• Tidak ada hasil yang ditemukan

ﻢﱡﺗﺪَﺒَﻋ٤

Dalam dokumen Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (Halaman 133-140)

ُﺪُﺒۡﻋَأ ٓﺎَﻣ َنوُﺪِﺒَٰﻋ ۡﻢُﺘﻧَأ ٓﺎَﻟَو

orang kafir, 2) aku tidak akan menyembah apa yang kamu ah. 4) dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, 5) dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. 6) untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."

Surat ini diturunkan di Makkah dan yang dituju ialah kaum musyrikin, yang kafir, artinya tidak mau menerima seruan dan petunjuk kebenaran yang dibawakan Nabi kepada mereka. Kata

“kafir” mengandung beberapa pengertian. Kafir bisa berarti orang yang tidak percaya kepada fir juga dapat diartikan orang yang tidak

” atau politheis. Kafir juga dapat dilekatkan kepada orang yang tidak percaya kepada kerasulan dan syari’at Nabi Muhammad saw.

r karena penolakan mereka terhadap keesaan Allah dan Menurut Ibnu Jarir panggilan seperti ini disuruh sampaikan Tuhan oleh Nabi-Nya kepada orang kafir itu, yang sejak semula berkeras menentang Rasul. Nabi saw pun tegas pula dalam sikapnya menantang penyembahan mereka kepada berhala, sehingga timbullah suatu semacam kompetisi siapakah yang lebih kuat semangatnya mempertahankan pendirian masing-masing. Maka mencela berhala mereka, pemuka Quraisy musyrikin itu hendak menemui Nabi. Mereka bermaksud hendak mencari, “damai”. Yang mendatangi Nabi itu Mughirah, Al-Ash bin Muthalib dan Umaiyah bin Khalaf. Mereka kemukakan suatu usul damaki:

“Ya Muhammad! Mari kita berdamai. Kami bersedia menyembah apa yang engkau sembah tetapi h yang kami sembah, dan di dalam segala urusan di negeri kita ini, engkau turut serta bersama kami. Kalau seruan yang engkau bawa ini memang ada baiknya daripada apa yang ada pada kami, supaya turutlah kami merasakannya dengan engkau. Dan bih benar daripada apa yang engkau serukan itu maka engkau pun telah bersama Tidak berapa lama setelah mereka mengemukakan usul ini, turunlah ayat ini: “Katakanlah, ku tidaklah menyembah apa yang kamu sembah.”Menurut tafsiran Ibnu Katsir, arti ayat yang kedua: “Aku tidaklah menyembah apa yang kamu sembah,” ialah ). Artinya bahwa perbuatan begitu tidaklah pernah aku kerjakan.

pula kamu menyembah apa yang aku sembah.” (ayat 3). Artinya persembahan kita ini kali tidak dapat diperdamaikan atau digabungkan. Karena yang aku sembah hanya Allah dan kalian menyembah kepada benda; yaitu kayu atau batu yang kamu perbuat sendiri dan kamu besarkan sendiri. “Dan aku bukanlah penyembah sebagaimana kamu menyembah.” (ayat 5). Maka selain dari yang kita sembah itu berlain; kamu menyembah berhala aku menyembah Allah Yang Maha Esa, maka cara kita menyembah pun lain pula. Kalau aku menyembah Allah maka aku melakukan shalat di dalam syarat rukun yang telah ditentukan. Sedang kamu menyembah berhala itu sangatlah berbeda dengan cara aku menyembah Allah. Oleh sebab itu tidaklah dapat pegangan ma kamu, dan untuk akulah agamaku.”

-kali tidaklah dapat adukkan dengan syirik. Syaikh Muhammad Abduh mengatakan

Penguatan Materi PAI dan Budi Pekerti di SD/SMP/SMA/SMK bahwa ayat 2 dan 3 menjelaskan perbedaan yang dis

menjelaskan perbedaan cara beribadat. Tegasnya yang disembah lain dan cara menyembah pun lain.

