• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Perkembangan

Palingkau merupakan desa perintis. Desa tersebut dihuni dua hingga tiga generasi saja hingga saat ini. Berdasarkan riwayat hidup mengenai orang yang berumur 50- an tahun (Tipe1),tampak adanya pilihan ekonomi yang berbeda dalam kurun waktu beberapa dasawarsa. Karena waktu dan modal yang dikeluarkan tidak sama besamya dalam kegiatan pertanian, bagian hasil panen yang diperoleh berbeda pula.

Dengan membandingkan keadaan petani kawakan dengan keadaan petani yang lebih muda (Tipe ll-B) dapat disimpulkan bahwa pada awalnya usaha yang dilakukan sama: memiliki sedikit atau tidak memiliki lahan, tidak memiliki uang muka. Tanpa memiliki modal lebih dahulu, peluang untuk mengembangkan usaha tidak mungkin dapat dicapai.

Berikut dipaparkan diagram:

• absis menunjukkan "peranan usaha pertanian" bagi tipe petani. Pengertian kuali- tatif itu menunjukkan tingkat keterlibatan petani dalam usaha pertanian.

Pengertian itu mencakup luas lahan yang dimiliki sekaligus waktu yang disediakan untuk menggarap lahannya;

• ordinat menunjukkan "rentangan waktu yang besar untuk mencapai stadium perkembangan", atau tipe.

Tipe I-A, I-B dan I-C merupakan stadium perkembangan yang paling "maju" dalam riwayat hidupnya. Mereka mengumpulkan harta dengan pembelian lahan. Petani muda yang berumur 30-35 tahun dan memiliki satu hektare dapat mengikuti arus perkembangan sehingga menjadi petani tipe 1. Sesuai dengan tujuan hidupnya, ia dapat memilih:

• meluangkan waktunya secara penuh pada pertanian dan meningkatkan hasilnya dengan melibatkan diri dalam bidang perdagangan (Tipe I-A);

85

• mengkhususkan diri mencari keIja sampingan dan hidup dari tiga sumber pendapatan tambahan: kebun, sawah dan keIja sampingan (Tipe I-B);

• mencurahkan pada perdagangan, kegiatan yang mendatangkan banyak keun- tungan. Untuk teIjun dalam bidang perdagangan, diperlukan modal yang cukup.

Modal itu dapat berasal dari surplus yang diperoleh dari kegiatan tani (Tipe I-C).

Gambar22.Diagram Perkembangan

...-...... """"""" ,,'....'

--- "" Perkembangan / / ' ...:~~---.---_/

Kegiatan tanl (lu. . IIIh.n.bony.laIy.Ug/lltonJ

Keuntungan yang diperoleh dari skema tersebut adalah bahwa keanekaragaman situasi (Tipe ll-A/petani muda pemula) dapat dilihat secara jelas. Berdasarkan keadaan petani yang di wawancarai, dapat dibuat skenario dan menunjukkan varian- varian yang berkaitan dengan kondisi petani muda pemula:

• skenario 1: Setelah menyisihkan sebagian hasilnya untuk keperluan sendiri, petani muda yang memiliki sedikit lahan atau hasilnya kecil tidak mungkin memperoleh surplus besar. Dia melakukan pekeIjaan harian untuk memperoleh tambahan uang yang cukup demi memenuhi kebutuhan keluarga. la akan mengalami kesulitan mengatasi permasalahannya dan sulit untuk berkembang;

• skenario 2: Petani muda yang memperoleh warisan tanah dapat memulai usaha tani dengan lebih mudah. Petani muda ini tidak ragu-ragu lagi menyediakan pupuk demi perbaikan produksi pertaniannya. Jadi, ia dapat memperoleh surplus hasil pertanian. Dengan hasil itu, ia dapat mengembangkan usaha pertaniannya;

• skenario 3: Petani yang tidak mampu membeli tanah tetapi melakukan karon, mengalami kesulitan untuk memulai usaha tani. la mencurahkan lebih banyak waktunya untuk mendapatkan keuntungan hasil pertanian dari tanah yang bukan miliknya.

