• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tajwid Al-Qur`an Dalam Buku Metode Maisûrâ

Dalam dokumen ANALISIS BACAAN AL-QUR`AN DAI/AH SELEBRITI (Halaman 80-99)

Bab II Gambaran Umum Al-Qur`an, Dai, Selebriti Dan Metode

C. Ilmu Tajwid

5. Tajwid Al-Qur`an Dalam Buku Metode Maisûrâ

Ahmad Fathoni menulis buku Metode Maisûrâ Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an memanglah untuk menjadi panduan bagi siapapun dalam mempelajari hukum- hukum tajwid dan rangkaian hukum membaca Al-Qur`an.

Ruang lîngkup kajiannya adalah berisi makhraj dan sifat (karakteristik huruf hijaiah), pengaruh dialek kedaerahan dalam pengucapan huruf hijaiah, hukum membaca taawuz dan basmalah, hukum-hukum tajwid, macam-macam Mad, hukum idghâm saghîr, saktah, macam-macam waqaf dan ibtida’, macam-macam penulisan perbedaan Al-Qur`an, daftar gambar makhârijul hurûf, hukum bacaan Mîm mati, Lâm sukûn dan Nûn mati dan sekilas tentang ilmu Qira`at, ilmu Rasm, ilmu Dabt/Syakl dan ilmu WaqafIbtida’.

Buku Metode Maisûrâ adalah buku panduan membaca Al-Qur`an seperti yang sudah disebutkan di atas, di dalamnya dijelaskan secara terperinci mengenai macam-macam hukum

84AhmadFathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h.

177

85AhmadFathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h.

253

bacaan dalam Al-Qur`an. Namun, menurut hemat peneliti, buku Metode Maisûrâ adalah buku yang berbeda, karena di dalamnya tidak hanya terdapat hukum tajwid, malainkan terdapat sekilas mengenai Rasm Al-Qur`an, Ilmu Qiraat, Ilmu Syakl/Dabt, dan pengaruh dialek kedaerahan dalam pengucapan huruf hijaiah. Selanjutnya, perbedaan yang signifikan adalah terdapat dalam teknik penulisan sang pengarang buku. Buku Metode Maisûrâ memiliki penjelasan yang sangat terperinci agar si pembaca paham dengan mudah, dan disetiap pembahasan, pengarang mencantumkan footnote yang berisi penjelasan dan menyuguhkan rujukan kitab inti dari berbagai referensi mu’tabar yang sebagian besar teks rujukannya disertakan terjemahannya. Di dalamnya juga terdapat gambar makhraj huruf hijaiah, dan gambar mushaf timur tengah, yang diyakini berbeda dengan buku Ilmu Tajwid lainnya. Terlebih lagi, sang pengarang buku menyediakan daurah dan pelatihan yang terintegrasi antara talaki dan musyâfahah. Maka dari itu peneliti mengguunakan buku rujukan Metode Maisûrâ.

Namun peneliti hanya akan membahas mengenai hukum bacaan Mad, Nûn mati, Mîm mati, dan Qalqalah, yaitu:

a. Hukum Bacaan Mad

Arti Mad adalah memanjangkan suara ketika membaca huruf Mad atau huruf lîn. Apabila terdapat huruf Mad atau huruf lîn pasti ada bacaan Mad (bacaan panjang). Sebaliknya, apabila ada bacaan Mad (bacaan

panjang) pasti ada huruf Mad atau huruf lîn.86 Adapun huruf Mad ada tiga yaitu:

1) Alif (baik ada rasm 87 atau tidak) dimana sebelumnya berupa huruf yang berharakat fathah, kecuali Fawâtihu as-suwâr. Sebagai contoh huruf Mad Alif yang ada rasm adalah pada lafaz

لاق

dan

contoh huruf Mad Alif yang tidak ada rasm adalah seperti Alif yang terdapat pada lafaz 88

نحمرلا

2) Wâu mati (baik ada rasm atau tidak) dimana sebelumnya berupa huruf berharakat dammah.

