Bab II Gambaran Umum Al-Qur`an, Dai, Selebriti Dan Metode
C. Ilmu Tajwid
5. Tajwid Al-Qur`an Dalam Buku Metode Maisûrâ
Ahmad Fathoni menulis buku Metode Maisûrâ Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an memanglah untuk menjadi panduan bagi siapapun dalam mempelajari hukum- hukum tajwid dan rangkaian hukum membaca Al-Qur`an.
Ruang lîngkup kajiannya adalah berisi makhraj dan sifat (karakteristik huruf hijaiah), pengaruh dialek kedaerahan dalam pengucapan huruf hijaiah, hukum membaca taawuz dan basmalah, hukum-hukum tajwid, macam-macam Mad, hukum idghâm saghîr, saktah, macam-macam waqaf dan ibtida’, macam-macam penulisan perbedaan Al-Qur`an, daftar gambar makhârijul hurûf, hukum bacaan Mîm mati, Lâm sukûn dan Nûn mati dan sekilas tentang ilmu Qira`at, ilmu Rasm, ilmu Dabt/Syakl dan ilmu WaqafIbtida’.
Buku Metode Maisûrâ adalah buku panduan membaca Al-Qur`an seperti yang sudah disebutkan di atas, di dalamnya dijelaskan secara terperinci mengenai macam-macam hukum
84AhmadFathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h.
177
85AhmadFathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h.
253
bacaan dalam Al-Qur`an. Namun, menurut hemat peneliti, buku Metode Maisûrâ adalah buku yang berbeda, karena di dalamnya tidak hanya terdapat hukum tajwid, malainkan terdapat sekilas mengenai Rasm Al-Qur`an, Ilmu Qiraat, Ilmu Syakl/Dabt, dan pengaruh dialek kedaerahan dalam pengucapan huruf hijaiah. Selanjutnya, perbedaan yang signifikan adalah terdapat dalam teknik penulisan sang pengarang buku. Buku Metode Maisûrâ memiliki penjelasan yang sangat terperinci agar si pembaca paham dengan mudah, dan disetiap pembahasan, pengarang mencantumkan footnote yang berisi penjelasan dan menyuguhkan rujukan kitab inti dari berbagai referensi mu’tabar yang sebagian besar teks rujukannya disertakan terjemahannya. Di dalamnya juga terdapat gambar makhraj huruf hijaiah, dan gambar mushaf timur tengah, yang diyakini berbeda dengan buku Ilmu Tajwid lainnya. Terlebih lagi, sang pengarang buku menyediakan daurah dan pelatihan yang terintegrasi antara talaki dan musyâfahah. Maka dari itu peneliti mengguunakan buku rujukan Metode Maisûrâ.
Namun peneliti hanya akan membahas mengenai hukum bacaan Mad, Nûn mati, Mîm mati, dan Qalqalah, yaitu:
a. Hukum Bacaan Mad
Arti Mad adalah memanjangkan suara ketika membaca huruf Mad atau huruf lîn. Apabila terdapat huruf Mad atau huruf lîn pasti ada bacaan Mad (bacaan panjang). Sebaliknya, apabila ada bacaan Mad (bacaan
panjang) pasti ada huruf Mad atau huruf lîn.86 Adapun huruf Mad ada tiga yaitu:
1) Alif (baik ada rasm 87 atau tidak) dimana sebelumnya berupa huruf yang berharakat fathah, kecuali Fawâtihu as-suwâr. Sebagai contoh huruf Mad Alif yang ada rasm adalah pada lafaz
لاق
dancontoh huruf Mad Alif yang tidak ada rasm adalah seperti Alif yang terdapat pada lafaz 88
نحمرلا
2) Wâu mati (baik ada rasm atau tidak) dimana sebelumnya berupa huruf berharakat dammah.
Contoh huruf Mad Wâu yang ada rasm ialah lafaz
لْوُقَي
dan huruf Mad Wâu yang tidak ada rasm ialah seperti Wâu yang terdapat pada Hâ Damîr 89ُهَل
3) Yâ mati (baik ada rasm atau tidak) dimana sebelumnya berupa huruf yang berharakat kasrah.
