• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASAS, TUJUAN DAN SIFAT BISNIS SYARIAH

D. Sifat-sifat Bisnis Syariah

1. Asas Tauhid/ Aqidah

Rangkuman

Asas, Tujuan dan Sifat-sifat Bisnis Syariah A. Asas-asas Bisnis Syariah

sama sukses dalam menjalankan bisnis. Islam tidak membenarkan sifat- sifat individualistik, tetapi kebersamaan merupakan suatu keharusan. Jika seseorang telah sukses dalam bisnisnya, dia harus membantu saudara atau temannya yang belum sukses.

3. Asas Kepemimpinan.

Manusia diciptakan Allah adalah untuk menjadi khalifah atau pemimpin di muka bumi (al-Baqarah ayat 30). Manusia sebagai khalifah atau pemimpin dituntut untuk dapat mewujudkan kesejahteraan dalam masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan mengelola sumber daya alam yang telah diciptakan Allah. Namun demikian, yang wajib dijaga adalah tetap terpeliharanya ekosistem. Artinya, membuka usaha dengan berbagai jenisnya tidak boleh merusak lingkungan. Limbah dari perusahaan sebagai upaya pengembangan bisnis jangan sampai merusak lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitarnya.

4. Asas Maslahah

Maslahat berasal dari kata al-islah yang berarti manfaat, damai dan tentram. Kemaslahatan yang dijadikan acuan dalam menjalankan kegiatan bisnis adalah kemaslahatan umum bukan kemaslahatan pribadi atau kemaslahatan kelompok tertentu. Segala bentuk minuman keras, berjudi, bisnis prostitusi dengan segala bentuknya, hukumnya haram karena akan merusak tatanan kehidupan dan maslahatnya kecil.

5. Asas Keadilan

Adil kadang-kadang diberi makna sama rata dan tidak memihak salah satu pihak. Pengertian adil lainnya adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya atau memberikan hak kepada orang yang berhak menerimanya. Adil dalam kegiatan bisnis adalah memberlakukan pelangggan atau orang lain tidak diskriminatif. Kepada siapapun baik muslim maupun non muslim tidak boleh diskriminatif. Dilarang berbuat curang, zalim, mengurangi timbangan kepada semua konsumen tanpa memandang etnis dan agamanya.

6. Asas Kemerdekaan

Dalam berbisnis menurut syariat Islam berlaku asas kemerdekaan.

Seseorang tidak boleh dipaksa untuk menjual atau membeli sesuatu. Jika ada pemaksaan dari salah satu pihak, segala bentuk transaksi yang dilakukannya tidak sah.

7. Asas ukhuwah (solidaritas)

Hidup harus saling menghormati, menghargai antara yang satu dengan lainnya. Asas ukhuwah (solidaritas) ini, harus diterapkan dalam dunia bisnis. Dalam melaksanakan bisnis menurut ketentuan syari’ah, tidak boleh mengabaikan aspek solidaritas atau ukhuwah. Seorang pembeli, dilarang untuk membeli barang yang masih dalam proses tawar menawar. Tidak boleh menjatuhkan harga untuk menghancurkan bisnis orang lain. Nilai- nilai solidaritas harus tetap dijaga, untuk menghindari efek negatif seperti, permusuhan yang dapat menimbulkan pertumpahan darah dan rasa dendam.

B. Tujuan-tujuan Syariah dan Hubungannya dengan Bisnis Syariah

1. Memelihara Agama

Syariah Islam mempunyai 4 (empat aspek) yaitu; aqidah, akhlak, ibadah dan mu’amalah. Pengertian memelihara agama adalah menjalankan perintah agama meliputi empat aspek dimaksud. Kaitan memelihara agama dengan kegiatan bisnis adalah dibolehkannya berbisnis yang dapat menjaga keempat aspeknya. Misalnya, tidak boleh menjual barang-barang yang membawa syirik. Bisnis yang tidak merusak akhlak dibolehkan, seperti berbisnis segala bentuk pakaian untuk ibadah, menutup aurat sesuai dengan ketentuan dan sewa menyewa tempat usaha yang halal.

2. Memelihara Akal

Akal, harus dilindungi dari segala yang dapat merusaknya. Salah satu ketentuan Syariah dalam menjaga akal adalah diharamkannya berbagai jenis minuman dan makanan yang dapat merusak akal. Kaitan tujuan aspek

ini dengan bisnis adalah diharamnya bisnis sesuatu yang dapat merusak akal. Misalnya, jual beli ekstasi, ganja, morpin dan sejenisnya. Sebaliknya, dibolehkan bisnis yang dapat menjaga dan menyehatkan akal.

3. Memelihara Jiwa

Jiwa merupakan anugerah Allah yang sangat penting. Untuk menjaga jiwa manusia Allah memberlakukan hukuman qisas (hukuman mati) terhadap orang yang menyebabkan hilangnya jiwa orang lain. Kaitannya dengan bisnis syariah adalah segala bentuk bisnis atau jual beli yang dapat menjaga kebaikan jiwa dibolehkan. Misalnya; jual beli buah-buahan yang dapat menyehatkan jiwa, atau obat yang dapat menjaga kesehatan jiwa manusia. Sebaliknya, diharamkan bisnis yang dapat merusak jiwa.