Contoh huruf Mad Wâu yang ada rasm ialah lafaz

لْوُقَي

dan huruf Mad Wâu yang tidak ada rasm ialah seperti Wâu yang terdapat pada Hâ Damîr 89

ُهَل

3) Yâ mati (baik ada rasm atau tidak) dimana sebelumnya berupa huruf yang berharakat kasrah.

Contoh huruf Mad Yâ yang ada rasm adalah

َلْيِق

dan huruf Mad Yâ yang tidak menggunakan rasm contohnya adalah terdapat pada Hâ Damîr lafaz

ِهِب

86Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, (Tangerang Selatan: Yayasan Bengkel Metode Maisura, 2017), h. 59

87 Maksud rasm disini adalah rasm Utsmani (ejaan yang dipergunakan oleh Zaid bin Tsabit cs di dalam menuis mushaf-mushaf Utsmaniy.

88Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h. 59

89Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h. 60

Secara garis besar hukum Mad dibagi menjadi Mad Tabî’iy dan Mad Far’iy.

1) Mad Tabîiy

Mad Tabî’iy ialah apabila ada huruf Mad yang sesudahnya bukan berupa hamzah

(ء)

atau

huruf mati

(ْ_)

atau tasydid

(ّ_)

dengan panjang bacaan 2 harakat.90 Hukum bacaan yang memiliki hukum semisal Mad Tabî’iy adalah:

a) Mad Badal91

Adalah apabila ada huruf Mad yang sebelumnya berupa hamzah dan sesudahnya tidak diikuti hamzah atau huruf mati, contohnya

اْوُنَماَء

b) Mad ‘Iwad

Adalah apabila ada huruf Mad “Alif”

yang menjadi pengganti fathah tanwîn ketika

90Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h. 63

91Penyebab disebut Mad Badal adalah huruf Mad nya berasal dari hamzah mati yang diibdalkan (diganti dengan huruf Mad Alif, Wâw, atau Yâ). Contoh: اْوُتْوُأ ,اْوُنَماَء namun, apabila huruf Madnya yang terletak setelah Hamzah bukan dari pergantian Hamzah sukûn, misalnya لْيِؤاَرْسِإ disamping disebut Mad Badal juga popular disebut syabîhul badal.

Sedangkan peristiwa penamaan atau penyebutan Mad Badal adalah disebabkan peristiwa peng-ibdâlan huruf Mad tersebut adalah pada umumnya saja, padahal tiak semua peristiwa adanya huruf Mad adalah akibat dari pergantian Hamzah sukûn yang terletak sesudah Hamzah hidup (berharakat), sebagai contoh lafaz ُناَءْرُق huruf Mad nya bukanlah akibat dari pergantian Hamzah sukûn, akan tetapi sebagai huruf Mad asli.

waqaf, dengan syarat yang ditanwîn bukan Tâ’ Marbûtah, contohnya

ًلاْيِلَق

c) Mad Silah Qasîrah

Adalah apabila terdapat Hâ Damîr yang sebelumnya berupa huruf hidup dan sesudahnya juga berupa huruf hidup yang bukan Hamzah qata’, kecuali

مُكَل ُهَضْرَي

d) Fawâtihuas-Suwar

Maksudnya adalah huruf Mad Alif yang terdapat pada huruf hijaiah dan menjadi Fawâtihu as-Suwar, adalah huruf yang terkumpul pada lafaz

ْرُهَطٌّيَح

contohnya

سي

e) Mad Tamkîn

Adalah apabila berhimpun 2 Yâ, yaitu Yâ pertama bertasydid dan berbaris kasrah, sedang Yâ kedua mati atau sukûn, contohnya

مُتْيِّيُح

2) Mad Far’iy

Mad Far’iy ialah apabila ada huruf Mad yang sesudahnya berupa hamzah

(ء)

atau huruf mati

(ْ_)

atau huruf yang ditasydid

(ّ_)

Mad Far’iy terdiri dari:

a) Mad Wâjib Muttasil

Ialah apabila ada huruf Mad yang sesudahnya berupa Hamzah dan terletak di dalam satu kata, panjang bacaan huruf Mad nya 4 harakat atau 5 harakat. Contohnya

َءْوُس ,كَءاَج

apabila terdapat Mad Wâjib Muttasil lebih dari satu tempat, maka cara membacanya sebagai berikut:

(1) Bila huruf Mad tempat pertama ketika wasal mempergunakan panjang bacaan 4 harakat, maka huruf Mad tempat kedua dan seterusnya ketika

wasal seyogyanya juga

mempergunakan panjang bacaan 4 harakat.

