• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biografi Dai Selebriti Di Dalam Channel Youtube

Dalam dokumen ANALISIS BACAAN AL-QUR`AN DAI/AH SELEBRITI (Halaman 119-127)

Bab III Dai Selebriti Di Televisi Dan Youtube

H. Biografi Dai Selebriti Di Dalam Channel Youtube

Sama halnya dengan televisi, YouTube juga menghasilkan para pendakwah (dai) selebriti. Dikatakan dai selebriti apabila konten ceramah yang di upload ke dalam channel YouTube menghasilkan like, viewer, dan subscriber yang mencapai ribuan bahkan jutaan.

Berbeda halnya dengan televisi yang menggunakan data rating untuk melihat peringkat unggulan program religi tertentu. YouTube menggunakan jumlah like, viewer, dan subscriber untuk melihat tranding dai pada channel YouTube. Dari sanalah para pengguna aplikasi YouTube dapat menonton video ceramah di dalamnya, dan dari jumlah ketiga fitur tersebut, seorang dai dapat diakatakan dai selebriti. Beberapa dai yang termasuk kedalam dai selebriti dan dikenal oleh mayoritas masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut.

1. Ustaz Abdul Somad32

Nama Aslinya Abdul Somad Batubara, Lc., D.E.S.A., Datuk Seri Ulama Setia Negara atau lebih dikenal dengan Ustaz Abdul Somad, lahir di Silo Lama, Asahan, Sumatra Utara, 18 Mei 1977. Abdul Somad adalah seorang pendakwah dan ulama Indonesia yang sering mengulas berbagai macam

32https://id.m.wikipedia.org/wiki/Abdul_Somad di akses tanggal 07 Agustus 2019

persoalan agama, khususnya kajian ilmu hadis dan Ilmu fikih.

Selain itu, beliau juga banyak membahas mengenai nasionalisme dan berbagai masalah terkini yang sedang menjadi pembahasan hangat di kalangan masyarakat.

Namanya dikenal publik karena Ilmu dan kelugasannya dalam memberikan penjelasan dalam menyampaikan dakwah yang disiarkan melalui saluran YouTube. Abdul Somad saat ini bertugas sebagai dosen di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau.

Kajian-kajiannya yang tajam dan menarik membuat banyak orang suka dengan tausiahnya. Ulasan yang cerdas dan lugas, ditambah lagi dengan keahlian dalam merangkai kata yang menjadi sebuah retorika dakwah, membuat ceramah Abdul Somad begitu mudah dicerna dan mudah dipahami oleh berbagai kalangan masyarakat. Banyak dari ceramah Abdul Somad yang mengulas berbagai macam persoalan agama.

Bahkan bukan itu saja, ceramah Abdul Somad juga banyak yang membahas mengenai masalah-masalah terkini, nasionalisme dan berbagai masalah yang sedang menjadi pembahasan hangat di kalangan masyarakat.

Mengingat masih merupakan bagian keluarga besar dari seorang ulama asal Asahan yaitu Syekh Abdurrahman atau lebih dikenal sebagai Tuan Syekh Silau Laut I. Sejak dari bangku sekolah dasar dirinya dididik melalui sekolah yang berbasis Tahfiz Al-Qur`an. Tamat dari SD Al-Washliyah Medan tahun 1990, beliau melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Tsanawiyah Mu`allimin Al-Washliyah Medan.

Setelah tamat tahun 1993, ia melanjutkan pendidikan ke

Pesantren Darul Arafah Deliserdang Sumatera Utara selama satu tahun. Lalu tahun 1994, ia pindah ke Riau untuk melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Nurul Falah, Air Molek, Indragiri Hulu dan menyelesaikannya pada tahun 1996.

Tahun-tahun berikutnya antara 1996-1998 ia sempat berkuliah di UIN Sultan Syarif Kasim Riau.

Tahun 1998, ketika Pemerintah Mesir membuka beasiswa untuk 100 orang Indonesia belajar di Universitas Al- Azhar ia pun mengikuti tes dan merupakan salah satu dari 100 orang yang berhak menerima beasiswa, mengalahkan 900 orang lainnya yang mengikuti tes untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Kemudian ia akhirnya memilih untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Al-Azhar Kairo dan berhasil mendapatkan gelar Lc-nya dalam waktu tiga tahun 10 bulan pada pertengahan tahun 2002. Setelahnya ia pun melanjutkan program pendidikan S2-nya di University Kebangsaan Malaysia, namun hanya sempat berkuliah selama dua semester.