Perlu dicatat bahwa secara keseluruhan, semua jenis petani tersebut adalah petani yang bekeIja paruh waktu di bidang pertanian, namun dalam tingkat yang berbeda- beda selama hidupnya. Akan tetapi, selain petani tersebut, ada juga petani yang

86

Bab III

memiliki pekerjaan di luar bidang pertanian dan terjun sepenuhnya dalam bidang pertanian. Motivasi mereka adalah:

• mendapatkan penghasilan tambahan untuk dapat menyekolahkan anak-anaknya;

• menyediakan tanah yang dapat diwariskan kepada anaknya dan yang dapat digunakan sebagai jaminan hari tua.

Mereka itu adalah pedagang dan pegawai negeri (Tipe III). Karena perluasan kota di Palingkau, mereka berpeluang besar. PLG satu juta hektare meningkatkan jumlah pegawai yang dipusatkan di Kuala Kapuas dan se1anjutnya mencari tanah pertanian di sekitar Palingkau yang menjadi daerah pinggiran kota.

Strategi Tumpang Sari

Padi-rambutan saling melengkapi dari segi penggunaan tenaga kerja dan pemasukan serta pengeluaran.

Pada dasamya, jadwal kegiatan penanaman padi dan rambutan tidak tumpang tindih. Panen rambutan berlangsung dari bulan November hingga Januari dan mencapai puncaknya pada bulan Desember dan Januari. Penanaman padi pertama (lacak) pada umumnya dilakukan pada awal bulan Desember. Akan tetapi, hal itu merupakan pekerjaan ringan yang bukan merupakan puncak kegiatan. Lagi pula panen rambutan biasa dilakukan buruh harian. Persiapan lahan untuk penanaman padi terakhir (tanam) dilakukan selama bulan Februari, ketika produksi pohon rambutan hampir habis.

Bagi petani, penanaman padi dan rambutan di lahan yang sama memungkinkan penghematan waktu. Dengan mudah ia merawat pohon rambutan ketika menyiangi pematang sawah di sepanjang tanggul. Maka, ia dapat melakukan pengawasan yang lebih baik terhadap pohon rambutan.

Pendapatan dari hasil panen rambutan pada bulan Desember dan Januari memberikan pemasukan yang besar. Pemasukan uang ini membagi musim pertanian dalam dua kali penghasilan per tahun yang sebelurnnya hanya diperoleh satu kali masukan yaitu ketika panen padi pada bulan Agustus. Pemasukan dari hasil panen rambutan pada bulan Januari dapat digunakan untuk membiayai penanaman padi. Biaya itu termasuk pembelian pupuk dan upah penyiapan lahan dan biaya penanaman padi. Hampir semua petani, menyatakan bahwa biaya penanaman padi dapat ditutup dengan hasil panen rambutan.

DiversifIkasi produksi pertanian dapat pula mengurangi risiko. Sejumlah petani memiliki sawah dan perkebunan. Akan tetapi, produksi padi dan begitu pula rambutan dipengaruhi oleh iklim danjustru berisiko.

Produksi padi tahunan sangat bergantung pada curah hujan selama dua bulan, setelah tanam terakhir. Dengan demikian, musim kemarau yang lebih awal mempengaruhi tumbuhnya anakan dan produksinya. Tahun ini (1997), produksi padi anjlok antara 1 dan 1,4 tonlha, yang sebelumnya dapat mencapai 2 ton/ha.

Padahal, musim kemarau yang terjadi lebih awal, terjadi setiap 5 atau 7 tahun, akibat dari kekacauan iklim yang disebabkan oleh El Nina. Petak sawah tidak terlepas dari bahaya kebakaran pada musim kemarau. Risiko kebakaran di lahan persawahan yang padinya belum dipanen agak kecil. Namun, kebakaran yang merupakan musibah dapat tiba-tiba terjadi karena puntung rokok yang belum

87

dimatikan dan dapat meluas karena adanya jerami kering di sawah yang sudah dipanen. Hal itu menimbulkan kerusakan tanah yang luar biasa.

