Masalah Air
Sejak dilakukan pengerukan handil dua tahun sebe1umnya, aliran air di berbagai handil dan di beberapa sawah menga1ami banyak perubahan. Pengerukan handil dan penambahan sa1uran mengakibatkan keterlambatan distribusi air ke petak sawah. Namun, yang 1ebih parah ada1ah keterlambatan pembuatan pintu air dari beton. Pintu tersebut dimaksudkan untuk menggantikan tabat lama yang tidak berfungsi 1agi di beberapahandilyang te1ah dikeruk. Petani sangat kecewa karena hasi1 panen padi kurang menggembirakan sejak dua tahun. Oleh karena air tidak dapat dipertahankan di handil, air yang ada di sawah berkurang, sehingga sawah yang tidak cukup digenangi air untuk penanamam padi lokal ditinggalkan dan diubah menjadi kebun, atau ditanami varietas padi IR66 yang membutuhkan air 1ebih sedikit. Masa1ah tersebut semakin bertambah di bagian handil yang secara 1angsung disambungkan pada jaringan irigasi di daerah transmigrasi.
Handil tersebut mengisi tandon air utama, yang kemudian menga1irkan air ketiga SP7•Pada saat air pasang, air masuk me1a1ui handil sampai ke penampungan air, sehingga air yang masuk tidak dapat mengairi se1uruh petak sawah. Oleh karena itu, beberapa petani setempat memaparkan bahwa Departemen Transmigrasi dan PPH membahayakan usaha persawahan tradisiona1 dengan menguras air di handil.
Membagi-bagi air makin sulit dilakukan jika sumbernya terbatas dan banyak orang yang membutuhkannya.
Petani setempat mengakui bahwa pengerukan handil te1ah memperbaiki kondisi drainase di handil. Seba1iknya, kondisi irigasi sekarang tidak menguntungkan 1agi bagi petani. Budi daya padi lokal sudah ditinggalkan di beberapa 1ahan persawahan.
Sistem tata air mikro yang te1ah dikembangkan tidak berfungsi karena tabatbaru be1um di bangun.
Adapun di desa transmigrasi, musim yang sangat kering tahun 1997 menimbu1kan masa1ah yang besar, terutama pengadaan air minum. Sa1uran air untuk sawah di daerah SP yang 1ebih tinggi mengalarni kekeringan 1ebihdaridua bu1an. Kebutuhan air minum bagi ke1uarga mengharuskan para transmigran menggali sumur hingga keda1aman 1ebih dari 1,50 meter. Masa1ah kemasaman air dapat diatasi dengan menambahkan kapur, satu atau dua jam sebe1um dikonsumsi. Namun, masa1ah baru yang datang secara tiba-tiba pada akhir bu1an Agustus ada1ah masuknya air asin me1a1ui sungai Kapuas. Tak ada cara satu pun yang dapat di1akukan untuk mengatasinya. Satu-satunya ja1an ke1uar ada1ah membe1i air boto1 atau mengambil air di sungai Kapuas Murung, Palingkau.
7Demikian juga di handil di Palingkau Kecil dan Lasar.
102
Bab IV
Percobaan Pola Sawit-Dupa
Program penyuluhan/penerapan polasawit-dupa yang telah diwujudkan di tingkat handil di Palingkau sejak dua tahun tidak mengalami sukses. Karena berbagai faktor, kebanyakan petan:i menolak.
