Stevanny H.B. Kumaat1*, Djidon Watania2, dan Ellen Cumentas2
1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi
2 Balai Wilayah Sungai Sulawesi I
*[email protected] Intisari
Pulau Bunaken sebagai kawasan wisata taman laut yang kegiatan utamanya adalah diving,snorkeling,dan submarine touring. Sejalan dengan nilai dan pentingnya kawasan wisata taman laut Bunaken sebagai destinasi para wisatawan mancanegara , di Pulau Bunaken juga terdapat pemukiman penduduk di daerah pesisir pantai yang mendapat prioritas pengamanan dan perlindungan dari kerusakan akibat abrasi/erosi. Tujuan penelitian ini, pertama, memberikan solusi penanganan kerusakan pantai untuk mendapatkan bangunan pengaman pantai dengan memanfaatkan kearifan lokal, mendapatkan cara pengelolaan pantai yang partisipatif bagi masyarakat di pulau Bunaken dengan memanfaatkan kearifan lokal di pulau Bunaken. Data primer diperoleh dari observasi dan wawancara dengan penduduk setempat, Sedangkan data sekunder diperoleh dengan penelitian sebelumnya yakni survei investigasi dan disain bangunan pengamanan pantai pulau Bunaken 2013. Kedua, Analisis dilakukan menggunakan metode AHP yang membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Hasil yang diperoleh sebagai typical desain adalah Sand Dune.
Kata kunci: kearifan lokal, analytical hierarchy process, Sand Dune.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Pulau Bunaken sebagai kawasan wisata taman laut yang kegiatan utamanya adalah diving,snorkeling,dan submarine touring. Sejalan dengan nilai dan pentingnya kawasan wisata taman laut Bunaken sebagai destinasi para wisatawan mancanegara di Pulau Bunaken juga terdapat pemukiman penduduk di daerah pesisir pantai yang mendapat prioritas pengamanan dan perlindungan dari kerusakan akibat abrasi/erosi.
Perkembangan daerah pantai menjadi daerah pemukiman di Pulau Bunaken menjadikan permasalahan pantai yang urgen sehingga menjadi prioritas penanganan.Bagaimana memilih tipe bangunan pengaman pantai dengan kearifan lokal? Bagaimana mendapatkan solusi bangunan pengaman pantai yang partisipatif?
Pentingnya penelitian ini
Dengan adanya penelitian ini,diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut:
1. Dapat memberi solusi bagi kerusakan pantai di daerah pemukiman penduduk di Pulau Bunaken.
2. Dapat memberi dampak positif akan partisipasi masyarakat untuk mendapatkan solusi akibat kerusakan pantai yaitu erosi/abrasi pantai yang mengancam pemukiman masyarakat di Pulau Bunaken.
Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini:
1. Memberikan solusi penanganan kerusakan pantai untuk mendapatkan bangunan pengaman pantai dengan memanfaatkan kearifan lokal.
2. Mendapatkan cara pengelolaan pantai yang partisipatif bagi masyarakat dengan memanfaatkan kearifan lokal di pulau Bunaken.
KAJIAN PUSTAKA
Dalam Penelitian Pemilihan Bangunan Pengaman Pantai Pulau Bunaken dengan memanfaatkan kearifan lokal yang terdapat pada lokasi penelitian yakni pulau Bunaken. Kearifan lokal sebagai data primer didapatkan melalui wawancara dan observasi dengan tokoh-tokoh masyarakat untuk mendapatkan data yaitu kejadian atau peristiwa, cara atau kebiasaan/budaya dan potensi material dalam mencari solusi pada saat terjadi gelombang yang merusak pantai (erosi/abrasi) dan fasilitas penduduk.
Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya gelombang yakni run up dan run down akan dikaji berdasarkan data sekunder Hidro Oceanografi yang ada di daerah tersebut antara lain data : angin, tanah, bathimetri, garis pantai, pemetaan topografi, dll.
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode yang bertujuan untuk mengoptimalkan suatu pengambilan keputusan.AHP dikembangkan oleh Dr.Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memilih alternatif yang paling disukai. Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir sehingga persoalan yang kompleks dapat disederhanakan.
