• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan-tujuan Syariah dan Kaitannya dengan Aktivitas Bisnisdengan Aktivitas Bisnis

ASAS, TUJUAN DAN SIFAT BISNIS SYARIAH

B. Tujuan-tujuan Syariah dan Kaitannya dengan Aktivitas Bisnisdengan Aktivitas Bisnis

Mayoritas pakar hukum Islam telah sepakad bahwa tujuan-tutjuan Syariah itu ada lima yaitu:

1. Memelihara Agama

Syariah Islam mempunyai 4 (empat aspek) yaitu; aqidah, akhlak, ibadah dan mu’amalah. Keempat aspek ini harus dipelihara dalam artian dijadikan pedoman dalam seluruh kehidupan setiap individu muslim.

Sifatnya, berlaku secara universal. Berlaku di mana saja dan kapan saja.

Umat Islam yang menyimpang daripada ketentuan-ketentuan tersebut, hendaklah diingatkan agar kembali pada jalan yang benar.

Pengertian memelihara agama adalah menjalankan perintah agama, baik yang terkait dengan hubungan vertikal dengan Allah, maupun hubungan horizontal sesama umat manusia. Segala yang disuruh hendaklah dikerjakan berdasarkan kemampuan yang ada. Akan tetapi dalam hal menjauhi larangan-larangan, wajib dilakukan secara maksimal dan tidak boleh menurut kemampuan yang ada seperti pada tuntutan untuk mengerjakan sesuatu. Diwajibkannya umat manusia untuk menjalankan perintah-perintah agama dan menjauhi segala larangannya adalah untuk kemaslahatan manusia itu sendiri. Semua ketentuan agama sudah pasti mengandung kebaikan untuk kehidupan manusia sendiri.

Manusia disuruh menjalankan ibadah salat adalah untuk memberi kemampuan diri agar tidak melakukan perbuatan keji dan mungkar (al- Ankabut:45). Diwajibkannya umat Islam membayar zakat agar hartanya bersih dari hak-hak milik fakir miskin. Selain kebersihan harta kekayaan, mengeluarkan zakat juga dapat memberikan kesucian jiwa bagi yang mengeluarkan zakat (at-Taubah:103). Diwajibkannya ibadah puasa Ramadhan adalah agar menjadi orang yang bertaqwa (al-Baqarah: 183). Dilarangnya perbuatan zina karena ia adalah perbuatan yang terkutuk dan cara yang paling jelek (al-Isra’: 32). Dengan memelihara agama seperti telah dijelaskan, seseorang akan menjadi manusia yang mulia dan mempunyai kedudukan tinggi. Sebaliknya, orang yang tidak mau memelihara agama

dalam artian tidak melaksanakan perintah agama, kedudukannya rendah seperti hewan bahkan lebih hina dari binatang (al-A’raf: 179).

Tujuan syariat Islam dalam memelihara agama ini, mempunyai kaitan dengan aktivitas bisnis. Keterkaitannya dengan perilaku bisnis adalah dibenarkan berbisnis segala keperluan yang dapat menunjang terlaksananya ketentuan agama dengan baik. Misalnya, dibolehkan melakukan jual beli pakaian untuk menutup aurat sekaligus dapat digunakan untuk melaksanakan ibadah salat. Dibenarkan berbisnis keperluan-keperluan untuk ibadah haji.

Misalnya, jual beli kain ihram, makanan yang bergizi untuk memperkuat tenaga baik dalam melaksanakan ibadah haji atau ibadah lainnya.

Semuanya boleh dijual dengan dasar suka sama suka.

Sebaliknya, segala sesuatu yang dapat menghalangi terlaksananya ketentuan-ketentuan syariat Islam tidak boleh dilakukan. Diharamkan membuka hotel yang di dalamnya terselubung tempat pelacuran, memper- jualbelikan jimat yang dapat merusak aqidah Islam dan hukumnya syirik.

Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah yang artinya “siapa saja yang menggantungkan jimat pada dirinya hukumnya adalah syirik. Hadis sahih riwayat Ahmad (Musnad Ahmad; 4:156). Membuka praktek perdukunan yang merusak keimanan, memperjualbelikan gambar-gambar dan buku- buku porno adalah perilaku bisnis yang sudah menyimpang dari ketentuan Syariah. Dengan demikian, segala aktivitas bisnis yang dapat menjauhkan diri dari pelaksanaan ajaran agama hukumnya haram. Semua yang haram wajib dijauhi karena hasilnya pasti tidak diridoi Allah. Segala bentuk aktivitas bisnis yang dapat membantu terwujudnya ajaran agama dibolehkan.

