• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akar Kultural Manajemen Mutu SD Berbasis Religi

Dalam dokumen Menggagas Pendidikan Masa Depan (Halaman 33-36)

Manajemen Mutu Sekolah Dasar Berbasis Religi

4. Akar Kultural Manajemen Mutu SD Berbasis Religi

Dalam riset lanjutan (Imron, 2010), kami juga menemukan, bahwa SD berbasis religi mempunyai kultur mutu yang digali, dikembangkan dan disempurnakan oleh pendiri/pendahulunya, kemudian diwariskan kepada (dan dilestarikan oleh) para penerusnya. Kultur mutu SD berbasis religi, digali dari khasanah budaya dan kearifan lokal serta filsafat hidup para pendiri, yang secara umum telah sukses dipraktikkan dalam kehidupan nyata. Kultur mutu disimbolkan dalam berbagai ungkapan moto, semboyan atau slogan yang mengarah pada pencapaian mutu, sehingga mudah diingat oleh warga sekolah dan banyak menginspirasi untuk berlomba mencapai mutu.

Agar kultur mutu SD berbasis religi selalu diingat dan menjiwai setiap tindakan warga sekolah, oleh pengelola senantiasa disosialisasikan baik secara tertulis maupun secara lisan melalui berbagai media dan saluran komunikasi. Dalam sosialisasi kultur mutu, banyak dicontohkan warga dan alumni SD berbasis religi yang meraih berbagai prestasi. “Ritual” pemberian reward material dan non material kepada warga yang berhasil mencapai dan mewujudkan mutu tertentu, diberikan oleh pengelola sekolah pada saat ada upacara rutin mingguan dan bulanan serta saat acara wisuda dan pelepasan lulusan.

Hadirin yang saya hormati,

Dari hasil riset 2004, 2009 dan 2010 tersebut, kami banyak mendapatkan inspirasi untuk mengerucutkan riset pada satu aspek substantif manajemen mutu sekolah berbasis religi yang kedudukannya sangat urgen menurut saya, ialah manajemen mutu peserta didik. Saya menyatakan sangat urgen, karena aspek substantif manajemen apapun yang dilakukan di sekolah, akhirnya bermuara pada sentral layanan, ialah peserta didik (Imron, 2013). Begitu urgennya, sehingga riset berikutnya tidak hanya saya batasi pada SD berbasis religi, tetapi SD secara umum, dan bahkan pada jenjang-jenjang berikutnya: SMP dan SMA. Itulah sebabnya, kami melakukan riset multi years tentang manajemen peserta didik yang mengintegrasikan secara berimbang tentang nilai-nilai kompetitif dan nilai-nilai solidaritas. Di akhir riset, kami punya target untuk menghasilkan model, panduan dan buku ajar matakuliah manajemen peserta didik, yang mengintegrasikan nilai-nilai kompetitif dan solidaritas peserta didik.

Dari riset pada SD berbasis religi (2004, 2009 dan 2010), kami memang telah mendapati, bahwa pada SD berbasis religi yang berada pada kategori unggul, tingkat kompetitif siswanya relatif tinggi, dan tingkat solidaritasnya relatif rendah. Sementara pada SD berbasis religi yang tidak unggul, tingkat solidaritasnya tinggi tetapi tingkat kompetitifya rendah. Saya punya obsesi, melalui riset multi years yang berlangsung mulai 2014 dan masih berlanjut di tahun 2015 ini, bahwa ketika ada integrasi nilai kompetitif dan solidaritas secara berimbang melalui manajemen peserta didik, maka peserta didik mempunyai karakter kompetitif dan karakter solidaritas sosial yang sama-sama tinggi. Model dan panduan yang dihasilkan melalui riset multi years tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai instrumen alternatif untuk intervensi terhadap peserta didik, agar mereka kelak menjadi orang pintar yang punya kesetiakawanan sosial yang tinggi terhadap warga bangsa dan masyarakatnya (Imron, 2014 dan 2015).

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, T. 2003. Multiple Intelligences for Classroom. Scond Edition. BSNP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BSNP Depdiknas.

Danzberger, J.P. et. all. 1992. Governing Public Schools: New Time, New Requirement. Washington DC: The Institute for Educational Leadership. Depdiknas. 2004. Kerangka Acuan Kajian Manajemen Pendidikan pada Satuan Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah untuk Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Pendidikan TK-SD, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas.

Depdiknas. 2004. Pedoman Sekolah Standar Nasional. Jakarta: Direktorat PLP, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas.

DePorter, B. et.al. 2002. Quantum Teaching: Orchestrating Student Success. Second Edition. Boston:

Allyn and Bacon.

Gardner, H. 1(999. Multiple Intelligences : The Theory and Practices. Second Edition. New York: Basic Books.