METODOLOGI PENELITIAN
Gambar 1. Bagan Alir Metoda Pengumpulan dan Analisis Data PEMBAHASAN
Lokasi Penelitian di Pulau Bunaken
Gambar 2. Lokasi Penelitian.
LOKASI PENELITIAN
1) Data sekunder hasil kajian sel & pemodelan perubahan garis pantai oleh Universitas Samratulangi Tahun 2012, untuk Sel, Karakteristik & Kondisi Oceanografis, diperoleh hasil analisis hidro-oseanografi sbb:
a) Gelombang maksimum berasal dari arah Barat pada bulan Desember (25.625%). Kondisi tinggi gelombang maksimum hanya berkisar 0.94%
dari arah Barat Laut terjadi pada bulan April dan Oktober, setinggi 3,1 m.
b) Angkutan sedimen sejajar pantai total pada sel pantai 2 adalah 12180,50 m3/tahun dari arah Utara ke Selatan akibat pengaruh gelombang arah Barat Laut dan -12444,98 m3/tahun dan -13875,77 m3/tahun dari arah selatan akibat gelombang arah Barat dan Barat Daya.
c) Volume angkutan Sedimen tegak lurus pantai total adalah sebanyak 739610,21 m3/tahun menuju pantai (Net Onshore).
d) Cenderung tidak tererosi namun berpotensi abrasi (lokasi penelitian).
2) Sementara itu, kondisi gelombang terefraksi adalah:
a) Kedalaman dan tinggi gelombang pecah maksimum akibat gelombang dari arah Barat Laut, yaitu masing-masing sebesar, db = 0,85 m dan Hb = 1,25 m
b) Volume angkutan sedimen sejajar pantai dari arah Utara ke Selatan akibat gelombang arah Barat Laut sebesar 16989,65 m3/tahun, dan akibat gelombang arah Barat Daya sebesar 13875,77 m3/tahun. Total angkutan sedimen sejajar pantai pada sub-sel 2-A adalah sebesar 30865,42 m3/tahu.
Angkutan sedimen maksimum terjadi pada bulan Desember.
c) Volume angkutan sedimen tegak lurus pantai akibat pengaruh gelombang arah Barat sebesar 739610,21 m3/tahun atau 0,28087 m3/detik menuju pantai (Net onshore).
d) Dari data angkutan sedimen dapat disimpulkan bahwa pantai cenderung tidak tererosi, namun berpotensi abrasi karena tinggi gelombang laut yang besar pada musim badai.
3) Sea Level Rise
a) Kenaikan muka air laut harus diperhitungkan dalam perencanaan reklamasi.
b) Berdasarkan grafik kenaikan muka air laut dari www.UNEP-1995, untuk estimasi tahun 2000 sampai tahun 2040, diperkirakan air laut akan naik sebesar 15 cm.
c) Apabila gejala pemanasan global akan meningkat, maka diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 30 cm.
d) Sesuatu yang perlu diantisipasi dari kenaikan muka air laut adalah kenaikan daya rusak akibat gelombang.
4) Kondisi Tanah Dasar. Data Kondisi Tanah Dasar diperlukan untuk: pemilihan jenis konstruksi bangunan pantai sesuai dengan kondisi tanah dasarnya
Sementara itu, hasil analisis beberapa faktor hidro-oseanografi pada keliling pantai pulau Bunaken menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
1) Berdasarkan perhitungan fetch dengan titik tinjau keliling pantai pulau Bunaken, gelombang dominan diindikasi berasal dari arah Barat dengan kondisi tinggi gelombang terbesar terjadi pada bulan Desember sebesar 46.154%.
Selain arah Barat, terdapat pula arah lain yang kurang dominan yakni arah Barat Laut, Barat Daya, dan Selatan. Gelombang maksimum untuk arah Barat laut terjadi pada bulan April (1.705%). Untuk arah Barat daya, gelombang maksimum berada pada bulan Mei (3.182%). Sedangkan untuk arah Selatan maksimum terjadi pada bulan Juli dengan 6.324%. Tinggi gelombang laut dalam maksimum yang terjadi di sepanjang tahun adalah sebesar 3.1 m dari arah barat.
2) Kedalaman dan tinggi gelombang pecah maksimum diakibatkan oleh gelombang arah barat yaitu masing-masing sebesar db=2,5 m dan Hb=2,25 meter.
