Pemilikan dan Pemakaian Lahan
Pemakaian Langsung: Pemilik Penggarap
Setelah dibuka, tanah menjadi milik perorangan. Tidak ada tanah yang dimiliki secara bersama. Bukti kepemilikan yang masih berlaku adalah surat yang diberikan oleh orang yang memimpin pembukaan lahan. Waktu itu dikenakan biaya RpIO.OOO,OO/bagian. Kepala handil(atau keturunannya) untuk selanjutnya menga- wasi semua transaksi tanah. Sekarang ini, kelurahan berupaya untuk mempertegas hak pemilikan tanah dengan mengganti surat-surat itu dengan sertifikat. Namun, ia terbentur pada masalah sulitnya mengetahui luas tanah yang dimiliki, karena hal itu terkait dengan masalah pembayaran pajak bumi.
Dalam hal kelangsungan pemilikan tanah, diperoleh penjelasan yang berbeda-beda selama pencarian data. Beberapa petani menyatakan bahwa hale kepemilikan berlaku untuk seterusnya begitu selesai membuka dan mengembangkan lahannya.
Yang Iain mengatakan bahwa setelah lima tahun tanah itu ditinggalkan, hak pemi- likan itu hilang, tanah menjadi milik negara, dan kepalahandilbertugas membagi- bagikan.
Pemakaian Tidak Langsung: Sewa dan Bagi Hasil
Jika tenaga kerja dalam keluarga tidak lagi mencukupi untuk melakukan kerja tani atau jika pemilik tidak dapat lagi mengerjakan lahannya sendiri, ada tiga kemung- kinan: menyewakan, bagi hasildanmengupahkan.
Jika disewa, orang yang mengerjakan lahannya harns membayar sejumlah tertentu sesuai dengan luas lahan yang disewa. Jwn1ah itu, yang telah disepakati dengan pemiliknya, pada umumnya dibayar dengan hasil panen. Pada umumnya, jwn1ah itu kira-kira sebanyak 10 kg padi/borong.
Membagi hasil dalam bahasa daerahnya disebut /caron. Orang yang mengerjakan lahannya harns membayar pemiliknya sesuai dengan panen yang ia dapatkan.
Pembagian hasil panen bergantung pada siapa yang menyediakan sarana produksi.
Jika si penyewa memberikan bibitdanpupuk, ia mendapatkan
2h
dari hasil. Jika si pemilik memberikan bibit dan pupuk, masing-masing memperoleh separuh dari hasil panen. Dalam kontrak /caron, risiko menurunnya produksi ditanggung oleh kedua belah pihak, sementara dengan cara sewa, pemilik selalu memperoleh bagian yang tetap. Sistem kontrak yang sering dijumpai di Palingkau adalah sistem bagi hasil (kontrakkaron)karena hasil per hektare selalu rendah. Dengan cara itu, risiko kegagalan ditanggung bersama. Namun, jika hasilnya menurun tajam, di bawah satu ton/ha (tiga bleklborong), lahan cenderung akan ditinggalkan karena kedua belah pihak tidak lagi memperoleh keuntungan untuk melanjutkan pengolahannya.Ketersediaan Lahan: Relatif Terbatas di Palingkau
Ketersediaan lahan di Palingkau makin berkurang. Semua lahan ada pemiliknya bahkan tanah yang tidak digarap pun; sebagian besar tanah telah dibuka dan meskipun tempat tinggal perniliknya jauh, ia dapat mempertahankan haknya. Situasi tersebut menyebabkan macetnya pasaran lahan. Sekarang ini, orang-orang yang menjual tanahnya karena ingin mewujudkan suatu rencana tertentu: terjun di bidang
65
perdagangan atau menunaikan ibadah haji. Petani lainnya menjual tanahnya karena tidak adanya ahli waris yang mengambil alih.
Sejak adanya PLG satu juta hektare, danberkat adanya pembangunan infrastruktur seperti jalan dan telepon, menjadikan Palingkau sebuah kota. Permintaan akan tanah makin lama makin besar, sehingga harga tanah meningkat dengan cepat.
Harga tanah bergantung pada pemakaiannya: sawah, kebun rambutan atau lahan kosong. Akan tetapi, harga antara lahan persawahan dan kebun rambutan agaknya hampir sama: kebun seluas 0,7 hektare dengan 100 pohon rambutan yang berumur 15-an tahun (yaitu 25 borong) senilai Rp 2.500.000,00 (Rp 100.000,00/borong) dan 1 hektare persawahan dijual sebesar Rp 3.000.000,00 yaitu Rp 100.000,00/borong.