Petani Palingkau menerima bantuan benih padi IR66, pupuk, herbisida dan pestisida yang disediakan oleh Departemen Pertanian. Sebagai imbalan, petani berjanji akan tetap tinggal di sawah mereka antara bulan OktoberdanDesember untuk menanam padi IR66 berbatang pendek yang tidak tahan genangan air yang dalam. Selama dua atau tiga bulan itu, petani tidak berangkat untuk mencari pekerjaan sampingan, seperti biasanya dilakukan sesudah padi lokal disemai. Mereka memusatkan waktunya untuk bekerja di sawahdanmemanfaatkan simpanannya untuk menanam padi. Mereka berharap investasi itu akan membawa hasil panen padi unggul yang besar. Namun, padi IR66 tidak tahan terhadap genanganair yang banyak di musim hujan pada bulan Desember dan Januari, sehingga hasil panennya merosot dan
*
tanaman padi mati. Padahal, penyuluh pertanian telah mengiming-imingi petani bahwa sawah mereka dapat menghasilkan 3,5 ton padi per hektare. Namun, mereka hanya menerima hasil di bawah 1,5 ton per hektare. Selain itu, keterlambatan yang terjadi pada siklus penanaman padi (polasawit-dupa) berdampak pada penanaman terakhir padi lokal yang hasilnya juga kurang menguntungkan dari yang biasanya.
Kebanyakan petani yang telah mengambil risiko tanpa memperoleh keuntungan panen, tidak ingin mengulangi lagi pengalaman pahitnya untuk musim berikutnya pada bulan Oktober 1996 dan Agustus 1997. Petani yang ingin mencoba lagi menjadi terasing dari kawan-kawannya yang tidak ingin lagi mengambil risiko.
Oleh karena itu, mereka terpaksa membatalkan proyek danhanya menanam padi lokal pada tahun 1996dan1997.
Namun, musim penanaman padi tersebut ditandai dengan musim kemarau yang datang lebih awal. Pada bulan April, air di sawah berkurang. Hasil panen bulan Agustus 1997 tidak menguntungkan, bahkan tidak mencukupi kebutuhan pangan bagi petani untuk tahun berikutnya. Saat ini, lumbung padi dari sejumlah petani kosong. Masalah keuangan semakin parah untuk bulan-bulan berikutnya ketika harga beras mengalami kenaikan khususnya pada bulan September 1997. Petani melihat padi unggul sebagai peluang untuk memperoleh persediaan beras dengan cepat. Mereka akan menanam kembali padi unggul siklus pendek, tetapi dengan syarat semua petani juga melakukannya. Namun kali ini, petani ingin menanam padi pada bulan September untuk menghindari genangan air yang sangat merugikan jika umur padi masih muda.
Berbagai Kendala
Kurangnya Pengendalian Air di Sawah
Padi IR66 sangat peka terhadap perubahan tingkat air di petak sawah. Varietas padi tersebut memerlukan pengendalian air yang tetap. Jika kedalaman air di petak lebih 10 cm, tanaman padi mati. Sistem pengendalian air secara tradisional tidak cukup sempurna, untuk membenahi variasi genangan air yang berasal dari arus pasang besar dan hujan lebat pada bulan Desember dan Januari. Perbaikan kontrol air dengan melakukan pengerukanhandil dan penggunaan sistem tata air mikro, secara
103
Padllokal
apriori merupakan jalan keluar. Akan tetapi perbaikan itu belum dilakukan dan adopsi padi unggul seperti yang terlihat saat itu pada pola sawit-dupa tampak berisiko. Sebaiknya, sejak pengerukanhandil dua tahun lalu, penanaman padi lokal berisiko pula karena tingginya genangan air di sawah tidak mencukupi.
Padi IR66 dan Padi Lokal Saling Tumpang- Tindih
Semai dua varietas padi direncanakan pada masa tanam yang sama, yakni awal bulan Oktober. Pada pola tradisional, semai padi lokal telah dilakukan awal musim hujan pada pertengahan bulan Oktober. Untuk saat itu, persemaian padi siklus pendek terlambat. Hujan yang turun dengan lebat pada akhir bulan November menyebabkan padi yang barn berumur antara l dan 1,5 bulan tidak dapat tahan pada genangan air sekitar 20 cm di sawah. Selain itu, dengan penyemaian secara serempak, padi unggul yang telah ditanam di sawah pada pertengahan bulan Februari dapat memperlambat persemaian kedua untuk padi lokal. Hal itu disebabkan oleh kondisi musim hujan dan ketinggian air di sawah. Jika petani terlambat melakukan semai terakhir, hal itu berdampak negatif pada produksinya.
