secara urut sesuai dengan urutan waktu. Jadi, narasi merupakan sebuah karangan yang dibuat berdasarkan urutan waktu kejadian. Sejalan dengan hal tersebut Slamet (1996:103) mengungkapkan bahwa karangan narasi adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Sasarannya adalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, urutan, langkah, atau rangkaian terjadinya suatu hal. Menurut Sujanto (1988:111), karangan narasi merupakan jenis paparan yang biasa digunakan oleh para penulis untuk menceritakan rangkaian kejadian atau
peristiwa-peristiwa yang berkembang melalui waktu. Adapun ciri-ciri karangan narasi adalah menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan, dirangkai dalam urutan waktu, berusaha menjawab pertanyaan mengenai apa yang terjadi, dan mengandung konflik (Keraf, 2007:136).
Konsep narasi yang digunakan sebagai acuan dalam tesis ini adalah konsep yang dikemukakan oleh Keraf (2007). Keraf (2007:136) menjelaskan bahwa karangan narasi adalah sebuah karangan yang menggambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai suatu peristiwa yang telah terjadi dan menceritakan suatu rangkaian kejadian yang disusun secara urut sesuai dengan urutan waktu.
3.2.3 Mind mapping
Salah satu metode pembelajaran yang telah terbukti mampu mengoptimalkan hasil pembelajaran adalah metode peta pikiran atau dikenal dengan mind mapping. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Buzan pada awal tahun 1970-an. Buzan (2008:4) mengungkapkan bahwa mind mapping adalah suatu cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harafiah yang memetakan pikiran. Memetakan pikiran secara umum berarti menggabungkan antara teks dan gambar dalam sebuah bentuk jaringan sehingga mudah dipahami, menarik, dan pasti mudah diingat. Dilihat dari pengertian tersebut, mind mapping dapat juga dimanfaatkan dalam pembelajaran menulis terutama untuk menulis sebuah karangan. Karena dalam menulis karangan, kreativitas dan imajinasi sangat diperlukan untuk mengembangkan ide/gagasan menjadi kalimat-kalimat yang menarik. Imajinasi dan kreativitas merupakan ranah kerja otak kanan. Hal ini sesuai dengan pemaparan Buzan (2008:60), bahwa mind mapping merupakan
suatu teknik grafik yang sangat ampuh dan menjadi kunci yang universal untuk membuka potensi dari seluruh otak karena menggunakan seluruh keterampilan yang terdapat pada bagian neokorteks dari otak atau yang lebih dikenal sebagai otak kiri dan otak kanan. Mind mapping melibatkan kedua sisi otak karena mind mapping menggunakan gambar, warna dan imajinasi (wilayah otak kanan) bersama dengan angka, kata, dan logika (wilayah otak kiri).
Silberman (1996) mengungkapkan bahwa mind mapping atau pemetaan pikiran merupakan cara kreatif bagi tiap pelajar untuk menghasilkan gagasan, mencatat apa yang dipelajari, atau merencanakan tugas baru. Mind mapping merupakan cara yang sangat baik untuk menghasilkan dan menata gagasan sebelum mulai menulis (Hernowo, 2003:12). Mind mapping dapat digunakan sebagai salah satu cara yang tepat untuk merangkum dan menguasai materi pelajaran Dengan meminta pelajar membuat mind mapping maka akan memungkinkan mereka untuk mendeskripsikan dengan jelas apa yang telah dipelajari atau apa yang tengah direncanakan. Dengan demikian, saat menuangkannya dalam bentuk tulisan akan lebih terstruktur dan sistematis.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mind mapping adalah suatu metode yang mengajarkan cara memetakan sebuah informasi yang digambarkan ke dalam bentuk cabang-cabang pikiran dengan berbagai imajinasi kreatif. Konsep mind mapping yang digunakan sebagai acuan pada tesis ini adalah konsep yang dikemukakan oleh Buzan (2008). Dari konsep tersebut telah dijelaskan bahwa mind mapping adalah suatu cara memetakan sebuah informasi yang digambarkan ke dalam bentuk cabang-cabang pikiran dengan berbagai
imajinasi kreatif (Buzan, 2008:9). Hal ini sejalan dengan pokok permasalahan dalam tulisan ini, yakni bagaimanakah mind mapping tersebut dapat membantu mengembangkan keterampilan menulis karangan narasi siswa.
3.3 Landasan Teori
Teori yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa teori, yaitu teori belajar konstruktivisme, teori menulis, karangan narasi, dan mind mapping. Adapun keempat teori tersebut diuraikan satu persatu seperti di bawah ini.
3.3.1 Teori Belajar Konstruktivisme
Teori konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu treatmentmencipta suatu makna dari apa yang dipelajari. Teori pembelajaran ini memiliki dasar teori kognitif dengan penekanan pada bagaimana struktur kognitif membangun dan mengorganisasi pengetahuan. Menurut pandangan konstruktivisme, pengetahuan dibina secara aktif oleh individu yang berpikir. Individu ini tidak menyerap secara sembarangan pengetahuan yang disampaikan oleh gurunya. Namun, siswa akan menyesuaikan apa yang didapatkan dengan pengetahuan dasar yang dimilikinya. Hal ini bertujuan untuk membentuk pengetahuan baru dalam pikiran mereka dengan bantuan interaksi sosial, baik bersama rekan maupun gurunya (Aqib, 2013:23).
