• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adab Membaca Al-Qur`an

Dalam dokumen ANALISIS BACAAN AL-QUR`AN DAI/AH SELEBRITI (Halaman 44-52)

Bab II Gambaran Umum Al-Qur`an, Dai, Selebriti Dan Metode

A. Al-Qur`an

3. Adab Membaca Al-Qur`an

membaca Al-Qur`an seperti firman Allah Swt. dalam Q.S. Fathir [35]: 29

َأَو ِهلَّلا َباَتِك َنْوُلْتَي َنْيِذَّلا َّنِإ

ُماَق

َّصلااْو

َفْنَأَو َةوَل اَّمِماْوُق

ْمُهاَنْقَزَر

َت ْنَّل ًةَراَجِت َنْوُجْرَي ًةَيِناَلَعَواًّرِس

ْوُب

َر

….

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah Swt. dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi....”

(Q.S. Fathir [35]: 29)

Keistimewaan membaca Al-Quran diantaranya adalah bahwa membaca Al-Qur`an lebih afdhal jika dibandingkan dengan melafalkan tasbih, tahlil, serta lafal zikir lainnya. Ini pendapat shahih yang dipilih dan diyakini oleh sebagian ulama.11

seseorang berkata kepadanya, engkau tidak akan memperoleh manfaat dari ilmumu. Sungguh betapa diharuskan untuk memuliakan Al-Qur`an dan tidak meletakkannya di sembarang tempat.13

b. Sebelum menyentuh mushaf Al-Qur`an disyaratkan bersuci terlebih dahulu dengan berwudlu. Para ulama berbeda pendapat dalam hal ini, ada sekelompok yang mewajibkan dan ada yang tidak mewajibkan. Namun yang utama adalah kita berwudlu dahulu sebelum menyentuh dan membacanya. 14Karena Al-Qur`an merupakan zikir yang paling mulia, maka untuk membacanya dianjurkan berwudhu terlebih dahulu.

c. Disunahkan membaca Al-Qur`an ditempat suci, yang paling utama adalah di masjid.15 Karena masjid adalah tempat yang mulia, serta tempat untuk melakukan keutamaan lainnya.

d. Ikhlas membaca karena Allah Swt. karena membaca Al- Qur`an dengan niat ikhlas dan maksud baik adalah suatu ibadah yang karenanya seorang muslim mendapatkan pahala.16

e. Hendaknya orang yang membaca Al-Qur`an di luar salat hendaknya membaca Al-Qur`an sembari menghadap kiblat.17

13Muhammad Ilham Nur, Ketika Al-Qur`an Tak Lagi di Agungkan, (Jakarta: PT.

Elelx Media Komputindo), 2017, h. 103

14 Islah Gusmian, Surat Cinta Sang Kekasih, (Yogyakarta: Pustaka Mawar, 2005), h.

94

15 Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasni, Mutiara Ilmu-Ilmu Al-Qur`an, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), h. 61

16 Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur`an, (Jakarta: Pusaka Al-Kautsar, 2015), Cet. Ke-12, h. 232

17Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi, At-Tibyân Adab Penghafal Al-Qur`an terjemahan kitab At-Tibyânu fî Âdâbi Hamalatil Qur`âni, (Jakarta: Maktabah Ibnu Abbas, 2005), h. 74

f. Sebelum membaca Al-Qur`an disunahkan bersiwak terlebih dahulu untuk menjaga kesucian mulut dan memuliakan Al- Qur`an.18

g. Disunahkan membaca taawuz sebelum membaca Al- Qur`an.Allah Swt. Berfirman, Q.S. An-Nahl [16]: 98

اَذتإَف َت ۡ

أَرَق ٱ

َناَءۡرُقۡل َف

ۡذتعَتۡس ٱ تبٱ

ت نللّ

َنتم تنَٰ َطۡي نشل ٱ

تميتجنرل ٱ ٩٨

“Apabila engkau hendak membaca Al-Qur`an, mintalah perlindungan kepada Allah Swt. dari setan yang terkutuk.” Q.S. An-Nahl [16]: 98

h. Disunahkan membaca basmalah setiap membaca awal surat.