3) Erosi pantai terutama pada daerah permukiman akibat terjadinya ketidakseimbangan angkutan sedimen sejajar dan tegak lurus garis pantai..
4) Cenderung tidak tererosi namun berpotensi abrasi (lokasi penelitian) 5) Berm pantai agak curam dan di atasnya berdiri pemukiman warga.
6) Cenderung beresiko terabrasi oleh gelombang pasang atau storm surge.
7) Bentuk garis pantai agak melengkung tapi cenderung rata 8) Latar belakang pantai adalah daerah pemukiman warga.
9) Secara geomorfologi dan profil pantai, maka pantai Pulau Bunaken dapat dikelompokkan dalam satuan pantai perbukitan landau dan profil pantai swell.
Kondisi topografi pesisir, umumnya berbukit dengan kemiringan 1: 4 sampai 1:5 (H:V).
10) Posisi LLWL visual kira-kira berjarak 100 m dari garis pantai dan HHWL mencapai dekat elevasi mercu Seawall existing, dengan beda tinggi pasut berkisar 1.5 s/d 2.0 m.
11) Melihat situasi dan kondisi garis pantainya, perwajahan pantai Pulau Bunaken dapat dibagi dalam beberapa segmen perwajahan yaitu, pantai bertebing, berbatu, pantai berpasir hitam, berpasir putih dan mangrove yang koloninya sudah sangat kecil.
12) Sebagian besar pesisir pantai dipergunakan sebagai kawasan permukiman penduduk dan kawasan wisata. Letak garis pantai Pulau Bunaken rata-rata berjarak hanya 50 m dari kaki tebing.
13) Akibat gempuran gelombang dan di beberapa bagian garis pantai tebing-tebing pantai sudah mulai longsor akibat abrasi. Terutama pada bagian-bagian tertentu ,jika hal ini dibiarkan maka besar kemungkinan abrasi akan masuk hingga ke wilayah pemukiman warga Pulau Bunaken.
Data Primer Survei Material
Tabel 1. Tabel Survei Material Di Pulau Bunaken
Material Ketersediaan Material
Banyak Cukup Kurang
Batu Gunung √
Pasir √
PEMBAHASAN :
Pemilihan Tipe Bangunan Pengaman Pantai dengan Metode AHP
Hasil analisis menggunakan AHP dalam pemilihan tipe bangunan pengaman pantai dengan kearifan lokal sebagai berikut :
Crieteria 1 Crieteria 2 Crieteria 3 Crieteria 4 Crieteria 5 Crieteria 6
Kemampuan Menahan Run Up C1 1 1 5 5 5 1
Tampilan C2 1 1 5 5 5 1
Ketersediaan Material C3 0.2 0.2 1 1 3 0.2
Kemudahan pelaksanaan C4 0.2 0.2 1 1 3 0.2
Kesesuaian dengan Budaya C5 0.2 0.2 0.333333 0.33333333 1 0.2
Waktu penerimaan manfaat C6 1 1 5 5 5 1
KRITERIA
Normalized matrix
Weights Products Ratio 0.2778 0.2778 0.2885 0.2885 0.2273 0.2778 0.2729 1.724942 6.320285 0.2778 0.2778 0.2885 0.2885 0.2273 0.2778 0.2729 1.724942 6.320285 0.0556 0.0556 0.0577 0.0577 0.1364 0.0556 0.0697 0.428516 6.144847 0.0556 0.0556 0.0577 0.0577 0.1364 0.0556 0.0697 0.428516 6.144847 0.0556 0.0556 0.0192 0.0192 0.0455 0.0556 0.0418 0.252007 6.034109 0.2778 0.2778 0.2885 0.2885 0.2273 0.2778 0.2729 1.724942 6.320285