Pelopor teori konstruktivisme adalah Piaget. Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran, sedangkan
akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Dahar, 1989:159)
Salah satu aplikasi teori pembelajaran konstruktivisme adalah metode mind mapping. Metode mind mapping dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa sebagai langkah awal dalam kegiatan menulis karangan. Dengan membuat mind mapping akan membantu siswa dalam menyusun informasi secara teratur, melancarkan ide, dan mengurangi hambatan dalam kegiatan menulis karangan. Teori konstruktivisme ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan karena dapat digunakan untuk membantu menganalisis ketiga rumusan masalah yang akan dibahas. Ketiga permasalahan itu adalah bagaimanakah keterampilan siswa dalam menulis karangan narasi sebelum diberikan treatment, bagaimanakah keterampilan siswa dalam menulis karangan narasi setelah diberikan treatment dan faktor apakah yang memengaruhi terjadinya peningkatan keterampilan menulis pada siswa tersebut.
3.3.2 Teori Menulis 1. Pengertian Menulis
Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya (Slamet, 1996:96). Menulis adalah menemukan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut (Tarigan, 1990: 233).
Menulis pada hakikatnya bukan sekadar keterampilan untuk menuliskan simbol-simbol grafis sehingga membentuk kata-kata yang dapat disusun menjadi
kalimat menurut peraturan tertentu, melainkan keterampilan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil (Slamet,1996:141).
2. Tujuan Menulis
Menurut Tarigan (2008:25--26), ada tujuh tujuan dalam keterampilan menulis. Tujuan menulis itu adalah sebagai berikut.
a) Tujuan Penugasan
Penulis dengan tujuan penugasan sebenarnya tidak memiliki tujuan pribadi dalam menulis sebuah artikel. Kegiatan menulis dilakukan hanya karena mendapatkan tugas, bukan atas kemauannya sendiri.
b) Tujuan Altruistik
Penulis dengan tujuan altruistik bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghilangkan kedukaan para pembaca, menolong pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya. Ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.
c) Tujuan Persuasif
Penulis dengan tujuan persuasif bertujuan tujuan untuk meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.
Penulis dengan tujuan informasi bertujuan untuk memberi informasi atau keterangan kepada para pembaca, agar mengerti dan memahami apa yang diinformasikan oleh penulis.
e) Tujuan Mengekspresikan Diri
Penulis dengan tujuan mengekspresikan diri bertujuan untuk memperkenalkan atau menyatakan diri sang penulis kepada para pembaca. Melalui tulisannya pembaca dapat memahami siapa sebenarnya penulis itu.
f) Tujuan Kreatif
Penulis dengan tujuan kreatif bertujuan agar para pembaca dapat memiliki nilai-nilai
artistik atau nilai-nilai kesenian dengan membaca tulisan si penulis. Disini si penulis tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga merangsang respons pembaca.
g) Tujuan Pemecahan
Penulis dengan tujuan pemecahan bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Dengan tulisanya, penulis berusaha memberikan penjelasan kepada pembaca tentang bagaimana memecahan suatu masalah.
3. Asas keterampilan menulis.
Menurut Gie (1992:33--36) ada tiga asas utama dalam keterampilan menulis. Ketiga asas itu adalah sebagai berikut.
a) Kejelasan
Asas kejelasan tidaklah semata-mata berarti mudah dipahami, tetapi juga berarti bahwa karangan itu tidak mungkin disalah tafsirkan oleh pembaca. Kejelasan berarti tidak samar-samar atau tidak kabur sehingga setiap butir ide yang diungkapkan seakan-akan tampak nyata oleh pembaca.
b) Keringkasan
Asas keringkasan tidaklah berarti bahwa setiap karangan harus pendek. Keringkasan berarti bahwa suatu karangan tidak menghamburkan kata-kata secara semena-mena, tidak mengulang-ulang butir ide yang dikemukakan, dan tidak berputar-putar dalam menyampaikan suatu gagasan dengan berbagai kalimat yang berkepanjangan.
c) Ketepatan
Asas ketepatan mengandung ketentuan bahwa setiap penulis harus menaati sepenuhnya berbagai aturan dan ketentuan tata bahasa, ejaan, tanda baca, dan kelaziman pemakaian bahasa tulis yang ada.
4. Jenis-jenis tulisan:
Menurut Tarigan (2008:24--25), jenis-jenis tulisan dapat dibagimenjadi lima. Kelima jenis tulisan tersebut adalah sebagai berikut.
a) Narasi
Narasi adalah suatu karangan atau tulisan, baik ekspositoris maupun sugestif, yang secara spesifik menyampaikan informasi tertentu berupa perbuatan atau treatmentyang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Bentuk tulisan narasi dipilih jika penulis ingin bercerita kepada pembaca. Narasi pada umumnya merupakan rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan urutan waktu atau urutan kejadian. Dalam tulisan narasi, selalu ada tokoh-tokoh yang terlibat dalam satu atau berbagai peristiwa.
Deskripsi adalah suatu karangan atau tulisan yang menyampaikan informasi tentang situasi dan kondisi suatu lingkungan (kebendaan ataupun kemanusiaan). Penyampaiannya dilakukan secara objektif, apa adanya, dan terperinci. Bentuk tulisan deskripsi dipilih jika penulis ingin menggambarkan bentuk, sifat, rasa, corak dari hal yang diamatinya. Deskripsi juga dilakukan untuk melukiskan perasan, seperti bahagia, takut, sepi, sedih, dan sebagainya.
c) Eksposisi
Eksposisi adalah suatu karangan atau tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang suatu hal baik faktual maupun konseptual. Penyampaiannya dilakukan dengan tujuan untuk menjelaskan, menerangkan, dan menguraikan suatu hal sehingga pengetahuan pendengar atau pembaca menjadi bertambah. Bentuk tulisan eksposisi dipilih jika penulis ingin memberikan informasi, penjelasan, keterangan, atau pemahaman. Pada dasarnya eksposisi berusaha menjelaskan suatu prosedur atau proses, memberikan definisi, menerangkan, menjelaskan, menafsirkan gagasan, menerangkan bagan atau tabel, dan mengulas sesuatu.
