• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menggagas Pendidikan Masa Depan

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Menggagas Pendidikan Masa Depan "

Copied!
402
0
0

Teks penuh

Kumpulan pidato profesor ini dikemas dalam 4 (empat) tema utama, antara lain: (1) Sains dan Teknologi; (2) Pembahasan ilmu sosial dan budaya Indonesia; (3) Wawasan Pendidikan Indonesia; dan (4) Mereka adalah pembelajaran inovatif. Berisi petikan sembilan belas teks pidato dari guru besar Universitas Negeri Malang bidang pendidikan.

Pembinaan Profesional Kepala Sekolah

Kompetensi Profesional Kepala Sekolah

Pandangan yang lebih umum mengemukakan tujuh peran kepala sekolah yang disingkat EMASLIM (educator, manager, administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator). Tugas bidang supervisi merupakan tugas kepala sekolah yang berkaitan dengan pembinaan guru untuk perbaikan pembelajaran.

Pembinaan Profesional Kepala Sekolah

Oleh karena itu, perlu dirumuskan model pengembangan keprofesian kepala sekolah yang lebih efektif untuk meningkatkan kompetensi profesional kepala sekolah. Berdasarkan hasil penelitian yang ada, langkah-langkah pengembangan keprofesian kepala sekolah yang efektif dapat diuraikan sebagai berikut.

Penutup

Hasil penelitian saya (2007) menunjukkan adanya peningkatan kompetensi kepemimpinan transformasional pemimpin sekolah melalui teknik evaluasi diri. Faktor-faktor penentu kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan pengaruhnya terhadap motivasi kerja, budaya, efektivitas kerja sama tim, dan pengembangan organisasi sekolah dasar.

Manajemen Mutu Sekolah Dasar Berbasis Religi

  • Manajemen Mutu Akademik SD Berbasis Religi
  • Manajemen Mutu Pendukung Akademik SD Berbasis Religi
  • Akar Religi Manajemen Mutu SD Berbasis Religi
  • Akar Sosial Manajemen Mutu SD Berbasis Religi
  • Akar Kultural Manajemen Mutu SD Berbasis Religi

Manajemen mutu dukungan akademik SD berbasis agama terdiri dari: (1) manajemen kesiswaan, (2) manajemen tenaga pengajar, (3) manajemen infrastruktur, (4) manajemen keuangan, dan (5) manajemen partisipasi masyarakat (Imron, 2009). Manajemen Mutu Berbasis Agama untuk Sekolah Dasar (studi multi kasus di SD Mintu, SD Iwaha, SD Kasayuga, dan SD Kripe).

Revitalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar

  • Pentingnya Pendidikan Karakter bagi Manusia Hadirin yang Mulia,
  • Masalah Dehumanisasi Manusia Hadirin yang mulia,
  • Pendidikan Karakter Hadirin yang mulia,
  • Paradigma Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
  • Masalah Praktik Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Hadirin yang Mulia,
  • Masalah Perilaku Moral di Sekolah Dasar
  • Revitalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
    • Implementasikan pendidikan nilai dan karakter di SD dengan pendekatan menyeluruh (comprehenship approach)
    • Pendidikan karakter di SD hendaknya terfokus pada nilai-nilai Inti dalam Pancasila
    • Pengoperasian pendidikan karakter dengan sebelas prinsip

Pendidikan karakter bangsa di sekolah dasar dilaksanakan berdasarkan (seperti yang saya tulis dalam teks akademik Pedoman pengembangan pendidikan karakter melalui pendekatan komprehensif). Ketujuh, mengintegrasikan praktik pendidikan karakter di sekolah dasar dalam berbagai mata pelajaran di sekolah dasar.

Menggagas Interkoneksi Antar Jalur Pendidikan

Sinergi Pendidikan Sekolah dan Pendidikan Luar Sekolah dalam Pembangunan Pendidikan Nasional

Pendahuluan

Untuk mewujudkan prinsip belajar dan pendidikan sepanjang hayat, peran pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan nonformal dan informal sangat strategis. Selama masa berlaku UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, terdapat dua jalur pendidikan, yaitu jalur sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah.