Namun, untuk tanah kosong sulit ditentukan harga standarnya. Harga-harga itu bergantung pada potensi produktivitas lahan, juga bergantung pada posisi lahan di handil, lamanya pengembangan, sekaligus jumlah tetangga sekitarnya. Berdasarkan contoh, harga tanah di sepanjanghandil yang telah ditinggalkan sejak 10-an tahun adalah dari tahun pertama dibukanya kembali: Rp 6.000,00/borong (yaitu Rp 20,OO/m2). Pada tahun berikutnya, jumlah penduduk meningkat pesat, harga cepat meningkat, dapat mencapai Rp 100.000,00/borong yaitu Rp 346,00/m2).
Sekarangini,harga tanah bergantung juga pada jauh tidaknya dari jalan-jalan barn yang dibangun sejak dua tahun yang melewati Palingkau dan menghubungkan kota Kapuas. Di sepanjang jalan baru itu, harga-harga yang melonjak menunjukkan bahwa di tempat itu terdapat potensi pasar. Berbagai macam jenis perdagangan muncul: toko bahan makanan, warung-warung kecil, bengkel motor dU.
Perolehan Lahan
Membuka lahan barn membutuhkan modal awal sebanyak biaya keperluan keluarga petani selama mengerjakan lahan itu. Pembukaan hutan merupakan urusan kepala keluarga yang memerlukan waktu lama. Hal itu tidak memungkinkannya untuk mencari pekerjaan sampingan. la tidak meninggalkan tempat selama satu hingga dua bulan dan keperluan-keperluannya diperkirakan mencapai Rp 100.000/bulan.
Beberapa petani yang mampu dapat membayar buruh harian sebesar Rp 4.000,00/hari.
Bagi penduduk setempat, bertransmigrasi dianggap sebagai cara untuk memperoleh tanah dengan biaya murah dan tidak banyak mengeluarkan tenaga. Departemen Transmigrasi dan PPH menawarkan kepada penduduk setempat pemilikan lahan seluas 2 hektare, sebuah rumah dan jaminan hidup serta sarana produksi untuk penanaman selama 1,5 tahun. Banyak pasangan muda tertarik, tetapi keinginan itu tertahan dengan adanya larangan bekerja di luar UPT selama lebih dari tiga hari seminggu selama mendapat jaminan hidup.
Lahan dapat pilla diperoleh dengan cara membeli. Petak diukur dalam borong (1 de- pa= 1,7 meter). Penjualan dilakukan dengan cara borong, sama dengan 10 x 10 depa, yaitu 289 m2•Kepalahandil sebagai perantara dalam transaksijual beli tanah.
la menetapkan kisaran harga jual dan turut serta dalam pengambilan keputusan.
Karakteristik Lahan Usaha: Jenis dan Luas Lahan
Data yang tepat mengenai luas total yang dimiliki oleh setiap petani sukar diperoleh. Satu-satunya data yang diperoleh adalah daftar yang dibuat oleh kepala handil. Padahal, daftar-daftar itu pada umumnya tidak lengkap dan hanya memper-
66
Bab III
hitungkan lahan yang dimiliki oleh petani di handil itu. Dengan mewawancarai langsung beberapa petani, tidak mungkffi pula diketahui secara pasti luas total yang mereka miliki. Lahan-lahan yang ditinggalkan sejak beberapa tahun pada umumnya bukan merupakan modal kekayaan bagi pemiliknya.
Petani rata-rata memiliki lahan seluas 2 hingga 3 hektare; ada pula yang merniliki lahan seluas 0,5 atau 4 hektare meskipunjarang. Luas lahan yang dimiliki dan yang digarap merupakan salah satu faktor yang membedakan petani. Luas total lahan yang dimiliki menyebabkan perbedaan antara petani kaya dan petani pemula. Jenis petak yang diperoleh (persawahan atau kebun rambutan) berpengaruh juga dalam tipologi petani.
Beberapa kriteria pembeda Iain agaknya dipakai untuk membuat tipologi. Bab-bab sebelumnya menjelaskan seberapa jauh pengaruh gerakan air pasang terhadap sawah dan pekarangan. Letak tanah dalam handil sangat penting. Sawah yang terletak dekat muarahandiltidak memiliki potensi agronomis sama dengan sawah yang terletak di ujunghandil. Kebun-kebun tidak begitu sensitif terhadap letak di handiljika drainase dilakukan secara efisien. Jadi nilai tanah di setiaphandiltidak sama, masing-masing mempunyai kondisi alam yang berbeda-beda.