2. Memelihara Akal

Allah telah menjadikan manusia dengan sebaik-baik kejadian (at- Tin:4). Kepada manusia diberikan akal pikiran untuk berfikir. Akallah yang membedakan antara manusia dengan hewan. Dalam ilmu mantiq atau ilmu logika manusia disebut dengan istilah hayawaan an-naatiq yaitu hewan yang befikir. Akal, merupakan bagian organ tubuh manusia yang sangat vital. Dengan adanya akal, manusia dapat memahami berbagai macam konsep termasuk berbagai ketentuan Syariah. Dalam kaitan ini, ada riwayat yang menyatakan bahwa keutamaan setelah seorang hamba

Allah diberikan hidayah masuk Islam adalah diberikannya akal yang cemerlang oleh Allah. Hadis riwayat Abi Syaibah( Abi Syaibah;8:487). Dengan akal seseorang dapat menemukan berbagai rahasia yang ada di langit dan di bumi. Munculnya berbagai teori ilmu pengetahuan adalah penemuan melalui kekuatan akal pikiran. Misalnya, teori aljabar, ilmu ukur, ilmu fisika, kedokteran dan lain-lain. Munculnya teori cloning pada domba, tranplantasi (pencakokan) tubuh manusia seperti kornea mata, penggantian kelamin, selaput dara buatan dan lain-lain, semuanya adalah hasil penemuan akal pikiran manusia.

Sangatlah wajar, jika akal itu harus dilindungi dari segala yang dapat merusaknya. Salah satu ketentuan Syariah dalam menjaga akal pikiran adalah diharamkannya berbagai jenis minuman dan makanan yang dapat merusak akal. Misalnya, diharamkannya minuman khamar dan sejenisnya, haramnya mengkonsumsi ekstasi, ganja, morpin dan sejenisnya. Sebaliknya, Syariah Islam membolehkan seseorang meminum minuman yang mengandung vitamin, makan daging hewan yang halal, dan berbagai jenis makanan yang mengandung nutrisi.

Dr. Ibrahim al-Fiky dalam bukunya quwwatu al-Fikri menegaskan bahwa dalam otak manusia tersimpan berbagai file seperti yang ada dalam komputer. Di dalam akal ada file kasih sayang, kebencian, dendam, sedih, gembira dan lain-lain. Jika file yang ada diisi dengan sejenisnya, maka perilaku manusia akan sesuai dengan file yang telah diisinya. Misalnya, seseorang mengisi file dalam pikirannya dengan sifat-sifat kasih sayang, maka dalam perilaku kehidupannya akan penuh dengan kasih sayang. Jika file yang diisi dengan sifat dengki, maka perilaku kehidupan seseorang akan penuh dengan kedengkian. Dr Ibrahim al-Fiki menegaskan bahwa akal pikiran memang mempunyai kekuatan yang luar biasa. Akal dapat menemukan berbagai ilmu pengetahuan. Namun demikian, manusia bisa sesat dan melakukan kesalahan jika pikirannya salah dan tidak dibimbing oleh agama. Beliau memberikan ilustrasi dua kejadian yang sama tetapi hasil akhirnya jauh berbeda. Dicontohkannya dengan peristiwa dua orang yang bekerja di suatu Bank dan sama-sama memiliki jabatan. Seorang pejabat yang dilandasi dengan ajaran agama yang kuat pasti akan maju dan selamat dari ancaman hukuman. Akan tetapi pejabat yang tidak dilandasi dengan ajaran agama yang kuat, pasti akan mudah melakukan penyelewengan dan akan berhadapan dengan hukum (Ibrahim Elfiky; 2011:14).

Tujuan syariah dalam memelihara akal mempunyai relevansi dengan perilaku bisnis. Relevansinya dengan perilaku bisnis adalah dibolehkannya berbisnis sesuatu yang dapat menjaga kesehatan akal. Misalnya, bisnis berbagai vitamin, makanan sehat, dan juga membuka usaha seni islami yang dapat menyegarkan akal pikiran. Sebaliknya, dilarang berbisnis atau membuka usaha segala jenis minuman yang memabukkan, makanan lain yang dapat merusak akal pikiran. Misalnya, jual beli brendi, wiski, dan termasuk segala minuman yang berasal dari perahan atau jus buah-buahan seperti anggur, korma, kuini dan nira yang sudah dipermentasi atau dicampur dengan zat-zat tertentu sehingga sifatnya memabukkan.

