• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETENTUAN SYARIAH TENTANG HARTA

C. Jual Beli Dalam Perspektif Syariah

6. Jenis-jenis Jual beli Yang Dilarang

a. Bay’ al-Mukrah, yaitu jual beli dengan paksaan dan hukumnya tidak sah. Hal ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Majah yang artinya: sesungguhnya Allah tidak membebani umatku yang melakukan kesalahan, lupa, dan perbuatan yang dipaksakan kepadanya (Musnad Sahabah dalam Kutub as-Sittah; 30:160). Hal ini juga dilarang oleh Allah sesuai dengan firman-Nya dalam surat an-Nisa’

ayat 29. Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.

Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu (Depag RI; 1971:122).

b. Bay’ al-Muthdhar, yaitu jual beli dalam keadaan terpaksa dengan harga yang lebih murah daripada harga pasaran karena untuk membayar hutang. Jual beli tersebut dilarang karena tidak sesuai dengan nilai- nilai sosial Islam. Orang-orang yang dililit hutang berhak untuk dibantu, sehingga ia terbebas dari hutang-hutangnya. Bukan malah dipaksa menjual hartanya dengan harga yang lebih rendah daripada harga pasar.

c. Bay’ ala al-bay’ yaitu jual beli sebelum terjadi serah terima (akad) lalu dijualnya kepada orang lain. Jual beli seperti ini dilarang, karena barang yang dijualnya adalah milik orang lain bukan miliknya sendiri. Hal ini sesuai dengan hadis yang diiriwayatkan oleh Imam Ahmad (Musnad Ahmad; 41:57).

d. Bay’ at talji’ah, yaitu jual beli yang dilakukan karena takut dengan kezaliman seseorang walaupun sudah mengikuti ketentuan yang ada.

Misalnya, seseorang yang memiliki tanah pekarangan bergandengan dengan pengusaha yang kuat. Jika tanahnya tidak dijual kepada pengusaha tersebut dia selalu mendapat ancaman. Ibn Qudamah berkata jual beli seperti ini adalah batal dan tidak sah walaupun rukun dan syarat-syaratnya terpenuhi (Sayyid Sabiq; jld.3;1983:143).

e. Al-Bay’ ma’a istisna-i syai’ ma’lumin, (jual beli dengan pengecualian barang tertentu). Menurut pendapat para ulama boleh jual beli dengan mengecualikan sesuatu tertentu. Misalnya, menjual pohon yang ada di tanah yang dijualnya kecuali pohon tertentu atau menjual rumah yang banyak kecuali satu rumah tertentu. Jika pengecualiannya tidak jelas, maka jual belinya tidak sah dan dilarang karena di dalamnya ada unsur gharar atau penipuan (Sayyid Sabiq; jld.3;1983:143).

f. Bay’ al-gharar, yaitu jual beli yang di dalamnya terdapat unsur spekulasi (al-mukhathirah), atau ada unsur taruhan (qumar). Termasuk dalam jual beli gharar adalah jual beli sebagai beikut:

(1). Bay’ al-Hassat, (jual beli dengan cara melempar batu) yaitu jual beli tanah pada masa jahiliyah dengan batas jatuhnya batu yang dilemparkan. Atau menjual barang dengan menentukan yang terkena lemparan batu kecil yang akan dilakukan.

(2). Bay’ dharbatu al-ghawwas, (tebakan selam), yaitu jual beli yang dilakukan orang-orang Arab jahiliyah dengan cara menyelam.

Pembeli lebih dahulu menyerahkan uangnya kepada si penjual barang yang ada dalam laut. Setelah itu, pembeli mencari sendiri barang yang dibelinya dalam laut yang dalam penguasaan penjual.

Kadang-kadang pembeli setelah menyelam dalam laut tidak mendapatkan apa-apa. Akan tetapi dia mendapatkan barang yang berharga. Harganya jauh lebih mahal daripada yang dia bayar.

Jual beli seperti ini betul-betul bersifat spekulatif, makanya dilarang oleh syariat Islam (Sayyid Sabiq; jld.3; 1983:145).

(3). Bay’ an-Nitaj. Arti nitaj adalah hasil atau produksi. Pengertian bay’ an-nitaj adalah jual beli binatang ternak sebelum berhasil nyata. Misalnya, jual beli anak binatang yang masih dalam kandungan induknya. Demikian juga tidak boleh jual beli susu yang masih dalam kantong susu induknya.

(4). Bay’ al-mulamasah. Asal makna mulasamah adalah saling menyentuh. Pengertiannya yang dilakukan oleh orang-orang Arab jahiliyah adalah jual beli dengan asal menyentuh kain atau barang yang akan dijual.Tegasnya, asal pembeli sudah menyentuh kain atau barang yang akan dibelinya wajib membelinya walaupun

tanpa unsur suka rela dari pembeli dan ia tidak mengetahui kualitas yang sebenarnya.

