Banyak petani ingin menanam dua varietas padi, lokal dan unggul, tetapi dengan cara agar mereka dapat panen pada waktu yang sama. Cara itu, secara apriori, dapat menambahjumlah pekerjaan pada masa panen dan hal itu dapat mencegah serangan hama dan gulma, khususnya burung pada masa panen.
Untuk varietas padi unggul yang membutuhkan air sedikit, petani melihat cara memperbaiki penggunaan tanah dengan memilih kondisi genangan air yang berbeda di sawah. Petani menanam varietas padi lokal di beberapa tempat di sawah yang genangan airnya paling cocok dengan varietas tersebut.
Beberapa petani maju, yang telah melakukan percobaann, ingin me1aksanakan spesialisasi sawah mereka. Di beberapa petak sawah, petani menanam padi unggul dua kali setahun. Di petak sawah Iain mereka menerapkan pola sawit-dupa, dan di lahan petak yang genangan airnya banyak, mereka hanya menanam varietas padi lokai. Cara itu lebih ampuh dan lebih efisien jika pemilihan varietas padi berdasarkan tingkat genangan airnya: tanah tinggi, tanah sedangdan tanah rendah.
Petani dapat meningkatkan hasil per hektare padi dengan menggunakan faktor keterbatasan utama yakni tenaga kerja. Kasus seorang petani yang telah diteliti di Mampai dapat memperjelas pengamatan tersebut: Petani memiliki dua hektare sawah, ia melakukan dua kali panen padi unggul pada 0,5 hektare sawah dan menanam padi lokal pada 1,5 hasawah yang tersisa. Alasan petani memanfaatkan sebagian besar sawahnya untuk penanaman padi lokal adalah keterbatasan tenaga kerja dan kondisi genangan di masing-masing petak.
Bab IV
yang digunakan untuk membuat tikar. Demikian juga fauna dan flora di hutan terancam.
Perubahan Hidrologi Sungai
Proyek PLG menghubungkan tiga sungai besar di Kalimantan, yakni sungai Kahayan, Kapuas dan Barito. Jaringan irigasi besar itu dimaksudkan untuk mengairi satu juta hektare sawah. Tahap penyelesaian pembuatan irigasi masih jauh, tetapi beberapa dampak terhadap ekosistem telah terasa, khususnya di daerah Palingkau.
Misalnya, banjir yang telah terjadi setiap tahun di sepanjang anak sungai Kapuas Murung, sungai Mengkatip, tidak terjadi tahun ini. Hal itu menyebabkan penduduk setempat kehilangan sumber ikan. Tentunya dampak Iain tidak lama lagi akan terasakan juga.
Mudah dibayangkan bahwa perawatan saluran yang kurang baik di hulu jaringan irigasi, akan menimbulkan berbagai dampak. Suatu dampak yang pasti terjadi adalah bahwa gambut tebal yang merupakan dasar yang tidak stabil dapat mempersulit perawatan dan memperbesar risiko kerusakan dan kebobolan saluran.
Dengan demikian, kekurangan air dapat terjadi di hilir jaringan irigasi. Dapat dibayangkan bahwa seluruh wilayah mulaidariPalingkau hingga Banjarmasin akan menghadapi masalah irigasi yang buruk di lahan persawahan. Jadi persawahan dan kebun yang te1ah dikembangkan masyarakat Banjar yang sudah berabad-abad akan hilang. Ironisnya, PLG satu juta hektare yang dahulunya ditujukan untuk memper- luas area persawahan, pada akhirnya merusak persawahan yang telah ada.
Pola pengembangan lahan yang disempurnakan oleh masyarakat Banjar di Palingkau sudah terancam, bahkan di beberapa handil padi lokal tidak dapat lagi ditanam. Petani mengubah sawah menjadi kebun. Padahal, tujuan proyek tersebut adalah memperluas lahan persawahaan, seperti yang di jelaskan sebelurnnya dan bukan mendorong para petani untuk mengubah sawah mereka menjadi kebun.
Dampak Proyek Terhadap Pasar
Penempatan proyek PLG satu juta hektare sejak dua tahun menciptakan suatu dinamika barn di daerah Palingkau. Adanya pendatang baru seperti kelompok pegawai negeri yang memiliki peran penting dari berbagai kantor administratif (Kantor Pertanian, Pekerjaan Umum, Pengairan, dan Transmigrasi); pekerja yang tertarik dengan lapangan kerja proyek dan keluarga transmigrasi yang datang secara bertahap di daerah Palingkau, meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah Kapuas dan khususnya di Palingkau. Infrastruktur jalan yang belum ada dua tahun lalu di daerah tersebutkinisedang dibangun dengan cepat sekali. Toko-toko kecil di jalur transportasi juga te1ah berdiri. Ramainya kedatangan penduduk di daerah tersebut berdampak pada kawasan kegiatan manusia. Keadaan pasaran tanah, barang, jasa, kerja sangat berkembang.