(2) Bila huruf Mad tempat pertama ketika wasal mempergunakan panjang bacaan 5 harakat, maka huruf Mad tempat kedua dan seterusnya ketika

wasal seyogyanya juga

mempergunakan panjang bacaan 5 harakat.

b) Mad Jâiz Munfasil

Ialah apabila ada huruf Mad yang sesudahnya berupa Hamzah dan terletak dilain kata, panjang bacaan huruf Mad nya 4 harakat atau lima harakat. Contohnya

، اَهُّيَأَي

َلِزْنُأاَمَو

apabila terdapat Mad Jâiz Munfasil lebih dari satu tempat, maka cara membacanya sebagai berikut:

(1) Bila huruf Mad tempat pertama ketika wasal mempergunakan panjang bacaan 4 harakat, maka huruf Mad tempat kedua dan seterusnya ketika

wasal seyogyanya juga

mempergunakan panjang bacaan 4 harakat.

(2) Bila huruf Mad tempat pertama ketika wasal mempergunakan panjang bacaan 5 harakat, maka huruf Mad tempat kedua dan seterusnya ketika

wasal seyogyanya juga

mempergunakan panjang bacaan 5 harakat.

c) Mad Lazim Kilmiy Mukhaffaf

Ialah apabila ada huruf Mad yang sesudahnya berupa huruf mati (sukûn asli) dan terletak dalam satu kata, dan panjang bacaan huruf Mad nya adalah 6 harakat.

Contohnya

َناَءْلآَء

d) Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal

Ialah apabila ada huruf Mad yang sesudahnya berupa huruf mati bertasydîd dan

terletak dalam satu kata, dan panjang bacaan huruf Mad nya adalah 6 harakat. Contohnya:

لا

َّض نْيِّلا

e) Mad Lazim Harfiy Mukhaffaf

Ialah apabila ada huruf Mad yang sesudahnya berupa huruf mati (sukûn) asli yang tidak di-idghâmkan, yaitu terdapat pada huruf hijaiah yang menjadi Fawatihu as- Suwâr (awal surah), dan panjang bacaan huruf Mad nya adalah 6 harakat. Contohnya

سي

f) Mad Lazim Harfiy Mutsaqqal

Ialah apabila ada huruf Mad yang sesudahnya berupa huruf mati (sukûn) asli yang di-idghâmkan yaitu terdapat pada huruf hijaiah yang menjadi Fawatihu as-Suwâr (awal surah), dan panjang bacaan huruf Mad nya adalah 6 harakat. Contohnya

لما

g) Mad Lîn92

Ialah apabila ada huruf lîn sesudahnya berupa huruf mati atau sukûn tidak asli (baik berupa huruf hamzah maupun bukan) yang disebabkan waqaf. Contohnya

ٍفْوَخْنِم

92Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h. 70

Dengan catatan ketika terdapat Mad Lîn lebih dari satu tempat, cara membacanya sebagai berikut:

(1) Bila Mad Lîn tempat pertama mempergunakan panjang bacaan 2 harakat, maka seyogyanya Mad Lîn kedua dan seterusnya juga menggunakan panjang bacaan 2 harakat.

(2) Bila Mad Lîn tempat pertama mempergunakan panjang bacaan 4 harakat, maka seyogyanya Mad Lîn kedua dan seterusnya juga menggunakan panjang bacaan 4 harakat.

(3) Bila Mad Lîn tempat pertama mempergunakan panjang bacaan 6 harakat, maka seyogyanya Mad Lîn kedua dan seterusnya juga menggunakan panjang bacaan 6 harakat.

h) Mad ‘Ârid Li As-Sukûn93

Ialah apabila ada huruf Mad, sesudahnya berupa huruf mati (sukûn) tidak asli/‘Âridhah (terjadinya huruf mati tidak asli

93Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h. 71

disebabkan adanya peristiwa waqaf).