3. Memelihara Jiwa

Menurut Imam al-Ghazali ilmu psikologi adalah ilmu yang mengkaji tentang jiwa. Dia mengatakan bahwa pengetahuan tentang jiwa merupakan jalan untuk mengetahui tentang Allah (ma’rifatullah). Pada diri manusia terkumpul sekaligus empat dimensi kejiwaan yaitu dimensi jasmani (al- jism), dimensi nabati (al-natiyyah), dimensi hewani (al-hayawaniyyun), dan dimensi insani (al-insaniyyah). Semuanya memiliki berbagai aspek dengan fungsi dan daya masing-masing, baik yang bersifat lahiriah dan dapat diamati maupun yang batiniah tak teramati. Jasmani merupakan unsur materi dari manusia yang dapat mengalami kerusakan dan kehancuran. Ia adalah benda pasif yang tak mempunyai daya tanpa rekayasa dari luar. Dimensi Nabati memiliki fungsi nutrisi (al-qhadiyyah), fungsi pertumbuhan (al-naamiyah), dan fungsi reproduksi (al-muwallidah) Selanjutnya, dimensi hewan terdapat dua daya yaitu daya penggerak (al- muharrikah, locomotion) dan daya penangkapan (al-mudrikah, persepsi).

Daya ini terdapat pada panca-indera menangkap informasi-informasi tersebut bukan alat-alat indera, melainkan jiwa hewan yang ada di dalam jiwa manusia. Hal ini sebagai konsekuensi logis bahwa anggota fisik tidak memiliki daya, tetapi hanya sebagai alat bagi daya jiwa. Indera-indera luar itu adalah:

a. Indera peraba, yaitu merupakan intelijen pertama bagi jiwa. Ia tersebar di seluruh kulit, daging keringat dan syarat badan. Dia memiliki kualitas panas, dingin, lembab, kering, keras, lembek, lembut, keras ringan dan

berat. Daya perabaan ini adalah satu jenis untuk empat macam daya.

Pertama, daya yang memutuskan pertentangan antara panas dan dingin.

Kedua, pertentangan antara basah dan kering. Ketiga, pertentangan antara keras dan lembut. Keempat, pertentangan antara kasar dengan halus. Adapun manfaat yang terkandung dalam daya perabaan adalah hewan dapat bergerak dengan keinginan terdiri dari berbagai unsur, dan merasa tidak aman dari bermacam-macam bahaya yang mengejarnya.

Dalam hal ini Allah memberi kekuatan dengan daya perabaan sehingga hewan tersebut dapat menyelamatkan diri ke tempat yang aman.

b. Indera penciuman, yaitu daya atau kekuatan yang ada terdapat pada bagian atas dalam hidung,terlihat dari bagian depan dan menonjol dari otak. Ia mempersepsi semua bau melalui udara. Indra penciuman pada hewan lebih kuat dibanding dengan alat penciuman manusia.

c. Indera pengecapan, yaitu alat yang mempersepsi makanan yang sesuai dan makanan yang tidak sesuai dan tempatnya di lidah. Rasa bercampur dengan ludah yang diubah menjadi rasa. Jadi ludah berubah menjadi kualitas rasa.

d. Indra penglihatan, yang berfungsi untuk mempersepsi gambar yang memantul yang berasal dari cermin fisik yang memiliki warna yang menyebar pada benda-benda bercahaya hingga ke permukaan benda- benda licin. Penglihatan terjadi karena pantulan gambar yang dilihat oleh mata dengan perantaraan kornea.

e. Indera pendengaran, berfungsi ketika ada suara, karena tekanan gelombang udara yang berasal dari lubang telinga atau daun telinga menuju udara yang menetap di bagian dalam otak dan menggerakkan sesuai dengan bentuknya. Pada dimensi insani atau daya jiwa khas manusia atau dikenal dengan jiwa rasional (an-nafs an-natiqah), daya jiwana lebih tinggi dari pada itu. Ia memiliki dua daya, yaitu daya praktis (al-amilah, practical) dan daya teoretis (al-alimah, an-nazariyah, theoritical). Dalam hal ini lebih dikenal dengan istilah akal atau akal teoretis dan akal praktis (Harun Nasution;1986:10).