Tidak satu dan tidak sama. Yang aku sembah ialah Tuhan Yang Maha Esa, yang bersih daripada segala macam persekutuan dan perkongsian dan mustahil menyatakan diri

atau sesuatu benda. Allah, yang meratakan kurnia beribadat kepada-Nya. Dan Maha Kuasa menarik ubun

dan menghukum orang yang menyembah kepada yang lain. Sedang yang kamu sembah bukan itu, bukan Allah, melainkan benda. Aku menyembah Allah sahaja, kamu menyembah sesuatu selain Allah dan kamu persekutukan yang lain itu dengan Allah. Sebab itu maka menurut aku, ib itu bukan ibadat dan tuhanmu itu pun bukan Tuhan. Untuk kamulah agama kamu, pakailah agama itu sendiri, jangan pula aku diajak menyembah yang bukan Tuhan itu. Dan untuk akulah agamaku, jangan sampai hendak kamu campur

Surat ini memberi pedoman yang tegas bagi pengikut Nabi Muhammad saw, bahwasanya akidah tidaklah dapat diperdamaikan. Tauhid dan syirik tak dapat dipertemukan. Kalau yang hak hendak dipersatukan dengan yang batil, maka yang batil jualah yan

akidah Tauhid itu tidaklah mengenal apa yang dinamai nyesuaikan. Misalnya di antara

menyembelih binatang guna pemuja hantu atau ji

Beberapa ayat yang sudah dibahas di atas (khususnya al

dari dasar (pedoman) umat Islam dalam membina toleransi dan menjalin hubungan dengan umat beragama lain. Toleransi antar umat beragama

yang berbeda agama dan keyakinan ini harus dipahami dengan benar oleh umat Islam;

pengertiannya, batas-batasnya dan bentuk Pengertian Toleransi

Kata toleransi digunakan sebagai terjemahan dari bahasa Arab etimologi atau bahasa artinya memberi maaf dan lapang dada

dari bahasa Inggris tolerance / toleration yang berarti yaitu suatu sikap membi

menghormati terhadap perbedaan pada orang lain, baik dalam hal pendapat (

agama/kepercayaan maupun dalam segi ekonomi, sosial dan politik. Adapun secara terminologi, toleransi adalah pemberian kebebasan kepada sesama manusia at

masyarakat untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing, selama dalam menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak melanggar dan tidak bertentangan dengan syarat-syarat asas terciptanya

masyarakat.2Jadi toleransi adalah suatu sikap atau tingkah laku dari seseorang untuk memberikan kebebasan kepada orang lain dalam berpendirian, berpendapat, berpandangan, dan menganut kepercayaan dan menghargai perbedaan te

Toleransi mengandung maksud supaya membolehkan terbentuknya sistem yang menjamin terjaminnya pribadi, harta benda dan unsur

menghormati agama, moralitas dan lembaga

serta perbedaan-perbedaan yang ada di lingkungannya tanpa harus berselisih dengan sesamanya dikarenakan berbeda keyakinan atau agama.

Toleransi beragama mempunyai arti sikap lapang dada s

membiarkan pemeluk agama untuk melaksanakan ibadah mereka menurut ajaran dan ketentuan agama masing-masing yang diyakini tanpa ada yang mengganggu atau memaksakan baik dari orang lain maupun dari keluarganya sekalipun.

1Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab Indonesia al

2 Umar Hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar menuju Dialoq dan kerukunan Antar Umat Beragama, (Surabaya: Bina Ilmu, 1979), h. 22

3 H. M Ali dkk, Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum Sosial dan Politik Penguatan Materi PAI dan Budi Pekerti di SD/SMP/SMA/SMK

bahwa ayat 2 dan 3 menjelaskan perbedaan yang disembah. Dan dua ayat berikutnya (ayat 4 dan 5) menjelaskan perbedaan cara beribadat. Tegasnya yang disembah lain dan cara menyembah pun lain.