Kemudian pada tahun 2004, melalui AMCI (bahasa Prancis: Agence Marocaine de Coopération Internationale) dari Kerajaan Maroko yang kala itu menyediakan beasiswa bagi pendidikan S2 hingga S3 di Institut Darul-Hadits Al- Hassaniyah (bahasa Prancis: Etablissement Dar El Hadith El Hassania), ia terpilih untuk masuk dalam kuota penerimaan orang asing melalui jalur beasiswa. Lantas ia melanjutkan pendidikan S2-nya di Institut Darul-Hadits Al-Hassaniyah Rabat yang setiap tahunnya hanya menerima 20 orang murid dengan rincian 15 orang Maroko dan lima orang untuk asing.

Program S2 diselesaikannya dalam waktu satu tahun 11 bulan dan mendapatkan gelar D.E.S.A. (bahasa Prancis: Diplôme d’Etudes Supérieurs Approfondies) yang berarti "Diploma Studi Lanjutan" pada akhir tahun 2006.

Di dalam kesibukannya berdakwah dan mengajar, ustaz Abdul Somad telah menuliskan beberapa buku yang menjadi best seller di kalangan umat islam, di antaranya: 37 Masalah Populer, 99 Pertanyaan Seputar Sholat dan 33 Tanya Jawab Seputar Qurban.

2. Ustaz Adi Hidayat33

Ustadz Adi Hidayat, Lc., MA. lahir di Pandeglang, Banten, 11 September 1984. Beliau adalah ulama asal Indonesia yang dapat menguasai isi kitab suci Al-Qur`an beserta letak barisnya. Selain itu, ia juga menguasai ilmu hadis dan berbagai kitab agama beserta makna dan posisinya. Pada tahun 2013, Ustaz Adi mendirikan Quantum Akhyar Institut dan tiga tahun berikutnya ia bersama dua sahabatnya mendirikan Akhyar TV sebagai media dakwah utama. Saat ini Ustaz Adi aktif menjadi narasumber keagamaan, baik dalam majlis ta’lim, seminar, dan selainnya. Ia juga aktif menulis dan telah memiliki beberapa karya dalam bahasa Arab dan Indonesia.

Ustaz Adi Hidayat memulai pendidikan formal di TK Pertiwi Pandeglang tahun 1989 dan lulus dengan predikat siswa terbaik. Kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SDN Karaton 3 Pandeglang hingga kelas III dan beralih ke

33https://id.m.wikipedia.org/wiki/Adi_Hidayat diakses pada tanggal 07 Agustus 2019

SDN III Pandeglang di jenjang kelas IV hingga VI. Di dua sekolah dasar ini beliau juga mendapat predikat siswa terbaik, hingga dimasukan dalam kelas unggulan yang menghimpun seluruh siswa terbaik tingkat dasar di Kabupaten Pandeglang.

Dalam program ini, beliau juga menjadi siswa teladan dengan peringkat pertama. Dalam proses pendidikan dasar ini, Adi Hidayat kecil juga disekolahkan kedua orang tuanya ke Madarasah Salafiyyah Sanusiyyah Pandeglang. Pagi sekolah umum, siang hingga sore sekolah agama. Di madrasah ini, beliau juga menjadi siswa berprestasi dan sebagai penceramah cilik dalam setiap sesi wisuda santri.

Pada tahun 1997, beliau melanjutkan pendidikan Tsanawiyah hingga Aliyah (setingkat SMP-SMA) di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyyah Garut. Pondok Pesantren yang memadukan pendidikan Agama dan umum secara proporsional dan telah mencetak banyak alumni yang berkiprah di tingkat nasional dan internasional. Di Pondok Pesantren inilah Ia mendapatkan bekal utama dalam berbagai disiplin pengetahuan, baik ilmu umum maupun ilmu agama.

Guru utama beliau adalah Buya KH. Miskun as-Syatibi ialah orang yang paling berpengaruh dalam menghadirkan kecintaan ustaz Adi terhadap Al-Qur`an dan pendalaman pengetahuan.