Dampak Terhadap Pasar Tanah
Pembuatan jalan secara paralel di sungai Kapuas Murung menyebabkan berpin- dahnya daerah kegiatan ekonomi. Toko dan rumah tumbuh di sepanjang jalan dan berakibat pada melambungnya harga tanah di dekat jalan baru yang lebih ramai.
Unsur Iain yang berperan berkat kenaikan harga tanah adalah rencana perubahan Palingkau menjadi kecamatan. Dengan banyaknya penempatan UPT, daerah Palingkau mengalami peningkatan jumlah penduduk. Bangunan-bangunan didirikan III
dengan cepat. Tanah menjadi sasaran speku1asi. Tanah tidak hanya difungsikan untuk membangun perumahan, tetapi juga sebagai 1ahan untuk tanaman padi dan sayur-sayuran bagi pegawai negeri. Beberapa petani memi1iki modal tanah yang sangat mahal. Hari itu, mereka dapat menjua1 tanah dengan membuat banyak tanda
"dijua1" di sepanjangjalan, atau mereka menunda penjua1an barang tersebut dengan menunggu harga yang 1ebih baik.
Dampak Terhadap Pasar dan Jasa
Sejak penempatan UPT Pa1ingkau Jaya, produksi sayur mayur yang sejak du1u 1angka dan maha1 hingga sekarang menjadi ber1impah ruah. Sebe1umnya, petani Pa1ingkau hampir-hampir hanya mempro-duksi sayur-sayuran untuk kebutuhan sehari-hari. Sejak penempatan kurang 1ebih seribu ke1uarga transmigran, produksi sayur-sayuran meningkat banyak. Akan tetapi, me1impahnya produksi sayur- sayuran menyebabkan turunnya harga di pasar lokal.
Terciptanya pasar baro. Wa1aupun beberapa produksi tidak menguntungkan 1agi penduduk setempat, penempatan UPT mengakibatkan terciptanya pasar barn, misa1nya untuk produksi rambutan. Sebenamya, Departemen Transmigrasi dan PPH te1ah memberikan 10 bibit rambutan yang dibe1i dari penduduk setempat kepada transmigran.
Namun di sini, disebutkan bahwa ha1 itu tidak menguntungkan produsen bibit rambutan di daerah tersebut, tetapi hanya menguntungkan beberapa penghubung yang diberi keistimewaan dari transmigrasi, terutama sege1intir orang di handil Palingkau Baru.
Transmigran, konsomen yang potensial. Penempatan sebesar 400.000 sampai 500.000 kepala ke1uarga transmigrandiprovinsi Kalimantan Tengah akan mening- katkan 1ahan produksi. Tentunya, transmigran yang baru datang masih miskin tetapi dari tahun ke tahun daya be1i mereka meningkat. Pada awa1nya, setidaknya mereka menjadi penumpang angkutan umum, menjua1 produksi pertaniannya, dan kemu- dian mereka akan membe1i pakaian, a1at-a1at seko1ah, ikan dan sebagainya. Dengan berbagai perubahan, dinamika perdagangan barn berkembang di provinsi Kali- mantan Se1atandanTengah. Arus barang dagangan meningkat di antara pe1abuhan Banjarmasin dan daerah pionir besar yang sedang tumbuh (pLG). Dengan ber- kembangnya arus barang dagangan, kegiatan kerja ikut berkembang di Pa1ingkau.
Berbagaijenis pekeIjaan keci1 muncu1 di Palingkau.
Dampak Terhadap Lapangan Kerja
Sejak awa1 pe1aksanaan proyek PLG pada tahun 1995, terjadi sebuah dinamika barn di pasaran kerja di Palingkau. Berbagai pekerjaan jasa dan perdagangan keci1 berkembang dengan pesat. Jaringan transportasi te1ah dibangun demi ke1ancaran pengangkutan barang dan manusia. Beberapa petani memiliki perahu bermotor yang menjadi kendaraan umum antara daerah transmigrasi Pa1ingkau dan desa Pa1ingkau. Ojek bertambah banyak dan menjadi a1at transportasi antar daerah. Sejak beberapa bu1an trayek antar kota Kapuas dan Pa1ingkau didukung oleh sekitar 10 op1et yang setiap minggu jumlahnya terus bertambah.