Tidak satu dan tidak sama. Yang aku sembah ialah Tuhan Yang Maha Esa, yang bersih daripada dan perkongsian dan mustahil menyatakan diri-Nya pada diri seseorang atau sesuatu benda. Allah, yang meratakan kurnia-Nya kepada siapa jua pun yang tulus ikhlas

Nya. Dan Maha Kuasa menarik ubun-ubun orang yang menolak kebenaran nghukum orang yang menyembah kepada yang lain. Sedang yang kamu sembah bukan itu, bukan Allah, melainkan benda. Aku menyembah Allah sahaja, kamu menyembah sesuatu selain Allah dan kamu persekutukan yang lain itu dengan Allah. Sebab itu maka menurut aku, ib itu bukan ibadat dan tuhanmu itu pun bukan Tuhan. Untuk kamulah agama kamu, pakailah agama itu sendiri, jangan pula aku diajak menyembah yang bukan Tuhan itu. Dan untuk akulah agamaku, jangan sampai hendak kamu campur-adukkan dengan apa yang kamu sebut agama itu.”

Surat ini memberi pedoman yang tegas bagi pengikut Nabi Muhammad saw, bahwasanya akidah tidaklah dapat diperdamaikan. Tauhid dan syirik tak dapat dipertemukan. Kalau yang hak hendak dipersatukan dengan yang batil, maka yang batil jualah yang menang. Oleh sebab itu maka akidah Tauhid itu tidaklah mengenal apa yang dinamai Cynscritisme, yang berarti menyesuai nyesuaikan. Misalnya di antara animisme dengan Tauhid, penyembahan berhala dengan shalat, menyembelih binatang guna pemuja hantu atau jin dengan membaca Bissmillah.

Beberapa ayat yang sudah dibahas di atas (khususnya al-Kafirun ayat 1

dari dasar (pedoman) umat Islam dalam membina toleransi dan menjalin hubungan dengan umat beragama lain. Toleransi antar umat beragama yang sangat penting dibangun oleh bangsa Indonesia yang berbeda agama dan keyakinan ini harus dipahami dengan benar oleh umat Islam;

batasnya dan bentuk-bentuknya sesuai dengan ketentuan al

Kata toleransi digunakan sebagai terjemahan dari bahasa Arab tasamuh

etimologi atau bahasa artinya memberi maaf dan lapang dada1. Kata toleransi itu sendiri diambil / toleration yang berarti yaitu suatu sikap membi

menghormati terhadap perbedaan pada orang lain, baik dalam hal pendapat (

agama/kepercayaan maupun dalam segi ekonomi, sosial dan politik. Adapun secara terminologi, toleransi adalah pemberian kebebasan kepada sesama manusia atau kepada sesama warga masyarakat untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing, selama dalam menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak melanggar dan tidak syarat asas terciptanya ketertiban dan perdamaian dalam Jadi toleransi adalah suatu sikap atau tingkah laku dari seseorang untuk memberikan kebebasan kepada orang lain dalam berpendirian, berpendapat, berpandangan, dan menganut kepercayaan dan menghargai perbedaan tersebut sebagai pengakuan atas hak-hak asasi manusia.

Toleransi mengandung maksud supaya membolehkan terbentuknya sistem yang menjamin terjaminnya pribadi, harta benda dan unsur-unsur minoritas yang terdapat pada masyarakat dengan tas dan lembaga-lembaga mereka serta menghargai pendapat orang lain perbedaan yang ada di lingkungannya tanpa harus berselisih dengan sesamanya dikarenakan berbeda keyakinan atau agama.

Toleransi beragama mempunyai arti sikap lapang dada seseorang untuk menghormati dan membiarkan pemeluk agama untuk melaksanakan ibadah mereka menurut ajaran dan ketentuan masing yang diyakini tanpa ada yang mengganggu atau memaksakan baik dari orang lain maupun dari keluarganya sekalipun.3

Kamus Arab Indonesia al-Munawir, (Yogyakarta: Balai Pustaka Progresif, t.th.), h.1098 Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar menuju Dialoq dan kerukunan

, (Surabaya: Bina Ilmu, 1979), h. 22

Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum Sosial dan Politik, (Jakarta: Bulan Bintang, 1989), hlm. 83

embah. Dan dua ayat berikutnya (ayat 4 dan 5) menjelaskan perbedaan cara beribadat. Tegasnya yang disembah lain dan cara menyembah pun lain.