Gambar24.Jadwal Kerja Sistem Sawit-Dupa
Sep Okt Nop Des Jan Fab Mar Apr Mai Jun Jul Agt
, ! ! , , , , ! , ! ! , ~
Padl unggul
---- t t t ! r--r---ur---u---u-u---u---uu----
:
Sam~ ::,~!~=n! Panen1 l , 1
~__ Pers1apan l' P9mupoon :
: Iahan
:!
~ua :----l---,---t:Tl-t---:-1 t
! r---~---: semai !~an!
: :
P«lanam-:Pemupukan . Panen: ' portam. 1 : ,an kadua : : 5awlt-dupa:
: :: l : : :_aPerslapan : :
: :: l: : lahan:: :
----i
puneakJ<agialan:~-t-_u-i Puncak~n t---uut---:--
.. -
.
..- .
Pengendalian Hama
Usaha petani di lingkungan semacam itu tidak dapat dilakukan secara sendiri- sendiri tetapi terikat pada aturan masyarakat petani. Agar varietas yang dipilih dapat memperoleh hasil panen yang sesuai, semua petani dari satuhandil haros menanam padi secara serentak. Dengan cara itu, petani menanggung risiko serangan hama bersama-sama. Apalagi jika menggunakan varietas padi yang sangat peka terhadap serangan hama. Kondisi tersebut tidak boleh tidak terpenuhi.
Padahal, beberapa petani terpaksa mencari pekeIjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. Dengan demikian, mereka meninggalkan sawah tanpa menyelesaikan persemaian. Jika terdapat beberapa petani seperti itu di satu handil yang sama semua petanidihandil tidak dapat mengadopsi sawit-dupa.
Sawit-dupa: keuntungan atau kerugian?
Sebagai contoh, kalkulasi berikut ini dibuat untuk keluarga yang terdiri atas lima orang (kepala keluarga, istri, tiga anak yang masih kecil dan usia sekolah):
• istri membantu suami melakukan persemaian dan panen padi;
104
..
Bab IV
• anak-anak yang masih kecil tidak membantu orang tua;
• semua pekerjaan dilakukan oleh tenaga kerja anggota keluarga sampai batas kemampuannya. Mereka memanggil buruh harian untuk pekerjaan yang tidak dapat ditunda, seperti semai varietas padi unggul dan panen varietas padi lokai.
Ada dua masa puncak kegiatan yang mengharuskan petani tetap tinggal di sawah selama sekitar dua bulan. Beberapa kegiatan saling tumpang-tindih, atau waktunya terlalu berdekatan. Kadang-kadang petani terpaksa memanggil buruh harian, jika ia memiliki uang.
Pada puncak kegiatan pertama dari bulan Oktober hingga Desember, petani harus melakukan:
• semai padi unggul dan semai padi lokal;
• persiapan lahan persawahan untuk pemindahan padi unggul;
• pemindahan padi unggul harus dilakukan sedikitnya satu minggu. la mem- pekerjakan buruh harian, jika tenaga kerja anggota keluarga tidak mencuIrupi.
Pada puncak kegiatan kedua dari bulan Februari-Maret, ia haros melakukan:
• panen padi unggu1;
• menyiapkan lahan untuk pemindahan padi lokal terakhir. Jika waktu tidak men- cuIrupi, ia memanggil buruh;
• pada pemindahan terakhir padi lokal, petani mempekerjakan buruh harian sesuai dengan tahap pekerjaan dan tingginya genangan air di sawah.
Dahulu, selama masa tersebut, ia berangkat mencari pekerjaan sampingan. Jika ia menerapkan pola sawit-dupa, ia haros tetap tinggal di sawah dan menjual perse- diaan padi lokal untuk membiayai kebutuhan keluarga. Hal itu berarti bahwa ia kehilangan penghasilandaripekerjaan sampingan selama ia melewatkan waktunya di sawah, tetapi sebagai gantinya, ia memperoleh keuntungandarihasil panen padi unggul. Keuntungannya bergantung pada tingkat penghasilan yang diperoleh dari padi unggul, dibandingkan dari gaji yang diterima di pasar kerja. Mungkin dapat dilakukan simulasi yang dapat menggambarkan tingkat keputusan yang diambil oleh petani.