Geertz, C. 1986. Perubahan Sosial dan Modernisasi Ekonomi di Dua Kota di Indonesia. Dalam Abdullah, T. Agama, Etos Kerja dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta: LP3ES.

Geertz, C. 1990. Santri, Abangan dan Priyayi. Jakarta: LP3ES

Gorton, R. A. 1981. School Administration: Challenge and Opportunity for Leadership. Iowa: Wim C.

Brown Co. Pub.

Gorton, R.A and Schnelder, G.T. 1991. Schools Based Leadership: Challenges and Opportunities.

Iowa: Wim C. Brown Co. Pub.

Hamzah, H. 2009. Seabad Harkitnas-Dasawarsa Reformasi: Membangun Watak Bangsa, Apa Bisa?

(Online). (http://www.lampungpos.com/, diakses tanggal 13 Pebruari 2009).

Hess, G.A. Jr. 1991. School Rerstructuring: Chichago Style. Newbury Park, CA: Corwin Press.

Imron, A. et.al. 2004. Kajian Manajemen Pendidikan Sekolah Unggulan pada Satuan Pendidikan Sekolah Dasar. Malang: Puslit Pendidikan Lemlit UM.

Imron, A. et.al. 2004. Peranan Stake Holders Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Malang: Jurusan AP FIP Universitas Negeri Malang.

Imron, A. 2009. Manajemen Mutu Sekolah Dasar Berbasis Religi (Studi Multi Kasus di SD Mintu, SD Iwaha, SD Kasayuga dan SD Kripe). Disertasi Tidak Diterbitkan. Malang: Pascasarjana UM.

Imron, A. 2010. Proses Majemen Mutu Sekolah Dasar Berbasis Religi. Laporan Penelitian. Malang:

Lemlit UM.

Imron, A. 2010. Majemen Mutu Pendukung Akademik Sekolah Dasar Berbasis Religi. Laporan Penelitian. Malang: Lemlit UM.

Imron, A. 2013. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Imron, A. dan Triwiyanto, T. 2014. Pengembangan Model Manajemen Peserta Didik dengan Mengintegrasikan Balancing-Competitive Solidarity Value dalam Rangka Penyiapan Generasi Berkarakter Kompetitif dan Berkesetiakawanan Sosial Menyongsong Era Bonus Demografi.

Laporan Penelitian Tahun ke-I. Malang: LP2M UM.

Imron, A. dan Sobri, AY. 2015. Pengembangan Model Manajemen Peserta Didik dengan Mengintegrasikan Balancing-Competitive Value Solidarity dalam Rangka Penyiapan Generasi Berkarakter Kompetitif dan Berkesetiakawanan Sosial Menyongsong Era Bonus Demografi.

Laporan Kemajuan Penelitian Tahun ke-2. Malang: LP2M UM.

Juran, J.M. 1990. Juran on Leadership for Qualitiy, An executive Handbook. New York: The Free Press. A Division of Macmilan, Inc.

Keith, A. T. 1991. School Financial Management. New York: McGwaw Hill Book Co.

Lipham, J.M. et. al. 1985. The Principalship: Concepts, Competencies, and Cases. New York:

Robbins, S.P. 2002. Organizational Theory. Fiveth Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Robbins, S.P. 2002. Organizational Behavior : Conceps, Controversies, Applications. Eighth Edition.

New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Sallis, E. 1993. Total Quality Management In Education. London: Cogan Page Educational Management Series.

Satori, D. 2006. Manajemen Pemberdayaan SDM Persekolahan. Jakarta: Ditjen Mutendik Depdiknas.

Sergiovanni, T. J. 1987. The Principalship: A Reflective Practice Perspective.

Boston: Allyn and Bacon, Inc

Stoops, E. dan Johnson, R.E. 1967. Elementary Schools Administration. New York: McGraw-Hill Book Company.

Stoops, E. et. al. 1981. Handbook of Educational Administration: A Guide for The Practitioner. Second Edition. Boston: Allyn and Bacon,

Timar, T. 1989. The Politics of School Restructuring. Phi Delta Kappan, 71 (4), 256-175.

Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Weber, M. 1986. Sekte-sekte Protestan dan Semangat Kapitalisme. Dalam Abdullah, T. 1986.

Agama, Etos Kerja dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta: LP3ES.

Weber, M. 1986. Sikap-sikap Agama Dunia Lain terhadap Orde Sosial dan Ekonomi. Dalam Abdullh, T. 1986. Agama, Etos Kerja dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta: LP3ES.

Wikipedia Indonesia.https://www.wikipedia.org/. Diakses 2015.

Dalam dokumen Menggagas Pendidikan Masa Depan (Halaman 33-36)