Tidak satu dan tidak sama. Yang aku sembah ialah Tuhan Yang Maha Esa, yang bersih daripada Nya pada diri seseorang Nya kepada siapa jua pun yang tulus ikhlas ubun orang yang menolak kebenaran-Nya nghukum orang yang menyembah kepada yang lain. Sedang yang kamu sembah bukan itu, bukan Allah, melainkan benda. Aku menyembah Allah sahaja, kamu menyembah sesuatu selain Allah dan kamu persekutukan yang lain itu dengan Allah. Sebab itu maka menurut aku, ibadatmu itu bukan ibadat dan tuhanmu itu pun bukan Tuhan. Untuk kamulah agama kamu, pakailah agama itu sendiri, jangan pula aku diajak menyembah yang bukan Tuhan itu. Dan untuk akulah agamaku,

but agama itu.”

Surat ini memberi pedoman yang tegas bagi pengikut Nabi Muhammad saw, bahwasanya akidah tidaklah dapat diperdamaikan. Tauhid dan syirik tak dapat dipertemukan. Kalau yang hak g menang. Oleh sebab itu maka , yang berarti menyesuai- dengan Tauhid, penyembahan berhala dengan shalat,

n dengan membaca Bissmillah.

Kafirun ayat 1-6), menjadi sebagian dari dasar (pedoman) umat Islam dalam membina toleransi dan menjalin hubungan dengan umat yang sangat penting dibangun oleh bangsa Indonesia yang berbeda agama dan keyakinan ini harus dipahami dengan benar oleh umat Islam;

bentuknya sesuai dengan ketentuan al-Qur’an.

tasamuh yang secara . Kata toleransi itu sendiri diambil / toleration yang berarti yaitu suatu sikap membiarkan, mengakui dan menghormati terhadap perbedaan pada orang lain, baik dalam hal pendapat (opinion), agama/kepercayaan maupun dalam segi ekonomi, sosial dan politik. Adapun secara terminologi, au kepada sesama warga masyarakat untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing, selama dalam menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak melanggar dan tidak ketertiban dan perdamaian dalam Jadi toleransi adalah suatu sikap atau tingkah laku dari seseorang untuk memberikan kebebasan kepada orang lain dalam berpendirian, berpendapat, berpandangan, dan menganut

hak asasi manusia.

Toleransi mengandung maksud supaya membolehkan terbentuknya sistem yang menjamin unsur minoritas yang terdapat pada masyarakat dengan lembaga mereka serta menghargai pendapat orang lain perbedaan yang ada di lingkungannya tanpa harus berselisih dengan sesamanya eseorang untuk menghormati dan membiarkan pemeluk agama untuk melaksanakan ibadah mereka menurut ajaran dan ketentuan masing yang diyakini tanpa ada yang mengganggu atau memaksakan baik dari orang

, (Yogyakarta: Balai Pustaka Progresif, t.th.), h.1098 Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar menuju Dialoq dan kerukunan

, (Jakarta: Bulan Bintang, 1989), hlm. 83

Toleransi tidak dapat diartikan bahwa seseorang yang telah mempunyai suatu keyakinan kemudian pindah/merubah keyakinannya (konversi) untuk mengikuti dan membaur dengan keyakinan atau peribadatan agama

kebenaran semua agama/kepercayaan, namun tetap suatu keyakinan yang diyakini. Hal ini disebabkan agama telah menggariskan dua pola dasar hubungan yang harus dilaksanakan oleh pemeluknya, yaitu : hubungan secara vertikal dan hubungan secara horizontal.

Yang pertama (hubungan vertical) adalah hubungan antara pribadi dengan Tuhan yang direalisasikan dalam bentuk ibadat sebagaimana yang telah digariskan oleh setiap agama. Hubungan ini dilaksanakan secara individual, meskipun adakalanya (lebih diutamakan) dilaksan

kolektif atau berjamaah (seperti shalat dan haji dalam Islam). Pada hubungan ini berlaku toleransi agama yang hanya terbatas dalam lingkungan atau intern suatu agama saja.