Contoh huruf Mad Yâ yang ada rasm adalah
َلْيِق
dan huruf Mad Yâ yang tidak menggunakan rasm contohnya adalah terdapat pada Hâ Damîr lafaz
ِهِب
86Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, (Tangerang Selatan: Yayasan Bengkel Metode Maisura, 2017), h. 59
87 Maksud rasm disini adalah rasm Utsmani (ejaan yang dipergunakan oleh Zaid bin Tsabit cs di dalam menuis mushaf-mushaf Utsmaniy.
88Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h. 59
89Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h. 60
Secara garis besar hukum Mad dibagi menjadi Mad Tabî’iy dan Mad Far’iy.
1) Mad Tabî’iy
Mad Tabî’iy ialah apabila ada huruf Mad yang sesudahnya bukan berupa hamzah
(ء)
atauhuruf mati
(ْ_)
atau tasydid(ّ_)
dengan panjang bacaan 2 harakat.90 Hukum bacaan yang memiliki hukum semisal Mad Tabî’iy adalah:a) Mad Badal91
Adalah apabila ada huruf Mad yang sebelumnya berupa hamzah dan sesudahnya tidak diikuti hamzah atau huruf mati, contohnya
اْوُنَماَء
b) Mad ‘Iwad
Adalah apabila ada huruf Mad “Alif”
yang menjadi pengganti fathah tanwîn ketika
90Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h. 63
91Penyebab disebut Mad Badal adalah huruf Mad nya berasal dari hamzah mati yang diibdalkan (diganti dengan huruf Mad Alif, Wâw, atau Yâ). Contoh: اْوُتْوُأ ,اْوُنَماَء namun, apabila huruf Madnya yang terletak setelah Hamzah bukan dari pergantian Hamzah sukûn, misalnya لْيِؤاَرْسِإ disamping disebut Mad Badal juga popular disebut syabîhul badal.
Sedangkan peristiwa penamaan atau penyebutan Mad Badal adalah disebabkan peristiwa peng-ibdâlan huruf Mad tersebut adalah pada umumnya saja, padahal tiak semua peristiwa adanya huruf Mad adalah akibat dari pergantian Hamzah sukûn yang terletak sesudah Hamzah hidup (berharakat), sebagai contoh lafaz ُناَءْرُق huruf Mad nya bukanlah akibat dari pergantian Hamzah sukûn, akan tetapi sebagai huruf Mad asli.
waqaf, dengan syarat yang ditanwîn bukan Tâ’ Marbûtah, contohnya
ًلاْيِلَق
c) Mad Silah Qasîrah
Adalah apabila terdapat Hâ Damîr yang sebelumnya berupa huruf hidup dan sesudahnya juga berupa huruf hidup yang bukan Hamzah qata’, kecuali
مُكَل ُهَضْرَي
d) Fawâtihuas-Suwar
Maksudnya adalah huruf Mad Alif yang terdapat pada huruf hijaiah dan menjadi Fawâtihu as-Suwar, adalah huruf yang terkumpul pada lafaz
ْرُهَطٌّيَح
contohnyaسي
e) Mad Tamkîn
Adalah apabila berhimpun 2 Yâ, yaitu Yâ pertama bertasydid dan berbaris kasrah, sedang Yâ kedua mati atau sukûn, contohnya
مُتْيِّيُح
2) Mad Far’iy
Mad Far’iy ialah apabila ada huruf Mad yang sesudahnya berupa hamzah
(ء)
atau huruf mati(ْ_)
atau huruf yang ditasydid
(ّ_)
Mad Far’iy terdiri dari:a) Mad Wâjib Muttasil
Ialah apabila ada huruf Mad yang sesudahnya berupa Hamzah dan terletak di dalam satu kata, panjang bacaan huruf Mad nya 4 harakat atau 5 harakat. Contohnya
َءْوُس ,كَءاَج
apabila terdapat Mad Wâjib Muttasil lebih dari satu tempat, maka cara membacanya sebagai berikut:(1) Bila huruf Mad tempat pertama ketika wasal mempergunakan panjang bacaan 4 harakat, maka huruf Mad tempat kedua dan seterusnya ketika
wasal seyogyanya juga
mempergunakan panjang bacaan 4 harakat.