Pemanfaatan Tenaga Kerja
Pertanian dengan Tenaga Manusia
Pada hakikatnya, sistem pertanian Banjar sangat memerlukan tenaga keIja. Tenaga keIja merupakan faktor produksi yang jarang di Kalimantan, sementara lahan yang tersedia banyak. Luas Kalimantan 540.000km2hanya diduduki oleh beberapa juta orang. Kepadatan penduduknya rata-rata mencapai 5 jiwa/km2•Untuk menyesuai- kan dengan kondisi tersebut, penduduk telah menerapkan upaya pengembangan yang tidak menuntut banyak tenaga keIja. Upaya itu terutama diarahkan pada pemilihanjenis tanaman dan cara tanam: kebun buah-buahan yang mampu bertahan hidup meskipun dengan perawatan ala kadarnya, varietas padi lokal yang tidak banyak memerlukan perawatan ... Di samping itu, upah buruh yang tinggi mem- buktikan jarangnya tenaga keIja tani. Upah buruh mencakup 30% dari produksi kotor dari lahan padi lokal seluas satu hektare, sementara sarana produksi hanya memerlukan 4% dari produksi kotor (lihat indeks 4).
Jadwal Kerja dan Puncak Kegiatan
Jadwal keIja tani dalam Hari Orang KeIja (HOK) dipaparkan berikut ini. Sebagai contoh, masa keIja tani untuk menggarap lahan satu hektare sawah dan kebun rambutan dengan 100 pohon bagi petani Palingkau.
Jam keIja bagi laki-Iaki di Palingkau 7 jamlhari: dimulai pagi hari pukul 7.00 hingga pukul 10.00-11.00 dan setelah istirahat mulai pukul 14.00 hingga pukul 17.00.
Beberapa petani mengatakan bahwa luas maksimal sawah yang dapat dikeIjakan oleh anggota keluarga (satu keluarga rata-rata terdiri dari ayah ibu dan tiga hingga empat anak yang masih sekolah) seluas satu hektare. Beberapa kegiatan keIja seperti tanam padi dan panen haros diselesaikan dalam waktu singkat: penanaman terakhir dalam waktu 15 hari, panen sekitar 10 hari sehingga hal itu menuntut anggota keluarga untuk bekeIja penuh. Jika luas lahan yang diolah melebihi batas
67
maksimal, maka diperlukan buruh. Analisis grafik ini menunjukkan dengan jelas bahwa tidak ada kegiatan kerja tani pada musim kemarau. Waktu kosong itu dimanfaatkan untuk mencari pekerjaan Iain, artinya bekerja di luar usaha pertanian.
Gambar21.Jadwal Kerja Tani
1 musim hujan 1 l~~~~-~~~~
+---
1 musim Iœmarau 1
~c---+
••c - - - -__
+--+penyerœlan tlnamparll~ penyilpen "hln
1.5hart 7 harl 25 harl
("'go/) (/acaIc)
penyiangan penennIII"butan
5horI 2bulon
=> = =
perlWlt.n 10 hlirl
panen
3Ohl,I r::::~~~::::J
Waktu yang dicurahkan untuk kerja samplngan
Petani Multiusaha
Penduduk Kalimantan merupakan penduduk perantauan. Karena terdorong oleh rasa ingin tahu, keinginan akan hal-hal yang barn, mereka suka merantau.
Kebanyakan petani muda sebelurn menetap dan menikah, menje1ajahi Kalimantan untuk mengadu nasib yang lebih baik. Orang yang diwawancarai menceritakan pengembaraannya untuk mencari kesempatan kerja yang menguntungkan:
mendulang emas, bekeIja di perusahaan kayu, meramu obat-obatan dariakarpohon dengan menerapkan cara pengobatan tradisional suku Dayak dan sekarang ini ada yang menjadi penjual bakso.
Namun, setelah menikah, tugas utamanya adalah menghidupi keluarganya. Maka ia mulai memikirkan bagaimana memperoleh tanah.