d) Argumentasi
Argumentasi adalah suatu karangan atau tulisan yang secara spesifik menyampaikan pendapattentang suatu hal baik faktual maupun konseptual. Penyampaiannya dilakukan dengan tujuan memengaruhi, memperjelas, dan meyakinkan. Tulisan bentuk argumentasi bertujuan meyakinkan orang, membuktikan pendapat atau pendirian pribadi, atau membujuk pembaca
agar pendapat pribadi atau argumentasi yang dikemukakan oleh penulis dapat diterima.
e) Persuasi
Persuasi adalah suatu karangan atau tulisan yang secaras pesifik menyampaikan informasi tentang suatu hal baik faktual maupun konseptual. Penyampaiannya dilakukan dengan tujuan memengaruhi, meyakinkan, mengajak, atau merebut perhatian pembaca. Tulisan persuasi bertujuan untuk meyakinkan atau mengajak pembaca agar mau melakukan sesuatu serta mengikuti arahan atau saran yang dipaparkan oleh penulis dalam tulisannya.
3.3.3 Karangan Narasi 1. Pengertian Narasi
Narasi merupakan salah satu bentuk karangan yang diterapkan dalam proses pembelajaran bahasa. Keraf (2007:136) mengungkapkan bahwa narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu waktu.
Sejalan dengan hal tersebut, Semi (1990:32) mengemukakan bahwa narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan untuk menyampaikan, menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Atau dengan kata lainnarasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi berdasarkan urutan
waktu. Hal ini berarti bahwa dalam menulis narasi yang perlu menjadi perhatian utama adalah urutan waktu dari sebuah wacana tersebut.
Sujanto (1988:111) mengungkapkan bahwa narasi merupakan jenis paparan yang biasa digunakan oleh para penulis untuk menceritakan rangkaian kejadian atau peristiwa-peristiwa yang berkembang melalui waktu. Begitu juga yang diungkapkan Wibowo (2001:59) bahwa narasi adalah bentuk tulisan yang menggaris bawahi aspek penceritaan atas suatu rangkaian peristiwa yang dikaitkan dengan kurun waktu tertentu, baik secara objektif maupun imajinatif.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa narasi merupakan suatu bentuk karangan yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Itu berarti bahwa, unsur yang paling penting dalam sebuah narasi adalah unsur perbuatan dan tindakan. Selain itu, narasi juga dapat mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa menulis narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang terjadi. Jadi, unsur utama dalam sebuah narasi adalah tindaktanduk atau perbuatan dalam suatu urutan waktu.
2. Ciri-ciri Karangan Narasi
Narasi memiliki ciri-ciri yang dapat dicermati oleh pembaca. Semi (1990:33--34) mengungkapkan bahwa narasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
b) Kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi, atau gabungan keduanya. c) Berdasarkan konflik, karena tanpa konflik biasanya narasi
tidak menarik.
d) Memiliki nilai estetika karena isi dan cara penyampainnya bersifat sastra, khususnya narasi yang berbentuk fiksi. e) Menekankan susunan kronologis suatu peristiwa. f) Biasanya memiliki dialog.
3. Jenis Narasi
Karangan narasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu, narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris adalah narasi yang menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa (Keraf, 2007:136). Narasi ekspositoris merupakan suatu narasi yang hanya mengisahkan suatu kejadian yang telah ada. Sementara itu narasi sugestif adalah suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca (Keraf, 2007:138). Dalam hal ini narasi sugestif terjadi karena adanya serangkaian cerita yang dibumbui dengan imajinasi penulis.
Menurut Keraf (2007:138--139), sifat karangan narasi ekpositoris adalah untuk memperluas pengetahuan, menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian, didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan nasional, biasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan penggunaan kata-kata
denotatif. Sebaliknya, karangan narasi sugestif bersifat menyampaikan suatu makna atau makna tersirat, menimbulkan daya khayal, penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, bahasanya lebih condong ke bahasa figurative dengan penggunaan kata-kata konotatif.
4. Unsur Narasi
Karangan narasi mengandung beberapa unsur. Menurut Keraf, (2007:148), unsur-unsur narasi adalah sebagai berikut.
a) Alur (Plot)
Alur merupakan kerangka dasar yang sangat penting dalam kisah. Alur mengatur bagaimana treatmentharus bertalian satu sama lain, bagaimana suatu insiden mempunyai hubungan dengan insiden lain, bagaimana tokoh-tokoh harus digambarkan dan berperan dalam treatmentitu, serta bagaimana situasi dan perasaan karakter (tokoh) yang terlibat dalam tindakan-treatmentitu yang terikat dalam suatu kesatuan waktu.
b) Penokohan.
Tokoh adalah pelaku dalam suatu cerita. Penokohan adalah cara pengarang melukiskan watak tokoh dalam cerita. Penokohan juga bisa disebut dengan karakterisasi. Karakterisasi, yaitu cara seorang penulis mengisahkan atau menggambarkan tokoh-tokohnya.
c) Latar (Setting)
Latar adalah tindak-tanduk dalam sebuah narasi. Serta biasanya berlangsung di sebuah tempat tertentu yang digunakan sebagai pentas. Tempat atau pentas tersebut disebut latar (setting). Latar narasi juga dapat diartikan sebagai waktu terjadinya peristiwa dalam cerita.
d) Sudut Pandang (Point of View)
Sudut pandang adalah cara seorang penulis mengisahkan (narator) dalam sebuah karangan narasi. Apakah penulis mengambil bagian langsung dalam seluruh rangkaian kejadian (yaitu sebagai participant) atau sebagai pengamat (observer) terhadap objek dari seluruh aksi dalam narasi.