(2) Bila huruf Mad tempat pertama ketika wasal mempergunakan panjang bacaan 5 harakat, maka huruf Mad tempat kedua dan seterusnya ketika
wasal seyogyanya juga
mempergunakan panjang bacaan 5 harakat.
b) Mad Jâiz Munfasil
Ialah apabila ada huruf Mad yang sesudahnya berupa Hamzah dan terletak dilain kata, panjang bacaan huruf Mad nya 4 harakat atau lima harakat. Contohnya
، اَهُّيَأَي
َلِزْنُأاَمَو
apabila terdapat Mad Jâiz Munfasil lebih dari satu tempat, maka cara membacanya sebagai berikut:(1) Bila huruf Mad tempat pertama ketika wasal mempergunakan panjang bacaan 4 harakat, maka huruf Mad tempat kedua dan seterusnya ketika
wasal seyogyanya juga
mempergunakan panjang bacaan 4 harakat.
(2) Bila huruf Mad tempat pertama ketika wasal mempergunakan panjang bacaan 5 harakat, maka huruf Mad tempat kedua dan seterusnya ketika
wasal seyogyanya juga
mempergunakan panjang bacaan 5 harakat.
c) Mad Lazim Kilmiy Mukhaffaf
Ialah apabila ada huruf Mad yang sesudahnya berupa huruf mati (sukûn asli) dan terletak dalam satu kata, dan panjang bacaan huruf Mad nya adalah 6 harakat.
Contohnya
َناَءْلآَء
d) Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal
Ialah apabila ada huruf Mad yang sesudahnya berupa huruf mati bertasydîd dan
terletak dalam satu kata, dan panjang bacaan huruf Mad nya adalah 6 harakat. Contohnya:
لا
َّض نْيِّلا
e) Mad Lazim Harfiy Mukhaffaf
Ialah apabila ada huruf Mad yang sesudahnya berupa huruf mati (sukûn) asli yang tidak di-idghâmkan, yaitu terdapat pada huruf hijaiah yang menjadi Fawatihu as- Suwâr (awal surah), dan panjang bacaan huruf Mad nya adalah 6 harakat. Contohnya
سي
f) Mad Lazim Harfiy Mutsaqqal
Ialah apabila ada huruf Mad yang sesudahnya berupa huruf mati (sukûn) asli yang di-idghâmkan yaitu terdapat pada huruf hijaiah yang menjadi Fawatihu as-Suwâr (awal surah), dan panjang bacaan huruf Mad nya adalah 6 harakat. Contohnya
لما
g) Mad Lîn92
Ialah apabila ada huruf lîn sesudahnya berupa huruf mati atau sukûn tidak asli (baik berupa huruf hamzah maupun bukan) yang disebabkan waqaf. Contohnya
ٍفْوَخْنِم
92Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h. 70
Dengan catatan ketika terdapat Mad Lîn lebih dari satu tempat, cara membacanya sebagai berikut:
(1) Bila Mad Lîn tempat pertama mempergunakan panjang bacaan 2 harakat, maka seyogyanya Mad Lîn kedua dan seterusnya juga menggunakan panjang bacaan 2 harakat.
(2) Bila Mad Lîn tempat pertama mempergunakan panjang bacaan 4 harakat, maka seyogyanya Mad Lîn kedua dan seterusnya juga menggunakan panjang bacaan 4 harakat.
(3) Bila Mad Lîn tempat pertama mempergunakan panjang bacaan 6 harakat, maka seyogyanya Mad Lîn kedua dan seterusnya juga menggunakan panjang bacaan 6 harakat.
h) Mad ‘Ârid Li As-Sukûn93
Ialah apabila ada huruf Mad, sesudahnya berupa huruf mati (sukûn) tidak asli/‘Âridhah (terjadinya huruf mati tidak asli
93Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h. 71
disebabkan adanya peristiwa waqaf).