Yang dipikirkan kepala keluarga adalah bagaimana memperoleh cukup uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Produksi pertanian haros mendatangkan uang yang dapat terkumpul pada waktu panen. Di luar itu, keIja sampingan sangat diperlukan. Istilah "cari uang" sangat bermakna. Kepala keluarga berangkat mencari keIja sampingan jika uangnya habis dan kembali setelah cukup memper- oleh uang, sekitar 15 hari kemudian.
la akan memanfaatkan tenaganya, yang merupakan faktor langka di Kalimantan, yang kaya akan surnber daya alam. Kesempatan kerja banyak, misalnya buruh tani harian, pengrajin, pengolahan surnber daya alam (kayu, ikan), perdagangan, angkutan. Pendapatan harian rata-rata mencapai Rp 12.000,00 pada musim kemarau. Kesempatan keIja lebih banyak pada masa itu. Musim hujan terutama digunakan untuk melakukan kegiatan pertanian.
Kegiatan petani Palingkau banyak macamnya. Kegiatan utamanya sulit ditentukan.
Apakah ia cenderung sebagai petani, pengrajin, nelayan, pedagang atau sebaliknya?
Ciri utamanya adalah kemampuannya beradaptasi. Agaknya mereka tidak meng- 68
Bab III
khususkan diri pada satu kegiatan; ia siap beralih profesi (mengubah kegiatannya) begitu ada kesempatan yang lebih baik. Hal itu merupakan pilihan hidup: beberapa petani lebih suka menangkap ikan, kegiatan yang terkait dalam hal gaya hidup dan merupakan kesenangannya berpetualang sebagai pionir (bagaimanapun juga para nelayan tidak: akan mengubah kegiatannya). Yang lainnya berdagang agar menjadi kaya.
Tabe/3. Keanekaragaman Kegiatan
---~~- TIpe kerJadankegfatu
- Membuka areal transmigrasi
- Menebeng pohon galamdanmenjual batangnya sebagai ka ban
- Memotong kayu pada perusahaan kayu
Upah huian (ftp/bart) 10.000 20.000 I.OOO.OOO/bulan - MemotonggeJondongankayu galam menjualnya sebagai
ka J 1 m! ng} ... 7._000_--I
- Tukang batu
- Sopirangkutanumum - Menangkap ikan
Sekarang ini, pasaran kerja terbuka lebar. Kesempatan kerja banyakdan beragam, jadi ada jaminan untuk mendapatkan pekerjaan yang menopang unit produksi menjadi kuat. Ada kemungkinan bahwa situasi yang baik di lapangan kerja terus berlanjut dan bahkan menjadi kuat berkat pusat kegiatan banyak diciptakan dengan munculnya PLG satu juta hektare.
Waktu yang disediakan untuk pertanian dan kegiatan sampingan berbeda pada setiap petani. Beberapa petani mengembangkan kegiatan di bidang perdagangan atau kerajinan yang lama kelamaan menggantikan kegiatan tani. Yang lainnya, lambat laun meningkatkan kepemilikan tanahnya dan meluangkan waktu sepe- nuhnya untuk bertani. Jenis pekerjaan di luar bidang pertanian dan banyaknya waktu yang disediakan untuk masing-masing sektor kegiatan kepala keluarga merupakan suatu kriteria pembeda yang menentukan tipologi petani di Palingkau.
Berbagai Sumber Tenaga Kerja dan Pemanfaatan
Petani lebih mengutamakan penggunaan tenaga kerja keluarga dan gotong royong antar petani. Jika ia memiliki beberapa hektare lahan atau ia sangat sibuk dengan pekerjaan sampingannya dan ia mampu memberi upah, ia menggunakan buruh harian.
Tenaga Anggota Keluarga
Kepala keluarga mempunyai tugas beragam. la mengerjakan beberapa kegiatan tani sendiri atau dibantu orang Iain. Di sawah, ia menyiapkan padi dengan tugal, penanaman dan panen dengan ani-ani. Untuk perawatan pohon rambutan, ia melakukan penyiangan dua kali setahun dan memupuk pohon-pohon sekali setahun dengan menggunakan kompos buatan sendiri. Dalam beberapa tugas, ia dibantu istri danjuga anak-anaknya jika sudah mampu melakukan kerja tani di luar jam sekolah.
la juga dibantu buruh harian pada masa tanam padi terakhir pada bulan Maret-April
69
dan panen pada bulan Agustus. Antara masa kerja tani, ia memiliki waktu luang yang panjang untuk mencari kerja sampingan. Jadi, ia mengolah sumber alam:
kayu, ikan, emas dU atau mencari keIja di kota.
Ibu ikut serta dalam penanaman padi dan panen dengan ani-ani. Di samping itu, beberapa wanita menjadi buruh harian selama masa panen. Kegiatan sejumlah besar wanita di daerah itu adalah menganyam kercut yang disebut ''puran''. Puran tumbuh di daerah berawa. Para wanita bekerja selama 5 hingga 7 jam per hari, 6 hari per minggu. Pada hari ketujuh dimanfaatkan untuk menjual tikar dan topi hasil kerajinan.