Hendaklah membaca basmalah pada setiap membaca awal surat, kecuali surat Bara`ah (At-Taubah). Sebab, kebanyakan ulama memandangnya sebagai salah satu ayat Al-Qur`an.19 Adapun lafal taawuz sebagaimana yang tadi kami sebutkan, dahulu beberapa kelompok salaf bertaawuz dengan lafal:

لا ِناَطْيّشلا َنِم ِمْيِلَعلا ِعْيِمَّسلا هّللاِب ُذْوُعَأ

ْيِجَّر ِم

i. Disunahkan membaca Al-Qur`an dengan tartil.

Tartil adalah membaca Al-Qur`an dengan perlahan- lahan dan memberikan hak pada setiap huruf, seperti penyempurnaan Mad, Ghunnah, dan masih banyak lagi.

Dengan kata lain tartil adalah cara melatih lidah melafalkan

18 Abi Zakariya Yahya bin Syarifuddin An-Nawawi Asy-Syafi’iy, At-Tibyân fî âdâbi hamlatil qur`an, (Damaskus: Muasasah ulumul Qur`an, 1983), Cet. Ke-1, h. 37

19Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur`an, h. 234

huruf-huruf Al-Qur`an dengan benar seperti ketika diturunkan.20

j. Disunahkan merenungkan ayat-ayat yang dibaca dan memahami kandungan makna dan maksud Al-Qur`an.21

1) Imam Muslim (w. 875 M) mengeluarkan riwayat dari Hudzaifah. Ia mengatakan pada suatu malam ia salat bersama Nabi Saw., beliau membaca surat Al-Baqarah, Ali-Imrân, dan An-Nisâ’. Tatkala membaca ayat tasbih, beliau mengucapkan tasbih; tatkala membaca ayat permohonan, beliau memohon perlindungan.

2) Salah satu bentuk perenungan Al-Qur`an adalah menjawab panggilan-panggilan-Nya, itulah apa yang diisyaratkan oleh hadis yang dikeluarkan oleh Abu Dawud w. 888 M) dan At-Turmuzi (w. 892 M).

k. Disunahkan menangis ketika membaca Al-Qur`an.22

1) Di dalam sahihain tertera hadis Ibnu Mas’ud (w. 652 M) yang didalamnya menjelaskan bahwa kedua mata Nabi Saw. berkaca-kaca.23

2) Dalam syarah Al-Muhadzdzab disebutkan, “Cara untuk bisa menangis disaat membaca Al-Qur`an adalah dengan memikirkan dan meresapi makna ayat-ayat yang dibaca. Seperti yang berkenaan dengan ancaman

20 Ibrahim Eldeeb, Be A Living Qur`an, Petunjuk Praktis Penerapan Ayat-Ayat Al- Qur`an, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), h. 91

21Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur`an, (Jakarta: Pusaka Al-Kautsar, 2015), Cet. Ke-12, h. 235

22 Abi Zakariya Yahya bin Syarifuddin An-Nawawi Asy-Syafi’iy, At-Tibyân fî âdâbi hamlatil qur`an, (Damaskus: Muasasah ulumul Qur`an, 1983), Cet. Ke-1, h. 44

23Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasni, Mutiara Ilmu-Ilmu Al-Qur`an, h. 69

yang berat, siksa yang pedih, perjanjian,kemudian merenungkan betapa dirinya telah melalaikannya.24 l. Disunahkan memperindah suara ketika membaca Al-Qur`an,

para ulama berkata “dianjurkan membaguskan suara ketika membaca Al-Qur`an dan melagukan selama tidak sampai memanjang-manjangkan qiraah. Jika ia berlebihan hingga bertambah satu huruf atau malah mengurangi satu huruf maka hukumnya menjadi haram”.25

ُقاَحْسِإ اَنَثَّدَح ،ٍجْيَرُج ُنْبا اَنَرَبْخَأ ،ٍمِصاَع وُبَأ اَنَثَّدَح ،

:َلاَق ،َةَرْيَرُه يِبَأ ْنَع ،َةَمَلَس يِبَأ ْنَع ،ٍباَهِش ُنْبا اَنَرَبْخَأ :َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُللها ىَّلَص ِهَّللا ُلوُسَر َلاَق

« ْمَل ْنَم اَّنِم َسْيَل

ِنآْرُقلاِب َّنَغَتَي

»