Contohnya
مْيِحَّرلا
Dengan catatan ketika terdapat Mad
‘Ârid Li As-Sukûn lebih dari satu tempat, cara membacanya sebagai berikut:
(1) Bila Mad ‘Ârid Li As-Sukûn tempat pertama mempergunakan panjang bacaan 2 harakat, maka tempat kedua dan seterusnya mengguunakan panjang bacaan 2 harakat.
(2) Bila Mad ‘Arid Li As-Sukûn tempat pertama mempergunakan panjang bacaan 4 harakat, maka tempat kedua dan seterusnya mengguunakan panjang bacaan 4 harakat.
(3) Bila Mad ‘Ârid Li As-Sukûn tempat pertama mempergunakan panjang bacaan 2 harakat, maka tempat kedua dan seterusnya mengguunakan panjang bacaan 2 harakat.
b. Hukum Bacaan Nûn Mati dan Tanwîn
Nûn Mati adalah Nûn
(ن)
yang tidak berharakat yang lafaz dan tulisannya tetap ada dan tidak berubah, baik wasal maupun waqaf.Keberadaannya bisa terdapat pada isim, fi’il, dan hurûf; bisa berada di tengah kata atau di akhir kata;
bisa menjadia bagian dari akar kata (asliyyah), misalnya Nûn mati pada lafaz
َتْمَعْنَا
dan bisa juga tidak menjadi bagian dari akar kata (zaidah), seperti Nun mati pada lafazَقَلَفْناَف .
94Sedangkan definisi tanwîn adalah bunyi Nûn mati
(ْن)
yang tidak tertulis keberadaannya hanya ketika dibaca wasal (tidak diwaqafkan) artinya ia sebagai suara tambahan (zaidah) yang hanya bisa terdapat pada akhir kata yang berbentuk isim, dan tanda tanwîn dikenal dengan bentuk Fathah ganda(ً_)
, Kasrah ganda(ٍ_)
, dan Dammah ganda(ٌ_).
95Adapun bacaan Nûn mati dan tanwîn mempunyai empat hukum bacaan, yaitu Izhâr
( ُراَهْظِإْلا),
Idghâm(ُماَغْدِإْلا) ,
Ikhfâ’( َفْخِإْلا ُءا ) ,
dan Iqlâb(ُباَلْقِإْلا).
1) Hukum Bacaan Izhâr Halqiy96
Izhâr secara bahasa adalah jelas, sedangkan menurut istilah adalah
94Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h.
302
95Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h.
302
96Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h.
304-305
mengucapkan huruf yang diizhârkan dari makhrajnya dengan tanpa disertai Ghunnah (dengung) yang sempurna. 97 Huruf Izhâr Halqiy ada enam yaitu Hamzah
(ء)
, Hâ(ه)
,‘Ain
(ع)
, Hâ(ح)
, Ghain(غ)
, dan Khâ(خ)
.Bacaan Izhâr adalah pengucapan Nûn mati dan Tanwîn dengan ucapan yang jelas dengan tanpa disertai dengung yang sempurna, yakni Nûn mati atau tanwîn yang bertemu dengan huruf Izhâr dibaca dengan tanpa jeda dantanpa sakta98 diantara keduanya. Contohnya
، َنْوَءْنَيَو
،َيِه ٌمَلاَس ْرَهْنَت َلاَف
Bacaan Izhâr mempunyai 3 tingkatan yaitu:
(a) Tinggi, yaitu ketika Nûn mati atau tanwîn bertemu dengan Hamzah atau Hâ. Sebab antara makhraj Nûn mati atau tanwîn dengan dua huruf ini letaknya paling jauh.
(b) Sedang, yaitu ketika Nûn mati atau tanwîn bertemu dengan ‘Ain atau Hâ. Sebab
97Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h.
304
98Saktah ialah berhenti membaca selama 2 harakat tanpa bernafas, dengan niat meneruskan bacaan dan pada Riwayat Hafs menurut Tarîq asy-Syâtibiyyah hanya ada 4 tempat di dalam Al-Qur`an.
antara makhraj Nûn mati atau tanwîn dengan dua huruf ini letaknya sedang.