(5). Bay’ al-Munabazah. Makna asal munabazah adalah saling mencela.

Jual beli munabazah adalah jual beli dengan cara mencela barang yang ada bagi mereka tanpa didasari dengan suka sama suka.

(6). Bay’ al-muhaqalah, yaitu jual beli tanaman dengan menggunakan takaran makanan yang dikenal. Jual beli seperti ini lazim dilakukan oleh orang-orang Arab jahiliyah dan akhirnya dilarang oleh Islam.

(7). Bay’ al-munabazah, yaitu jual beli kurma yang masih ada di pohonnya dengan kurma lain.

(8). Bay’ al-mukhadharah, yaitu jual beli buah-buahan sebelum mengkal atau yang masih berbentuk putik (ijon).

(9). Bay’ as-Sufi fi zahri, yaitu jual beli bulu domba yang masih ada di badannya.

(10).Bay’ as-saman fi al-laban, yaitu menjual susu yang masih ada dalam susu hewannya.

(11).Bay’ habalul habalah, yaitu menjual anak unta yang masih ada dalam perut induknya.

Dalam sahih Bukhari dan Muslim dinyatakan bahwa orang-orang Arab jahiliyah biasa jual beli daging potong dengan membeli anak hewan yang masih dalam perut induknya (Sayyid Sabiq; jld.3;

1983:146).

(12).Bay’ al-maghsub wa al-masruq. Arti maghsub adalah yang dirampas, sedangkan al-masruq adalah sesuatu yang dicuri. Pengertian secara terminologinya adalah jual beli barang-barang hasil rampasan atau hasil dari barang curian.

(13).Bay’ ma ikhtalatha bimuharramin. Makna ikhtalatha adalah bercampur aduk, sedangkan bimuharramin adalah dengan sesuatu yang haram. Pengertiannya, adalah jual beli barang yang bercampuraduk dengan yang haram. Menurut pendapat yang kuat mazhab Syafi’i dan mazhab Malik sah akad jual beli yang mubah dan batal akad jual beli pada yang haram (Sayyid Sabiq; jld. 3;

1983:148). Jika benda yang dijual bercampur dengan yang haram, hukumnya tetap haram dan tidak sah jual belinya. Misalnya, daging babi yang bercampur dengan daging lembu. Demikian juga daging sapi yang segar dicampur dengan daging sapi oplosan. Ketentuan ini, sesuai dengan kaedah hukum “iza ijtama’a al-halalu wa al-haramu ghuliba al-haramu”. Artinya, jika bercampur antara yang halal dengan yang haram dimenangkan yang haram atau hukumnya haram (as- Suyuti; t.t:310).

(14).Bay’ bikasrati al-halafi (banyak bersumpah). Pengertiannya adalah jual beli dengan menggunakan banyak bersumpah menyebut nama Allah. Dalam dunia bisnis hal ini banyak terjadi. Tujuannya adalah untuk meyakinkan pihak pembeli. Misalnya, kata pihak penjual demi Allah barang ini bagus, atau demi Allah modalnya sekian dan harga jualnya sekian. Jual beli seperti ini dilarang oleh Rasulullah sesuai dengan sabda beliau yang artinya “ sumpah itu melariskan barang dagangan, akan tetapi menghapus keberkahannya”. Hadis riwayat Imam Bukhari (Sahih Bukhari; 7:261). Dalam hadis riwayat Imam Muslim dinyatakan bahwa Nabi berkata yang artinya “jauhilah banyak bersumpah dalam jual beli, karena akan melariskan dagangan tetapi kemudian ia akan menghilangkan keberkahannya” (Sahih Muslim; 8:316).

(15).Bay’inda azani al-jumu’ati, yaitu jual beli ketika azan pada hari jumat. Imam Ahmad mengatakan bahwa jual belinya tidak sah.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-jumuah ayat 9 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jum`at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui (Depag RI;

t.t:933). Hukum jual beli ketika mendengar azan bukan hari jumat sama hukumnya dengan jual beli ketika azan pada hari jum’at yaitu haram (Sayyid Sabiq; t.t:149). Atas dasar ini, maka dituntut kesadaran bagi setiap orang yang beriman agar tetap memperhatikan waktu-waktu salat dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.

Ketentuan ini sekaligus mengingatkan kita bahwa urusan dunia tidak boleh melalaikan urusan akhirat. Jual beli adalah terkait

dengan kepentingan dunia. Kepentingan dunia dan akhirat harus dapat dilaksanakan dengan secara seimbang, sesuai dengan doa dalam surat al-Baqarah ayat 201. Artinya” Dan di antara mereka ada orang yang berdo`a: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”(depag RI;1971:49).

7. Khiyar Dalam Jual Beli