Anak-anak terutama membantu orang tuanya memetik buah. Pekerjaan itu dilak:ukan oleh anak kecil yang berumur kurang dari 10 tahun karena mereka paling gesit dan lincah jika memanjat pohon untuk memetik rambutan atau buah-buahan lainnya. Tenaga anak-anak merupakan tenaga yang tidak terlalu mahal yang hanya dibayar beberapa rupiah untuk uang jajan dan diberi beberapa buah untuk dimakan di tempat. Anak-anak membantu orang tuanya pada masa petik rambutan: anak laki-Iakinya memetik buahdananak perempuan mengikat buah (satu ikat 10 buah).
Menangkap ikan di saluran dan sungai juga merupakan salah satu kegiatan anak- anal<:. Pada usia kira-kira 10 tahun, anak perempuan juga membantu ibunya menganyampuran. Anak-anak perempuan dapat segera bekerja sehari penuh bila sudah tidak sekolah. Anak-anak juga membantu orang tuanya di sawah: menanam danmemanen padi jika mereka sudah cukup mampu mengerjakannya.
Kerja 8ama dan Gotong Royong Antar Petani
Gotong royong dilakukan untuk keIja tani yang harns diselesaikan dalam waktu yang singkat seperti pada waktu tanam padi terakhir. Petani lebih suka melakukan keIja sama dengan dua atau tiga orang daripada membayar buruh harian. Dengan cara itu, petani lebih semangat bekeIja dan tidak cepat merasa bosan. Kerjasama dilakukan khususnya dalam hal pemasangan pintu (tabat) pada musim tanam demikian pilla dalam hal pemeliharaan handil. Namun, sejak proyek peremajaan handil setahun yang lalu, tugas itu diambil alih oleh pemerintah.
Buruh Harian
Upah diberikan secara harian dan disesuaikan dengan kerjanya. Pembayaran bergantung pada luas lahan yang dikeIjakan yaitu per borong atau per blek. Buruh harian umumnya penduduk setempat. Sebagian besar dari mereka adalah anak muda yang masih bujangan dan tinggal bersama orang tuanya. Mereka tidak memiliki lahan sendiri dantidak memiliki pekeIjaan tetap. Yang lainnya adalah para kepala keluarga yang mencari tambahan untuk menopang kebutuhan keluarga sehari-hari.
Namun, buruhdaridaerah Iain juga ikut serta selama musim panen pada bulan Juli dan Agustus. Buruh di daerah setempat tidak mencukupi, sementara padi yang sudah terlalu masak, rontok. Buruh dari Kalimantan Selatan, pada umumnya yang berasal dari daerah Hulu Sungai datang untuk ikut serta dalam kerjatanitersebut.
Petani hanya menggunakan tenaga upahan untuk kegiatan yang tidak dapat dilak:ukan oleh anggota keluarga atau dengan gotong royong. Oleh karena terbentur masalah stadium fisiologis tanaman, perkembangan kondisi cuaca yang diper- kirakan, dan kegiatan sampingannya, petani terpaksa menggunakan tenaga upahan untuk mengatasi masalah mendadak.
70
Tanam pertama (/acak)
1
Penyjapm~(tajak+auglrot)Rp 2.500/borong Rp 5.000/borong
Babln
___~_o
Tanam terakhir 1Panen
Rambutao latantan!
~--- Rp 3.000/borong Hampir Rp 5.00Qlhari
-
----
Pembuatan tokong Perawatan pohoo Panen
Rp 1.500/tokong(ldepa persegi) Rp25.000
Rp101ikat: Rp 5 untuk pemetik dan Rp 5 untuk tukang ikat
Masa tanam terakhir menyebabkan petani berada dalam situasi yang sulit: ia haros menanam padi sebelum padi terlalu tua dan sebelum air di petak mulai berkurang supaya hasil panen tidak menurun. Oleh karena itu, ia terpaksa menggunakan tenaga upahan untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Dalam hai panen, karena kendala yang sama, petani terpaksa pula menggunakan tenaga upahan: panen dengan ani-ani memerlukan banyak waktu, padahai padi yang sudah terlaiu masak haros cepat panen karena mudah rontok. Dengan demikian, petani haros dapat menyelesaikan kerjanya dalam waktu yang singkat.