(c) Dekat, yaitu ketika Nûn matiatautanwîn bertemu dengan Ghain atau Khâ. Sebab antara makhraj Nûn mati atau tanwîn dengan dua huruf ini letaknya paling dekat.
2) Hukum Bacaan Idghâm
Idghâm secara bahasa adalah memasukkan atau melebur sesuatu ke dalam sesuatu. Sedangkan menurut istilah yaitu melebur huruf sukûn atau mati ke dalam huruf berharakat atau hidup sehingga menjadi satu huruf yang bertasydid. Disisi lain Ibnu al- jazariy mendefinisikan arti Idghâm dengan istilah yang artinya pengucapan dua huruf menjadi satu huruf sehingga menjadi huruf kedua yang bertasydid. Huruf Idghâm ada 6 yaitu Yâ
(ي)
, Râ(ر)
, Mîm(م)
, Wâw(و)
, danNûn
(ن)
, Lâm(ل)
. Hukum bacaan Idghâm dibagi menjadi 2 macam yaitu Idghâm bi Ghunnah dan Idghâm Bilâ Ghunnah.(a) Idghâmbi Ghunnah
Disebut Idghâm bi Ghunnah apabila terdapat Nûn mati atau tanwîn bertemu dengan salah satu huruf Yâ
(ي)
, Mîm(م)
, Wâw(و)
, dan Nûn(ن)
,dengan syarat antara Nûn mati atau tanwîn dan huruf Idghâmnya terletak dilain kata. Contohnya lafaz
ِعِطُي ْنَمَو
هلّلا
اَهُلُخْدَّن ْنَل ،
Dimana semua peristiwa tersebut wajib dibaca Idghâm yang disertai Ghunnah selama 2 harakat, kecuali di 2 tempat yaituسي
،ِناَءْرُقْلاَؤ
ِمَلَقْلاَو ن
sebab Nûn matidi kedua tempat ini harus dibaca Izhâr menurut riwayat Hafs dari Imam
‘Âshim.
Lain halnya ketika terdapat Nûn mati bertemu huruf Idghâm (khusus
و
danي
) terletak dalam satu kata, juga wajib dibaca Izhâr dan hanya terdapat dalam empat lafaz, yaitu lafaz 99اَيْنُد ،ٌناَيْنُب ،ٌناَوْنِص ،ٌناَوْنِق
(b) Idghâm BilâGhunnah
Disebut Idghâm Bilâ Ghunnah apabila ada Nûn mati atau tanwîn
99Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h.
305-306
bertemu dengan huruf Lâm
(ل)
dan Râ(ر)
harus dibaca Idghâm tanpa Ghunnah (tanpa dengung). Contoh bacaan Idghâm Bilâ Ghunnah،اًدَبُل ًلااَم
100
ٍلْوُسَّر ْنِم
3) Hukum Bacaan Ikhfâ’
Ikhfâ’ secara bahasa adalah tersembunyi. Sedangkan menurut istilah adalah pengucapan huruf antara Izhâr dan Idghâm dengan tetap menjaga Ghunnah atau dengung dengan tidak memerlukan tasydid.101 Hakikat bacaan Ikhfâ’ialah ketika ada Nûn mati atau tanwîn bertemu dengan salah satu huruf yang 15 berikut
ت ث ج د ذ ز س ش
ص ض ط ظ ف ق ك
praktik bacaannyaadalah bunyi Nûn mati atau tanwîn disamarkan atau disembunyikan menuju makhraj huruf Ikhfâ’ sesudahnya dengan disertai tempo dengung 2 harakat (dengan catatan ada sentuhan getaran ringan di janur
100Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h.
308
101Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h.