Hubungan yang kedua (horizontal) adalah hubungan antara manusia dengan

Hubungan ini tidak terbatas panda lingkungan suatu agama saja, tetapi juga berlaku kepada semua orang yang tidak seagama, dalam bentuk kerjasama dalam masalah

kemaslahatan umum. Dalam hal seperti inilah berlaku tolera beragama.4

Perintah Toleransi Beragama dalam Al

Dalam surat al-Baqarah/2:185, surat Ibrahim/14:1, dan surat al

menyatakan diri sebagai kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, sebagai

seluruh umat manusia, untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan sekaligus membawa mereka menuju cahaya petunjuk. Ayat

berkewajiban untuk menyebarkan seruan dakwah dan ajarannya kepada seluruh masyarakat, baik yang masih mulhid

beriman kepada Tuhan tetapi mengotori keimanan mereka dengan kemusyrikan, bahkan kepada kelompok-kelompok yang sudah menganut agama

sebelumnya, yang oleh Al-Qur’an disebut sebagai

Intensitas pelaksanaan dakwah Nabi itu antara lain ditunjukkan dengaan dikirimnya beberapa orang sahabatnya ke berbagai daerah untuk menyampaikan ajara

mengirimkan sejumlah surat kepada beberapa pemimpin negara yang berisi ajakan beliau kepada mereka agar beriman kepada risalahnya.

Meskipun dakwah sejak semula merupakan kewajiban dan dilaksanakan secara serius oleh Nabi dan para pengikutnya, tetapi ajakan itu jauh dari sifat memaksa. Secara tekstual Al melarang pemaksaan dalam mengajak orang untuk beragama. Dua ayat berikut menegaskan prinsip itu:

َﻦﯿِﻨِﻣۡﺆُﻣ ْاﻮُﻧﻮُﻜَﯾ ٰﻰﱠﺘَﺣ َسﺎﱠﻨﻟٱ ُهِﺮۡﻜُﺗ َﺖﻧَﺄَﻓَأ ۚﺎًﻌﯿِﻤَﺟ ۡﻢُﮭﱡﻠُﻛ ِضۡرَﺄۡﻟٱ ﻲِﻓ ﻦَﻣ َﻦَﻣٓﺄَﻟ َﻚﱡﺑَر َءٓﺎَﺷ ۡﻮَﻟ

٩٩

Artinya:

Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang ada di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu

orang yang beriman? (Yunus:99)

ِﺪَﻘَﻓ ِﮫﱠﻠﻟﭑِﺑ ۢﻦِﻣۡﺆُﯾَو ِتﻮُﻐٰﱠﻄﻟﭑِﺑ ۡﺮُﻔۡﻜَﯾ ﻦَﻤَﻓ ۚﱢﻲَﻐۡﻟٱ َﻦِﻣ ُﺪۡﺷﱡﺮﻟٱ َﻦﱠﯿَﺒﱠﺗ ﺪَﻗ ِۖﻦﯾﱢﺪﻟٱ ﻲِﻓ َهاَﺮۡﻛِإ ٓﺎَﻟ َﻚَﺴۡﻤَﺘۡﺳٱ

4 Said Agil Al Munawar, Fiqih Hubungan Antar Agama

5Informasi tentang pengutusan sahabat- antara lain pada karya Al-Imam Muslim, karya Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al

Penguatan Materi PAI dan Budi Pekerti di SD/SMP/SMA/SMK ransi tidak dapat diartikan bahwa seseorang yang telah mempunyai suatu keyakinan kemudian pindah/merubah keyakinannya (konversi) untuk mengikuti dan membaur dengan keyakinan atau peribadatan agama-agama lain, serta tidak pula dimaksudkan untuk mengakui enaran semua agama/kepercayaan, namun tetap suatu keyakinan yang diyakini. Hal ini disebabkan agama telah menggariskan dua pola dasar hubungan yang harus dilaksanakan oleh pemeluknya, yaitu : hubungan secara vertikal dan hubungan secara horizontal.

ertama (hubungan vertical) adalah hubungan antara pribadi dengan Tuhan yang direalisasikan dalam bentuk ibadat sebagaimana yang telah digariskan oleh setiap agama. Hubungan ini dilaksanakan secara individual, meskipun adakalanya (lebih diutamakan) dilaksan

kolektif atau berjamaah (seperti shalat dan haji dalam Islam). Pada hubungan ini berlaku toleransi agama yang hanya terbatas dalam lingkungan atau intern suatu agama saja.