Tingkat produktivitas padi unggul dalam perhitungan dan perbandingan pendapatan bersihdaripenanaman padi tambahan IR66 menurut tingkat produksi yang berbeda dengan pendapatan dari pekerjaan sampingan dapat dibagi tiga tingkat. Perkiraan kalkulasinya adalah sebagai berikut:
.10blek/borong (3,5 ton/ha), berdasarkan teori yang diumumkan oleh pemerintah;
.7 blek/borong (2,5 ton/ha), hasil rata-rata yang dicapai oleh beberapa petani;
.5 blek/borong (1,8 ton/ha), produksi yang biasa diperoleh petani.
105
Padi unggul ditanam pada 80% lahan persawahan (polasawit-dupa). Varietas padi itu dijual dengan harga rata-rata Rp 5.000,00/blek atau Rp 476,00/kg di pasar Palingkau. Pendapatan yang diperoleh dari padi IR66 di lahan seluas 0,8 hektare dengan produktivitas padi yang berbeda adalah:
Tabel16. Pendapatan yang Diperoleh dari Penerapan Pola Sawit-Dupa
Panen Total
30.000
105. 000
30.000 135.000 Tabel17. Pendapatan yang Diperoleh dari Padi Unggul (Iuas 0,8 ha)
Hasil panen 1,8 ton/ha Rasil panen 2,5 ton/ha Hasil panen 3,6 ton/ha RasH kotor 700.000 Hasil kotor 980.000 Hasil kotor 1.400.000
Saprodi 144.000 Saprodi 144.000 Saprodi 144.000
Tenaga keIja 108.000 Tenaga keIja 108.000 Tenaga kelja 108.000 ,
Pendapatan 448.000 Pcndapatan 728.000 Pendapatan ~ 1.148.000
1
bersih(Rp) bersîh (Rp) bersîh (Rp)J
Pendapatan pekeIjaan sampingan:
• Jika petani tidak menanam varietas padi unggul, maka 35 hari keIja di sawah selama bulan Oktober-November dapat digunakan untuk mencari pekeIjaan sampingan. Dapat diperkirakan bahwadari 35 hari, ia menggunakan waktu 30 hari untuk bekeIja, dan sisanya, digunakan untuk peIjalanan dan istirahat di rumah.
Pada bulan Oktober-November, petani masih dapat mencari pekeIjaan di luar Palingkau dengan penghasilan Rp 15.000,00/hari, yaitu pembabatan, pekeIjaan membangun rumah, dsb. Lima hari yang dibebankan bulan Februari dapat diman- faatkan untuk mencari pekeIjaan harian di sektor pertanian di daerah Palingkau dengan penghasilan Rp 6000/hari.
Maka, opportunity costpada pekeIjaan yang dilakukan di sawah untuk penanaman padi unggul adalah:
130
x15000+5x6500=
Hp 482 500 1Pengambilan keputusan oleh para petani bergantung pada produksi yang diperoleh dari hasil panen padi unggul. Jika produksinya tidak lebih dari 1,8 ton/hari, seperti kasus percobaan penanaman padi unggul selama dua tahun itu, petani Palingkau lebih memilih mencari pekeIjaan sampingan. Keadaan pasaran keIja merupakan
106
Bab IV
variabel kedua yang perlu diperhitungkan, yakni: kemudahan dan kecepatan mendapatkan pekerjaan serta tingkat penghasilan. Pada saat ini, dalam rangka proyek PLG satu juta hektare, kegiatan tidak berkurang misalnya: pembukaan lahan, dan pengelolaan kawasan transmigrasi yang melibatkan sebagian dari tenaga kerja selama beberapa waktu. Selain itu, kampung Palingkau sedang dalam proses peralihan menjadi daerah kecamatan dan saat ini, sektor kota dan berbagai kegiatan berkembang dengan cepat. Dinamika pasar kerja yang barn ini dapat mengganggu penerapan pola sawit-dupa. Di satu sisi, mencari pekerjaan luar tani jauh lebih aman daripada kerja tani. Di sisi Iain, banyaknya pennintaan pekerjaan di Palingkau, pasti akan meningkatkan lagi upah buruh.