Contohnya

مْيِحَّرلا

Dengan catatan ketika terdapat Mad

‘Ârid Li As-Sukûn lebih dari satu tempat, cara membacanya sebagai berikut:

(1) Bila Mad ‘Ârid Li As-Sukûn tempat pertama mempergunakan panjang bacaan 2 harakat, maka tempat kedua dan seterusnya mengguunakan panjang bacaan 2 harakat.

(2) Bila Mad ‘Arid Li As-Sukûn tempat pertama mempergunakan panjang bacaan 4 harakat, maka tempat kedua dan seterusnya mengguunakan panjang bacaan 4 harakat.

(3) Bila Mad ‘Ârid Li As-Sukûn tempat pertama mempergunakan panjang bacaan 2 harakat, maka tempat kedua dan seterusnya mengguunakan panjang bacaan 2 harakat.

b. Hukum Bacaan Nûn Mati dan Tanwîn

Nûn Mati adalah Nûn

(ن)

yang tidak berharakat yang lafaz dan tulisannya tetap ada dan tidak berubah, baik wasal maupun waqaf.

Keberadaannya bisa terdapat pada isim, fi’il, dan hurûf; bisa berada di tengah kata atau di akhir kata;

bisa menjadia bagian dari akar kata (asliyyah), misalnya Nûn mati pada lafaz

َتْمَعْنَا

dan bisa juga tidak menjadi bagian dari akar kata (zaidah), seperti Nun mati pada lafaz

َقَلَفْناَف .

94

Sedangkan definisi tanwîn adalah bunyi Nûn mati

(ْن)

yang tidak tertulis keberadaannya hanya ketika dibaca wasal (tidak diwaqafkan) artinya ia sebagai suara tambahan (zaidah) yang hanya bisa terdapat pada akhir kata yang berbentuk isim, dan tanda tanwîn dikenal dengan bentuk Fathah ganda

(ً_)

, Kasrah ganda

(ٍ_)

, dan Dammah ganda

(ٌ_).

95

Adapun bacaan Nûn mati dan tanwîn mempunyai empat hukum bacaan, yaitu Izhâr

( ُراَهْظِإْلا),

Idghâm

(ُماَغْدِإْلا) ,

Ikhfâ’

( َفْخِإْلا ُءا ) ,

dan Iqlâb

(ُباَلْقِإْلا).

1) Hukum Bacaan Izhâr Halqiy96

Izhâr secara bahasa adalah jelas, sedangkan menurut istilah adalah

94Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h.

302

95Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h.

302

96Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h.

304-305

mengucapkan huruf yang diizhârkan dari makhrajnya dengan tanpa disertai Ghunnah (dengung) yang sempurna. 97 Huruf Izhâr Halqiy ada enam yaitu Hamzah

(ء)

, Hâ

(ه)

,

‘Ain

(ع)

, Hâ

(ح)

, Ghain

(غ)

, dan Khâ

(خ)

.

Bacaan Izhâr adalah pengucapan Nûn mati dan Tanwîn dengan ucapan yang jelas dengan tanpa disertai dengung yang sempurna, yakni Nûn mati atau tanwîn yang bertemu dengan huruf Izhâr dibaca dengan tanpa jeda dantanpa sakta98 diantara keduanya. Contohnya

، َنْوَءْنَيَو

،َيِه ٌمَلاَس ْرَهْنَت َلاَف

Bacaan Izhâr mempunyai 3 tingkatan yaitu:

(a) Tinggi, yaitu ketika Nûn mati atau tanwîn bertemu dengan Hamzah atau Hâ. Sebab antara makhraj Nûn mati atau tanwîn dengan dua huruf ini letaknya paling jauh.

(b) Sedang, yaitu ketika Nûn mati atau tanwîn bertemu dengan ‘Ain atau Hâ. Sebab

97Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h.

304

98Saktah ialah berhenti membaca selama 2 harakat tanpa bernafas, dengan niat meneruskan bacaan dan pada Riwayat Hafs menurut Tarîq asy-Syâtibiyyah hanya ada 4 tempat di dalam Al-Qur`an.

antara makhraj Nûn mati atau tanwîn dengan dua huruf ini letaknya sedang.