Artikulasi Pendidikan Luar Sekolah (PAUDNI)

Istilah PAUDNI sering dikaitkan dengan istilah pendidikan ekstrakurikuler (PLS), pendidikan non formal dan pendidikan informal. Diagram ini memudahkan untuk memahami apakah bentuk pendidikan nonformal dan pendidikan informal ada dalam setting khusus di luar sistem pendidikan formal.

Signifikansi PLS

Dalam konteks ini, pendidikan formal hanya dianggap sebagai salah satu komponen sistem pendidikan di samping komponen pendidikan nonformal dan pendidikan nonformal. Pada periode ini, peran pendidikan nonformal lebih dititikberatkan pada bentuk pendidikan masyarakat yang sasarannya adalah pemuda dan pemudi sebagai kader masyarakat. Pendidikan nonformal tidak sebatas sebagai pengganti, tetapi telah berkembang menjadi pelengkap pendidikan formal dalam pembangunan masyarakat.

Undang-undang ini menggunakan nomenklatur pendidikan nonformal dan pendidikan informal sebagai pengganti istilah “pendidikan luar sekolah” yang digunakan dalam undang-undang sebelumnya. Ada pendidikan nonformal dan pendidikan informal yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan.

Complementary Education

Memang, pendidikan ekstrakurikuler yang diselenggarakan dengan program yang sistematis muncul kemudian dan selanjutnya disebut sebagai sistem/subsistem pendidikan nonformal. Konsep pendidikan nonformal, menurut Evans, adalah kegiatan pendidikan yang diselenggarakan di luar sistem pendidikan formal yang menempatkan pendidikan nonformal sebagai bagian dari keseluruhan konsep sistem pendidikan yang terintegrasi. Ditinjau dari tujuan pembelajaran/pendidikan, pendidikan nonformal bertanggung jawab untuk mencapai dan memenuhi tujuan yang sangat luas jenis, jenjang dan cakupannya.

Terdapat tujuan pendidikan nonformal yang menitikberatkan pada pemenuhan kebutuhan dasar pendidikan seperti pendidikan keaksaraan, pengetahuan alam, keterampilan vokasional (kesejahteraan sosial ekonomi), pengetahuan gizi dan kesehatan, sikap sosial keluarga. Ada pula pendidikan nonformal yang ditujukan untuk kepentingan pendidikan lanjutan (continuing education) setelah terpenuhinya pendidikan dasar, serta pendidikan ekstensi dan pendidikan nilai-nilai kehidupan.

KONEKSITAS, KOMPATIBILITAS, INTEGRASI, DAN KOHERENSI (KKIK) ANTAR JALUR PENDIDIKAN

Tidak sulit menemukan bukti lain melalui observasi umum di kota-kota besar, berapa banyak siswa sekolah, dari SD hingga perguruan tinggi, yang mengikuti pendidikan nonformal di luar waktu belajarnya di sekolah. Lembaga bimbingan belajar (LBB) tersebar dimana-mana, baik yang didirikan secara lokal di setiap daerah maupun yang merupakan franchise dari brand lembaga bimbingan belajar ternama. Berdasarkan ketentuan dan penuturan di atas, dapat dikemukakan bahwa, pertama, jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional, yang dapat saling melengkapi dan memperkaya; kedua, tiga jalur pendidikan terpadu dalam sistem pendidikan nasional merupakan upaya sengaja dan terencana untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berkualitas sebagaimana yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.

Jalur pendidikan nonformal dan pendidikan informal belum dikembangkan sebagai upaya sadar dan terencana oleh Depdiknas sehingga jalur pendidikan informal dengan sendirinya (1) tidak dapat saling melengkapi dan memperkaya dengan kedua jalur pendidikan lainnya, dan (2) jalur pendidikan informal tidak memiliki daya formatif bagi terciptanya kehidupan pendidikan sehari-hari guna mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Praktik-praktik tersebut masih belum dikelola oleh sistem pendidikan nasional dalam kerangka pengembangan jalur pendidikan nonformal dan informal, karena belum ada payung kebijakan yang menjadi dasar pengembangan program dan kelembagaan jalur tersebut.

