• Tidak ada hasil yang ditemukan

Standar Bacaan Al-Qur`an Berdasar Buku Metode Maisûrâ . 110

Dalam dokumen ANALISIS BACAAN AL-QUR`AN DAI/AH SELEBRITI (Halaman 127-181)

Bab IV Analisis Bacaan Al-Qur`an Dai/Ah Selebriti Melalui

A. Standar Bacaan Al-Qur`an Berdasar Buku Metode Maisûrâ . 110

Allah Swt. menurunkan Al-Qur`an sebagai “bacaan mulia”

agar dapat menjadi petunjuk bagi manusia dan pembeda antara yang hak dan batil. Al-Qur`an adalah kalam Allah Swt yang sangat istimewa, tidak ada manusia di jagat raya ini yang mampu menandingi bahasa Al-Qur`an. Bahkan, membacanya pun dinilai ibadah. Seiring berkembangnya ilmu tajwid Al-Qur`an, salah satu ulama nusantara dalam bidang Al-Qur`an dan ilmu Qira`at yaitu DR.

K.H. Ahmad Fathoni, Lc., M.A. menciptakan sebuah terobosan baru dalam bidang ilmu Al-Qur`an yaitu sebuah buku yang berjudul Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ.

Buku tersebut menawarkan metode agar lebih mudah dan cepat mencapai bacaan Al-Qur`an yang berkualitas tartil optimal sesuai dengan perintah-Nya dalam Q.S. Al-Muzzammil [73]: 4 yang berbunyi:

الْيِتْرَت َناَءْرُقْلا ِلِّتَرَو...

Bacalah Al-Qur`an dengan tartil yang unggul”

Artinya perintah membaca Al-Qur`an adalah bukan sekedar dengan tartil, akan tetapi dengan tartil yang benar-benar berkualitas.

Menurut ‘Alî bin Abî Tâlib, tartil mempunyai arti

ِفْوُرُحْلا ُدْيِوْجَت

ِفْوُقُوْلا ُةَفِرْعَمَو

membaguskan bacaan huruf-huruf Al-Qur`an dan mengetahui hal ihwal waqaf”.1

Dengan demikian, maksud tartil yang unggul adalah melafazkan ayat-ayat Al-Qur`an sebagus dan semaksimal mungkin, yang populer dengan ungkapan bahwa membaca Al-Qur`an haruslah bertajwid. Untuk dapat bertajwid haruslah menguasai keilmuannya yaitu ilmu tajwid, baik teori maupun praktik. Al-Jazary menegaskan di dalam nazamnya yang terkenal yaitu “Membaca Al-Qur`an bertajwid adalah wajib dan berdosa bagi pembaca yang tidak bertajwid”.

B. Analisis Bacaan Al-Qur`an Dai Selebriti Dalam Stasiun Televisi dan Channel YouTube

Membaca Al-Qur`an bagi seorang muslim adalah dinilai sebagai suatu ibadah, seperti sabda Rasulullah Saw.:

ُهَّللا ىَّلَص ِللها ُلوُسَر َلاَق :ُلوُقَي ،ٍدوُعْسَم َنْب ِللها َدْبَع ُتْعِمَس ُةَنَسَلحاَو ،ٌةَنَسَح ِهِب ُهَلَف ِللها ِباَتِك ْنِم اافْرَح َأَرَق ْنَم :َمَّلَسَو ِهْيَلَع ْنِكَلَو ،ٌفْرَح مْلا ُلوُقَأ َلا ،اَهِلاَثْمَأ ِرْشَعِب ٌمَلاَو ٌفْرَح ٌفِلَأ

ٌفْرَح ٌميِمَو ٌفْرَح

2

“saya mendengar Abdullah bin Mas’ud, dia berkata Rasulullah Saw. bersabda: ‘Barang siapa membaca satu huruf dari kitab Allah Swt., maka dia mendapat satu pahala, dan satu kebaikan itu berlipat sepuluh kebaikan yang serupa.

1Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, (Tangerang Selatan: Yayasan Bengkel Metode Maisûrâ, 2017), h. 5

2Muhammad Bin Isa Bin Sauroh bin Musa bin Dhohak, Jâmi’ul Kabîr Sunan At- Tirmidzi, bab: fadilah yang datang pada orang yang membaca Al-QUr`an 1 huruf, (Beirut:

Darul ‘Arabiy Al-Islami, 1998), Juz 5, No. Hadis 2910, h. 25

Aku tidak mengatakan ‘Alif Lâm Mîm satu huruf’, tapi Alif satu huruf, Lâm satu huruf, dan Mîm satu huruf”. (HR. At- Tirmidzî)

Berbeda halnya dengan alim ulama yang sudah mengetahui hukum bacaan Al-Qur`an, namun tidak mempraktikkannya. Adalah dihukumi haram bagi seorang alim ulama yang tahu hukum, namun tidak mangamalkannya dalam berbagai macam bentuk hukum bacaan.3 Menurut hemat peneliti, ketika dai tidak menggunakan kaidah tajwid dalam cermahnya, bukan akibat dari ketidaktahuan dai mengenai hukum bacaan Al-Qur`an, namun lebih mengarah kepada mengikuti nada dalam berceramah.

Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai bacaan Al- Qur`an dai/ah selebriti (populer), yang sudah memenuhi syarat disebut sebagai dai selebriti, salah satunya adalah dai yang menghasilkan rating tinggi (media televisi) dan memiliki viewers dan banyak subscriber (channel YouTube). Adapun dai yang masuk dalam kategori selebriti menurut hasil penelitian adalah K.H. Haris Hakam, Mamah Dedeh, Ustaz Abdul Somad dan Ustaz Adi Hidayat.

Ceramah para dai tersebut hanya dibedakan dnegan media berdakwahnya, yaitu televisi dan YouTube.

1. Analisis Bacaan Al-Qur`an Dai Selebriti Dalam Stasiun Televisi

Begitu banyak penceramah yang muncul di muka media massa, khususnya media sosial, bahkan tak bisa dihitung. Diyakini bahwa setiap dai yang muncul di media memiliki ilmu pengetahuan agama yang tidak dapat diragukan

3Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, (Tangerang Selatan: Yayasan Bengkel Metode Maisura, 2017), h. 276, 288, 289

lagi. Sejalan dengan adanya media, para dai berpindah haluan, yaitu mulai mengunggah hasil ceramahnya di media, walaupun kadang kala bukan sang dai yang mengunggah.

Salah satunya adalah media televisi. Televisi sangat membantu masyarakat mengetahui informasi dan pengetahuan dalam bidang agama khususnya, karena banyak stasiun televisi yang menyuguhkan acara religi. Peneliti akan membahas 2 dai yang memiliki rating tinggi dalam ceramahnya, dan menguntungkan bagi stasiun televisi (Indosiar dan TV One) yaitu K.H. Haris Hakam dan Mamah Dedeh.

a. K.H. Haris Hakam

Beliau adalah salah seorang dai penceramah di stasiun televisi TV One dalam acara Damai Indonesiaku. Menurut penuturan M. Agung Izzul Haq:

“Kiai Haris tu orangnya ganteng, berwibawa, secara keilmuan sangat jelas, secara model, bajunya beliau katanya mendapat penghargaan dari salah satu stasiun televisi bahwa belau sangat matching sekali bajunya, dan ternyata kiai Haris adalah kiai yang menyumbangkan rating yang bagus untuk acara Damai.4

Dari penuturan tersebut, pakaian merupakan salah satu daya tarik tersendiri di dalam media massa.

Keilmuan beliaupun tidak dapat diragukan lagi, karena beliau mengisi ceramah di 40 majelis ta’lim rutin di Jakarta, Tangerang, dan Bogor. Kajian beliau meliputi Tafsir Al-Qur`an, Hadis Fikih, Theologi dan Adab.

4 Wawancara dengan Eksekutif Produser Program Religi Damai Indonesiaku di TV One, Sabtu, 27 Juli 2019

Berkenaan dengan kajian ilmu Al-Qur`an, peneliti akan menganalisis bacaan Al-Qur`an beliau yang di ambil dari cuplikan-cuplikan ceramah beliau menurut standar bacaan Metode Maisûrâ adalah sebagai berikut:

Gambar. 4.1 ceramah K.H. Haris Hakam dengan tema Keutamaan Taat Kepada Allah Swt.

Dengan membawakan tema tersebut5, beliau mengutip ayat Q.S. Ali-Imrân [3]: 97 yang berbunyi:

ِح ِساَّنلا يَلَع ِهّلِلَو...

ْيَبْلا ُّج

ِت

َم

ْسلا ِن َعاَطَت

َلِإ ِهْي

...الْيِبَس .

Dengan adanya batasan kajian hukum tajwid dalam penelitian ini, maka di dalam ayat tersebut terdapat beberapa hukum bacaan, yaitu Mad Tabî'iy

5Peneliti mengutip ceramah melalui channel YouTube Ahmad Nuryadi, yang dipublikasikan pada tanggal 21 Agustus 2016. (silahkan cek KH Haris Hakam 21 Agustus 2016 TV One) di akses tanggal 13 Agustus 2019 pada menit ke 23.29

pada kata

ِهّلِل - ِساَّنلا - َعاَطَتْسلا - الْيِبَس

lalu terdapat bacaan Ghunnah pada kata

ِساَّنلا

(Nûn bertasydîd).