311
hidung atau induk hidung (al-khaisyûm).102 Contoh bacaan Ikhfâ’ adalah
،ٍةَرَمَث ْنِم ،ْمُتْنُك
،ٍماَيِص ْنِم
4) Hukum Bacaan Iqlâb
Secara bahasa Iqlâb adalah mengubah sesuatu ke dalam bentuk yang lain, sedangkan menurut istilah ialah menukar bunyi Nûn mati atau tanwîn dengan bunyi Mîm
(م)
disertaiGhunnah (dengung) yang memiliki kadar dan bobot ringan.103 Huruf Iqlâb hanya ada satu, yaitu Bâ
)ب(
. Contohnya adalahٌرْيِصَبٌعْيِمَس
5) Hukum Bacaan Ghunnah
Ghunnah adalah apabila terdapat huruf Nûn di Tasydîd ( ن) atau Mîm di Tasydîd ( م) adalah disebut Ghunnah. Oleh karenanya ia harus dibaca dengan Ghunnah (dengung) yang sempurna dengan tempo dua harakat, serta ada sentuhan getaran janur hidung (al-Khaisyûm).
c. Hukum Bacaan Mîm Mati
Mîm mati
(ْم)
adalah Mîm yang tidak berharakat dimana ia bisa terletak sebelum semua102Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h. 50
103Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h.
310
huruf hijaiah, kecuali sebelum huruf Mad yang tiga (sebab dikhawatirkan terjadi pertemuan dua huruf mati yang tidak dimungkinkan untuk diucapkan. Adapun bacaan Mîm mati yang bertemu huruf hijaiah mempunyai 3 hukum, yaitu Ikhfâ’ Syafawiy, Izhâr Syafawiy, Idghâm Mîmiy/Idghâm Mutamâtsilain saghîr.104
1) Hukum Bacaan Ikhfâ’ Syafawiy
Terjadinya hukum bacaan Ikhfâ’
Syafawiy ialah apabila terdapat Mîm Mati
(ْم)
bertemu dengan Bâ
)ب(
dan hukum ini terjadi ketika antara Mim Mati(ْم)
dan Bâ)ب(
terletak di lain kata. Contoh
ِةَرِخَأْلاِبْمُهَو
dancara membacanya harus disertai Ghunnah (dengung) selama 2 harakat dengan kadar dan bobot di janur hidung yang ringan.
2) Hukum Bacaan Izhâr Syafawiy
Terjadinya hukum bacaan Izhâr Syafawiy ialah apabila terdapat Mîm Mati
(ْم)
bertemu dengan salah satu huruf hijaiah kecuali Bâ
)ب(
dan Mîm(م)
, baik terdapat104Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h.
311
dalam satu kata ataupun di lain kata.
Contoh
َتْمَعْنَأ
3) Hukum Bacaan Idghâm Mîmiy/Idghâm Mutamâtsilain saghîr
Ialah apabila terdapat Mîm Mati
(ْم)
bertemu dengan Mîm
(م)
, dimana cara membacanya adalah Mîm Mati(ْم)
harus di Idghâmkan ke dalam Mîm(م)
yang disertai tempo Ghunnah 2 harakat. Contohَنْيِنِمْؤُم
ْمُبْنُكْنِإ
d. Hukum Bacaan Qalqalah
Qalqalah ialah goncangan di dalam makhraj ketika mengucapkan huruf karena mempunyai sifat syiddah dan jahr.Yakni karena tertahannya suara dan nafas (memantul). Huruf Qalqalah ada 5 (lima) yaitu Qâf
(ق)
, Tâ(ط)
, Bâ(ب)
, Jîm(ج)
, dan Dâl(د)
. Adabeberapa pendapat tentang tingkatan qalqalah, salah satunya adalah penulis kitab Bughyatu ‘Ibadir Rahman pada halaman 186 mengatakan bahwa tingkatan Qalqalah terbagi menjadi 2 yaitu (1) Qalqalah Sughra ialah ketika salah satu huruf Qalqalah yang berada di
tengah atau di akhir kata di sukun dan dalam keadaan di washalkan lafaznya. (2) Qalqalah Kubra yaitu ketika salah satu huruf qalqalah yang berada di akhir kata berupa huruf ber-tasydîd atau tidak ber-tasydîd kemudian diwaqafkan lafaznya.105
105Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h. 262
82