• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEFINISI PEMBELAJARAN BERMUTU

BAB 1 PENDAHULUAN

A. DEFINISI PEMBELAJARAN BERMUTU

Ketika membahas pembelajaran dalam literatur terdahulu tidak dapat dilepaskan dengan belajar dan mengajar. Dulu dibedakan secara tegas bahwa peserta didik belajar dan guru mengajar dan proses interaksinya disebut dengan pembelajaran. Namun, saat ini bisa juga peserta didik yang belajar sambil mengajar (teman-temannya) dan guru yang mengajar juga belajar tentang segala hal dalam pembelajaran untuk menjadikan pengelolaan pembelajarannya menjadi lebih baik.

Setiap peserta didik berhak atas peluang untuk mencapai kinerja akademik (academic performance) yang memuaskan. Namun, realitas dalam kehidupan sehari-hari tampak dengan jelas bahwa peserta didik memiliki perbedaan dalam banyak hal, seperti kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara peserta didik yang satu dengan yang lainya. (Ngalim Purwanto, 2002:80).

Kitapun menyaksikan bahwa penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah umumnya hanya ditujukan bagi para peserta didik yang memiliki kemampuan rata-rata (normal), sedangkan bagi para peserta didik yang memiliki kemampuan lebih atau kurang cenderung terabaikan. Praktik yang demikian, terkesan bahwa peserta didik yang memiliki kemampuan di luar rata-rata (sangat pintar atau talented child dan sangat bodoh atau idiot) kurang bahkan cenderung tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya. Dari sini kemudian timbul apa yang disebut kesulitan belajar, kesulitan belajar bisa dialami oleh peserta didik yang berkemampuan tinggi, rata-rata (normal), terlebih peserta didik yang berkemampuan rendah. (Ngalim Purwanto, 2002:82).

Lebih lanjut Ngalim Purwanto (2002:80) mengungkapkan bahwa belajar merupakan suatu terminologi yang menggambarkan suatu proses perubahan melalui pengalaman. Proses tersebut mempersyaratkan perubahan yang relatif permanen berupa sikap, pengetahuan, informasi, kemampuan, dan keterampilan melalui pengalaman.

Para ahli mengemukakan pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai tingkah laku yang ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Dengan kata lain, tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti perubahan dalam pengertian pemecahan suatu masalah, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap (Ngalim Purwanto, 2002:82).

Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Dapat disederhanakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, dimana perubahan tersebut dapat mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, tetapi bisa juga kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk.

Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar terjadi melalui usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti putunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau berlatih dengan pengalaman dan latihan. Hal ini ditegaskan oleh Nana Sujana yang berpendapat bahwa belajar adalah “proses yang ditandai dengan adanya perubahan dimana perubahan tersebut ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, dan kemampuan daya kreasi, daya permainan dan lain-lain yang ada pada individu. (Nana Sujana, 1988:28).

Surya mengatakan bahwa belajar dan pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Surya, 2003: 11). Pengertian di atas lebih menekankan pada perilaku atau unsur sikap. Namun, perilaku itu luas dapat berarti segala hal yang berhubungan dengan perubahan yang dialami oleh peserta didik, karena perilaku lahir melalui proses pemikiran dan selektivitasnya terhadap beberapa tindakan atau perilaku yang akan dilakukannya sampai dengan lahir perilaku yang dipilihnya untuk dilakukannya.

Untuk memperjelas hal di atas, perlu memahami beberapa prinsip yang menjadi landasan pemikiran di atas, sebagaimana yang dijelaskan Surya (2003:11-18), sebagai berikut:

Pertama, pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku. Prinsip ini mengandung makna bahwa ciri utama proses pembelajaran itu adalah adanya perubahan perilaku dalam diri individu. Artinya, seseorang yang telah mengalami pembelajaran akan berubah perilakunya, tetapi tidak semua perubahan perilaku adalah hasil pembelajaran.

Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut;

1. Perubahan yang disadari, artinya individu yang melakukan proses pembelajaran menyadari bahwa pengetahuannya telah bertambah, keterampilannya telah bertambah, ia lebih yakin terhadap dirinya dan sebagainya. Jadi, orang yang berubah perilakunya karena mabuk, tidak termasuk dalam pengertian perubahan karena pembelajaran, karena yang bersangkutan tidak menyadari apa yang terjadi dalam dirinya.