5. Penilaian Menulis Narasi
Dalam praktiknya, aspek keterampilan menulis melibatkan penggunaan tanda baca dan ejaan, penggunaan diksi dan kosakata, penataan kalimat, pengembangan paragraf, pengolahan gagasan, dan pengembangan model karangan (Slamet, 1996:209). Sejalan dengan hal tersebut Nurgiyantoro (2009:306) mengemukakan bahwa unsur-unsur mengarang yang dinilai adalah content (isi, gagasan yang dikemukakan), form (organisasi isi), gramind mappingar (tata bahasa dan pola kalimat), style (pemilihan struktur dan kosakata), dan mechanics (ejaan). Apabila dilihat dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur utama dalam mengarang yang dinilai adalah kualitas isi karangan yang selanjutnya diikuti oleh cara penulisan, gaya bahasa, ejaan, dan
tanda baca. Oleh karena itu, pembobotan atau skor penilaian untuk unsur utama memiliki porsi lebih besar dibandingkan dengan unsur yang lain karena isi karangan sangat menentukan bobot dan kualitas karangan tersebut. Namun, aspek penilaian lainnya juga memegang peranan penting untuk menciptakan karangan yang bersifat kohesif dan koheren.
3.3.4 Teori mind mapping
1. Pengertian Mind mapping (mind mapping)
Mind mapping atau disebut juga dengan mind mapping merupakan salah satu metode belajar yang dikembangkan oleh Buzan pada tahun 1970-an yang didasarkan pada cara kerja otak. Disebut metode mind mapping karena mind mapping ini berupa urutan langkah-langkah yang bersifat sistematis. Otak mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, bentuk-bentuk, suara musik, dan perasaan. Otak menyimpan informasi dengan pola dan asosiasi seperti pohon dengan cabang dan rantingnya.
Otak tidak menyimpan informasi menurut kata demi kata atau kolom demi kolom dalam kalimat baris yang rapi seperti yang dikeluarkan dalam berbahasa. Untuk mengingat kembali dengan cepat apa yang telah dipelajari, sebaiknya meniru cara kerja otak dalam bentuk mind mapping. Dengan demikian, proses mind mapping menyajikan dan menangkap isi pelajaran dalam peta-peta konsep mendekati operasi alamiah dalam berpikir. Mind mapping adalah alternatif pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran linear.
Buzan (2008:103) juga mengungkapkan bahwa mind mapping adalah alat berpikir kreatif yang mencerminkan cara kerja alami otak. Mind mapping
memungkinkan otak menggunakan semua gambar dan asosiasinya dalam pola radial dan jaringan sebagaimana otak dirancang. Mind mapping merupakan cara paling mudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita (Buzan, 2008:4). Mind mapping bisa dibandingkan dengan peta kota. Bagian tengah mind mapping sama halnya dengan pusat kota dan mewakili gagasan terpenting, jalan-jalan protokol yang memancar keluar dari pusat kota merupakan pikiran-pikiran utama dalam proses berpikir, jalan-jalan atau cabang-cabang sekunder merupakan pikiran sekunder (Buzan, 2008: 6).
Mind mapping juga merupakan peta rute yang memudahkan ingatan dan memungkinkan untuk menyusun fakta dan pikiran, sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti bahwa mengingat informasi akan lebih mudah daripada menggunakan teknik mencatat tradisional. Mind mapping bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat kembali informasi yang telah dipelajari. Mind mapping memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan demikian, akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara lisan. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk, dan sebagainya memudahkan otak untuk menyerap informasi yang diterima. Dengan mind mapping, seluruh informasi kunci dan penting dari setiap bahan pelajaran
dapat diorganisir dengan menggunakan struktur radian yang sesuai dengan mekanisme kerja alami otak sehingga lebih mudah dipahami dan diingat.
2. Manfaat Mind mapping
Buzan (2008:127) mengemukakan beberapa manfaat penggunaan mind mapping. Delapan manfaat yang dimaksud adalah sebagai berikut.
a) Tema utama terdefinisi secara sangat jelas karena dicantumkan di tengah gambar.
b) Level keutamaan informasi teridentifikasi secara lebih baik. Informasi yang memiliki kadar kepentingan lebih diletakkan dengan tema utama. c) Hubungan informasi secara mudah dapat segera dikenali.
d) Informasi baru setelahnya dapat segera digabungkan tanpa merusak keseluruhan struktur mind mapping sehingga mempermudah proses pembuatan.
e) Tiap-tiap mind mapping sangat unik sehingga mempermudah proses pemahaman.
f) Mempercepat proses pencatatan karena hanya menggunakan kata kunci.
3. Langkah-langkah pembuatan mind mapping
Sebelum membuat sebuah mind mapping diperlukan beberapa bahan, yaitu kertas kosong tak bergaris, pena, pensil warna, otak, dan imajinasi. Buzan (2008:15) mengemukakan ada empat langkah dalam pembuatan mind mapping, yakni seperti di bawah ini
a) Menentukan central topic yang akan dibuatkan mind mapping. Untuk buku pelajaran central topic biasanya adalah judul buku atau judul bab yang akan dipelajari dan harus diletakkan ditengah kertas dan usahakan berbentuk image/gambar.
Gambar 2.1 Contoh Central Topic Sumber: Buzan (2008)
b) Membuat basic ordering ideas – BOIs untuk central topik yang telah dipilih, BOIs biasanya adalah judul atau subbab buku yang akan dipelajari atau bisa juga dengan menggunakan 5WH (what, why, where, when, who dan how).
Gambar 2.2 Contoh BOIs Sumber: Buzan (2008)
c) Melengkapi setiap BOIs dengan cabang-cabang yang berisi data-data pendukung yang terkait. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting karena pada saat inilah seluruh data harus ditempatkan dalam setiap cabang BOIs secara asosiatif dan menggunakan struktur radian yang menjadi ciri yang paling khas dari suatu mind mapping.
