PENGELOLAAN SUMBER-SUMBER AIR MENIA
Dari Dinas PU, Perumahan, Pertambangan dan Energi Kabupaten Sabu Raijua (2015), menyebutkan bahwa di Menia mempunyai mata air dengan debit mencapai 5.2 liter/detik. Dari mata air Menia telah dibangun jaringan air bersih dari PDAM. Masih dekat dengan Menia yaitu di Eimada Bubu juga terdapat mata air dengan debit mencapai 0.9 liter/detik, namun belum memiliki atau dibangun sistem jaringan air baku. Sumur air tanah dalam yang ada di Menia, ada 3 buah dengan debit mencapai 3.03 liter/detik tiap buah, tapi sudah tidak berfungsi karena kesulitan bahan bakar dan suku cadang.
Kondisi jaringan air PDAM di Menia ditunjukkan dalam Tabel 1, sedangkan situasi penduduk pada Tahun 2015 di Menia ditunjukkan dalam Tabel 2 (BPS, 2014).
Tabel 1. Kondisi jaringan air PDAM Menia
No Keterangan Jumlah
Penduduk Jumlah Penduduk
yang sudah terlayani Jumlah Penduduk yang belum terlayani
1 Penduduk 2,632 1,548 1,084
2 Perkantoran 1,897 1,897 -
3 Rumah Sakit 371 371 -
4 Pasar 425 425 -
`
Tabel 2. Jumlah penduduk di Kelurahan Menia
No Jumlah Kepala Keluarga Jenis Kelamin Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan
666 1,385 1,247 2,632
Analisis Kebutuhan Air
Silalahi, M.D. (2002) menyebutkan bahwa air adalah sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi kehidupan manusia dan dalam sistem tata lingkungan, air adalah unsur lingkungan. Kebutuhan manusia akan air selalu meningkat dari waktu ke waktu, bukan saja karena meningkatnya jumlah manusia yang memerlukan air tersebut, melainkan juga karena meningkatnya intensitas dan ragam dari kebutuhan akan air tersebut. Moegijantoro (1995) mendefinisikan kebutuhan air adalah banyaknya jumlah air yang dibutuhkan untuk keperluan rumah tangga, industri, penggelontoran kota dan lain-lain. Prioritas kebutuhan air meliputi kebutuhan air domestik, industri, pelayanan umum dan kebutuhan air untuk mengganti kebocoran. Kebutuhan akan air dikategorikan dalam kebutuhan air domestik dan non domestik. Kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air yang digunakan untuk keperluan rumah tangga yaitu untuk keperluan minum, masak, mandi, mencuci pakaian serta keperluan lainnya, sedangkan kebutuhan air non domestik digunakan untuk kantor, tempat ibadah, niaga dan lain-lain.
Qtotal = Qdomestik + Qnon domestic (1)
Kebutuhan domestik merupakan kebutuhan air bersih yang digunakan untuk keperluan rumah tangga dan kran/hidran umum, dimana jumlah kebutuhan tersebut ditentukan berdasarkan karakteristik dan perkembangan konsumen pengguna air bersih. Semakin luas wilayah yang harus dilayani maka akan
semakin besar pula kebutuhan air bersih yang digunakan masyarakat. Kebutuhan air berdasarkan jumlah penduduk dan wilayah tersebut dijelaskan dalam Tabel 3 (Kimpraswil, 2003).
Tabel 3. Kebutuhan air berdasarkan jumlah penduduk dan wilayah
Kategori Keterangan Kota Jumlah Penduduk Kebutuhan air (lt/jiwa/hr)
1 Kota Metropolitan Diatas 1 juta 190
2 Kota Besar 500.000 – 1 juta 170
3 Kota Sedang 100.000 – 500.000 150
4 Kota Kecil 20.000 – 100.000 130
5 Desa 10.000 – 100.000 100
6 Desa Kecil 3.000 – 10.000 60
Kebutuhan non domestik merupakan kebutuhan air bersih yang digunakan selain untuk keperluan runah tangga dan sambungan kran/hidran umum, seperti pemakaian air untuk perkantoran, perdagangan, industri serta fasilitas sosial lainnya yaitu tempat ibadah, sekolah, asrama, rumah sakit, militer, serta pelayanan jasa umum lainnya, lihat Tabel 4 (Anonim, 2002). Besarnya prosentase kebutuhan non domestik terhadap kebutuhan domestik juga harus memperhatikan perkembangan tingkat kebutuhan dari tahun ke tahun.