Produksi rambutan bervariasi pu1a. Produksi itu bergantung pada curah hujan ketika masa berbunga dan berbuah. Tunas k:uncup bunga memerlukan kemarau pada bulan Mei. Namun, jika hujan tidak turun setelah berbunga (Juni hingga Agustus), bunga mengering dan berguguran atau bunga tersebut tidak dapat berubah menjadi buah.

Jadi, musim kemarau yang benar-benar kering tidak cocok bagi produksi pohon.

Namun, risiko terbesar yang dialami pemilik kebun rambutan adalah kebakaran yang menyebabkan kerusakan yang menghabiskan investasinya. Selama musim kemarau yang berkepanjangan seperti yang teIjadi tahun 1997, sejumlah kebun terbakar habis.

Penyiangan acap kali dilakukan pas sebelum masa panen (November). Memang, rumput yang dibiarkan itu dapat menghambat penguapan tanah dan menciptakan kondisi yang lebih cocok pada pohon, namun, kebun dapat mudah terbakar. Satu- satunya cara yang dapat dilakukan adalah membuat parit untuk menghindari menyalanya kobaran api. Dalam menghadapi kondisi rumit seperti itu, diversiftkasi pertanian dapat dilakukan sebagai cara untuk mengurangi risiko.

Fungsi Ekonomi berbagai Kegiatan

Sistem produksi tradisional di Palingkau adalah menggabungkan sebuah produksi pangan (padi) dan sebuah produksi yang menjadi sumber penghasilan uang (pohon buah-buahan). Di antara beberapa pohon buah yang dapat ditanam di daerah itu, tampaknya, rambutan merupakan pohon yang paling cocok dengan lingk:ungan dan kondisi pemasaran.

Namun selama perkembangan pertanian, terdapat beberapa varian: bagi beberapa petani, padi menjadi tanaman yang menguntungkan dan bahkan baik untuk spekulasi (Tipe I-A), petani Iain tidak melakukan kegiatan tani, maka lahan merupakan harta kekayaan yang dapat dijadikan warisan (Tipe ill-C)o

Fungsi Penanaman Padi

Fungsi utama penanaman padi adalah mewujudkan kelangsungan hidup petani. Padi yang ditanam terutama dimaksudkan untuk swasembada pangan keluarga. Padi merupakan makanan pokok yang dikonsumsi tiga kali sehari: pagi, siang dan malam. Petani makan nasi dengan sayur dari hasil kebun dan ikan yang dimasak dengan santan. Petani memperkirakan kebutuhan keluarga untuk lima orang (orang tua dan tiga anak yang berumur di bawah 15 tahun), sebanyak lebih dari 15 kg beras/minggu(1 blek). Jika dihitung per tahun hasilnya mencapai 70-80 blek padi.

Jadi, produksi padi merupakan hasil utama untuk menghidupi keluarga dan menghasilkan benih untuk penanaman padi di tahun berikutnya.

Surplus padi disimpan di rumah sebagai tabungan jangka pendek. Padi itu akan dijual sedikit demi sedikit selama satu tahun sesuai dengan kebutuhan keuangan bagi keluarga per minggu. Setiap minggu atau setiap bulan, petani akan menjual satu blek beras (10 kilo) secara langsung kepada orang Iain atau menjualnya pada pabrik penggilingan padi di desa itu. Padi merupakan tabungan keluarga. Beras dapat diuangkan dengan mudah dan berfungsi sebagai simpanan jangka pendek.

Simpanan itu pada umumnya dihabiskan pada masa kerja tani dari bulan Oktober

88

BahIII

hingga Desember, lama penyimpanannya tidak lebih dari satu setengah tahun.

Apapun alasannya, padi hasil tahun itu akan dijual sebelum masa panen berikutnya, ketika harganya naik.