Gambar 2.3 Contoh Cabang-Cabang BOIs Sumber: Buzan (2008)
d) Melengkapi setiap cabang dengan image, baik berupa gambar, simbol, kode, daftar, grafik, maupun garis penghubung bila ada BOIs yang saling terkait satu dengan lainnya. Tujuan langkah ini adalah untuk membuat sebuah mind mapping menjadi lebih menarik sehingga lebih mudah dimengerti dan diingat.
Gambar 2.4 Contoh Image Sumber: Buzan (2008)
4. Aplikasi Mind mapping
Pada tahap aplikasi ada empat langkah yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran berbasis mind mapping. Keempat langkah tersebut adalah seperti berikut.
a) Overview
Overview adalah tinjauan menyeluruh terhadap suatu topik pada saat proses pembelajaran baru dimulai. Hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran
umum kepada siswa tentang topik yang dipelajari. Khusus untuk pertemuan pertama pada setiap awal semester, overview merupakan rangkuman dari seluruh topik yang diajarkan selama satu semester yang biasanya sudah ada dalam silabus. Dengan demikian, sejak awal siswa sudah mengetahui topik apa saja yang akan dipelajarinya sehingga membuka peluang bagi siswa yang aktif untuk mempelajarinya lebih dahulu.
b) Preview
Preview merupakan lanjutan dari overview sehingga gambaran umum yang diberikan setingkat lebih detail daripada overview, dan dapat berupa penjabaran lebih lanjut dari silabus. Dengan demikian, diharapkan siswa telah memiliki pengetahuan awal yang cukup mengenai subtopik dari bahan sebelum pembahasan yang lebih detail dimulai.
c) Inview
Inview merupakan inti dari suatu proses pembelajaran, yaitu suatu topik dibahas secara detail, terperinci, dan mendalam. Selama inview ini, diharapkan siswa dapat mencatat informasi, konsep, atau rumus penting beserta grafik, daftar, atau diagram untuk membantu siswa dalam memahami dan menguasai bahan yang diajarkan.
Review dilakukan menjelang berakhirnya jam pelajaran dan berupa ringkasan dari bahan yang telah diajarkan serta menekankan pada informasi, konsep, atau rumus penting yang harus diingat dan dikuasai oleh siswa. Review juga dapat dilakukan saat pelajaran akan dimulai pada pertemuan berikutnya untuk membantu siswa mengingat kembali bahan yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya. Berikut adalah contoh aplikasi mind mapping.
Gambar 2.5 Contoh Mind mapping (Law of mind mapping) Sumber: Buzan (2008)
Gambar di atas merupakan aturan pembuatan mind mapping yang dikemukakan oleh Buzan (2008:57). Aturan tersebut harus diikuti agar mind mapping yang dibuat dapat memberikan manfaat yang optimal. Berikut adalah penjelasan dari law of mind mapping.
a) Kertas : polos dengan ukuran minimal A4 dan paling baik adalah ukuran A3 dengan orientasi horizontal (landscape). Central topic diletakkan ditengah-tengah kertas dan sedapat mungkin berupa image dengan minimal tiga warna.
b) Garis : lebih tebal untuk cabang utama dan selanjutnya semakin jauh dari pusat garis akan semakin tipis. Garis harus melengkung (tidak boleh garis lurus) dengan panjang yang sama dengan panjang kata atau image yang ada di atasnya. Seluruh garis harus tersambung ke pusat.
c) Kata : menggunakan kata kunci saja dan hanya satu kata untuk satu garis. Harus selalu menggunakan huruf cetak supaya lebih jelas dengan besar huruf yang semakin mengecil untuk cabang yang semakin jauh dari pusat. d) Image : gunakan sebanyak mungkin gambar, kode, simbol, grafik, tabel
dan ritme karena lebih menarik serta mudah diingat dan dipahami. Kalau memungkinkan, gunakan image yang tiga dimensi agar lebih menarik lagi. e) Warna : gunakan minimal tigs warna dan lebih baik 5--6 warna. Warna berbeda untuk setiap BOIs dan warna cabang harus mengikuti warna BOIs.
f) Struktur : menggunakan struktur radian dengan central topic terletak di tengah-tengah kertas dan selanjutnya cabang-cabangnya menyebar ke segala arah. BOIs umumnya terdiri atas 2 -- 7 buah yang disusun sesuai dengan arah jarum jam dimulai dari arah pukul 13.00.
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian eksperimen. Sugiyono (2012:107) menyatakan bahwa model penelitian eksperimen adalah penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Hasil penelitian dianalisis menggunakan gabungan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menjabarkan penjelasan tiap-tiap masalah. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis kemampuan menulis siswa sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran tersebut dalam bentuk angka. Adapun model penelitian dapat dilihat seperti berikut.
Quasi Experimental berbentuk Nonequivalent Control Group Design
Faktor yang memengaruhi hasil evaluasi belajar siswa dalam menulis karangan narasi Kemampuan Siswa Kelas X SMA 1 Sukawati dalam Menulis Karangan Narasi
Kemampuan menulis karangan narasi siswa
setelah treatment Kemampuan menulis
karangan narasi siswa sebelum treatment
Kuantitatif Kualitatif
Teori Konstruktivisme
Teori Menulis Teori Karangan Narasi
Mind Mapping
Gambar 2.6 Model Penelitian
Pada gambar model penelitian di atas dapat dilihat bahwa penelitian ini adalah jenis penelitian quasi experimental berbentuk non-equivalent control group design dengan penggunaan metode mind mapping. Pada penelitian ini diaplikasikan empat teori yang relevan yaitu teori konstruktivisme, teori menulis, teori karangan narasi, dan mind mapping.