Hubungan yang kedua (horizontal) adalah hubungan antara manusia dengan

Hubungan ini tidak terbatas panda lingkungan suatu agama saja, tetapi juga berlaku kepada semua orang yang tidak seagama, dalam bentuk kerjasama dalam masalah-masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan umum. Dalam hal seperti inilah berlaku toleransi dalam pergaulan hidup antar umat

Perintah Toleransi Beragama dalam Al-Qur’an

Baqarah/2:185, surat Ibrahim/14:1, dan surat al-Hadid/57: 9, Al menyatakan diri sebagai kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, sebagai

seluruh umat manusia, untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan sekaligus membawa mereka menuju cahaya petunjuk. Ayat-ayat tersebut merupakan isyarat bahwa Nabi Muhammad berkewajiban untuk menyebarkan seruan dakwah dan ajarannya kepada seluruh

mulhid (atheis, mengingkari adanya Tuhan), maupun yang telah beriman kepada Tuhan tetapi mengotori keimanan mereka dengan kemusyrikan, bahkan kepada

kelompok yang sudah menganut agama-agama yang diajarkan oleh

Qur’an disebut sebagai Ahlu al-Kitab yakni kaum Yahudi dan Kristen.

Intensitas pelaksanaan dakwah Nabi itu antara lain ditunjukkan dengaan dikirimnya beberapa orang sahabatnya ke berbagai daerah untuk menyampaikan ajaran-ajaran beliau. Selain itu dia juga mengirimkan sejumlah surat kepada beberapa pemimpin negara yang berisi ajakan beliau kepada mereka agar beriman kepada risalahnya.5

Meskipun dakwah sejak semula merupakan kewajiban dan dilaksanakan secara serius oleh bi dan para pengikutnya, tetapi ajakan itu jauh dari sifat memaksa. Secara tekstual Al melarang pemaksaan dalam mengajak orang untuk beragama. Dua ayat berikut menegaskan prinsip

َﻦﯿِﻨِﻣۡﺆُﻣ ْاﻮُﻧﻮُﻜَﯾ ٰﻰﱠﺘَﺣ َسﺎﱠﻨﻟٱ ُهِﺮۡﻜُﺗ َﺖﻧَﺄَﻓَأ ۚﺎًﻌﯿِﻤَﺟ ۡﻢُﮭﱡﻠُﻛ ِضۡرَﺄۡﻟٱ ﻲِﻓ ﻦَﻣ َﻦَﻣٓﺄَﻟ َﻚﱡﺑَر َءٓﺎَﺷ ۡﻮَﻟ

Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang ada di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang orang yang beriman? (Yunus:99)

ِﺪَﻘَﻓ ِﮫﱠﻠﻟﭑِﺑ ۢﻦِﻣۡﺆُﯾَو ِتﻮُﻐٰﱠﻄﻟﭑِﺑ ۡﺮُﻔۡﻜَﯾ ﻦَﻤَﻓ ۚﱢﻲَﻐۡﻟٱ َﻦِﻣ ُﺪۡﺷﱡﺮﻟٱ َﻦﱠﯿَﺒﱠﺗ ﺪَﻗ ِۖﻦﯾﱢﺪﻟٱ ﻲِﻓ َهاَﺮۡﻛِإ ٓﺎَﻟ ٌﻢﯿِﻠَﻋ ٌﻊﯿِﻤَﺳ ُﮫﱠﻠﻟٱَو ۗﺎَﮭَﻟ َمﺎَﺼ

٢٥٦

Fiqih Hubungan Antar Agama, (Jakarta: Ciputat Press, 2003), hlm. 14 -sahabat dan pengiriman surat-surat dapat dilihat pada kitab Imam Muslim, Shahih Muslim, (Beirut: Dar al-Fikr, 1992), Jilid 2, h. 152

Al-Lu’lu’ wa al-Marjan, (Beirut: Al-Maktabah al-Ilmiy

Penguatan Materi PAI dan Budi Pekerti di SD/SMP/SMA/SMK ransi tidak dapat diartikan bahwa seseorang yang telah mempunyai suatu keyakinan kemudian pindah/merubah keyakinannya (konversi) untuk mengikuti dan membaur dengan agama lain, serta tidak pula dimaksudkan untuk mengakui enaran semua agama/kepercayaan, namun tetap suatu keyakinan yang diyakini. Hal ini disebabkan agama telah menggariskan dua pola dasar hubungan yang harus dilaksanakan oleh pemeluknya, yaitu : hubungan secara vertikal dan hubungan secara horizontal.