Padi dapat juga dijadikan sebagai alat pembayaran. Selama masa keIja tani besar- besaran yaitu penanaman padi pada bulan Februari hingga April, beberapa petani sudah hampir menghabiskan stok padinya, sementara kebutuhan beras dan uang tunai lebih besar. Dari satu sisi, karena anggota keluarga bekeIja berat di sawahjadi perlu makan lebih banyak. Di sisi Iain, karena mereka sibuk di sawah agar mendapatkan uang untuk beli lauk pauknya. Karena terbentur pada urusan sawahnya, ia tidak dapat mencari pekeIjaan sampingan. Petani terpaksa harus meminjam untuk memenuhi kebutuhannya.

la akan meminjam padi yang harganya telah ditentukan pada saat padi itu dipinjam, misalnya ia meminjam 20 blek padi seharga Rp 7.500,001b1ek (harga padi tanggal 10 Maret 1997), sama dengan Rp 150.000,00. Atau uang yang disesuaikan dengan harga padi pada saat ia meminjam. Contohnya, ia meminjam Rp 150.000,00 sama dengan 20 blek padi seharga Rp 7.500,001b1ek (harga tanggallO Maret 1997).

Bunga pinjaman didasarkan pada perbedaan harga beras sebelum masa panen, ketika meminjam (masa paceklik, harga beras tinggi: Rp 7.000,00 hingga Rp 8.000,00Iblek) dan setelah panen, pinjaman dikembalikan (karena melimpahnya beras di pasaran, harga beras Rp 5.500,00 hingga Rp 6.500,00Iblek).

Pada saat panen, ia haros mengembalikan beras sesuai harga padi pada hari itu.

Nilainya sama dengan ketika ia meminjam. Contoh tanggal 20 Agustus 1997, harga beras Rp 6.000,001b1ek padahal ia meminjam Rp 150.000,00 (beras atau uang), jadi ia harns mengembalikan Rp l50.000,00/Rp 6.000,00 Iblek= 25 blek padi.

TabeJ12.Pinjaman Padi TaDggal Pinjaman 10 Maret 1997

Barp padi Rp 7.500/blek Barppadt

Jumlah padi atauBilaiyang dipinjam Rp 150.000 yaitu 20 blek padi PengembaUan pinjaman dalam blek

~

Pengembalian 20 Agustus 1997 Rp 6.000/blek Nilai Rp 150.000 yaitu 25 blek padi

Dalam contoh tersebut, yang meminjarnkan padi akan memperoleh untung sebesar lima blek padi. Sistem kredit pada masa paceklik menunjukkan pentingnya padi sebagai alat pembayaran.

Tetjadinya fluktuasi harga di pasar lokal mengakibatkan harga penjualan padi tidak stabil. Hal itu memungkinkan para petani mempermainkan harga dan melakukan spekulasi. Tujuannya adalah menyimpan stok padi sesuai dengan kemampuan keuangannya, ia meningkatkan stoknya sesuai dengan uang yang dirniliki, dan pada masa keIja tani, ia menjualnya kembali ketika harga membubung pada bulan Juni- Juli tepatnya sebelum panen.

Para petani yang tidak memiliki banyak penghasilan, terpaksa menghabiskan stok padinya tahun itu untuk membiayai keperluannya sehari-hari (Tipe II-A). Mereka akan menjual kembali padinya pada mereka yang mempunyai uang (Tipe l-A).

89

Pembeli mengumpulkan padi pada saat panen ketika harga padi mencapai harga terendah (Rp 5.500,00-Rp 6.000,00/blek). Petani kawakan ini (Tipe III-A-l) melakukan jenis transaksi tersebut. Uang hasil kebun rotanlah misalnya dapat digu- nakan untuk membeli padi sepanjang tahun. la dapat memperoleh keuntungan hingga Rp 1.700,00/blek padi (pembelian Rp 5.300,00/blek dijual kembali seharga Rp 7.000,00).