(c) Dekat, yaitu ketika Nûn matiatautanwîn bertemu dengan Ghain atau Khâ. Sebab antara makhraj Nûn mati atau tanwîn dengan dua huruf ini letaknya paling dekat.

2) Hukum Bacaan Idghâm

Idghâm secara bahasa adalah memasukkan atau melebur sesuatu ke dalam sesuatu. Sedangkan menurut istilah yaitu melebur huruf sukûn atau mati ke dalam huruf berharakat atau hidup sehingga menjadi satu huruf yang bertasydid. Disisi lain Ibnu al- jazariy mendefinisikan arti Idghâm dengan istilah yang artinya pengucapan dua huruf menjadi satu huruf sehingga menjadi huruf kedua yang bertasydid. Huruf Idghâm ada 6 yaitu Yâ

(ي)

, Râ

(ر)

, Mîm

(م)

, Wâw

(و)

, dan

Nûn

(ن)

, Lâm

(ل)

. Hukum bacaan Idghâm dibagi menjadi 2 macam yaitu Idghâm bi Ghunnah dan Idghâm Bilâ Ghunnah.

(a) Idghâmbi Ghunnah

Disebut Idghâm bi Ghunnah apabila terdapat Nûn mati atau tanwîn bertemu dengan salah satu huruf Yâ

(ي)

, Mîm

(م)

, Wâw

(و)

, dan Nûn

(ن)

,

dengan syarat antara Nûn mati atau tanwîn dan huruf Idghâmnya terletak dilain kata. Contohnya lafaz

ِعِطُي ْنَمَو

هلّلا

اَهُلُخْدَّن ْنَل ،

Dimana semua peristiwa tersebut wajib dibaca Idghâm yang disertai Ghunnah selama 2 harakat, kecuali di 2 tempat yaitu

سي

،ِناَءْرُقْلاَؤ

ِمَلَقْلاَو ن

sebab Nûn mati

di kedua tempat ini harus dibaca Izhâr menurut riwayat Hafs dari Imam

‘Âshim.

Lain halnya ketika terdapat Nûn mati bertemu huruf Idghâm (khusus

و

dan

ي

) terletak dalam satu kata, juga wajib dibaca Izhâr dan hanya terdapat dalam empat lafaz, yaitu lafaz 99

اَيْنُد ،ٌناَيْنُب ،ٌناَوْنِص ،ٌناَوْنِق

(b) Idghâm BilâGhunnah

Disebut Idghâm Bilâ Ghunnah apabila ada Nûn mati atau tanwîn

99Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h.

305-306

bertemu dengan huruf Lâm

(ل)

dan Râ

(ر)

harus dibaca Idghâm tanpa Ghunnah (tanpa dengung). Contoh bacaan Idghâm Bilâ Ghunnah

،اًدَبُل ًلااَم

100

ٍلْوُسَّر ْنِم

3) Hukum Bacaan Ikhfâ’

Ikhfâ’ secara bahasa adalah tersembunyi. Sedangkan menurut istilah adalah pengucapan huruf antara Izhâr dan Idghâm dengan tetap menjaga Ghunnah atau dengung dengan tidak memerlukan tasydid.101 Hakikat bacaan Ikhfâ’ialah ketika ada Nûn mati atau tanwîn bertemu dengan salah satu huruf yang 15 berikut

ت ث ج د ذ ز س ش

ص ض ط ظ ف ق ك

praktik bacaannya

adalah bunyi Nûn mati atau tanwîn disamarkan atau disembunyikan menuju makhraj huruf Ikhfâ’ sesudahnya dengan disertai tempo dengung 2 harakat (dengan catatan ada sentuhan getaran ringan di janur

100Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h.

308

101Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h.