Alokasi Dana
Gambar 25 dan 26 menunjukkan arns pengeluaran dan pemasukan selama berlang- sung musim tanamuntuk pola "sawit-dupa" dan pola "padi lokal". Angka-angka tersebut hanya merupakan hasil kalkulasi dari data wawancara (angka perkiraan) mengenai pemasukan dan pengeluaran petani.
Gambar25.Arus Pemasukan dan Pengeluaran
Jadwal Pelaksanaan SistemSawlt-Dupa
Pemuukan
Old Nop Des Jan Feb
iW'&i0JW#'&H
155 155 980
Mar Apr Mel Jun Jul AgI
W#'<74WM'#'@Wd#'#'Mm'#'#'#'t0IW&!f/..0
145 290 290 290 290
Sep 960 260
•
Persiapan Iahan dan samal IR66
Manesri pekar·
jasn sampingan di sakitar /ahan persawahan
• Panan padi unggul - Parsiapan
lahan
Mancari pekarjaan sampingan dlluar dssa
Panan padi Ioka!
Pengeluarln 480 240 180 180 475 180 240 180 180 180 440 180
Pembellan pupuk, benlh, pelUllda dan Mbagalnya
• Bulan Ramadhln Pembellan - Buruh (tanlm, per pupuk
lIa pan "hln)
Buruh untuk membllntu plnsn
51100 .481) ·240 ·25 -25 550 -35 50 110 110 110 520 110
Gambar 26 menunjukkan pengeluaran dan pemasukan selama satu musim tanam dengan sawah seluas satu hektare padi lokal, serta ditambah dengan pendapatan dari pekerjaan sampingan. Gambar 25 menunjukkan arus pengeluaran dan pemasukan untuk pola sawit-dupa yang mencakup sawah seluas satu hektare padi lokal, serta 0,8 hektare padi unggul, diselingi dengan pendapatan sampingan pada waktu luang.
Padi lokal terutama digunakan untuk swasembada pangan. Sisanya, disimpan dan dijual sedikit demi sedikit untuk keperluan kebutuhan keluarga selama satu setengah bulan ketika petani bekerja di sawah dan tidak sempat mencari pekeIjaan sampingan. Sepanjang tahun, kebutuhan uang bulanan ditopang dari pekeIjaan sampingan. Jika hasil dari pekerjaan sampingan tidak mencukupi petani terpaksa mengambil dari stok padi loka!. Pengolahan keuangan rumah tangga dilakukandari hari ke hari dan stok padi merupakanjaminan.
107
Gambar26.Jadwal Kegiatan Sistem Penanaman Padi Lokal
Okt Nop Des Jan Feb
!W&'P"@$p..fl'aM!W&JW/&W
Mar Apr Mel Jun Jul Agt
WW'11wtM"#4t,1@fl'AW1@',@;Wp"l',0@
Sep
Pemaaukan 290 170 155 155 145 290 290 290 290 960 290
Meneari peker- jaan sampingan di seki/ar iahan persawahan
Masa persiapan lehen; tidak eda pendapelan dari luar
Menceri pekefjaan sampingan di luar desa
Panen padi IokaJ
PengeJuaran 180 210 180 180 280 180 240 180 180 180 520 180
5.100 110 ·40
• Bulan Ramadhan Pembellan
• Buruh (t8nam, per pupuk slapan lahan)
- 25 ·25 - 28D - 35 50 110 110
Buruh unluk membanlu penen
110 440 110
Pembuatan jadwal pengeluaran dan pemasukan pada pola sawit-dupa memperjelas cara perolehan sumber pendapatan yang berbeda. Pada pola ini, surplus padi lokal dijadikan modal bagi petani. Di satu sisi, diperlukan untuk pembelian sarana produksi bahan-bahan penanaman padi unggul. Di sisi Iain, untuk pembiayaan kebutuhan keluarga selama dua bulan ketika petani tidak dapat meninggalkan sawahnya. laakanmendapatkan hasil investasi padi lokal tersebut pada panen bulan Maret. Petani lebih mengambil risiko ketika kondisi untuk memperoleh panen padi unggul tidak dapat tercapai karena pengaturan air, karena adanya kontrol air yang buruk, buruknya seperti yang kini terjadi di Palingkau.