Teori konstruktivisme dipilih untuk menentukan model pembelajaran dan metode yang tepat diaplikasikan di dalam penelitian ini. Metode mind mapping dipilih karena searah dengan pandangan konstruktivisme, yaitu bertujuan untuk membantu siswa dalam menyusun berbagai informasi dan ide secara sistematis. Selain itu, juga mengurangi hambatan dalam kegiatan menulis karangan narasi. Teori menulis dan teori karangan narasi digunakan dalam penelitian ini untuk diaplikasikan dalam rubrik penilaian yang meliputi lima aspek yaitu, isi, organisasi, kosakata, tata bahasa, dan mekanik.
Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara kuantitatif dan kualitatatif untuk mengetahui kemampuan menulis karangan narasi siswa pada control group dan experimental group sebelum treatmentdan setelah treatmentdengan menggunakan metode mind mapping. Di samping itu, teori ini juga untuk mengetahui faktor yang memengaruhi hasil evaluasi belajar siswa dalam menulis karangan narasi.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menjabarkan karakteristik data-data yang ada, sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengukur suatu nilai pada data yang ada (Sugiyono, 2012:23). Pendekatan kualitatif yang dilakukan didasarkan pada penjabaran mengenai data-data yang bersifat deskriptif, seperti data hasil observasi, kuesioner, wawancara hasil tes karangan narasi siswa, dan faktor yang memengaruhi hasil evaluasi belajar siswa menggunakan metode mind mapping di SMAN 1 Sukawati. Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk memaparkan data yang bersifat kuantitatif atau angka-angka hasil tes siswa, baik data hasil pretest maupun data hasil posttest.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini serta dan lama waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Sukawati, yang berlokasi di Jalan Lettu Wayan Suta Sukawati, Gianyar. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang memiliki banyak prestasi di bidang akademik, khususnya dalam ranah
pembelajaran bahasa. Akan tetapi, di balik itu semua menurut pengamatan penulis, siswa di sekolah ini masih memiliki kekurangan dalam aspek keterampilan menulis, khususnya dalam keterampilan menulis karangan narasi. Siswa kelas X dipilih sebagai sumber data karena kemampuan siswa menulis karangan masih kurang dan belum memenuhi KKM 78.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan berdasarkan jadwal pelajaran bahasa Inggris di kelas X, yaitu pada Jumat dan Sabtu. Berikut adalah jadwal penelitian yang dilakukan.
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian N
o
Hari/Tanggal Control Group Experimental Group
1 Sabtu, 29 Agustus 2015
Observasi awal dan pemberian kuesioner
pratindakan
Observasi dan pemberian kuesioner pratindakan 2 Sabtu, 5
September 2015
Pretest menulis karangan narasi dengan topik Bad
Experiance
Pretest menulis karangan narasi dengan topik Bad
3 Jumat, 11 September
2015
Penjelasan mengenai pembuatan karangan narasi
dengan metode ceramah.
Penjelasan mengenai pembuatan karangan narasi dengan menggunakan metode
mind mapping 4 Sabtu, 12
September 2015
Posttest menulis karangan narasi dengan topik Bad Experiance tanpa membuat
mind mapping
Posttest membuat mind mapping dan mengembangkannya ke dalam karangan narasi dengan
topik Bad Experiance 5 Sabtu, 19
September 2015
- Pemberian kuesioner
pascatindakan
Penelitian ini dilakukan dalam empat kali pertemuan untuk control group dan lima kali pertemuan untuk experimental group. Alokasi waktu untuk pokok bahasan mengenai karangan narasi pada semester ini sangat terbatas. Yaitu sebanyak 2x45 menit untuk pemberian pretsest, treatment dengan metode mind mapping dan posttest, serta 1x45 menit untuk observasi dan pemberian kuesioner. Karena keterbatasan waktu, sehingga pemberian treatment dengan metode mind mapping hanya dapat dilakukan dalam satu kali pertemuan.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
3.3.1 Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dari siswa kelas X.7 dan X.10 SMAN 1 Sukawati. Data berupa nilai hasil pretest, nilai hasil posttest, hasil kuesioner dan lembar observasi. Di pihak lain data sekunder adalah
data yang diperoleh atau dikumpulkan dari Sukawati. Data berupa daftar hadir siswa, daftar nilai, silabus dan RPP serta bahan ajar yang ada.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari siswa kelas X.7 dan kelas X.10 SMAN 1 Sukawati serta dari guru bahasa Inggris yang mengajar di kelas X. Data yang diperoleh dari siswa berupa hasil tes menulis karangan narasi dan mind mapping yang dibuat oleh siswa. Siswa kelas X dipilih sebagai objek penelitian karena siswa di tingkat ini baru mendapat materi pembelajaran mengenai karangan narasi. Selain itu karena siswa di tingkat ini memiliki keterampilan yang kurang dalam aspek menulis terutama dalam menulis karangan. Selain itu sumber data juga berasal dari guru bahasa Inggris kelas X, berupa RPP, silabus, dan hasil tulisan siswa terdahulu.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk membantu dalam proses pengumpulan data selama proses penelitian ini berlangsung. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner, tes, pedoman wawancara, dan lembar observasi.
3.4.1 Kuesioner
Kuesioner adalah suatu instrumen yang memuat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa untuk memperoleh data tentang kegiataan menulis karangan narasi. Kuesioner ini diberikan kepada siswa sebelum dilakukan treatment untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam menulis karangan
narasi. Sesudah dilakukan treatment, kuesioner berfungsi untuk mengetahui respon siswa terkait dengan metode yang digunakan. Di samping itu, untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi hasil evaluasi belajar siswa pada penerapan metode mind mapping dalam menulis karangan narasi.
3.4.2 Tes
Pada penelitian ini digunakan tes keterampilan menulis karangan narasi, baik sebagai pretest maupun posttest. Pretest digunakan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam penulisan karangan narasi sebelum dilakukan treatment atau sebelum siswa belajar dengan menggunakan metode mind mapping. Sebaliknya, posttest digunakan sebagai alat ukur tingkat keterampilan dan tingkat perkembangan keterampilan menulis karangan narasi yang dicapai oleh siswa setelah dilakukan treatment dengan menggunakan metode mind mapping.