Menurut analisis peneliti, bacaan Al-Qur`an beliau dalam ayat tersebut tidak menerapkan kaidah Ghunnah pada kata

ِساَّنلا

(Nûn bertasydîd) yang terdapat di dalam buku Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an

METODE MAISÛRÂ pada pembahasan BAB V

IBDILÂBIKH FÂSYAMÎGHUN, bagian F Ghunnah, halaman 57. Beliau membacanya dengan menggunakan kaidah Izhâr Halqiy (jelas, tanpa dengung).

Gambar 4.2 ceramah K.H Haris Hakam dengan tema Kebutuhan Manusia Akan Hidayah Allah Swt.

Dengan membawakan tema tersebut6, beliau mengutip ayat Q.S. Al-Fâtihah [1]: 6-7 yang berbunyi:

6Peneliti mengutip ceramah melalui channel YouTube Damai Indonesiaku, yang dipublikasikan pada tanggal 10 April 2017. (silahkan cek Damai Indonesiaku: “Kebutuhan





























Hukum bacaan yang terdapat di dalam ayat tersebut adalah:

Hukum Ayat

Mad Tabî’iy

َطاَرِص

َنْيِذَّلا ِبْوُضْغَلما

Izhâr Halqiy

َتْمَعْنَأ

Izhâr Syafawiy

ِرْيَغ ْمِهْيَلَع

َلاَو ْمِهْيَلَع

Mad Lazim Kilmi

Mutsaqqal

َنْيِّلاَّضلا

Menurut analisis peneliti, bacaan Al-Qur`an beliau khususnya pada kata

َطاَرِص

(Mad Tabî’iy), beliau membacanya melebihi 2 harakat (yaitu 3 harakat)7 tidak sesuai dengan kaidah Mad Tabî’iy pada BAB VI MACAM-MACAM MAD, sub bab A Mad Tabî’iy halaman 63, dan pada kata

َتْمَعْنَأ

beliau

Manusia Akan Hidayah Allah Swt” – (part 2)) di akses tanggal 13 Agustus 2019 pada menit ke 4.26

7Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h. 62

memanjangkan bunyi huruuf

َت

menjadi 2 harakat, padahal huruf

َت

tersebut tidak memiliki hukum bacaan.

Gambar. 4.3 ceramah K.H. Haris Hakam dengan tema Sabar Menghadapi Musibah

Dengan membawakan tema tersebut8, beliau mengutip ayat Q.S. Al-Baqarah [2]: 156 yang berbunyi:

…













Hukum bacaan yang terdapat di dalam ayat tersebut adalah:

Hukum Ayat

Mad Jâiz Munfasil

اَّنِاآْوُلاَق

ِهْيَلِاآَّنِا

8Peneliti mengutip ceramah melalui channel YouTube Damai Indonesiaku, yang dipublikasikan pada tanggal 30 September 2018. (silahkan cek “Sabar Menghadapi Musibah” Damai Indonesiaku 30 September 2018” di akses tanggal 13 Agustus 2019 pada menit ke 49. 40

Ghunnah

اَّنِا

Mad Tabî’iy

ْوُلاَق اَّنِا

ِهّلل َنْوُعِجاَر

Mad ‘Ârid Li As-Sukûn

َنْوُعِجاَر

Menurut analisis peneliti, bacaan Al-Qur`an beliau khususnya pada kata

اَّنِا

tidak menerapkan kaidah Ghunnah, tetapi justru membacanya dengan kaidah Izhâr Halqiy (jelas, tanpa dengung) pada Bagian Kedua Sub I: Catatan Akhir sub bab A Hukum Bacaan Izhâr Halqiy buku Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ halaman 302, begitu juga pada kata

ِهْيَلِاآَّنِا

(Ghunnah dan Mad Jâiz

Munfasil) beliau tidak menerapkan kedua kaidah bacaan tersebut, Ghunnah beliau baca dengan Izhâr Halqiydan Mad Jâiz Munfasil beliau baca dengan menggunakan kaidah Mad Tabî’iyyakni panjang bacaan 2 harakat.Lalu pada kata

َنْوُعِجاَر

(Mad ‘Ârid Li As-Sukûn) beliau membaca kata tersebut tidak sesuai dengan tempo bacaan yang tertuang dalam buku Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode

Maisûrâ BAB VI MACAM-MACAM MAD bagian B Mad Far’iy pada halaman 71, yakni paling sedikitnya tempo panjang bacaan Mad ‘Ârid Li As-Sukûn adalah dua harakat, dengan syarat bila didahului dengan bacaan panjang 2 harakat pada awal bacaan Mad ‘Ârid Li As-Sukûn ketika membaca Al-Qur`an. Begitupun seterusnya untuk panjang bacaan 4 harakat dan 6 harakat.