Selama masa pendidikan ini ustaz Adi telah meraih banyak penghargaan baik di tingkat Pondok, Kabupaten Garut, bahkan Provinsi Jawa Barat, khususnya dalam hal syarh Al- Qur`an. Di tingkat II Aliyah bahkan pernah menjadi utusan termuda dalam program Daurah Tadribiyyah dari Universitas

Islam Madinah di Pondok Pesantren Taruna Al-Qur`an Yogyakarta. Ustaz Adi juga seringkali dilibatkan oleh pamannya KH. Rafiuddin Akhyar, pendiri Dewan Dakwah Islam Indonesia di Banten untuk terlibat dalam misi dakwah di wilayah Banten.

Ustaz Adi Hidayat lulus dengan predikat santri teladan dalam 2 bidang sekaligus (agama dan umum) serta didaulat menyampaikan makalah ilmiah “konsep ESQ dalam Al- Qur`an” di hadapan tokoh pendidikan M. Yunan Yusuf. Tahun 2003, Ustaz Adi mendapat undangan PMDK dari Fakultas Dirasat Islamiyyah (FDI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang bekerjasama dengan Universitas al-Azhar Kairo, hingga diterima dan mendapat gelar mahasiswa terbaik dalam program ospek. Tahun 2005, beliau mendapat undangan khusus untuk melanjutkan studi di Kuliyyah Dakwah Islamiyyah Libya yang kemudian diterima, walau mesti meninggalkan program FDI dengan raihan IPK 3,98.

Di Libya, ustaz Adi Hidayat belajar intensif berbagai disiplin ilmu baik terkait dengan Al-Qur`an, Hadis, Fikih, Ushul Fikih, Tarikh, Lughah, dan selainnya. Kecintaannya pada Al-Qur`an dan Hadis menjadikan dia mengambil program khusus Lughah Arabiyyah wa Adabuha demi memahami kedalaman makna dua sumber syariat ini. Selain pendidikan formal, ustaz Adi Hidayat juga bertalaki pada masyayikh bersanad baik di Libya maupun negara yang pernah dikunjunginya. Ustaz Adi belajar Al-Qur`an pada Syaikh Dukkali Muhammad al-‘Alim (muqri internasional), Syaikh Ali al-Libiy (Imam Libya untuk Eropa), Syaikh Ali Ahmar

Nigeria (riwayat warsy), Syaikh Ali Tanzania (riwayat ad- Duri). Beliau juga belajar ilmu tajwid pada Syaikh Usamah (Libya). Adapun di antara guru tafsir beliau ialah syaikh Tanthawi Jauhari (Grand Syaikh al-Azhar) dan Dr. Bajiqni (Libya) Ilmu Hadis beliau pelajari dari Dr. Shiddiq Basyr Nashr (Libya). Dalam hal Ilmu Fiqh dan ushul Fiqh di antaranya ustaz Adi pelajari dari Syaikh ar-Rabithi (mufti Libya) dan Syaikh Wahbah az-Zuhaili (Ulama Syiria). Istaz Adi mendalami ilmu lughah melalui syaikh Abdul Lathif as- Syuwairif (Pakar bahasa dunia, anggota majma’ al-lughah), Dr.

Muhammad Djibran (Pakar Bahasa dan Sastra), Dr. Abdullâh Ustha (Pakar Nahwu dan Sharaf), Dr. Budairi al-Azhari (Pakar ilmu Arudh), juga masyayikh lainnya. Adapun ilmu tarikh, beliau pelajari di antaranya dari Ust. Ammar al-Liibiy (Sejarawan Libya). Selain para masyayikh tersebut, ustaz Adi juga aktif mengikuti seminar dan dialog bersama para pakar dalam forum ulama dunia yang berlangsung di Libya.

Di akhir 2009 ustaz Adi diangkat menjadi amînul khutabâ, ketua dewan khatib jami Dakwah Islamiyyah Tripoli yang berhak menentukan para khatib dan pengisi di Masjid Dakwah Islamiyyah. Beliau juga aktif mengikuti dialog internasional bersama para pakar lintas agama, mengisi berbagai seminar, termasuk acara tsaqafah Islâmiyyah di channel at-tawâshul TV Libya.