CI= 0.042822 CI/RI= 0.03
Kemampuan Menahan Run Up
A1 A2 A3 A4 A5
Breakwater A1 1 2 1 3 3
Revetment A2 0.5 1 0.333333 0.33333333 1
Tembok Laut A3 1 3 1 5 3
Groin A4 0.33333333 3 0.2 1 0.333333
Sand Dune A5 0.33333333 1 0.333333 3 1
ALTERNATIF
Normalized matrix
Weights Products Ratio
0.2609 0.2000 0.2727 0.2727 0.2727 0.2558 0.262375 1.025663
0.1304 0.1000 0.0909 0.0909 0.0909 0.1006 0.101935 1.012944
0.2609 0.3000 0.2727 0.2727 0.2727 0.2758 0.272438 0.987775
0.2609 0.3000 0.2727 0.2727 0.2727 0.2758 0.272438 0.987775
0.0870 0.1000 0.0909 0.0909 0.0909 0.0919 0.090813 0.987775
CI= -0.9999 CI/RI= -0.81 Tampilan
A1 A2 A3 A4 A5
Breakwater A1 1 0.333333 1 1 0.2
Revetment A2 3 1 3 0.33333333 0.333333
Tembok Laut A3 1 0.333333 1 1 0.2
Groin A4 1 3 1 1 0.2
Sand Dune A5 5 3 5 5 1
ALTERNATIF
Normalized matrix
Weights Products Ratio
0.0909 0.0667 0.0909 0.0909 0.1034 0.0886 0.091358 1.031498
0.2727 0.2000 0.2727 0.2727 0.1724 0.2381 0.205636 0.863586
0.0909 0.0667 0.0909 0.0909 0.1034 0.0886 0.091358 1.031498
0.0909 0.0667 0.0909 0.0909 0.1034 0.0886 0.091358 1.031498
0.4545 0.6000 0.4545 0.4545 0.5172 0.4962 0.520289 1.048599
CI= -0.99967 CI/RI= -0.81
Ketersediaan Material
A1 A2 A3 A4 A5
Breakwater A1 1 0.5 1 1 0.2
Revetment A2 2 1 1 1 0.2
Tembok Laut A3 1 1 1 1 0.2
Groin A4 1 1 1 1 0.2
Sand Dune A5 5 5 5 5 1
ALTERNATIF
Normalized matrix
Weights Products Ratio 0.0909 0.0476 0.0909 0.0909 0.1111 0.0863 0.092267 1.069245
0.2727 0.1429 0.2727 0.2727 0.1111 0.2144 0.159757 0.74503
0.0909 0.0476 0.0909 0.0909 0.1111 0.0863 0.092267 1.069245 0.0909 0.0476 0.0909 0.0909 0.1111 0.0863 0.092267 1.069245
0.4545 0.7143 0.4545 0.4545 0.5556 0.5267 0.563443 1.06977
CI= -0.99887 CI/RI= -0.81 Kemudahan pelaksanaan
A1 A2 A3 A4 A5
Breakwater A1 1 1 1 1 0.2
Revetment A2 1 1 3 3 0.2
Tembok Laut A3 1 0.333333 1 1 0.2
Groin A4 1 0.333333 1 1 0.2
Sand Dune A5 5 5 5 5 1
ALTERNATIF
Normalized matrix
Weights Products Ratio 0.0909 0.0476 0.0909 0.0909 0.1111 0.0863 0.092267 1.069245 0.2727 0.1429 0.2727 0.2727 0.1111 0.2144 0.159757 0.74503 0.0909 0.0476 0.0909 0.0909 0.1111 0.0863 0.092267 1.069245 0.0909 0.0476 0.0909 0.0909 0.1111 0.0863 0.092267 1.069245 0.4545 0.7143 0.4545 0.4545 0.5556 0.5267 0.563443 1.06977
CI= -0.99887 CI/RI= -0.81 Kesesuaian dengan Budaya
A1 A2 A3 A4 A5
Breakwater A1 1 1 1 1 1
Revetment A2 1 1 1 1 1
Tembok Laut A3 1 1 1 1 1
Groin A4 1 1 1 1 1
Sand Dune A5 1 1 1 1 1
ALTERNATIF
SkalaPrioritas :
1. Sand Dune : 2,578581 2. Revetment : 1,034618 3. TembokLaut : 0,896008
4. Groin : 0,896008
5. Breakwater : 0,878649
Hasil yang diperoleh sebagai typical desain adalah Sand Dune.