Sektor ini dapat memberikan 1apangan kerja bagi buruh dari kota dan dari desa (petani, pemuda berijazah dan perantau). Pada sektor transportasi dapat juga tercipta pekerjaan jasa. Da1am waktu tiga bu1an, dapat di1ihat berdirinya bengke1
112
•
•
Bab IV
mobil dan motor, berbagai rumah makan kecil dan warung di sepanjang jalan.
Sektor kegiatan Iain yang juga berkembang pesat adalah pekerjaan yang berhubungan dengan pembangunan UPT, yaitu pembukaan hutan, pengerukan parit, pembangunan rumah, dan sebagainya. Dengan demikian, pekerjaan sebagai pembina transmigrasi dapat diberikan kepada tamatan Sekolah Kejuruan Pertanian di Kalimantan. Akan tetapi daya tarik pekerja dapat pula menyebabkan orang meninggalkan pekerjaan di sektor pertanian dan menambah kesulitan penerapan program intensifIkasi penanaman padi.
Warga Palingkau yang tidak memiliki tanah dipindahkan ke UPT. Kini, beberapa petani di berbagai handil nampak kecewa. Mereka yang memiliki sawah tidak dapat tinggal di daerah transmigrasi. Mereka tidak punya hak untuk kembali ke UPT karena mereka memiliki sawah. Namun apa yang harus dilak:uk:an untuk pekerjaan persawahan? Khususnya, untuk pekerjaan wajib, yaitu penanaman padi dan panen padi tanpa menggunakan tenaga kerja yang sudah langka. Tampaknya, pada masa panen di beberapa handil, tenaga kerja tidak mencukupi untuk panen padi.
Para transmigran yang sangat sibuk di sawah seluas dua hektare tidak memiliki waktu untuk menjadi buruh harian, maka mereka haros mempekerjakan orang Iain jika mereka ingin menanami seluruh sawahnya. Dengan demikian, upah harian meningkat dengan cepat.
Masalah pekerjaan di bidang pertanian akan sangat mempengaruhi perkembangan pertanian di daerah itu. Penanaman padi, yang semuanya dikerjakan secara manual banyak membutuhkan tenaga kerja. Jika tenaga kerja langka, seperti kasus yang terjadi di lokasi penelitian, intensifIkasi produksi per hektare tidak dapat dilak:uk:an karena meningkatnya beban kerja dan membengkaknya biaya per hektare. Salah satu solusi dari Departemen Pertanian dan Departemen Transmigrnsi dan PPH adalah bahwa departemen tersebut menginginkan adanya modernisasi pertanian, yaitu dengan menggunakan herbisida dan traktor kecil agar dapat mengurangi tenaga kerja. Namun, pertanian seperti inimenyangkut biaya yang tinggi. Apakah para petani dapat mengikuti pola pertanian kapitalis? Jika tidak menguntungkan petani, kemungkinan besar adopsi varietas padi unggul sangat sulit dilakukan.
Mengkaji perkembangan sektor ekonomi di daerah Palingkau pada tahun-tahun mendatang sangat menarik, demikian juga perkembangan proyek PLG satu juta hektare. Kini, nasi sudah jadi bubur. Keberhasilan masih belum jelas. Kendala lingkungan sangat lcuat dan ekosistem tidak mantap. Se1ain itu, adopsi teknologi barn tidak hanya bergantung pada kebijakan pemerintah dan keampuhan dari berbagai prosedur teknik yang dibuat, tetapi juga sangat berkaitan dengan kondisi sosioekonomi saat itu. Hal itu mernpakan parameter yang tampaknya diabaikan oleh pemerintah.
113
1 ..
~
Bab IV
KESIMPULAN
Melalui penelitian cara bertani dan khususnya sejarah pemanfaatan lahan di daerah Palingkau, dapat diperoleh kekhasan, kelebihan, dan kekurangannya. Yang menge- jutkan di daerah Palingkau, yang telah dimanfaatkan 50 tahun yang lalu, adalah kekuatan unsur manusianya. Handil yang bertegak lurus dan deretan rambutan sangat berbeda dengan pola yang dilakukan oleh orang Dayak seperti yang dapat ditemui tidak jauh dari desa Dadahup. Lingkungan yang diciptakan masyarakat Banjar dibangun dengan pengorbanan tenaga yang besar. Pengerukan handil, pembuatan sawah dan gundukan tanah di sawah dilaksanakan secara bersama.