Awal tahun 2011 ustaz Adi Hidayat kembali ke Indonesia dan mengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al- Qur`an al-Hikmah Lebak Bulus. Dua tahun kemudian beliau berpindah ke Bekasi dan mendirikan Quantum Akhyar

Institute, yayasan yang bergerak di bidang studi Islam dan pengembangan dakwah. Pada November 2016, ustaz Adi Hidayat bersama dua sahabatnya Heru sukari dan Roy Winarto mendirikan Akhyar TV sebagai media dakwah utama.

Kini, Ustadz Adi Hidayat aktif menjadi narasumber keagamaan baik ta’lim, seminar, dan selainnya. Beliau juga giat mengukir pena dan telah melahirkan karya dalam bahasa Arab dan Indonesia kurang lebih sebanyak 12 karya.

Beberapa karya tulis Ustadz Adi Hidayat antara lain:

a. Tuntunan Praktis Idul Adha (tahun 2014) b. Pengantin As-Sunnah (tahun 2014) c. Buku Catatan Penuntut Ilmu (tahun 2015) d. Pedoman Praktis Ilmu Hadist (tahun 2016) e. Manhaj Tahdzir Kelas Eksekutif (tahun 2017) f. Muslim Zaman Now (2018)

110

MEDIA TELEVISI DAN CHANNEL YOUTUBE A. Standar Bacaan Al-Qur`an Berdasar Buku Metode Maisûrâ

Allah Swt. menurunkan Al-Qur`an sebagai “bacaan mulia”

agar dapat menjadi petunjuk bagi manusia dan pembeda antara yang hak dan batil. Al-Qur`an adalah kalam Allah Swt yang sangat istimewa, tidak ada manusia di jagat raya ini yang mampu menandingi bahasa Al-Qur`an. Bahkan, membacanya pun dinilai ibadah. Seiring berkembangnya ilmu tajwid Al-Qur`an, salah satu ulama nusantara dalam bidang Al-Qur`an dan ilmu Qira`at yaitu DR.

K.H. Ahmad Fathoni, Lc., M.A. menciptakan sebuah terobosan baru dalam bidang ilmu Al-Qur`an yaitu sebuah buku yang berjudul Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ.

Buku tersebut menawarkan metode agar lebih mudah dan cepat mencapai bacaan Al-Qur`an yang berkualitas tartil optimal sesuai dengan perintah-Nya dalam Q.S. Al-Muzzammil [73]: 4 yang berbunyi:

الْيِتْرَت َناَءْرُقْلا ِلِّتَرَو...

Bacalah Al-Qur`an dengan tartil yang unggul”

Artinya perintah membaca Al-Qur`an adalah bukan sekedar dengan tartil, akan tetapi dengan tartil yang benar-benar berkualitas.

Menurut ‘Alî bin Abî Tâlib, tartil mempunyai arti

ِفْوُرُحْلا ُدْيِوْجَت

ِفْوُقُوْلا ُةَفِرْعَمَو

membaguskan bacaan huruf-huruf Al-Qur`an dan mengetahui hal ihwal waqaf”.1

Dengan demikian, maksud tartil yang unggul adalah melafazkan ayat-ayat Al-Qur`an sebagus dan semaksimal mungkin, yang populer dengan ungkapan bahwa membaca Al-Qur`an haruslah bertajwid. Untuk dapat bertajwid haruslah menguasai keilmuannya yaitu ilmu tajwid, baik teori maupun praktik. Al-Jazary menegaskan di dalam nazamnya yang terkenal yaitu “Membaca Al-Qur`an bertajwid adalah wajib dan berdosa bagi pembaca yang tidak bertajwid”.

B. Analisis Bacaan Al-Qur`an Dai Selebriti Dalam Stasiun Televisi dan Channel YouTube

Membaca Al-Qur`an bagi seorang muslim adalah dinilai sebagai suatu ibadah, seperti sabda Rasulullah Saw.:

ُهَّللا ىَّلَص ِللها ُلوُسَر َلاَق :ُلوُقَي ،ٍدوُعْسَم َنْب ِللها َدْبَع ُتْعِمَس ُةَنَسَلحاَو ،ٌةَنَسَح ِهِب ُهَلَف ِللها ِباَتِك ْنِم اافْرَح َأَرَق ْنَم :َمَّلَسَو ِهْيَلَع ْنِكَلَو ،ٌفْرَح مْلا ُلوُقَأ َلا ،اَهِلاَثْمَأ ِرْشَعِب ٌمَلاَو ٌفْرَح ٌفِلَأ

ٌفْرَح ٌميِمَو ٌفْرَح

2

“saya mendengar Abdullah bin Mas’ud, dia berkata Rasulullah Saw. bersabda: ‘Barang siapa membaca satu huruf dari kitab Allah Swt., maka dia mendapat satu pahala, dan satu kebaikan itu berlipat sepuluh kebaikan yang serupa.

1Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, (Tangerang Selatan: Yayasan Bengkel Metode Maisûrâ, 2017), h. 5

2Muhammad Bin Isa Bin Sauroh bin Musa bin Dhohak, Jâmi’ul Kabîr Sunan At- Tirmidzi, bab: fadilah yang datang pada orang yang membaca Al-QUr`an 1 huruf, (Beirut:

Darul ‘Arabiy Al-Islami, 1998), Juz 5, No. Hadis 2910, h. 25

Aku tidak mengatakan ‘Alif Lâm Mîm satu huruf’, tapi Alif satu huruf, Lâm satu huruf, dan Mîm satu huruf”. (HR. At- Tirmidzî)

Berbeda halnya dengan alim ulama yang sudah mengetahui hukum bacaan Al-Qur`an, namun tidak mempraktikkannya. Adalah dihukumi haram bagi seorang alim ulama yang tahu hukum, namun tidak mangamalkannya dalam berbagai macam bentuk hukum bacaan.3 Menurut hemat peneliti, ketika dai tidak menggunakan kaidah tajwid dalam cermahnya, bukan akibat dari ketidaktahuan dai mengenai hukum bacaan Al-Qur`an, namun lebih mengarah kepada mengikuti nada dalam berceramah.

Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai bacaan Al- Qur`an dai/ah selebriti (populer), yang sudah memenuhi syarat disebut sebagai dai selebriti, salah satunya adalah dai yang menghasilkan rating tinggi (media televisi) dan memiliki viewers dan banyak subscriber (channel YouTube). Adapun dai yang masuk dalam kategori selebriti menurut hasil penelitian adalah K.H. Haris Hakam, Mamah Dedeh, Ustaz Abdul Somad dan Ustaz Adi Hidayat.

Ceramah para dai tersebut hanya dibedakan dnegan media berdakwahnya, yaitu televisi dan YouTube.

1. Analisis Bacaan Al-Qur`an Dai Selebriti Dalam Stasiun Televisi

Begitu banyak penceramah yang muncul di muka media massa, khususnya media sosial, bahkan tak bisa dihitung. Diyakini bahwa setiap dai yang muncul di media memiliki ilmu pengetahuan agama yang tidak dapat diragukan

3Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, (Tangerang Selatan: Yayasan Bengkel Metode Maisura, 2017), h. 276, 288, 289

lagi. Sejalan dengan adanya media, para dai berpindah haluan, yaitu mulai mengunggah hasil ceramahnya di media, walaupun kadang kala bukan sang dai yang mengunggah.

Salah satunya adalah media televisi. Televisi sangat membantu masyarakat mengetahui informasi dan pengetahuan dalam bidang agama khususnya, karena banyak stasiun televisi yang menyuguhkan acara religi. Peneliti akan membahas 2 dai yang memiliki rating tinggi dalam ceramahnya, dan menguntungkan bagi stasiun televisi (Indosiar dan TV One) yaitu K.H. Haris Hakam dan Mamah Dedeh.

a. K.H. Haris Hakam

Beliau adalah salah seorang dai penceramah di stasiun televisi TV One dalam acara Damai Indonesiaku. Menurut penuturan M. Agung Izzul Haq:

“Kiai Haris tu orangnya ganteng, berwibawa, secara keilmuan sangat jelas, secara model, bajunya beliau katanya mendapat penghargaan dari salah satu stasiun televisi bahwa belau sangat matching sekali bajunya, dan ternyata kiai Haris adalah kiai yang menyumbangkan rating yang bagus untuk acara Damai.4

Dari penuturan tersebut, pakaian merupakan salah satu daya tarik tersendiri di dalam media massa.