Tabel 4. Klasifikasi dan struktur kebutuhan air
No. Parameter Metro Besar Sedang Kecil
1 Tingkat pelayanan (target) 100% 100% 100% 100%
2 Tingkat pemakaian air (lt/org/hari) Sambungan rumah (SR)
Hidran umum (kran umum) 190
30 170
30 150
30 130
3 Kebutuhan non domestik 30 Industri (lt/org/hari): Berat Sedang Ringan Komersial (lt/org/hari): Pasar
Hotel (lokal, internasional) Sosial dan institusi
Universitas (lt/siswa/hari) Sekolah (lt/siswa/hari) Masjid (m3/hari/unit) Rumah sakit (lt/org/hari) Puskesmas (m3/hari/unit) Kantor (lt/org/hari) Militer (m3/hari/unit)
0.5 - 1 0.25 - 0.5 0.1 - 0.25 1000 400
20 15 1 s.d. 2 1 s.d. 2 400 0.01
10
15% s.d. 30%
(kebutuhan domestik)
4 Kebutuhan harian rata-rata Kebutuhan domestik + non domestik 5 Kebutuhan harian maksimum Kebutuhan rata-rata x 1.15-1.20 (faktor jam maksimum) 6 Kehilangan air: Sistem baru
Sistem lama 20% x kebutuhan rata-rata 30% x kebutuhan rata-rata
7 Kebutuhan jam puncak Kebutuhan rata-rata x faktor jam puncak (165% - 200%)
Besarnya pemakaian air bersih pada suatu daerah tidaklah konstan, tetapi mengalami fluktuasi. Hal ini tergantung pada aktivitas keseharian dalam penggunaan air oleh masyarakat, sehingga dibutuhkan nilai dari Load Factor yang besarnya tergantung pada penggunaan air tiap jamnya. Nilai ini ditunjukkan seperti dalam tabel 5 (Anonim, 1990).
Tabel 5. Load Factor terhadap kebutuhan air tiap jam
Load Factor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 0,3 0,37 0,45 0,64 1,15 1,4 1,53 1,56 1,42 1,38 1,27 1,2
Load Factor 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1,14 1,17 1,18 1,22 1,31 1,38 1,25 0,98 0,62 0,45 0,37 0,25
Analisis Neraca Air
Analisis neraca air atau keseimbangan air dimaksudkan untuk mengevaluasi kondisi ketersediaan air dan pemanfaatannya sehingga dapat diketahui saat-saat dimana terjadi kekurangan air (defisit) atau kelebihan air (surplus).
METODOLOGI STUDI
Metode studi yang dilakukan, pertama-tama dilakukan survei untuk mengidentifikasi keadaan eksisting sumber daya air di pulau Sabu dengan debit air serta pemanfaatannya selama ini. Kemudian dilakukan analisis kebutuhan air yang akan memanfaatkan sumber daya air ini, yang dilanjutkan dengan analisis neraca air. Dari analisis neraca air ini, dapat ditentukan langkah-langkah untuk pengembangan sumber daya air di Menia, dalam bentuk rekomendasi yang sangat bermanfaat bagi pemerintah daerah. Metodologi studi ini diilustrasikan seperti dalam Gambar 1 berikut ini.
Gambar 1. Ilustrasi metodologi studi HASIL STUDI DAN PEMBAHASAN
Hasil studi pengembangan sumber daya air di Menia meliputi hasil analisis survei lapangan identifikasi keadaan eksisting sumber daya air, kebutuhan air baku masyarakat sekitar sumber daya air Menia. Keduanya menjadi masukan dalam analisis neraca air.
Analisis keseimbangan air Strategi pengembangan sumber daya air
Analisis kebutuhan air
Kebutuhan air DMI Kebutuhan air pertanian Analisis ketersediaan air
Potensi ketersediaan air eksisting Analisis hujan limpasan Survei lapangan
Survei lapangan Identifikasi sumber daya air
Survei lapangan Survei lapangan
Pengukuran debit sederhana
Hasil analisis neraca air untuk pemanfaatan mata air dan sumur air tanah dalam di Menia ditunjukkan dalam Tabel 6.