Gambar. 4.4 ceramah dengan tema Menyucikan Diri

Dalam ceramahnya kali ini9, beliau membacakan kalamullah Q.S. Al-A’raf [7]: 23 yang berbunyi:



























Adapun macam-macam hukum bacaan yang terdapat dalam ayat yang beliau bacakan adalah:

9 Peneliti mengutip ceramah melalui channel YouTube Ahmad Nuryadi dengan judul KH Haris Hakam Damai Indonesiaku TV One 17 Juni 2017, di akses tanggal 13 Agustus 2019 pada menit 17.46

Hukum Ayat

Mad Tabî’iy

اَنَّبَر اَنَسُفْنَا اَنَلْرِفْغَت اَنْمَحْرَت

َّنَنْوُكَنَل

Mad Jâiz Munfasil

اَنَسُفْنَاآَنْمَلَظ

Ikhfa

اَنَسُفْنَا

Idghâm Bilâ Ghunnah

ْمَّل ْنِاَو

Izhâr Syafawiy

اَنْمَحْرَت

Ghunnah

َّنَنْوُكَنَل

Mad ‘Ârid Li As-Sukûn

َنْيِرِساَلخا

Namun, pada beberapa hukum, beliau tidak membacanya sesuai kaidah yang benar, yakni kata

اَنَّبَر

yang seharusnya huruf

ن

dibaca panjang 2 harakat (Mad Tabî’iy), namun oleh beliau dibaca tanpa mad.

Lalu kata

اَنَسُفْنَاآَنْمَلَظ

pada hukum Mad Jâiz Munfasil, beliau membaca tanpa menggunakan panjang bacaan sesuai kaidah tajwid (yakni 4 atau 5 harakat), justru

beliau membacanya dengan tanpa hukum tajwid.

Selanjutnya pada lafaz

اَنَسُفْنَا

hukum bacaan Ikhfa seyogyanya dibaca sama menyerupai huruf setelahnya, yaitu huruf

ف

namun, Ustaz Haris membacanya menggunakan hukum bacaan Izhar

.

Sedangkan pada lafaz

َّنَنْوُكَنَل

yang seharusnya di baca Ghunnah, namun oleh beliau dibaca Izhar Halqiy.

Begitu pula dengan Makhraj huruf hijaiyah pada huruf

ظ

menurut peneliti pengucapan beliau masih kurang tepat, tidak sesuai dengan yang tertulis pada BAB III Makhraj dan Sifat (Karakteristik) Huruf Hijaiah halaman 23 buku Metode Maisûrâ.

b. Mamah Dedeh

Mamah Dedeh adalah seorang dai yang mengisi program religi di stasiun televisi Indosiar dalam acara Mamah dan Aa. Acara tersebut ditayangkan setiap pagi hari pukul 03.30. beliau mulai terjun ke dalam dunia penyiaran (Indosiar) pada tahun 2007. Tidak ada masyarakat yang tidak mengenal namanya, bahkan di pelosok desa pun mengenal namanya. Mamah dedeh dikenal dengan pendakwah wanita yang tegas dan lugas dalam penyampaiannya, dan selalu mengutip ayat Al-Qur`an dalam

berceramah. Peneliti akan menganlisis bacaan Al- Qur`an beliau dalam beberapa ceramahnya sebagai berikut:

Gambar. 4.5 ceramah dengan tema Sabar Ala Rasulullah

Dalam ceramahnya10, dengan mengangkat tema “Sabar Ala Rasulullah” tersebut, ada seorang jamaah yang bertanya dan Mamah Dedeh menjelaskan dengan Q.S. Al-Baqarah [2]: 155 yang berbunyi:



























Dalam ayat tersebut terdapat banyak hukum bacaan tajwid, yaitu:

Hukum Ayat

Qalqalah

َوُلْبَنَلَو

ٍصْقَنَو

10 Peneliti mengutip ceramah beliau melalui channel YouTube Indosiar “Mamah dan Aa Beraksi-Sabar Ala Rasulullah” pada menit ke 4.00, (diunggah 22 Juli 2019) diakses tanggal 12 Agustus 2019

Ghunnah

ْمُكَّنَوُلْبَنَلَو َنِّمٍءْىَشِب َنِّم ٍصْقَنَو

Ikhfa Syafawîy

ٍءْىَشِّب ْمُكَن

Mad Tabî’iy

َعْوُجْلاَو

ِلاَوْمَأْلا

Izhar Syafawîy

ِلاَوْمَأْلا

Ikhfâ

ِسُفْنَأْلا

Mad Arîd Li As- Sukûn

ِتاَرَمَّسلاَو

َنْيِرِباَّصلا

Analisis bacaan Al-Qur`an Mamah Dedeh tersebut menurut standar bacaan Metode Maisûrâ adalah bahwa ketika beliau melafalkan ayat tersebut, beliau sama sekali tidak menggunakan kaidah tajwid.