Keilmuan beliaupun tidak dapat diragukan lagi, karena beliau mengisi ceramah di 40 majelis ta’lim rutin di Jakarta, Tangerang, dan Bogor. Kajian beliau meliputi Tafsir Al-Qur`an, Hadis Fikih, Theologi dan Adab.

4 Wawancara dengan Eksekutif Produser Program Religi Damai Indonesiaku di TV One, Sabtu, 27 Juli 2019

Berkenaan dengan kajian ilmu Al-Qur`an, peneliti akan menganalisis bacaan Al-Qur`an beliau yang di ambil dari cuplikan-cuplikan ceramah beliau menurut standar bacaan Metode Maisûrâ adalah sebagai berikut:

Gambar. 4.1 ceramah K.H. Haris Hakam dengan tema Keutamaan Taat Kepada Allah Swt.

Dengan membawakan tema tersebut5, beliau mengutip ayat Q.S. Ali-Imrân [3]: 97 yang berbunyi:

ِح ِساَّنلا يَلَع ِهّلِلَو...

ْيَبْلا ُّج

ِت

َم

ْسلا ِن َعاَطَت

َلِإ ِهْي

...الْيِبَس .

Dengan adanya batasan kajian hukum tajwid dalam penelitian ini, maka di dalam ayat tersebut terdapat beberapa hukum bacaan, yaitu Mad Tabî'iy

5Peneliti mengutip ceramah melalui channel YouTube Ahmad Nuryadi, yang dipublikasikan pada tanggal 21 Agustus 2016. (silahkan cek KH Haris Hakam 21 Agustus 2016 TV One) di akses tanggal 13 Agustus 2019 pada menit ke 23.29

pada kata

ِهّلِل - ِساَّنلا - َعاَطَتْسلا - الْيِبَس

lalu terdapat bacaan Ghunnah pada kata

ِساَّنلا

(Nûn bertasydîd).

Menurut analisis peneliti, bacaan Al-Qur`an beliau dalam ayat tersebut tidak menerapkan kaidah Ghunnah pada kata

ِساَّنلا

(Nûn bertasydîd) yang terdapat di dalam buku Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an

METODE MAISÛRÂ pada pembahasan BAB V

IBDILÂBIKH FÂSYAMÎGHUN, bagian F Ghunnah, halaman 57. Beliau membacanya dengan menggunakan kaidah Izhâr Halqiy (jelas, tanpa dengung).

Gambar 4.2 ceramah K.H Haris Hakam dengan tema Kebutuhan Manusia Akan Hidayah Allah Swt.

Dengan membawakan tema tersebut6, beliau mengutip ayat Q.S. Al-Fâtihah [1]: 6-7 yang berbunyi:

6Peneliti mengutip ceramah melalui channel YouTube Damai Indonesiaku, yang dipublikasikan pada tanggal 10 April 2017. (silahkan cek Damai Indonesiaku: “Kebutuhan





























Hukum bacaan yang terdapat di dalam ayat tersebut adalah:

Hukum Ayat

Mad Tabî’iy

َطاَرِص

َنْيِذَّلا ِبْوُضْغَلما

Izhâr Halqiy

َتْمَعْنَأ

Izhâr Syafawiy

ِرْيَغ ْمِهْيَلَع

َلاَو ْمِهْيَلَع

Mad Lazim Kilmi

Mutsaqqal

َنْيِّلاَّضلا

Menurut analisis peneliti, bacaan Al-Qur`an beliau khususnya pada kata

َطاَرِص

(Mad Tabî’iy), beliau membacanya melebihi 2 harakat (yaitu 3 harakat)7 tidak sesuai dengan kaidah Mad Tabî’iy pada BAB VI MACAM-MACAM MAD, sub bab A Mad Tabî’iy halaman 63, dan pada kata

َتْمَعْنَأ

beliau

Manusia Akan Hidayah Allah Swt” – (part 2)) di akses tanggal 13 Agustus 2019 pada menit ke 4.26

7Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ, h. 62

memanjangkan bunyi huruuf

َت

menjadi 2 harakat, padahal huruf

َت

tersebut tidak memiliki hukum bacaan.