Pada pola ini, terutama selama musim tanam dari bulan Oktober ke April, penga- turan keuangan rumah tangga jarang dilakukan sehari-hari. Uang yang diperoleh untuk membiayai kebutuhan keluarga merupakan hasil penge10laan stok padi dan bukan uang yang didapat dari hasil pekerjaan harian atau mingguan.
Hal tersebut di atas menunjukkan suatu perbedaan mentalitas antara dua pola. Pada pola padi lokal, petani membatasi risiko, dengan menginvestasikan dalam varietas padi lokal yang irit tenaga dan saprodi. Petani tidak pusing mengatur sisa stok padi karena pekerjaan sampingan menjadi penunjang pemenuhan kebutuhan ke1uarga sehari-hari. Sebaliknya, pada pola sawit-dupa, petani menghadapi berbagai risiko dan harns menge10la stok padi dengan teliti.
Jadi, di lingkungan Palingkau, tidak ada satu pun yang pasti. Baik iklim dengan musim kemaraunya yang panjang; api yang dapat membakar ladang dan kebun;
tingkat air berubah-ubah dari hari ke hari dan dari bulan ke bulan; produksi tanaman bergantung pada kesuburan tanah yang mudah berubah; pekerjaan manusia berubah dari bulan ke bulan dan dari tahun ke tahun. Petani tidak suka terikat pada lahan dan kegiatan pertanian saja. Banyak petani yang diwawancarai seputar varietas padi unggul mengemukakan kendala kegiatan dan pengawasan dari jenis padi tersebut.
"Jika saya menanam padi unggul, saya harus tetap tinggal di sawah, dan tidak dapat mencari pekerjaan sampingan". Selama berlangsung wawancara dengan ketua kelompok tani yang ingin mengadopsi varietas padi hari tersebut, ada pandangan dari petani luar kampung, yang dapat memberi kesimpulan yang sangat menarik,
108
. .
BablV
yaitu: "Agar berhasil, orangnya harus unggul juga." Kata "unggul" mengacu tidak saja kepada varietas padi tetapi sekaligus mengacu pada orang baru yang cenderung berpikir modem, seorang petani yang terikat pada lahan pertaniannya, semacam petani model baru.
ripe Petani yang Dapat Mengadopsi Pola Sawit-Dupa
Beberapa petani tertarik pada pengadopsian polasawit-dupa. Adopsi pola itu dapat dilakukan dengan mudah oleh petani yang memiliki penghasilan, seperti panen rambutan dan yang memberi perhatian penuh pada lahannya.
Pada dasarnya, petani yang memiliki kebun dapat menggunakan hasil penjualan rambutan untuk membiayai tanaman padi. Penghasilan tersebut dapat menutupi berbagai kebutuhan dan dapat menjamin petani dalam menangani berbagai risiko penanaman.
Sebaliknya, adopsi polasawit-dupatidak menarik bagi petani yang tidak tinggal di Palingkau. Petani itu hanya datang ke sawah untuk kegiatan tertentu. Untuk "budi daya padi jarak jauh", padi lokal sangat tepat diterapkan karena jenis padi itu tidak membutuhkan banyak tenaga dan pengawasan dibandingkan dengan padi unggul.
Keluarga transmigran mengadopsi polasawit-dupa,paling tidak selama 1,5 tahun.