Normalized matrix
Weights Products Ratio
0.2000 0.2000 0.2000 0.2000 0.2000 0.2000 0.2 1
0.2000 0.2000 0.2000 0.2000 0.2000 0.2000 0.2 1
0.2000 0.2000 0.2000 0.2000 0.2000 0.2000 0.2 1
0.2000 0.2000 0.2000 0.2000 0.2000 0.2000 0.2 1
0.2000 0.2000 0.2000 0.2000 0.2000 0.2000 0.2 1
CI= -1 CI/RI= -0.81 Waktu penerimaan manfaat
A1 A2 A3 A4 A5
Breakwater A1 1 0.333333 1 1 0.2
Revetment A2 3 1 5 5 0.2
Tembok Laut A3 1 0.2 1 0.5 0.2
Groin A4 1 0.2 2 1 0.2
Sand Dune A5 5 5 5 5 1
ALTERNATIF
Normalized matrix
Weights Products Ratio
0.0769 0.0303 0.0769 0.0769 0.1111 0.0744 0.080584 1.082586
0.3846 0.1515 0.3846 0.3846 0.1111 0.2833 0.183634 0.648207
0.0769 0.0303 0.0769 0.0769 0.1111 0.0744 0.080584 1.082586
0.0769 0.0303 0.0769 0.0769 0.1111 0.0744 0.080584 1.082586
0.3846 0.7576 0.3846 0.3846 0.5556 0.4934 0.574614 1.164612
CI= -0.99697 CI/RI= -0.80 Rekapitulasi
Eigen Vector
C1 C2 C3 C4 C5 C6 Kriteria Rangking
Breakwater A1 0.26237523 0.091358 0.092267 0.09226672 0.2 0.080584 1.724942 0.878649
Revetment A2 0.10193501 0.205636 0.159757 0.15975671 0.2 0.183634 1.724942 1.034618
Tembok Laut A3 0.27243847 0.091358 0.092267 0.09226672 0.2 0.080584 0.428516 0.896008
Groin A4 0.27243847 0.091358 0.092267 0.09226672 0.2 0.080584 0.428516 0.896008
Sand Dune A5 0.09081282 0.520289 0.563443 0.56344313 0.2 0.574614 0.252007 2.578581
1.724942 ALTERNATIF
Gambar Typical Desain: Sand Dune
KESIMPULAN
1. Perkembangan daerah pantai menjadi daerah pemukiman di Pulau Bunaken menjadikan permasalahan pantai yang urgen, menggunakan AHP (Analitical Hierarchy Procces) didapat bangunan pengaman pantai Sand Dune.
2. Sand Dune mudah dilaksanakan dengan partisipasi masyarakat dimana tersedia material di pulau bunaken dan memudahkan (tidak mengganggu) perahu yang menambat di pantai.
SARAN
Sebaiknya bangunan pengaman pantai Sand Dune segera dilakukan sampai ada proyek pemerintah karena ketersediaan material terbatas khususnya batu gunung.
REFERENSI
Anonimous, 2003. Engineering and Design Coastal Engineering Mannual, Part 2.
Department of the Army A.S. Army Corps of Engineers, Washington, DC 20314-1000
Dishidros TNI AL, 2003. Peta Cuaca Perairan Indonesia. Jakarta.
Dishidros TNI AL, 2009. Ramalan Pasang Surut tahun 2009. Stasiun Ternate.
Dinas Hidro Oseanografi TNI. AL. Jakarta
Dundu A.K.T. 2013 Bangunan Pengaman Pantai Dengan Kearifan Lokal di Batu Putih Bitung
Dundu A.K.T. 2015 Bangunan Pengaman Pantai Dengan Kearifan Lokal di Pantai Pal, Minahasa Utara
Kramudibrata, S., 1985. Perencanaan Bangunan Pengaman Pantai. Penerbit Ganacea Excact Bandung. Bandung
Perda RTRW Kota Manado
Soedjono K, 1985. Perencanaan Bangunan Pengaman Pantai, Ganeca Exact Bandung. Bandung.
Tjasyono, B. HK. 1986. Iklim dan Lingkungan. Penerbit PT. Cendekia Jaya Utama.
Bandung.
Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai, edisi pertama, beta Offset, Yogyakarta
Triatmodjo, B. 1996. Bangunan Pengaman Pantai, edisi pertama, beta Offset, Yogyakarta
S.I.D., 2013. Bangunan Pengaman Pantai Pulau Bunaken