Gambar. 4.3 ceramah K.H. Haris Hakam dengan tema Sabar Menghadapi Musibah

Dengan membawakan tema tersebut8, beliau mengutip ayat Q.S. Al-Baqarah [2]: 156 yang berbunyi:

…













Hukum bacaan yang terdapat di dalam ayat tersebut adalah:

Hukum Ayat

Mad Jâiz Munfasil

اَّنِاآْوُلاَق

ِهْيَلِاآَّنِا

8Peneliti mengutip ceramah melalui channel YouTube Damai Indonesiaku, yang dipublikasikan pada tanggal 30 September 2018. (silahkan cek “Sabar Menghadapi Musibah” Damai Indonesiaku 30 September 2018” di akses tanggal 13 Agustus 2019 pada menit ke 49. 40

Ghunnah

اَّنِا

Mad Tabî’iy

ْوُلاَق اَّنِا

ِهّلل َنْوُعِجاَر

Mad ‘Ârid Li As-Sukûn

َنْوُعِجاَر

Menurut analisis peneliti, bacaan Al-Qur`an beliau khususnya pada kata

اَّنِا

tidak menerapkan kaidah Ghunnah, tetapi justru membacanya dengan kaidah Izhâr Halqiy (jelas, tanpa dengung) pada Bagian Kedua Sub I: Catatan Akhir sub bab A Hukum Bacaan Izhâr Halqiy buku Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisûrâ halaman 302, begitu juga pada kata

ِهْيَلِاآَّنِا

(Ghunnah dan Mad Jâiz

Munfasil) beliau tidak menerapkan kedua kaidah bacaan tersebut, Ghunnah beliau baca dengan Izhâr Halqiydan Mad Jâiz Munfasil beliau baca dengan menggunakan kaidah Mad Tabî’iyyakni panjang bacaan 2 harakat.Lalu pada kata

َنْوُعِجاَر

(Mad ‘Ârid Li As-Sukûn) beliau membaca kata tersebut tidak sesuai dengan tempo bacaan yang tertuang dalam buku Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode

Maisûrâ BAB VI MACAM-MACAM MAD bagian B Mad Far’iy pada halaman 71, yakni paling sedikitnya tempo panjang bacaan Mad ‘Ârid Li As-Sukûn adalah dua harakat, dengan syarat bila didahului dengan bacaan panjang 2 harakat pada awal bacaan Mad ‘Ârid Li As-Sukûn ketika membaca Al-Qur`an. Begitupun seterusnya untuk panjang bacaan 4 harakat dan 6 harakat.

Gambar. 4.4 ceramah dengan tema Menyucikan Diri

Dalam ceramahnya kali ini9, beliau membacakan kalamullah Q.S. Al-A’raf [7]: 23 yang berbunyi:



























Adapun macam-macam hukum bacaan yang terdapat dalam ayat yang beliau bacakan adalah:

9 Peneliti mengutip ceramah melalui channel YouTube Ahmad Nuryadi dengan judul KH Haris Hakam Damai Indonesiaku TV One 17 Juni 2017, di akses tanggal 13 Agustus 2019 pada menit 17.46

Hukum Ayat

Mad Tabî’iy

اَنَّبَر اَنَسُفْنَا اَنَلْرِفْغَت اَنْمَحْرَت

َّنَنْوُكَنَل

Mad Jâiz Munfasil

اَنَسُفْنَاآَنْمَلَظ

Ikhfa

اَنَسُفْنَا

Idghâm Bilâ Ghunnah

ْمَّل ْنِاَو

Izhâr Syafawiy

اَنْمَحْرَت

Ghunnah

َّنَنْوُكَنَل

Mad ‘Ârid Li As-Sukûn

َنْيِرِساَلخا

Namun, pada beberapa hukum, beliau tidak membacanya sesuai kaidah yang benar, yakni kata

اَنَّبَر

yang seharusnya huruf

ن

dibaca panjang 2 harakat (Mad Tabî’iy), namun oleh beliau dibaca tanpa mad.

Lalu kata

اَنَسُفْنَاآَنْمَلَظ

pada hukum Mad Jâiz Munfasil, beliau membaca tanpa menggunakan panjang bacaan sesuai kaidah tajwid (yakni 4 atau 5 harakat), justru

Dalam dokumen ANALISIS BACAAN AL-QUR`AN DAI/AH SELEBRITI (Halaman 119-127)