Selama itu, mereka diberi saprodi. Namun, keluarga transmigran hanya dapat menerapkan pola sawit-dupa dengan terbatas pada tenaga keIja dalam keluarga, karena tidak ada dana untuk mengupahkan tenaga luar. Penanaman padi unggul haros selesai paling sedikit selama satuminggu, tetapi penanaman padi hanya dapat dilakukan untuk sebanyak l borong (289 m2) per hari. Jika tenaga dalam keluarga hanya ada dua yang aktifi'pekeIja (kepala keluarga dan istri, yang sering teIjadi pada pasangan muda transmigran), mereka hanya dapat menanami sawahnya 2 borong/hari, 14 boronglminggu, atau total hanya 0,5 hektare. Mereka tidak mungkin menerapkan polasawit-dupa pada sawah seluas dua hektare yang telah diberikan kepada mereka. Gotong royong merupakan' satu jalan keluar, tetapi semua petani menanam padi dalam waktu yang sama.
'Aïl.ëkdotuntukmenjèùlskaiïïnasaiàli tersebut: ---1
~ .. .. .- : :.~ '.~,' " '.. . "' .
Masalah itu timbul pada bulan Juli, Agustus pada waktu menanam padi IR66 di sawah milik' desa SP1 seluas 50' hektare. Pena.rlamàn padi tersebut yang dilakukaD.
selama mûsini kemarau ditujukan untuk di panen oleh Presiden R.I sendiri padà:
bulan Oktober 1997. Penyuluh pertanian dari SPI dihadapkan pada masalah~
:kekurangan tenagakeIja/pekeIja~Keluarga transmigran lebih menyukai menggarapi 'sawah sendiri' daripada' menanam padi di tempat umum. Akhirnya, si penyuluh' 'pert_apian~'aksamemb~yarpek~a hari~untukIll~.ny~J~_~~.i!<:an~y~. ~ Segala kendala yang dihadapi tidak berarti bahwa petani Palingkau tidak tertarik dengan varietas padi bersiklus pendek. Seperti yang telah dijelaskan tentang penanaman padi pada tahun 1997-1998, sejumlah petani ingin menanam padi unggul agar dapat menyediakan dengan cepat stok padi mereka. Si petani tidak percaya langsung sama penyuluh. Tetapi ia beIjalan-jalan di handildan menanyai berbagai petani yang telah menanam padi unggul. Selanjutnya, ia coba-coba mena- nam sendiri di sebagian kecil sawah. Dengan demikian petani dapat mengamati kekurangan dan kelebihan varietas padi unggul yang dapat ditanam pada berbagai kondisi.
109
Banyak petani ingin menanam dua varietas padi, lokal dan unggul, tetapi dengan cara agar mereka dapat panen pada waktu yang sama. Cara itu, secara apriori, dapat menambahjumlah pekerjaan pada masa panen dan hal itu dapat mencegah serangan hama dan gulma, khususnya burung pada masa panen.
Untuk varietas padi unggul yang membutuhkan air sedikit, petani melihat cara memperbaiki penggunaan tanah dengan memilih kondisi genangan air yang berbeda di sawah. Petani menanam varietas padi lokal di beberapa tempat di sawah yang genangan airnya paling cocok dengan varietas tersebut.
Beberapa petani maju, yang telah melakukan percobaann, ingin me1aksanakan spesialisasi sawah mereka. Di beberapa petak sawah, petani menanam padi unggul dua kali setahun. Di petak sawah Iain mereka menerapkan pola sawit-dupa, dan di lahan petak yang genangan airnya banyak, mereka hanya menanam varietas padi lokai. Cara itu lebih ampuh dan lebih efisien jika pemilihan varietas padi berdasarkan tingkat genangan airnya: tanah tinggi, tanah sedangdan tanah rendah.
Petani dapat meningkatkan hasil per hektare padi dengan menggunakan faktor keterbatasan utama yakni tenaga kerja. Kasus seorang petani yang telah diteliti di Mampai dapat memperjelas pengamatan tersebut: Petani memiliki dua hektare sawah, ia melakukan dua kali panen padi unggul pada 0,5 hektare sawah dan menanam padi lokal pada 1,5 hasawah yang tersisa. Alasan petani memanfaatkan sebagian besar sawahnya untuk penanaman padi lokal adalah keterbatasan tenaga kerja dan kondisi genangan di masing-masing petak.