Sebagai kesimpulan dari uraian di atas, manusia adalah makhluk yang mulia. Dia mempunyai berbagai kelebihan dibanding dengan makhluk lainnya. Allah memberikan amanah kepadanya sebagai khalifah di muka

bumi. Di samping untuk memakmurkan bumi, manusia mendapat mandat untuk memelihara kelanjutan hidupnya. Atas dasar ini, Islam memberikan perlindungan jiwa setiap manusia. Di antara cara untuk melindungannya adalah diberlakukannya hukuman qisas (hukuman mati) bagi setiap orang yang sengaja menghilangkan nyawa orang lain. Upaya memelihara jiwa manusia ini terkait dengan aktivitas bisnis. Kaitannya, adalah dilarangnya memperjualbelikan sesuatu yang dapat mengancam jiwa manusia. Misalnya, menjual pisau atau pistol kepada seseorang yang akan membunuh orang lain. Sebaliknya, dibolehkan jual beli sesuatu yang dapat menjaga jiwa manusia seperti jual beli baju anti peluru, perisai dan lain-lain.

4. Memelihara Keturunan

Manusia hidup di alam dunia ini, mempunyai tugas untuk memakmurkan dan menjaga kelestarian alam. Allah telah melarang umat manusia berbuat kerusakan di muka bumi karena dapat membuat kesengsaraan dan kepunahan keturunan. Keturunan merupakan legalitas hubungan kekeluargaan yang berdasarkan pertalian darah, sebagai salah satu akibat dari pernikahan yang sah. Di samping itu keturunan merupakan sebuah pengakuan syara’

terhadap legalitas hubungan seorang anak dengan garis keturunan ayahnya.

Dengan konsep ini, anak menjadi seorang anggota keluarga dari keturunannya. Dia berhak mendapatkan hak-hak sebagai akibat adanya hubungan nasab. Misalnya, adanya hukum waris, pernikahan, perwalian dan sebagainya. Untuk mendapatkan keturunan yang sah, hendaklah melaksanakan perkawinan secara sah. Dalam suatu hadis Nabi mengatakan;

nikahilah wanita-wanita yang penuh dengan rasa kasih sayang dan banyak keturunan, karena aku merasa bangga dengan banyaknya umatku pada hari kiamat nanti. Hadis riwayat Baihaqi (Baihaqi;5: 227).

Sebaliknya, untuk terpeliharanya keturunan Allah telah mengharam- kan perzinahan karena ia termasuk perilaku yang keji dan terkutuk (QS, al-Isra’:32). Dalam suatu hadis Rasulullah Saw bersabda yang artinya;

tidak halal darah seorang muslim yang telah mengucap dua kalimah syahadah kecuali dengan salah satu dari tiga perkara; zina, melakukan pembunuhan dan pindah agama (murtad). Hadis riwayat Bukhari dan Muslim (al-Jam’u baina as-sahihain al-Bukhari;1:116). Di antara hikmah

diharamkannya zina adalah karena dapat merusak keturunan. Tegasnya, merusak silsilah keluarga, sebab anak zina tidak memiliki bapak yang sah menurut ketentuan hukum. Dari aspek biologisnya tentu tetap punya bapak.

Dari aspek lainnya, perilaku zina dapat menyebabkan penyakit AIDS yang mematikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa andilnya sampai 95 %, tetapi ada juga yang mengatakan 73 %. Kalaupun terjadi perbedaan pendapat tentang persentase pengaruh perzinahan terhadap AIDS yang jelas perilaku menyimpang tersebut akan mendatangkan malapetaka dalam kehidupan umat manusia.

Keterkaitannya dengan aktivitas bisnis antara memelihara keturunan adalah dibolehkan jual beli atau sewa menyewa segala sesuatu yang dapat mendukung terlaksananya perkawinan yang sah. Misalnya, jual beli pakaian pengantin dengan segala jenisnya, menyewakan tempat pesta dan perlengkapannya. Sebaliknya, dilarang untuk melakukan jual beli atau sewa menyewa yang dapat membawa pada perzinahan. Misalnya, mendirikan hotel atau wisma yang di dalamnya ada praktek-pratek perzinahan. Membuka usaha panti pijat jika di dalamnya terselubung prektek-praktek perzinahan, maka usaha tesebut tetap dilarang oleh syariat Islam.