Seperti pada kata

َوُلْبَنَلَو

yang semestinya dibaca menggunakan kaidah qalqalah, beliau tidak mempraktikkannya. Begitu juga pada semua hukum bacaan pada ayat ini. Menurut peneliti beliau membaca ayat hanya dengan mengandalkan hafalan, namun kaidah keilmuan beliau dalam bidang tajwid tidak diaplikasikan ketika berceramah pada sesi ini.

Menelisik kepada makhraj huruf hijaiah di dalam ayat yang beliau baca, khususnya pada huruf

ع ص ش menurut peneliti, beliau tidak mengucapkannya secara sempurna.

Gambar. 4.6 dengan tema Orang Tua Yang Pamrih

Dalam tema “Orang Tua yang Pamrih” pada acara Mamah dan Aa11, peneliti mengambil sampel analisis pada Q.S. Al-Baqarah [2]: 262 yang berbunyi:



















































Hukum bacaan tajwid yang terdapat di dalam ayat tersebut adalah sebagai berikut:

Hukum Ayat

Mad Tabî’iy

َنْيِذَّلا

11 Mengutip dari channel YouTube Indosiar “Mamah dan Aa beraksi-Orang Tua yang Pamrih” pada menit ke 10.56 (diunggah 27 Juni 2019) diakses pada tanggal 12 Agustus 2019.

َنْوُقِفْنُي

ْمُهَلاَوْمَأ

ْيِف

ِلْيِبَس هَّللا

َلا ِنْوُعِبْتُي

اَم

Izhâr Syafawîy

يِف ْمُهَلاَوْمَأ ُرْجَأ ْمُهَل

َدْنِع ْمُهُرْجَأ َلاَو ْمِهِّبَر

َلاَو ْمِهْيَلَع

َنْوُنَزْحَي ْمُه

Ikhfâ

َنْوُقِفْنُي اْوُقَفْنَأ

َدْنِع

Ghunnah

َّمُث

اًّنَم

Mad Jâiz Munfasil

اْوُقَفْنَأام

ىاذَأَلاَو

Idghâm bî Ghunnah

َلاَواًّنَم

Idghâm bîlâ Ghunnah

ْمُهَّل ىاذَأ

Izhâr Halqiy

ْمِهْيَلَع ٌفْوَخ

Mad ‘Ârid Li as-Sukûn

َنْوُنَزْحَي

Analisis peneliti mengenai bacaan Al-Qur`an Mamah Dedeh pada ayat tersebut adalah: ketika membaca bacaan Mad Tabî’iy, panjang bacaan beliau pada ayat tersebut (klasifikasi di atas) tidak sampai pada tingkat 2 harakat, (1 harakat saja), ketika membaca hukum bacaan Ikhfâ dan Ghunnah, beliau justru membacanya dengan bunyi hukum bacaan izhar. Tidak ada samar ke huruf setelah Nûn mati sama sekali dan tidak dengung pada huruf

م ن

yang

bertasydîd

Begitupun yang terjadi pada ayat-ayat yang seharusnya memiliki hukum bacaan Mad Jâiz Munfasil, beliau membacanya hanya dengan tempo panjang 1 harakat saja (padahal seharusnya dengan tempo 4 atau 5 harakat). Terlebih lagi, peneliti merasa kaget ketika mendengar bacaan beliau pada ayat

ىاذَأَلاَواًّنَم

beliau mengucapkannya dengan bunyi hukum bacaan Izhar halqiyah, “mannan wala adza

yang seharusnya dibaca “mannawwalâ adzatasydîd

pada huruf

ن

dan

و

karena memiliki hukum bacaan Idgham Bi Ghunnah.

Peneliti hanya menemukan sedikit hukum bacaan yang beliau tuangkan dalam ayat tersebut, yaitu Mad ‘Ârid Li as-Sukûn. Beliau membacanya dengan tempo 4 harakat. Pada ayat tersebut peneliti menemukan bahwa makhraj beliau pada huruf ف tidak menggunakan “f” tetapi menggunakan “p”.

yang hal tersebut jelas tidak sesuai dengan makhraj huruf ف yakni perut bibir bawah bertemu ujung dua gigi seri atas12 dan mengakibatkan berubahnya sifat huruf ف. Begitu juga dnegan huruf ث dan ت .