Mufti Fungsi Kebun Rambutan

Selain membiayai penanaman padi, penghasilandarirambutan dapat pula disimpan untuk keperluan khusus. Panen rambutan berlangsung pada bulan Januari dan Desember. Pada masa itu, para pemilik kebun memperoleh uang dalam jumlah besar. Selama dua bulan tersebut, mereka memanfaatkan uang simpananya untuk keperluan sehari-hari yang tidak mereka belanjakan seluruhnya. Surplus yang diperoleh dalam bentuk: uang, akan disimpan dalam bentuk perhiasan emas. Jadi kekayaan orang dapat dinilai dari simpanan itu, jumlah perhiasan emas yang dipakai oleh para istri dan anak-anaknya, bahkan bayinya pun sering diberi perhiasan. Begitu menjadi kaya, para orang tua membeli cincin, giwang, gelang, kalung rantai untuk anggota keluarganya. Ada dua jenis emas: emas Singapura, lebih merah dan kualitasnya kurang bagus. Harga belinya Rp 23.000,00/gram tetapi harga jualnya hanya Rp 16.000,00/gram. Emas "Amerika" dari Kalimantan dengan warna kuning, kualitasnya lebih bagus. Harga belinya Rp 30.000,00/gramdanharga jualnya Rp 28.000,00 atau Rp 29.000,00/gram, kerugian tidak terlalu banyak.

Mereka akan menjual kembali simpanan mereka untuk memenuhi kebutuhan yang lebih besar, seperti perbaikan rumah (penggantian atap dan lantai), perbaikan perahu, biaya sekolah anak-anak dsb.

Rambutan juga dapat digunakan untuk membiayai keperluan yang besar, seperti pergi haji, pembelian toko, perahu, dan sebagainya. Biaya ke tanah suci yang diatur dan ditentukan oleh pemerintah pada tahun 1997, sekarang mencapai sekitar Rp 7.000.000,00. Pada tahun 1980, banyak petani yang dapat membayar tiket pesawat untuk pergi ke Mekah berkat pendapatan yang diperoleh dari kebun rambutan. Mereka sering dipanggil "haji rambutan".

Penghasilan dari rambutan dapat pula digunakan untuk: mengembangkan kebun rambutan barn atau untuk meningkatkan kesuburan kebun lama. Tanpa menggunakan pupuk, alih-alih menanam padi lebih dari 10 tahun di petak yang sama, petani lebih suk:a meninggalkan lahan itu dan kemudian membuka hutan.

Cara itu banyak dilakukan pada tahun '7o-'80-an, misalnya pergi ke Terusan, Mandomai dsb. Namun sebelum berangkat, beberapa petani, menanami sawah dengan rambutan. Mereka dapat melestarikan, meremajakan dan bahkan dapat meningkatkan modal kekayaan tanahnya. "Dengan menanam rambutan, petani pionir Palingkau merasa terikat dengan daerahnya". Penanaman rambutan mengakhiri peran tanam mereka. Jadi, rambutan seperti halnya tanaman tahunan merupakan tanda pemilikan, keterikatan dengan daerah itu sebelum mencari lahan barn di tempat Iain.

Kebun rambutan merupakan investasi jangka panjang. Kebun rambutan mendatangkan hasil cepat (3-5 tahun). Sïklus hidupnya paling sedikit sekitar 30 tahun. Tabel berikut menggambarkan biaya investasi yang diperlukan untuk

90

Bab III

pembukaan kebun dengan 100 pohon rambutan, demikian Juga hasil yang diperoleh.

Tabe/13. /nvestasi Kebun Rambutan Investasi:

Pembuatan tokong: Rp 1.500/tokong

----,

Pembelian caogkokanRpI.OOO/cangkok Biaya total

Penyusutan dalamjangk:a walctu 25 tahun

Keuntungan kotor Upah pemetik Upah pemeliharaan Penyusutan kebun Pendapatan bersih

Blaya investasllOO rambutao (Rp)

150.000 100.000 250.000 IO.OOO/tahun

2.500.000

o

2.500.000 200.000 100.000 10.000 2.190.000

Kebun rambutan merupakan pula harta warisan yang mudah dibagikan pada anak- anak. Pewarisan tanaman itu diberikan per deret. Kebun rambutan juga digunakan untuk membiayai keperluan petani jika ia sudah "pensiun", pedagang atau pegawai negeri yang tidak lagi aktif bekerja. Lagi pula, produksi pertanian itu menarik karena tidak terlalu memerlukan tenaga buat orang yang sudah tua. Apapun alasannya, investasi di perkebunan sangat menarik. Beberapa petani mampu membeli lahan produktif seperti yang dilakukan oleh pedagang, pegawai negeri dan petani (TipenI). Petani muda yang mulai merangkak (Tipe II) yang memiliki sedikit lahan dan uang, mencoba membuka kebun.