3.4.3 Pedoman Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab antara dua pihak, yaitu pewawancara dan narasumber untuk memperoleh data, keterangan, atau pendapat tentang sesuatu. Wawancara ini dilakukan kepada guru bahasa Inggris kelas X sesudah penelitian untuk membandingkan keterampilan menulis siwa sebelum dan sesudah tindakan dari sudut pandang guru yang bersangkutan.
3.4.4 Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mencatat semua hasil observasi meliputi situasi dan kondisi serta kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui kendala yang dihadapi selama dilakukan tindakan serta bagaimana proses pembelajaran tersebut berlangsung.
3.5 Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian jenis penelitian quasi experimental berbentuk non-equivalent control group design. Adapun prosedur penelitian eksperimen menggunakan model Sugiyono (2012) seperti pada gambar berikut ini.
Gambar 3.1 Non-equivalent Control Group Design Sumber: Sugiyono (2012)
O1 : Nilai pretest experimental group O3 : Nilai pretest control group
O2 : Nilai posttest experimental group O4 : Nilai posttest control group
X : Treatment/perlakuan
O
1X O
2Dalam prosedur penelitian ini terdapat dua kelompok yaitu, control group dan experimental group. Kelompok pertama yang diajar dengan metode mengajar baru disebut experimental group, sedangkan kelompok yang tetap menggunakan metode mengajar lama disebut control group. Kedua kelompok tersebut selanjutnya diberikan pretest atau melalui pengamatan untuk mengetahui posisi awal kedua kelompok tersebut. Bila kedua kelompok tersebut posisinya sama atau tidak berbeda secara signifikan, maka kelompok tersebut sudah sesuai dengan kelompok yang digunakan untuk eksperimen.
O1 adalah nilai awal experimental group dan O3 adalah nilai awal control
group. Setelah posisi kedua kelompok tersebut seimbang (O1 tidak berbeda
dengan O3, maka experimental group diberikan treatment/perlakuan. Artinya
kelompok ini diajar dengan metode mengajar yang baru, yaitu metode mind mapping. Sebaliknya, control group diajar dengan metode mengajar yang lama, yaitu metode ceramah. Kemudian kedua kelompok tersebut diberikan posttest untuk mengetahui kemampuan kedua kelompok setelah treatment diberikan pada experimental group. Dalam pengujian ini O2 berarti nilai akhir experimental
group setelah diajar dengan metode mind mapping dan O4 adalah nilai akhir yang
diajar dengan menggunakan metode lama. Bila nilai O2 secara signifikan lebih
tinggi daripada O4, maka metode mind mapping terbukti lebih efektif bila
dibandingkan dengan metode mengajar lama
Menurut Iskandarwassid (2009:40--41), metode adalah sebuah prosedur untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Di pihak lain teknik adalah sebuah cara operasional yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan berpegang pada proses sistematis yang terdapat dalam metode. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode simak dan pengamatan langsung. Artinya, peneliti melakukan pengamatan dan melihat langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh data. Menurut Sudaryanto (1993:133), metode simak dapat disejajarkan dengan metode observasi. Peneliti mengobservasi keterampilan siswa dalam menulis karangan narasi sebelum dan sesudah penerapan metode mind mapping.
Teknik catat adalah teknik menjaring data dengan mencatat hasil pengamatan data pada kartu data. Kegiatan mencatat dilakukan sebagai lanjutan dari kegiatan merekam data atau karena alasan tertentu perekaman tidak dapat dilakukan (Kesuma, 2007:45). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pencatatan data yang diperoleh selama penelitian dilakukan, di antaranya pencatatan hasil pretest (sebelum penerapan metode mind mapping), hasil posttest (setelah penerapan metode mind mapping), Lembar Observasi, kuesioner, dan hasil wawancara yang bertujuan untuk mencatat situasi dan kondisi selama proses pembelajaran berlangsung.
3.7 Metode dan Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil observasi, kuesioner, dan tes selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif untuk mengukur tingkat keberhasilan
metode yang digunakan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut.
1) Mengumpulkan hasil dari instrumen penelitian, baik yang berupa tes menulis karangan narasi, kuesioner, lembar observasi, maupun hasil wawancara.
2) Membaca data yang ada dengan saksama kemudian mengklasifikasikan data tersebut sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
3) Data yang ada kemudian dianalisis secara deskriptif sesuai dengan teori penulisan karangan narasi dan rubrik penilaian yang digunakan. 4) Mendeskripsikan hasil penilaian dan menyusun simpulan dari hasil
penilaian tersebut. 3.7.1 Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif dalam penelitian ini diperoleh dari nilai hasil pretest dan nilai hasil posttest yang diperoleh dari control group dan experimental group. Kedua data tersebut dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif dianalisis untuk mendapatkan hasil, sejauh mana peningkatan keterampilan menulis karangan narasi siswa, baik dalam control group maupun experimental group dengan membandingkan hasil pretest dengan hasil posttest. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa dari pretest dibandingkan dengan nilai rata-rata pada posttest. Nilai rata-rata siswa menunjukkan tingkat keterampilan menulis karangan narasi setelah belajar dengan menggunakan metode mind mapping. Bila hasil posttest experimental group lebih tinggi daripada hasil posttest control group, berarti metode mind mapping lebih efektif bila dibandingkan dengan metode mengajar lama. Rubrik penilaian yang digunakan adalah rubrik penilaian yang diadaptasi dari rubrik penilaian Nurgiyantoro (2009:307--308) sebagai berikut.