Gambar. 4.7 ceramah dengan tema Istri Magnet Rejeki

12 Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisura, (Tangerang: Yayasan Bengkel Metode Maisura, 2017), h. 24

Dalam episode kali ini, yakni dengan tema

“Istri Magnet Rejeki”13 mamah Dedeh menyajikan ayat Q.S. Ar-Rûm [30]: 21 yang berbunyi:











































Dalam ayat tersebut terdapat beberapa hukum tajwid Al-Qur`an, yaitu:

Hukum Ayat

Izhâr Halqiy

ِهِتاَياَء ْنِمَو

َقَلَخ ْنَأ ْمُكِسُفْنَأ ْنِم

Mad Tabî’iy

ِهِتاَياَء اًجاَوْزَأ

اَهْيَلِإ يِف َكِلاَذ

ٍتاَيَأَل

Mad Badal

ِهِتاَياَء

ٍتاَيَأَل

13Peneliti mengutip bacaan ayat Al-Qur`an beliau melalui channel YouTube Indosiar dengan judul “Mamah dan Aa-Isteri Magnet Suami”, pada menit ke 3.53 yang diunggah pada tanggal 12 Januari 2019 (diakses tanggal 12 Agustus 2019)

Mad Jâiz Munfasil

اَهْيَلِإآْوُنُكْسَتِل

Idgham Mutamatsilain

اةَّدَوَّم ْمُكَنْيَب ْنِّم ْمُكَل

Ikhfâ

ْمُكِسُفْنَأ

Izhâr Syafawîy

اًجاَوْزَأ ْمُكِسُفْنَأ

Idgham Bîlâ Ghunnah

اْوُنُكْسَتِّلاًجاَوْزَأ

ٍمْوَقِل ٍتاَيَأَل

Idgham Bî Ghunnah

اةَمْحَرَّو اةَّدَوَّم

َنْوُرَّكَفَتَّي ٍمْوَقِل

Ghunnah

َّنِإ

Mad ‘Ârid Li as-Sukûn

َنْوُرَّكَفَتَّي

Peneliti menganalisis bacaan Al-Qur`an Mamah Dedeh pada Q.S. Ar-Rûm [30]: 21 diatas bahwa pada bacaan Idgham Mutamatsilain

ْنِّم ْمُكَل

dan

اةَّدَوَّم ْمُكَنْيَب

beliau tidak membacanya dengan bi Ghunnah, justru beliau membaca dengan kaidah Izhâr Syafawîy. Begitupun pada ayat

ْمُكِسُفْنَأ

beliau

membacanya dengan kaidah izhâr Halqiy, lalu pada ayat

اَهْيَلِإآْوُنُكْسَتِل

beliau justru membacanya dengan

panjang bacaan 1 harakat (bahkan tidak menyentuh panjangnya bacaan Mad Tabî’iy 2 harakat).

Pada hukum bacaan selanjutnya yaitu Ghunnah pada ayat

َّنِإ

beliau membacanya denganizhâr Halqiy, dan pada ayat

اةَمْحَرَّو اةَّدَوَّم

dan

َنْوُرَّكَفَتَّي ٍمْوَقِل

beliau membacanya dengan izhâr Halqiy.

Ditambah lagi ketika ditelaah mengenai makhraj huruf hijaiah, mamah Dedeh mengucapkan huruf ف masih dengan huruf “p”, namun tidak pada semua huruf ف beliau baca dengan bunyi “p”. selain huruf ف ditemukan juga pengucapan huruf ق “qa”

justru berbunyi “ka” dan huruf ز pada kata

اًجاَو ْزَأ

beliau mengucapkan sama seperti huruf ج.

Selanjutnya peneliti menganalisis bacaan Mamah Dedeh yang lain dengan judul ceramah

“Bersuami Tapi Hidup Serasa Menjanda”14 Q.S. Ar- Rûm [30]: 21 yang berbunyi:

14 Q.S. Ar-Rûm [30]: 21, menit ke 5.19, Channel youtube “Indoseiar” jumlah subscribers 8.712.752, viewers 482.008x, likes 2.9 rb. Dipublikasikan tanggal 31 Agustus 2016, dan diakses oleh peneliti tanggal 12 September 2019.

ۡ نِمَو

ِۡهِتَٰ َياَء ۡ

ۡ ۦ

ۡ مُكِسُفن َ ۡ

أۡ نِ مۡ مُكَلۡ َقَلَخۡ ن َ أ

ۡٗةَّدَوَّمۡ مُكَن يَبۡ َلَعَجَوۡ اَه َلَِإۡ ْا وُنُك سَتِ لۡ اٗجََٰو زَأ

َۡنوُرَّكَفَتَيٖۡم وَقِ لۡ ٖتََٰيلَأٓۡ َكِلََٰذۡ ِفَِّۡنِإًۡۚ ةَ حَۡرَو ٢١

Ayat tersebut di atas memiliki hukum bacaan sebagai berikut:

Hukum Ayat

Izhâr

ۡ ۦِۡهِتَٰ َياَۡءۡۡ نِۡمَو

َۡقَۡلَخۡ نۡ َ أ

ۡ مُكِسُفنۡ َ أۡ نِۡ م

Mad Badal

ۡ ۦِۡهِتَٰ َياَء

ٖۡتََٰۡيلَأٓ

Mad Tabî’iy

ۡ ۦِۡهِتََٰۡياَء

َۡكِۡلََٰذ

ِۡفِ

اَهۡ َلَِإ ا ٗجََٰۡوۡ ز َ

أ

Mad Jaiz

Munfasil

ۡ نۡ َ

أۡۡ ۦِۡهِۡتَٰ َياَء

اَه َلَِۡإۡ ْا وُنُۡك سَتِ ل

Idgham Mutamatsilain

ۡ نِۡ مۡمُۡكَل

ۡٗةَّدَوَّۡمۡمُۡكَن يَب

Izhâr Syafawi

ا ٗجَٰ َو ز َ

أۡ مُكِسُۡفنۡ َ أ

Idgham bila

Ghunnah

ْۡا وُنُك سَتِۡ لۡا ٗجََٰۡو ز َ أ

Idham bi Ghunnah

ًۡۚ ةَ حَۡرَۡوۡٗةَّۡدَوَّم

َۡنوُرَّكَفَۡتَيٖۡمۡ وَقِ ل

Ghunnah

َّۡنِإ

Ikhfa

ۡ مُكِسُۡفنۡ َ

أ

Mad Arid Li As

Sukun

ۡ َۡنوُر َّۡكَفَتَي

Setelah dianalisis khusus pada hukum tajwid ayat tersebut, peneliti menemukan bahwa Mamah Dedeh tidak menerapkan hukum bacaan Mad Jaiz Munfasil pada ayat

ۡ ن َ

أۡ ۡ ۦِۡهِۡتَٰ َياَء

dan

اَه َلَِۡإۡ ْا وُۡنُك سَتِ ل

beliau

membaca dengan tanpa menerapkan hukum bacaan.

Lalu beliau juga tidak menerapkan hukum bacaan Idgham Mutamatsilain pada kata

ۡ نِۡ مۡ مُۡكَل

dan

ۡٗةَّدَوَّۡمۡ مُۡكَن يَب .

Selanjutnya pada hukum bacaan Ikhfa, beliau pun tidak menerapkan hukum tajwid pada kata yang mengandung hukum bacaan tersebut, yaitu

ۡ مُكِسُفن َ

أ

beliau membaca seakan-akan itu adalah bacaan Izhar. Begitu pula pada hukum bacaan Ghunnah dan Idgham Bi Ghunnah, beliau tidak menerapkannya. Selanjutnya pada kata

ٖۡم وَقِ ل

beliau

mengucapkan huruf

ق

namun terdengar seperti huruf

ك

.

Selanjutnya pada ceramah yang lain dengan judul “Isteri Bukan Budak Suami”15 beliau membacakan ayat Q.S Al-Baqarah [2]: 228 yang berbunyi:

ۡ ُل ثِمۡ َّنُهَلَو … ٱ

يِ َّ

لَّ

ِۡبۡ َّنِه ي َلَع ۡ ٱۡ

لَۡم

ُۡر ع

ۡ ِفو

ِۡلاَجِ رلِل َۡۡو

ۡٞۗ ةَجَرَدۡ َّنِه ي َلَع ٢٢٨ ….

15 Q.S. Al-Baqarah [2]: 228 menit ke 07.07, dengan jumlah viewers 116.941, like 834, dan Subscribers 8.713.169 yang dipublikasikan tanggal 28 Maret 2016 dan diakses pada 12 September 2019.

Pada bacaan tersebut terdapat hukum bacaan:

Hukum Ayat

Ghunnah

َۡ نُۡهَلََ

َّۡنِۡه ي َلَع

Mad Tabî’iy

يِۡ َّ

لَّٱ

Mad Arid Li As Sukun

ۡ ِفوُرۡ عَم لٱِۡب

Pada ayat tersebut, peneliti menganalisis bahwa beliau tidak menerapkan hukum bacaan Ghunnah pada kata

َّۡنُۡهَل , َّۡنِۡه ي َلَع

lalu pada kata

ۡ ِفوُرۡ عَم لٱِۡب

beliau membacanya dengan waqaf,

namun beliau tidak membacanya dengan hukum Mad Arid Li As-Sukun.

Pada ceramah beliau dengan judul “Suami Khianat” yang diunggah di dalam channel yotube Indosiar, mamah Dedeh membacakan ayat Q.S. An- Nisa [4]: 58 pada menit ke 03.58 yang berbunyi:

ۡ َّنِإ۞

ٱ

َۡ َّللّ

ۡ

ْۡاوُّدَؤُتۡن َ

أۡ مُكُرُم أَي

ِۡتَٰ َنَٰ َم َ لۡ ٱ

ۡاَهِل ه َ ۡ أۡ ٰٓ َ

لَِإ

٥٨ ….