311

hidung atau induk hidung (al-khaisyûm).102 Contoh bacaan Ikhfâ’ adalah

،ٍةَرَمَث ْنِم ،ْمُتْنُك

،ٍماَيِص ْنِم

4) Hukum Bacaan Iqlâb

Secara bahasa Iqlâb adalah mengubah sesuatu ke dalam bentuk yang lain, sedangkan menurut istilah ialah menukar bunyi Nûn mati atau tanwîn dengan bunyi Mîm

(م)

disertai

Ghunnah (dengung) yang memiliki kadar dan bobot ringan.103 Huruf Iqlâb hanya ada satu, yaitu Bâ

)ب(

. Contohnya adalah

ٌرْيِصَبٌعْيِمَس

5) Hukum Bacaan Ghunnah

Ghunnah adalah apabila terdapat huruf Nûn di Tasydîd ( ن) atau Mîm di Tasydîd ( م) adalah disebut Ghunnah. Oleh karenanya ia harus dibaca dengan Ghunnah (dengung) yang sempurna dengan tempo dua harakat, serta ada sentuhan getaran janur hidung (al-Khaisyûm).

c. Hukum Bacaan Mîm Mati

Mîm mati

(ْم)

adalah Mîm yang tidak berharakat dimana ia bisa terletak sebelum semua

102Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h. 50

103Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h.

310

huruf hijaiah, kecuali sebelum huruf Mad yang tiga (sebab dikhawatirkan terjadi pertemuan dua huruf mati yang tidak dimungkinkan untuk diucapkan. Adapun bacaan Mîm mati yang bertemu huruf hijaiah mempunyai 3 hukum, yaitu Ikhfâ’ Syafawiy, Izhâr Syafawiy, Idghâm Mîmiy/Idghâm Mutamâtsilain saghîr.104

1) Hukum Bacaan Ikhfâ’ Syafawiy

Terjadinya hukum bacaan Ikhfâ’

Syafawiy ialah apabila terdapat Mîm Mati

(ْم)

bertemu dengan Bâ

)ب(

dan hukum ini terjadi ketika antara Mim Mati

(ْم)

dan Bâ

)ب(

terletak di lain kata. Contoh

ِةَرِخَأْلاِبْمُهَو

dan

cara membacanya harus disertai Ghunnah (dengung) selama 2 harakat dengan kadar dan bobot di janur hidung yang ringan.

2) Hukum Bacaan Izhâr Syafawiy

Terjadinya hukum bacaan Izhâr Syafawiy ialah apabila terdapat Mîm Mati

(ْم)

bertemu dengan salah satu huruf hijaiah kecuali Bâ

)ب(

dan Mîm

(م)

, baik terdapat

104Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h.

311

dalam satu kata ataupun di lain kata.

Contoh

َتْمَعْنَأ

3) Hukum Bacaan Idghâm Mîmiy/Idghâm Mutamâtsilain saghîr

Ialah apabila terdapat Mîm Mati

(ْم)

bertemu dengan Mîm

(م)

, dimana cara membacanya adalah Mîm Mati

(ْم)

harus di Idghâmkan ke dalam Mîm

(م)

yang disertai tempo Ghunnah 2 harakat. Contoh

َنْيِنِمْؤُم

ْمُبْنُكْنِإ

d. Hukum Bacaan Qalqalah

Qalqalah ialah goncangan di dalam makhraj ketika mengucapkan huruf karena mempunyai sifat syiddah dan jahr.Yakni karena tertahannya suara dan nafas (memantul). Huruf Qalqalah ada 5 (lima) yaitu Qâf

(ق)

, Tâ

(ط)

, Bâ

(ب)

, Jîm

(ج)

, dan Dâl

(د)

. Ada

beberapa pendapat tentang tingkatan qalqalah, salah satunya adalah penulis kitab Bughyatu ‘Ibadir Rahman pada halaman 186 mengatakan bahwa tingkatan Qalqalah terbagi menjadi 2 yaitu (1) Qalqalah Sughra ialah ketika salah satu huruf Qalqalah yang berada di

tengah atau di akhir kata di sukun dan dalam keadaan di washalkan lafaznya. (2) Qalqalah Kubra yaitu ketika salah satu huruf qalqalah yang berada di akhir kata berupa huruf ber-tasydîd atau tidak ber-tasydîd kemudian diwaqafkan lafaznya.105

105Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h. 262

82

Dalam dokumen ANALISIS BACAAN AL-QUR`AN DAI/AH SELEBRITI (Halaman 80-99)