Tabel 3.2 Rubrik Penilaian Karangan Narasi Aspek yang
dinilai Skor Kriteria
Isi
21--25
Sangat Baik
Pengembangan isi tulisan sesuai dengan topik dan peta pikiran
Isi tulisan dengan judul sangat sesuai, judul secara spesifik sudah mencerminkan isi karangan
Unsur narasi sangat lengkap dan jelas meliputi alur, penokohan, latar, dan sudut pandang.
16--20
Baik
Pengembangan isi tulisan sesuai dengan topik, tetapi ada sedikit perbedaan dengan peta pikiran
Isi tulisan dengan judul sesuai walaupun judul yang digunakan masih sederhana
Unsur narasi lengkap walaupun pemaparannya agak kurang jelas.
11--15 Pengembangan isi tulisan sesuai topik, tetapiCukup kurang sesuai dengan peta pikiran
Isi tulisan dengan judul cukup sesuai walaupun judul terkesan monoton
Ada salah satu unsur narasi yang tidak termuat di dalam karangan.
6--10 Pengembangan isi tulisan kurang sesuaiKurang dengan topik dan peta pikiran
Isi tulisan dengan judul kurang sesuai
Ada dua unsur narasi yang tidak termuat di dalam karangan.
1--5 Pengembangan isi tulisan tidak sesuai denganSangat Kurang topik dan peta pikiran
Isi tulisan dan judul tidak berhubungan
Unsur narasi tidak jelas atau lebih dari dua unsur tidak termuat di dalam karangan. Organisasi
26--30
Sangat Baik
Organisasi penulisan tertata dengan sangat baik sesuai dengan urutan waktu
Memiliki bagian orientation, complication, dan resolution yang sangat jelas.
Ada penggunaan aspek kohesi dan koherensi yang tepat dan jelas di dalam karangan sehingga membuat karangan menjadi padu 21--25
Baik
Organisasi penulisan cukup tertata dan sesuai urutan waktu
Memiliki bagian orientation, complication, dan resolution yang cukup jelas
Ada penggunaan aspek kohesi dan koherensi di dalam karangan walaupun masih sederhana
16--20
Cukup
Organisasi penulisan cukup tertata, tetapi tidak sesuai dengan urutan waktu
Memiliki bagian orientation, complication, dan resolution, tetapi kurang jelas.
Ada 4--6 kesalahan dalam aspek kohesi dan koherensi di dalam karangan
11--15
Kurang
Organisasi penulisan kurang tertata dan tidak sesuai dengan urutan waktu
Salah satu dari bagian orientation, complication, dan resolution tidak ditemukan dalam karangan.
Ada 7--10 kesalahan dalam aspek kohesi dan koherensi di dalam karangan
5--10
Sangat Kurang
Organisasi penulisan tidak tertata dan tidak sesuai dengan urutan waktu.
Tidak ada bagian orientation, complication, dan resolution.
Ada lebih dari sepuluh kesalahan dalam aspek kohesi dan koherensi di dalam
karangan Kosakata
16--20
Sangat Baik
Penguasaan kosakata sangat tepat dan bervariasi
Hampir tidak ditemukan kesalahan dalam pemilihan dan penggunaan kosakata.
11--15
Baik
bervariasi
Ada 1--3 kesalahan dalam pemilihan dan penggunaan kosakata.
6---10
Cukup
Penguasaan kosakata kurang tepat dan kurang bervariasi
Ada 4--6 kesalahan dalam pemilihan dan penggunaan kosakata.
2-5
Kurang
Penguasaan kosakata sangat terbatas
Ada 7--10 kesalahan dalam pemilihan dan penggunaan kosakata.
1
Sangat Kurang
Penguasaan kosakata sangat minim
Ada lebih dari sepuluh kesalahan dalam pemilihan dan penggunaan kosakata.
Penggunaan
Tata Bahasa 16--20 Hampir tidak ditemukana kesalahan dalamSangat Baik penggunaan tata bahasa
Kalimat yang ada dapat dipahami dengan sempurna
11--15
Baik
Hanya ada 1--3 kesalahan dalam penggunaan tata bahasa
Kesalahan yang ada tidak mengganggu pemahaman terhadap kalimat.
6--10
Cukup
Ada 4--6 kesalahan dalam penggunaan tata bahasa
Kesalahan yang ada sedikit mengganggu pemahaman terhadap kalimat
2--5
Kurang
Ada 7--10 kesalahan dalam penggunaan tata bahasa
Kesalahan yang ada mengganggu pemahaman terhadap kalimat.
1
Sangat Kurang
Ada lebih dari sepuluh kesalahan dalam penggunaan tata bahasa
Banyak kesalahan tata bahasa membuat kalimat tidak dapat dipahami.
Mekanik
5
Sangat Baik
Ejaan bahasa Inggris tepat
Penggunaan huruf kapital dan tanda baca benar
Cara penulisan yang sangat rapi, jelas, dan mudah dibaca.
4
Baik
Terdapat sedikit kesalahan dalam ejaan bahasa Inggris
Ada 1--3 kesalahan dalam penggunaan huruf kapital atau tanda baca
Cara penulisan rapi dan cukup jelas, dan dapat dibaca
3
Cukup
Cukup banyak kesalahan dalam ejaan bahasa Inggris
Ada 4--6 kesalahan dalam penggunaan huruf kapital atau tanda baca
Cara penulisan cukup rapi walaupun agak kurang jelas, masih dapat dibaca.
2
Kurang
Banyak kesalahan serius dalam ejaan bahasa Inggris
Ada 7--10 kesalahan dalam penggunaan huruf kapital atau tanda baca
Cara penulisan tidak rapi, tulisan kurang jelas, tetapi masih dapat dibaca.
1
Sangat Kurang
Kesalahan penuh dalam ejaan bahasa Inggris,
Ada lebih dari sepuluh kesalahan dalam penggunaan huruf kapital atau tanda baca
Cara penulisan tidak rapi, tulisan tidak jelas sehingga tidak dapat dibaca.