Simpul-Simpul Koneksitas dan Integrasi

Konektivitas, Kesesuaian, Keterpaduan dan Keterpaduan (KKIK) antar jalur pendidikan diharapkan mampu memberikan ruang lingkup dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik untuk memperoleh pengakuan atas pembelajaran yang telah diperolehnya melalui jalur pendidikan tertentu atau belajar mandiri. hasil belajar, serta secara hukum. Beberapa kebijakan yang dapat dilihat sebagai simpul KKIK antar jalur pendidikan antara lain: pengakuan hasil belajar terdahulu (PHBP), model multi input multi output, sistem kredit kompetensi (CSK), model pengumpulan kredit, model pengakuan kredit, pendidikan kesetaraan nasional ujian, dan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. SKK merupakan penghargaan atas pencapaian kompetensi sebagai hasil belajar siswa dalam penguasaan suatu mata pelajaran.

Konsep dasar KKNI sangat sesuai dengan gagasan KKIK antar jalur pendidikan dan harus dapat memberikan ruang dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik untuk memperoleh pengakuan atas pembelajaran yang diselesaikan melalui jalur pendidikan tertentu atau belajar mandiri oleh badan-badan yang mengakui hasil belajar baik secara substantif maupun harafiah secara legal formal, khususnya di dunia kerja. Pada gambar di bawah ini adalah interaksi pendidikan nonformal dan informal sebagai komponen pembentukan kompetensi profesional, kejuruan dan profesional, yang akan mempengaruhi tingkat keterampilan kerja, jabatan dan remunerasi.

PENUTUP

Berdasarkan preseden sistem SKS di perguruan tinggi, sistem SKU dan SKK di Gerakan Pramuka, dan sistem Iqro; model KKIK dalam sistem pendidikan nasional dapat dikembangkan. Sedangkan pendidikan informal yang ada, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 27 ayat (1), (2) dan (3), hanya sebatas belajar mandiri dalam keluarga dan lingkungan, sebagaimana bawahan pendidikan formal dan non formal. Persyaratan untuk menerbitkan Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Non-Formal dan Pendidikan Informal sebagaimana disyaratkan oleh UU No. 20 Tahun 2003 dalam Pasal 26(7) dan Pasal 27(3) belum terpenuhi.

Ketentuan tentang pengakuan hasil pendidikan informal sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diatur lebih lanjut dengan peraturan negara (Pasal 27 ayat 3). Untuk mendukung implikasi kebijakan di atas, perlu dilakukan kajian mendalam terhadap potensi dan aktualisasi pendidikan informal dan nonformal dalam sistem pendidikan nasional.

Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

Dengan kata lain, desentralisasi pendidikan yang tujuannya adalah mendemokratisasi masyarakat (daerah) untuk menata dan memutuskan apa urusan dan kepentingannya, termasuk kebutuhan dan urusan pendidikan bagi masyarakat, belum sepenuhnya tercapai. 2003). : 1). Desentralisasi pendidikan untuk mencapai otonomi pendidikan yang sesungguhnya harus menjangkau tingkat sekolah individual. Pihak-pihak yang terlibat tidak hanya berasal dari dalam sekolah (guru, pengawas, siswa, orang tua siswa), juga tidak hanya terbatas pada mereka yang berstatus PNS, tetapi bisa juga berasal dari luar pemerintah atau sekolah yang “di luar sekolah”, seperti intelektual, aktivis LSM dan lain-lain.