Tabel 6. Analisis neraca air pengelolaan sumber-sumber air di Menia
Dari tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa kebutuhan air total yang meliputi kebutuhan air penduduk, perkantoran, rumah sakit dan pasar adalah sebesar 679.530 liter/hari atau sebesar 680 m3/hari. Ketersediaan air dalam kondisi normal adalah sebesar 788.832 liter/hari atau sebesar 789 m3/hari. Dalam kondisi basah tersedia air sebesar 1.262 m3/hari, sedangkan kondisi kering tersedia air sebesar 316 m3/hari. Neraca air terjadi defisit saat kondisi kering yang hanya mampu memenuhi kebutuhan air sebesar 46.5% saja, sehingga dalam kondisi kering perlu pembagian air sesuai prioritas.
Prioritas yang direkomendasikan antara lain untuk kebutuhan rumah sakit harus dipenuhi, kemudian penduduk, pasar dan akhirnya perkantoran. Skenario neraca air saat kondisi kering ditunjukkan dalam Tabel 7.
Tabel 7. Skenario neraca air saat kondisi kering
Langkah-langkah pengembangan sumber daya air di Menia yang merupakan hasil dari analisis neraca air ini, dengan scenario seperti pada tabel 7 dapat ditentukan, sebagai rekomendasi yang sangat bermanfaat bagi pemerintah daerah.
No. Keterangan Debit normal (lt/det)-50% Debit
(lt/hari) Debit basah (lt/det)-80% Debit
(lt/hari) Debit kering (lt/det)-20% Debit
(lt/hari)
Jumlah
penduduk Kebutuhan air (lt/hari) 1 Ketersediaan air
Mata air Menia 5.20 449,280 8.32 718,848 2.08 179,712
Mata air Eimada Bubu 0.90 77,760 1.44 124,416 0.36 31,104 Sumur air tanah dalam 3.03 261,792 4.85 418,867 1.21 104,717
788,832 1,262,131 315,533
2 Kebutuhan air
Penduduk 2,632 342,160
Perkantoran 1,897 18,970
Rumah Sakit 371 148,400
Pasar 425 170,000
679,530
3 Neraca air 109,302 582,601 -363,997
No. Keterangan Debit kering
(lt/det)-20% Debit
(lt/hari) Jumlah
penduduk Skenario
neraca air lt/org/hari 1 Ketersediaan air
Mata air Menia 2.08 179,712
Mata air Eimada Bubu 0.36 31,104
Sumur air tanah dalam 1.21 104,717
315,533 2 Kebutuhan air
Penduduk 2,632 105,280 40
Perkantoran 1,897 9,485 5
Rumah Sakit 371 111,300 300
Pasar 425 85,000 200
311,065
3 Neraca air -363,997
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan
Dengan pengelolaan yang terpadu ini maka kebutuhan air dapat dipenuhi secara adil, khususnya dalam kondisi kering, sehingga dapat berkelanjutan.
Rekomendasi
Sebagai rekomendasi untuk studi lebih lanjut terkait dengan upaya untuk konservasi agar debit mata air tetap dapat dipertahankan atau bahkan dapat ditingkatkan, yaitu dengan melakukan konservasi pada daerah tangkapan airnya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada pemerintah daerah Kabupaten Sabu- Raijua, khususnya dinas PU kabupaten, kepala daerah Kelurahan Menia dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam studi pengelolaan sumber-sumber air di Menia untuk menghadapi perubahan iklim dan ketahanan air.
REFERENSI
Anonim, 1990. Pedoman Teknis Penyediaan Air Bersih, Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Air Bersih.
Anonim, 2002. Pedoman/Petunjuk Teknis Manual Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan Edisi Pertama, Departemen Pemukiman & Prasarana Wilayah Badan Penelitian dan Pengembangan. Jakarta
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah (Dep Kimpraswil), 2003.
Standar Kebutuhan Air Bersih Perkotaan. Jakarta
Dinas PU, 2015. Sumber-sumber Air di Kabupaten Sabu-Raijua
Moegijantoro, 1995. Prospek Penyediaan Air Baku dalam Pengembangan Air di SWS Bengawan Solo, Seminar Sehari FTSP UII Dies Ke-52 UII
Silalahi, M.D. 2002. Kasus Puncak: Pelanggaran Hukum Tata Ruang dan Lingkungan, Siapa yang Bertanggung Jawab? Harian Kompas edisi 20 Februari 2002 hal 28.