Ayat tersebut memiliki hukum bacaan sebagai berikut:

Hukum Ayat

Ghunnah

نِإ

Mad Tabî’iy

َۡ َّللّٱ

ِۡتَٰ َنَٰ َمۡ َ لۡٱ

Izhar Syafawi

نۡ َ

أۡ مُۡكُرُم أَي

Ikhfa

ْۡاوُّدَؤُۡتۡنۡ َ أ

Mad Jaiz Munfasil

َّۡاَهِل هۡ َ أٰۡۡٓ َ

لَِإ

Hasil analisis dari ayat diatas adalah, beliau tidak menerapkan hukum bacaan ghunnah

َّۡنِإ

dan ikhfa

ۡن َ ۡ

أ

ْۡاوُّدَؤُت

dan Mad Jaiz Munfasil

اَهِل ه َ أۡ ٰٓ َ

لَِإ .

beliau

membacanya dengan jelas tanpa dengung sama sekali.

Peneliti juga menganalisis bacaan Ayat Al-Qur`an beliau dala ceramah yang berjudul “Tepat Waktu Pada Lima Waktu” di dalam channel youtube Indosiar yang

diunggah pada tanggal 18 April 2018. Mamah Dedeh membacakan Q.S. Al-Baqarah [2]: 183 yang berbunyi:

َٰۡٓي اَهُّي َ

أ

ۡ

َۡنيِ لَّٱ َّ

ۡ ُمُك يَلَعۡ َبِتُكۡ ْاوُنَماَء ۡ

ُۡماَي ِ صلٱ

ۡ

ۡاَمَك

ۡ َ َعَلۡ َبِتُك

َۡنيِ لَّٱ َّ

َۡنوُقَّتَتۡ مُكَّلَعَلۡ مُكِل بَقۡنِم ۡ ١٨٣

Di dalam ayat diatas terdapat hukum bacaan sebagai berikut:

Hukum Ayat

Mad Jaiz Munfasil

اَهُّۡي َ أَٰۡٓي

Mad Tabî’iy

َۡنيِۡ لَّٱ َّ

ُۡماَيِۡ صلٱ اَمَۡك

ۡ َ َعَل

ْۡاوُنَۡماَء

Ikhfa

ۡ مُكِل بَۡقۡنِۡم

Izhar Syafawi

َۡنوُقَّۡتَتۡ مُۡكَّلَعَل

ۡ مُكَّلَعَۡلۡ مُۡكِل بَق

Mad Badal

ْۡاوُنَۡماَء

Peneliti menganalisis bacaan beliau, dan di temukan bahwa beliau tidak menerapkan kaidah bacaan ilmu tajwid pada hukum Mad Jaiz Munfasil dan hukum Ikhfa. Beliau membaca

اَهُّي َ

أَٰٓي

dengan tanpa panjang sama sekali.

Dari paparan di atas, peneliti menarik kesimpulan, bahwa bacaan para dai selebriti (populer) di media sosial, ternyata bukanlah satu-satunya tempat yang tepat dijadikan panutan ilmu tajwid al-Qur`an, karena dari analisis 2 dai kondang di atas, keduanya masih kurang memperhatikan bacannya. Khususnya Mamah Dedeh, bahkan secara garis besar, bacaannya dapat dikatakan tidak menggunakan kaidah hukum tajwid Al-Qur`an.

Analisis Bacaan Al-Qur`an Dai Selebriti Dalam Channel YouTube

Jika pembasan pada sub bab sebelumnya mengenai para dai selebriti dalam media televisi, maka selanjutnya akan dibahas mengenai dai selebriti di dalam sosial media YouTube. Pada penelitian ini, peneliti mengambil 2 sampel dai selebriti yang unggul dalam kategori subscriber, viewer,

dan like. Dua diantaranya yaitu Ustaz Abdul Somad dan Ustaz Adi Hidayat. Maka peneliti akan menganalisa bacaan Al- Qur`an kedua ustaz tersebut.

a. Ustaz Abdul Somad

Ada beberapa channel YouTube yang mengusung penceramah satu ini untuk mengisi konten video dakwah, salah satunya adalah TAMAN SURGA.NET, dengan jumlah 1.454.416 subscriber.

Ceramah beliau yang akan diteliti pada pembahasan ini yakni diambil dari channel TAMAN SURGA.NET dengan 6.520.523 juta kali ditoton dan 42 ribu like.

Gambar. 4.8 ceramah ustaz Abdul Somad “Untuk Apa Kita Hidup Di Dunia Ini?”

Seperti yang diketahi, bahwa tidak ada masyarakat yang tidak mengenal nama ustaz Abdul Somad, beliau adalah ustaz yang sangat viral dan namanya naik daun pada beberapa tahun belangan.

Salah satu video dengan ceramahnya tema “Untuk Apa Kita Hidup Di Dunia” bahkan menarik viewers 6.462.191 dan akan dikupas tentang bacaan ayat Al-

Dalam dokumen ANALISIS BACAAN AL-QUR`AN DAI/AH SELEBRITI (Halaman 127-181)