Dalam setiap usaha untuk mencapai tujuan pendidikan baik tujuan kuantitatif maupun kualitatif biaya pendidikan memegang peranan yang sangat menentukan. Pembiayaan pendidikan bukan lagi tentang 'siapa yang harus dan tidak boleh diprioritaskan dalam pembiayaan pendidikan' (isu tahun 1980-an), tetapi tentang 'berapa kelompok siswa/sekolah tertentu yang mendapat alokasi uang dan berapa banyak kelompok siswa lain dan apa kriterianya?” Dalam sejarah pendanaan pendidikan yang menggunakan formula, “formula pendanaan berdasarkan kebutuhan” mewakili “generasi keempat” (Caldwell, Levacic, dan Ross.

Cybercounseling Kognitif Behavioral: Peluang Konselor Berdaya Saing di Era MEA

  • Konseling Kognitif Behavioral
    • Hakikat Konseling Kognitif Behavioral
    • Karakteristik Konseling Kognitif Behavioral
    • Tahap-tahap konseling Kognitif Behavioral
    • Tahap Awal
    • Tahap Tengah
    • Tahap Akhir
  • Cybercounseling 1. Hakikat Cybercounseling
    • Website Cybercounseling
    • Spesifikasi Software dan Hardware
    • Pelaksanaan Cybercounseling
    • Etika dalam Cybercounseling
    • Keunggulan dan Keterbatasan Cyber a. Keunggulan
  • Prosedur Pengoperasian Website 1. Persiapan
    • Pelaksanaan
  • Penutup

Konseling perilaku kognitif adalah konseling yang menggabungkan pendekatan kognitif dan perilaku untuk mengatasi masalah psikologis (Corey, 2009). Karakteristik konseling kognitif-perilaku meliputi: (1) Konseling kognitif-perilaku berdasarkan model kognitif dalam menjelaskan perilaku emosional. Langkah terakhir dalam tahap awal konseling perilaku-kognitif adalah memprioritaskan pikiran, perasaan, dan perilaku klien.

Tahap tengah konseling perilaku kognitif merupakan tahap inti dari konseling, yaitu tahap untuk memulai diskusi dan pemecahan masalah. Selain instruksi diri, salah satu teknik lain yang dapat digunakan dalam konseling perilaku kognitif adalah restrukturisasi kognitif.

Meramu Model Konseling Berbasis Budaya Nusantara: KIPAS (Konseling Intensif Progresif

DOI: 10.2307/1170741

Sistem Pakar dalam Revolusi Manajemen Pendidikan, Pidato Pengukuhan Guru Besar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, 21 Agustus 2019. Persepsi karakteristik kepemimpinan moral-spiritual guru di kalangan guru dan kepala sekolah. Tata Kerja. Pengembangan Pembelajaran di Era Revolusi Industri 4.0 Makalah Seminar Pendidikan Nasional pada Program Studi Manajemen Pendidikan, Direktorat Program Pendidikan Pascasarjana, Universitas Tamansiswa (UST) Yogyakarta.

Membangun Kemandirian Perilaku Ekonomi Melalui Intervensi Komprehensif: Analisis Model Bimbingan

Secara umum softskill yang perlu dipersiapkan agar mahasiswa dapat bergerak menuju kemandirian perilaku ekonomi, 7 softskill dan sikap atau karakter dapat dicantumkan disini. Oleh karena itu, kegigihan, ketangguhan, tidak mudah menyerah dan tidak putus asa adalah sifat-sifat yang dapat dikembangkan. Pada proses selanjutnya melalui tahap ini konselor memilih informasi data mana yang dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi pertanyaan yang akan diajukan agar siswa mendapatkan penjelasan.

Tesis dan kesepakatan baru diperkuat melalui identifikasi tindakan praktis yang dapat dilakukan oleh siswa. Representasi realitas dalam bentuk fisik yang dapat diamati secara langsung (Harre, dalam Richey, 1986) seperti diagram alir, gambar skala, bola dunia, organ dalam tubuh manusia.

Referensi

Dokumen terkait

Penguatan Pendidikan karakter di SD juga sudah mulai diterapkan supaya peserta didik memiliki karakter yang baik, literasi yang tinggi, dan memiliki kompetensi yang unggul