Fungsi Ekonomi Jenis Kebun Lain

Kebun kelapa: Pohon yang cocok di tanah asin ini agak sulit tumbuh di daerah Palingkau, karena daerah itu tidak terjangkau air pasang yang asin. Pohon kelapa mulai berbuah antara tahun ke-tujuhdanke-sepuluh, lebih lama jika dibandingkan dengan daerah yang letaknya dekat laut. Di hilir Kota Kapuas, pohon kelapa dapat berbuah pada usia empat atau lima tahun. Namun kelapa tetap ada di Palingkau.

Para petani menanam beberapa pohon untuk memenuhi kebutuhan minyak dan kopra untuk konsumsi sendiri, bahan penting untuk masakan Banjar. Namun, sebelum adanya pengembangan pohon rambutan di tahun '70-an, pohon kelapa lebih banyak daripada sekarang.

Begitu pohon kelapa mulai berbuah, pendapatan yang diperoleh dari kebun, sangat menguntungkan para petani. Karena berbuah sepanjang tahun. Setiap minggu dapat memberikan penghasilan. Di samping itu, kelapa hibrida yang diperkenalkan oleh Departemen Pertanian menarik para petani karena dapat berbuah pada tahun ke- empat. Mereka memperoleh pemasukan uang sehari-hari sepanjang tahun.

91

Pohon pisang: pohon ini sangat banyak terdapat sekitar pemukiman dan di pematang sawah. Pohon pisang yang berbuah sepanjang tahun dapat dikonsumsi sendiri, sekaligus sebagai penghasilan tambahan.

Kebun campur: di Palingkau, kebun semacam ini yang terletak di pematang merupakan kebun yang sudah berumur sekitar 50 tahun. Berbagai jenis buah yang masa panennya yang berkelanjutan, memungkinkan pemasukan uang ada selama musim hujan. Pada musim itu, pohon mulai berbuah. Pendapatan yang diperoleh dari hasil kebun besar. Namun berbeda dengan rambutan, investasi barn membe- rikan hasil dalam jangka lama. Petani haros menunggu pohon berbuah antara 7-10 tahun dan baru beberapa tahun kemudian petani memperoleh hasil yang lebih banyak. Di samping itu, tidak adanya pasar untuk penjualan buah itu atau persaingan dari daerah Iain yang produksinya lebih baik daripada jenis-jenis buah yang ada, tidak mendorong petani untuk memperluas kebun tersebut.

Dengan perawatan sedikit, hasil yang diperoleh sangat besar. Contoh perhitungan produksi yang diperoleh dari kebun campur diperlihatkan pada tabel14.

Petani jenis karon (Tipe ll-B) memiliki petak kebun 0,4 hektare yang ditanami berbagai pohon buah.

Produksi kotor yang diperoleh dari hasil kebun melebihi Rp 5.000.000,00 untuk lahan seluas 0,4 hektare. Biaya perawatan sama sekali tidak diperlukan; dan masalah penyiangan, dapat dilakukan sendiri oleh petani. Jadi, kebun seperti itu benar-benar merupakan penghasilan tahunan yang besar.

Tabe/14. Jenis Pohon da/am Kebun Campur dan Pendapatan Tahunan

Durian

'Pohon kopl lokal

Total . (Rpltabun)

Prodoksirata-rata lIarga PfrUDft

Rp 3.000fbuah Rp25.000/IOOatap

1.