26

“Telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abu ‘Asim, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Shihab dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, berkata, Rasulullah Saw.

bersabda: “Bukanlah golonganku barang siapa yang tidak melagukan Al-Qur`an”. (HR. Bukhari)

m. Disunahkan mengeraskan suara ketika membaca Al-Qur`an.27 Terdapat banyak hadis yang menjelaskan anjuran mengeraskan bacaan ketika membaca Al-Qur`an. Namun banyak pula hadis yang menjelaskan anjuran merendahkan

24 Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur`an, (Jakarta: Pusaka Al-Kautsar, 2015), Cet. Ke-12, h. 236

25Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi, At-Tibyân Adab Penghafal Al-Qur`an terjemahan kitab At-Tibyânu fî Âdâbi Hamalatil Qur`âni, (Jakarta: Maktabah Ibnu Abbas, 2005), h. 112

26Muhammad bin Ismail Abu Abdillah Al-Bukhari Al-Ja’fi, Jami’ Musnad Sahih Bukhari, (Dâr Tuqunnajah: 1442), juz 9, no. hadis 7527, h. 154

27Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasni, Mutiara Ilmu-Ilmu Al-Qur`an, h. 72

suara ketika membaca Al-Qur`an, diantara hadis yang memberi anjuran mengeraskan suara dan hadis yang termasuk memberi anjuran merendahkan suara adalah riwayat yang dikeluarkan oleh Abu Dawud (w. 888 M), At-Turmudzi (w.

892 M), dan An-Nasa’i (w, 915 M):

،ٍشاَّيَع ُنْب ُليِعاَمْسِإ اَنَثَّدَح :َلاَق ،َةَفَرَع ُنْب ُنَسَلحا اَنَثَّدَح ْنَع ،ٍدْعَس ِنْب ِيرِحَب ْنَع َةَّرُم ِنْب ِيرِثَك ْنَع ،َناَدْعَم ِنْب ِدِلاَخ

ِللها َلوُسَر ُتْعِمَس :َلاَق ،ٍرِماَع ِنْب َةَبْقُع ْنَع ،ِّيِمَرْضَلحا ِرِهاَلجاَك ،ِنآْرُقلاِب ُرِهاَلجا :ُلوُقَي َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص اِب ِّرِسُلماَك ،ِنآْرُقلاِب ُّرِسُلماَو ،ِةَقَدَّصلاِب

ِةَقَدَّصل

28

“Telah menceritakan kepada kami Hasan bin ‘Arafah, berkata Telah menceritakan kepada kami Ismail bin

‘Aiyas, dari Bahir bin Sa’d, dari Khalid bin Ma’dan, dari Katsir bin Murro’ah Al-Hadrami, dari ‘Uqbah bin

‘Amir, berkata: saya telah mendengar Rasulullah Saw.

bersabda: “orang yang mengeraskan bacaan Al- Qur`an itu ibarat orang yang bersedekah dengan terang-terangan. Orang yang merendahkan bacaan Al- Qur`an itu ibarat orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi.” (HR. Sunan Tirmidzî).

Menurut peneliti, Syaikh An-Nawawi (w. 676 M) mengatakan merendahkan suara itu lebih utama jika dikhawatirkan memperkerasnya akan menimbulkan riya’

serta mengganggu orang yang sedang salat dan tidur. Selain di dalam kondisi seperti itu, lebih utama untuk mengeraskan bacaan Al-Qur`an sebab di dalamnya terkandung banyak amal kebaikan dan bagi orang-orang yang mendengarnya

28Muhammad Bin Isa Bin Sauroh bin Musa bin Dhohak, Jâmi’ul Kabîr Sunan At- Tirmidzi, bab: (Beirut: Darul ‘Arabiy Al-Islami, 1998), Juz 5, No. Hadis 2910, h. 25

dapat merasakan keutamaannya. Dengan memperkerasnya juga dapat membangkitkan hati dan semangat bagi pembacanya, memotivasi minatnya untuk merenungi kandungan Al-Qur`an.29

n. Disunahkan melihat mushaf, sebab melihat Al-Qur`an didalam mushaf merupakan ibadah.30 Membaca Al-Qur`an dengan melihat mushaf lebih utama daripada membacanya dengan hapalan, sebab membaca Al-Qur`an merupakan ibadah.