4. Memelihara Keturunan

Untuk menjaga keturunan yang baik, Allah telah mengharamkan perzinahan karena ia termasuk perilaku yang keji dan terkutuk (al-Isra’:32).

Sebaliknya, untuk menjadi keturunan yang baik dibolehkannya nikah (an- Nisa’:3). Kaitannya dengan bisnis syariah adalah diharamkan bisnis yang terkait dengan prostitusi dengan segala jenisnya dan dihalalkan bisnis untuk keperluan perkawinan dan menjaga keturunan.

5. Memelihara Harta.

Untuk menjaga keselamatan harta, Allah telah menetapkan hukum potong bagi pencuri laki-laki dan perempuan dengan jumlah tertentu.

Kaitan tujuan ini dengan bisnis adalah dibolehkannya seseorang untuk berbisnis yang dapat melindungi harta benda dan diharamkan segala jenis bisnis yang akan merusak harta.

C. Sistem Ekonomi Syariah Dan Konvensional

Perbedaan antara Bisnis Syariah Dengan Konvensional

No Bank Syariah No Bank Konvensional

1 Investasi, hanya untuk proyek dan produk yang halal serta menguntungkan

1 Investasi, tidak mempertimbangkan halal atau haram asalkan proyek yang dibiayai menguntungkan 2 Return yang dibayar

dan/atau diterima berasal dari bagi hasil atau pendapatan lainnya

berdasarkan prinsip syariah

2 Return baik yang dibayar kepada nasabah penyimpan dana dan return yang diterima dari nasabah pengguna dana berupa bunga

3 Perjanjian dibuat dalam bentuk akad sesuai dengan syariat Islam

3 Perjanjian menggunakan hukum positif

4 Orientasi pembiayaan, tidak hanya untuk mencapai keuntungan material, akan tetapi juga keuntungan non material yaitu berorientasi pada kesejahteraan masyarakat, sekaligus mengharapkan berkah dari Allah.

4 Orientasi pembiayaan, untuk memperoleh keuntungan material semata atas dana yang dipinjamkan. Keuntungan non material berupa mengharapkan fahala dan berkah dari Allah tidak menjadi target.

5 Hubungan antara bank dan

nasabah adalah mitra kerja. 5 Hubungan antara bank dan nasabah adalah kreditur dan debitur

6 Dewan pengawas terdiri dari BI, Bapepam, Komisaris, dan Dewan Pengawas Syariah (DPS)

6 Dewan Pengawas terdiri dari BI, Bapepam, dan Komisaris

7 Penyelesaian sengketa, diupayakan melalui secara musyawarah antara bank dan nasabah, melalui peradilan agama

7 Penyelesaian sengketa melalui pengadilan negeri setempat

D. Sifat-sifat Bisnis Syariah 1. Bisnis yang Menguntungkan

Bisnis yang menguntungkan dalam pandangan bisnis syariah adalah setiap bisnis yang dapat memperoleh dua keuntungan sekaligus. Pertama, mendapat keuntungan material dan kedua, keuntungan non material.

Keuntungan material dicapai dengan mendapatkan keuntungan uang dalam berbisnis dan keuntungan non material yaitu keuntungan material yang dipergunakan untuk membantu orang lain.

Kriteria bisnis yang menguntungkan adalah sebagai berikut:

a. Investasi yang baik, yaitu segala kegiatan bisnis yang berlandaskan ketentuan-ketentuan Allah agar dapat memperoleh keridaan-Nya.

b. Keputusan yang Tepat, yaitu keputusan yang didasarkan kepada dua hal. Pertama, keputusan yang rasional, sehingga dalam berbisnis mendapat keuntungan yang besar. Kedua, bisnis yang dijalankan berorientasi kepada yang halal dan bukan kepada yang haram (al- khabisat).

c. Perilaku yang baik, Perilaku yang baik dalam berbisnis adalah perilaku yang mengikuti Rasulullah Saw.yaitu bersifat jujur, amanah, dan juga ramah dalam memberikan pelayanan kepada semua konsumen tanpa membedakan etnis dan agama.

2. Bisnis Yang Merugi

Bisnis yang merugi adalah bisnis yang tidak bersandar kepada kehendak Allah dan Rasul-Nya. Kriteria bisnis yang merugi adalah sebagai berikut : a. Investasi Yang Jelek

Investasi yang jelek adalah setiap perbuatan atau aktivitas bisnis yang dasarnya hanyalah mengejar keuntungan material semata dan bukan karena mengharap rida Allah.

b. Keputusan Yang Salah

Keputusan yang salah dalam berbisnis adalah keputusan yang berorientasi pada hal-hal yang khabisat atau yang diharamkan oleh Allah, walaupun realitanya dapat mendatangkan keuntungan material

yang banyak. Misalnya, berbisnis minuman keras, ternak babi, menjadi penadah barang-barang curian, membuka tempat perjudian, merekayasa timbangan, perzinahan dan lain-lain.

c. Perilaku Yang Tidak Baik

Perilaku bisnis yang tidak baik adalah perilaku yang tidak sesuai dengan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Misalnya, tidak jujur dalam mengelola bisnis, bersifat kasar kepada pelanggan, tidak ramah terhadap konsumen dan lain-lain.