Rp500/kg Rp 5.000jbuah

Rp 2:000/kg

200.000 50.000 3.750.000

o o

5.025.000

Kegiatan Sampingan

Kegiatan sampingan kepala keluarga dapat menambah keuangan tiap unit produksi sepanjang tahun. Kegiatan kaum perempuan yang merupakan tradisi di Palingkau, sekarang ini menurun. Mendong berkurang sehingga harganya mahal: dengan adanya pembukaan UPT di PLG satu juta hektare, hutan galam dibabat. Di dalam hutan galam tersebut, tumbuh mendong. Di Palingkau, sebelum berdirinya desa transmigrasi, petani menanam kercut di hutan lainnya. Sekarang mereka terpaksa pergi jauh untuk menanamnya atau membelinya di pasar lokai. Permintaan akan kercut di daerah Palingkau meningkat, harga meningkat dua kali lipat dalam waktu 92

BlIbln

kurang dari dua tahun. Di desa-desa sebelahnya masih terdapat lahan untuk ditanami. Mereka menjual bahan baku itu ke Palingkau. Produksi kerajinan itu di Palingkau menurun karena keuntungannya sedikit. Beberapa perempuan yang diwawancarai mengatakan bahwa mereka telah berhenti menganyam sejak satu tahun. Harga bahan bakunya meningkat, namun agaknya harga jual tikar tidak ada perubahan. Hal itu teIjadi juga karena adanya persaingan daridesa sekitamya yang tetap berproduksi. Berbeda dengan di Palingkau, daerah-daerah itu masih memiliki hutan berawa di sekitar persawahan. Sayangnya, hal itu tidak akan lama, karena pelaksanaan PLG satu juta hektare sawah di daerah itu akan merusak area hutan yang jauh lebih luasdari satu juta hektare.

Namun, kegiatan itu mempunyai peranan penting dalam penghasilan kaum perempuan. Tambahan dana setiap minggu memungkinkannya untuk menopang sebagian keperluan sehari-hari keluarga ketika kaum laki-laki meninggalkan desa untuk mencari keIja sampingan.

Seorang pengrajin yang menganyam sendiri pergi ke hutan galam dua kali seminggu untuk memetik mendong yang telah ditanamnya dengan bantuan suami dan tetangganya. Kegiatan menganyam berlangsung lima hari per minggu. Jadi satu hari digunakan untuk mencari bahan baku, satu hari untuk menjual tikamya, yaitu hari Rabu. Menganyam memerlukan waktu delapan jam per hari: ia mulai bekeIja pukul 7.00 hingga pukul 10.00 pagi dan mulai lagi pukul 12.00 hingga pukul 17.00.

Produksinya mencapai empat hingga enam tikarlhari. Tiap minggu, ia menjualnya sekitar 24 buah. Harganya Rp 400,00/lembar. Dengan demikian, pendapatannya mencapai Rp 9.600,00/minggu. Jika penganyaman dilakukan enam hari penuh, dari pencarianpuron hingga pemasaran tikamya, melalui proses pengeringan, pengge- pengan, penganyaman. Hasilnya hanya mencapai Rp 1.600,00Ihari! Pendapatan keIja itu sangat kecil jika dibandingkan dengan pendapatan buruh tani harian yang mencapai paling sedikit Rp 5.000,00/hari. Jadi, kerajinan kaum perempuan tersebut k:urang dihargai!

Perhitungan kembali data-data tersebut dengan mengambil kasus pengrajin yang sama yang setiap kali harus membelipuron. Puron dibeli di pasar Palingkau dengan harga antara Rp 1.500,00 dan Rp 2.000,00/unitpuron yang dapat menghasilkan 10 tikar. Maka pendapatan barunya mencak:up gaji keIja yang hanya mencapai Rp 900,00Ihari!

TabeJ15.Pendapatan yang DiperoJeh dari Pengayaman

Rp 5400/minggu

Tidak mengejutkan jika beberapa pengrajin meninggalkan kegiatan yang sedikit sekali upahnya seandainya ia menemukan pekeIjaan yang lebih besar upahnya.

Namun, kesempatan keIja bagi perempuan tetap terbatas. PekeIjaan yang dapat dilakukannya adalah menanam, panen padi lokal pada bulan Agustus, memetik rambutan. Pendapatan yang diperolehnya mencapai Rp 2.500,Oo-Rp 5.000,OO/hari.

Akan tetapi, pekeIjaan itu hanya musiman dan dilakukan di rumah sendiri.

93