o. Al-Humaimi berkata, “disunahkan menyempurnakan satu qira`ah untuk membaca seluruh ayat Al-Qur`an”. Di dalam hal ini, Ibnu Shalah dan An-Nawawi mengatakan bahwa apabila seseorang memulai membaca Al-Qur`an dengan menggunakan salah satu qira`ah, seyogyanya tidak pindah dahulu kepada qira`ah lain selama ayat-ayat yang dibacanya masih berkaitan erat di dalam tema pembicaraannya. Bila keterkaitan itu sudah selesai, ia boleh saja menggunakan qira`ah yang lain. Namun, yang lebih utama adalah tetap dengan satu qira`ah.31

p. Hendaklah membaca Al-Qur`an sesuai urutan surat yang terdapat di dalam mushaf begitupula ketika membaca ayat Al-Qur`an di dalam salat, ataupun yang lainnya.32

Boleh saja membaca surat-surat di dalam Al-Qur`an secara acak, tetapi yang lebih utama adalah mengurutkannya.

29 Abi Zakariya Yahya bin Syarifuddin An-Nawawi Asy-Syafi’iy, At-Tibyân fî âdâbi hamlatil qur`an, (Damaskus: Muasasah ulumul Qur`an, 1983), Cet. Ke-1, h.

30 Abi Zakariya Yahya bin Syarifuddin An-Nawawi Asy-Syafi’iy, h. 38

31Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasni, Mutiara Ilmu-Ilmu Al-Qur`an, h. 78

32 Abi Zakariya Yahya bin Syarifuddin An-Nawawi Asy-Syafi’iy, At-Tibyân fî âdâbi hamlatil qur`an, h. 39

Namun, membaca Al-Qur`an yang dimulai dari surat yang terakhir sampai surat yang pertama dilarang berdasarkan kesepakatan sebab hal itu akan menghilangkan sebagian kemukjizatan Al-Qur`an dan hikmah urutan surat. Adapun mencampuradukkan antara beberepa surat, maka menurut Al-Hulaimi harus dihindari karena hal itu termasuk satu surat lalu berkeinginan untuk berpindah ke surat yang lain, maka pindahlah pada surat “qul huwallâh ahad.” Bila memulainya dari surat itu, maka janganlah pindah ke surat lain sebelum membacanya secara sempurna.33

q. Disunahkan sujud ketika mendengar ayat sajdah.

r. Waktu yang baik untuk membaca Al-Qur`an adalah ketika salat pada malam hari,34 pertengahan malam yang terakhir, antara magrib dan isya, dan ba’da subuh. Namun, tidak berarti membaca Al-Qur`an di luar waktu-waktu itu dimakruhkan.

Adapun riwayat yang dikeluarkan oleh Abu Dawud dari Mu’adz bin Rifa’ah, dari guru-gurunya yang menjelaskan bahwa makruh hukumnya membaca Al-Qur`an selepas asar dengan alasan bahwa pada saat itu orang-orang yahudi mengkaji kitab sucinya, tidak dapat diterima dan tidak mempunyai sumber sama sekali. Selanjutnya, hari yang paling baik untuk membaca Al-Qur`an adalah hari Arafah, jumat dan senin. Sedangkan per sepuluh hari, yang paling baik untuk membacanya adalah sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan dan sepuluh hari pertama pada bulan

33Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasni, Mutiara Ilmu-Ilmu Al-Qur`an, h. 78

34 Abi Zakariya Yahya bin Syarifuddin An-Nawawi Asy-Syafi’iy, At-Tibyân fî âdâbi hamlatil qur`an, (Damaskus: Muasasah ulumul Qur`an, 1983), Cet. Ke-1, h. 34

Dzhulhijjah, dan bulan terbaik untuk membacanya adalah bulan Ramadhan.

s. Dimakruhkan menjadikan Al-Qur`an sebagai mata pencaharian.35

t. Membaca Al-Qur`an dengan menggunakan mushaf lebih afdhal daripada membaca Al-Qur`an sekedar mengandalkan hafalan, karena melihat mushaf adalah ibadah yang dituntut.36

Dalam dokumen ANALISIS BACAAN AL-QUR`AN DAI/AH SELEBRITI (Halaman 44-52)