5. Memelihara Harta.

Menurut jumhur ulama kata al-mal atau harta adalah sesuatu yang mempunyai nilai untuk dijual. Nilai harta itu akan terus ada kecuali kalau semua orang telah meninggalkannya atau tidak berguna lagi. Seseorang diwajibkan mengganti bila merusakkan atau menghilangkan harta orang lain. Harta kekayaan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Demi untuk memperolehnya, seseorang berani mengurbankan segala tenaga tanpa kenal lelah dan menyerah. Kadang- kadang seseorang berani melakukan pekerjaan yang berbahaya untuk mendapatkan harta. Misalnya, orang berani menggali emas atau batu bara dalam kedalaman 20 m atau lebih. Dalam rangka mencari harta benda, juga para nelayan sanggup mencari ikan di tengah lautan yang penuh dengan resiko. Kadang-kadang sampai membawa korban nyawa.

Islam, menyuruh umatnya agar bekerja keras. Orang disuruh menjadi kaya raya, lalu dipergunakan hartanya untuk jihad fi sabilillah. Jihad dengan

berperang melawan orang kafir yang memusuhi Islam, membangun berbagai sarana umum seperti jalan, membangun sarana ibadah dan lain-lain.

Dinyatakan dalam al-Qur’an bahwa orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya akan mendapatkan kedudukan yang tinggi dan sukses dalam hidupnya (at-Taubah:20). Dalam ayat lain juga dinyatakan bahwa orang yang berjihad dengan harta bendanya termasuk orang-orang yang akan terhindar dari azab yang pedih (as-Saf:11). Namun demikian, Islam tidak menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekayaan. Tujuan yang baik harus dicapai dengan cara yang baik. Diharamkan untuk mendapatkan harta dengan cara melawan hukum seperti; menipu, curang dalam timbangan dan ukuran, menjadi penadah barang yang haram dan lain-lain.

Terkait dengan usaha mencari harta, Rasulullah Saw bersabda yang artinya “Seseorang pada hari akhir nanti pasti akan ditanya tentang empat hal: usianya untuk apa dihabiskan, jasmaninya untuk apa dipergunakan, hartanya darimana didapat dan untuk apa dipergunakan, serta ilmunya untuk apa dimanfaatkan“ (Hadis riwayat Abu Dawud). Dalam hadis lain Rasulullah mengatakan bahwa “Sesungguhnya Allah mencintai hamba- Nya yang bekerja. Barangsiapa yang bekerja keras mencari nafkah yang halal untuk keluarganya, sama dengan mujahid (pejuang) di jalan Allah“

(Hadis riwayat Imam Ahmad).

Untuk menjaga atau melindungi harta, Islam telah menetapkan hukum potong tangan bagi orang yang mencurinya. Hukum potong tangan tentunya tidak sembarangan. Dalam hal ini, harus memenuhi batas minimal yang dicurinya yaitu seperempat Dinar berdasarkan hadis riwayat bukhari dari Aisyah. Dinar dan Dirham terbuat dari logam mulia. Di zaman nabi, dinar adalah emas 22 karat dengan berat 4.25 gram, sedangkan dirham adalah perak dengan berat 2.975 gram. Sementara di zaman Nabi, harga kambing adalah 2 dinar, dan harga ayam adalah 1 dirham. Jadi, bisa diperkirakan bahwa harga ayam di zaman Nabi adalah Rp 37 ribu dan harga kambing adalah Rp 850 ribu. Pada zaman nabi, uang dirham dan dinar itu bisa saling ditukar. Dengan demikian, maka batas seperempat dinar untuk hukum potong tangan jika dirupiahkan sekitar Rp 212,500 (Kompasiana;Kamis,2 Februari 2012).

Tujuan syariah memelihara harta, ada kaitannya dengan aktivitas bisnis. Keterkaitan tujuan memelihara harta dengan aktivitas bisnis adalah

dilarangnya melakukan bisnis yang dapat menghilangkan harta orang lain.

Misalnya, menjual tanah dengan cara memalsukan surat-surat yang diperlukan.

Akibatnya, tanah orang lain hilang padahal miliknya secara sah. Dalam soal urusan tanah, selalu saja ada rekayasa dan terjadilah satu bidang tanah tetapi surat Camatnya atau sertifikatnya ada dua bahkan ada yang lebih dari dua. Segala aktivitas bisnis yang dijalankan dengan cara-cara untuk melindungi harta, dibolehkan. Sebaliknya, aktivitas bisnis yang akan dapat menghilangkan harta orang lain, diharamkan.

C. Sistem Ekonomi Syariah Dan