Pengelolaan secara kolektif merupakan salah satu kunci dari sistem agraris itu.
Pengelolaan diperlukan, tidak hanya untuk membuka lingkungan yang tidak ramah tersebut, tetapi juga untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi eksploitasinya. Kekompakan masyarakat dapat pula mengurangi risiko serangan hama dan penyakit. Perawatan saluran yang dilakukan secara kolektif memung- kinkan saluran irigasi dan drainase dimanfaatkan secara maksimal dan menjamin kelancaran arus air untuk menghilangkan keasaman tanah. Demikian pula pengelolaan air secara kolektif merupakan salah satu unsur penting dalam perawatan kesuburan lingkungan.
Dengan adanya berbagai faktor dari luar, atau penurunan kesuburan tanah, kekompakan masyarakat dapat menjadi sima. Usaha manusia dalam mengelola lingkungan yang serba sulit tersebut menjadi sia-sia dan lingkungan yang dike10la kembali menjadi hutan.
Kerapuhan lingkungan dilukiskan oleh sejarah pertanian meskipun singkat (di tingkat kehidupan manusia). Sebuah tahap perluasan acap kali dilanjutkan dengan kemunduran pengembangan lahan, tahap itu sendiri diikuti oleh pembukaan lahan baru yang lebih jauh. Petani pionir berpindah ke tanah yang lebih subur ketika kesuburan tanah yang telah dimanfatkan berkurang.
Usaha berpindah tempat mengakibatkan teIjadinya perluasan pemilikan tanah.
Petani setempat tidak begitu terikat oleh lahan pertaniannya kecuali jika lahan itu dijadikan kebun. Selain itu, petani selalu siap membuka lahan baru walaupun di tempat yang jauh. Pengertian UIÙt sosial dan teritorial tidak dapat dijadikan satu.
Pengembangan wilayah, pada dasarnya, mengalami perkembangan besar dalam ruang dan waktu. Pasti menarik untuk menelusuri sejarah arus migrasi pada skala yang lebih kecil dan pada waktu yang lebih besar untuk menyesuaikan kesuburan lingkungan dan kehidupan manusia.
Kondisi lingkungan yang keras menciptakan suatu ketidakpastian yang terus menerus berlangsung. Akibat naiknya keasaman tanah dan kebakaran lahan pada musim kemarau panjang serta variasi tingkat air secara mendadak merupakan kenyataan. Tingkat pengendalian air yang diperoleh oleh orang Banjar, walaupun diperbaiki, masih belum cukup sempurna. Oleh karena itu, mereka sengaja mene- rapkan teknik-teknik penanaman yang tidak membutuhkan banyak pengawasan supaya risiko kegagalan lebih kecil. Untuk menjamin pemasukan uang secara rutin, mereka mencari pekeIjaan sampingan. Penanaman padi yang disasarankan untuk swasembada pangan hanya memerlukan tenaga dan modal sedikit. Mereka lebih menyukai mengatur waktunya untuk kegiatan yang mendatangkan penghasilan
115
yang lebih pasti. Kepastian penyaluran produksi rambutan merupakan salah satu dari kesuksesan perkembangannya.
Departemen TransmigrasidanPPH harus lebih memperhatikan kondisi lingkungan yang rapuh dan ketidakpastian yang terus menerus berlangsung pada proyek PLG, serta reaksi sosial yang dibawa oleh orang Banjar. Meskipun demikian, pengem- bangan pertanian oleh orang Banjar menunjukkan bahwa keberhasilan PLG akan bergantung pada pengendalian air. Padahal, pengendalian air hanya dapat berlang- sung di daerah yang kena pasang surut. IntensifIkasi penanaman padi hanya dapat dilakukan jika berbagai risiko berkurang. IntensifIkasi dilihat pada pengendalian air yang lebih baik dan pengelolaan kesuburan tanah yang efIsien. Modemisasi yang diusulkan melalui pengembangan sistem pemupukan dan irigasi yang lebih efIsien disambut dengan penuh harapan. Meskipun, kendala masih tetap ada. Jika peme- rintah melakukan pengembangan wilayah pasang surut, pemerintah juga harus mengelola dan merawat saluran-saluran. Namun, apakah pemerintah memiliki dana untuk menjamin pemeliharaan jaringan irigasi di PLG satu juta hektare?
116