ertama (hubungan vertical) adalah hubungan antara pribadi dengan Tuhan yang direalisasikan dalam bentuk ibadat sebagaimana yang telah digariskan oleh setiap agama. Hubungan ini dilaksanakan secara individual, meskipun adakalanya (lebih diutamakan) dilaksanakan secara kolektif atau berjamaah (seperti shalat dan haji dalam Islam). Pada hubungan ini berlaku toleransi Hubungan yang kedua (horizontal) adalah hubungan antara manusia dengan sesamanya.

Hubungan ini tidak terbatas panda lingkungan suatu agama saja, tetapi juga berlaku kepada semua masalah kemasyarakatan atau nsi dalam pergaulan hidup antar umat

Hadid/57: 9, Al-Qur’an menyatakan diri sebagai kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia, untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan sekaligus membawa mereka ayat tersebut merupakan isyarat bahwa Nabi Muhammad berkewajiban untuk menyebarkan seruan dakwah dan ajarannya kepada seluruh kelompok (atheis, mengingkari adanya Tuhan), maupun yang telah beriman kepada Tuhan tetapi mengotori keimanan mereka dengan kemusyrikan, bahkan kepada agama yang diajarkan oleh para rasul yakni kaum Yahudi dan Kristen.

Intensitas pelaksanaan dakwah Nabi itu antara lain ditunjukkan dengaan dikirimnya beberapa orang ajaran beliau. Selain itu dia juga mengirimkan sejumlah surat kepada beberapa pemimpin negara yang berisi ajakan beliau kepada Meskipun dakwah sejak semula merupakan kewajiban dan dilaksanakan secara serius oleh bi dan para pengikutnya, tetapi ajakan itu jauh dari sifat memaksa. Secara tekstual Al-Qur’an melarang pemaksaan dalam mengajak orang untuk beragama. Dua ayat berikut menegaskan prinsip

َﻦﯿِﻨِﻣۡﺆُﻣ ْاﻮُﻧﻮُﻜَﯾ ٰﻰﱠﺘَﺣ َسﺎﱠﻨﻟٱ ُهِﺮۡﻜُﺗ َﺖﻧَﺄَﻓَأ ۚﺎًﻌﯿِﻤَﺟ ۡﻢُﮭﱡﻠُﻛ ِضۡرَﺄۡﻟٱ ﻲِﻓ ﻦَﻣ َﻦَﻣٓﺄَﻟ َﻚﱡﺑَر َءٓﺎَﺷ ۡﻮَﻟ

َو Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang ada di muka bumi

(hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-

ِﺪَﻘَﻓ ِﮫﱠﻠﻟﭑِﺑ ۢﻦِﻣۡﺆُﯾَو ِتﻮُﻐٰﱠﻄﻟﭑِﺑ ۡﺮُﻔۡﻜَﯾ ﻦَﻤَﻓ ۚﱢﻲَﻐۡﻟٱ َﻦِﻣ ُﺪۡﺷﱡﺮﻟٱ َﻦﱠﯿَﺒﱠﺗ ﺪَﻗ ِۖﻦﯾﱢﺪﻟٱ ﻲِﻓ َهاَﺮۡﻛِإ ٓﺎَﻟ

ِﻔﻧٱ ﺎَﻟ ٰﻰَﻘۡﺛُﻮۡﻟٱ ِةَوۡﺮُﻌۡﻟﭑِﺑ ٌﻢﯿِﻠَﻋ ٌﻊﯿِﻤَﺳ ُﮫﱠﻠﻟٱَو ۗﺎَﮭَﻟ َمﺎَﺼ

, (Jakarta: Ciputat Press, 2003), hlm. 14

surat dapat dilihat pada kitab-kitab hadits Nabi, Fikr, 1992), Jilid 2, h. 152-154, dan pada

Ilmiyah, tth.), Jilid 1, h. 5

Dalam dokumen Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (Halaman 133-140)