2. Perubahan yang bersifat kontinum (berkesinambungan). Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran yang akan berlangsung secara berkesinambungan, artinya suatu perubahan yang telah terjadi, menyebabkan terjadinya poerubahan perilaku yang lain. Misalnya, seorang anak yang telah belajar membaca, ia akan berubah perilakunya dari tidak dapat membaca menjadi dapat membaca lebih baik lagi dan dapat belajar yang lain sehingga ia dapat memperoleh perubahan perilaku yang lebih banyak dan lebih luas.

3. Perubahan yang bersifat fungsional, artinya perubahan yang diperoleh sebagai hasil pembelajaran memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan. Misalnya, kecakapan dalam berbicara dalam bahasa inggris memberikan manfaat untuk belajar hal-hal yang lebih luas.

4. Perubahan yang bersifat positif, artinya adanya pertambahan perubahan dalam diri individu, perubahan yang diperoleh senantiasa bertambah sehingga berbeda dengan keadaan sebelumnya, orang yang telah belajar akan merasakan ada suatu yang lebih banyak, sesuatu yang lebih baik, sesuatu yang luas dalam dirinya. Misalnya, ilmunya menjadi lebih banyak, prestasinya meningkat, kecakapannya menjadi lebih baik, dan sebagainya.

5. Perubahan yang bersifat aktif, artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi melalui aktifitas individu, perubahan yang terjadi karena kematangan, bukan hasil pembelajaran karena terjadi dengan sendirinya sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangannya. Dalam kematangan, perubahan itu akan terjadi dengan sendirinya meskipun tidak ada usaha pembelajaran. Misalnya, kalau seorang anak sudah sampai pada usia tertentu akan dengan sendirinya dapat berjalan meskipun belum belajar.

6. Perubahan yang bersifat permanen (menetap), artinya perubahan yang terjadi sebagai hasil pembelajaran akan berada secara kekal dalam diri individu, setidak-tidaknya untuk masa tertentu. Ini berarti bahwa perubahan yang bersifat sementara, seperti sakit, keluar air mata karena menangis, berkeringat, mabuk, bersin, dan sebagainya, adalah bukan perubahan sebagai hasil pembelajaran karena bersifat sementara saja, sedangkan kecakapan dan kemahiran menulis, misalnya adalah perubahan hasil pembelajaran karena bersifat menetap dan berkembang terus.

7. Perubahan yang bertujuan dan terarah, artinya perubahan itu terjadi karena ada sesuatu yang akan dicapai. Dalam proses pembelajaran, semua aktifitas terarah pada pencapaian sesuatu tertentu. Misalnya, seorang individu belajar bahasa ingris dengan tujuan agar dia dapat berbicara bahasa ingris dan dapat mengkaji bacaan-bacaan

yang ditulis dalam bahasa ingris. Semua aktifitas pembelajarannya terarah pada tujuan, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi akan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Kedua, hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan.

Prinsip ini mengandung makna bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran meliputi semua aspek perilaku dan bukan hanya satu atau dua aspek saja. Perubahan perilaku itu meliputi aspek-aspek perilaku kognitif, konatif, afektif, atau motorik. Misalnya, kalo seorang peserta didik disebut telah mengalami pembelajaran dalam musik, maka peserta didik itu berubah dalam hal pemahaman tentang musik, alat-alat musik, memiliki kemampuan dalam memainkan alat musik, mempunyai keinginan bermain musik dengan baik, dan sebagainya. Pembelajaran yang hanya menghasilkan perubahan satu atau dua aspek perilaku saja, disebut sebagai pembelajaran sebagian (artialp learning) dan bukan pembelajaran lengkap (complete learning).

Ketiga, pembelajaran merupakan suatu proses. Proses ketiga ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu merupakan suatu aktifitas yang berkesinambungan. Di dalam aktifitas itu terjadi adanya tahapan-tahapan aktifitas yang sistematis dan terarah. Jadi, pembelajaran bukan sebagai suatu benda atau keadaan yang statis, melainkan merupakan suatu rangkaian aktifitas yang dinamis dan saling berkaitan. Pembelajaran tidak dapat dilepaskan dengan interaksi individu dengan lingkungannya. Jadi, selama proses pembelajran itu berlangsung, individu akan senantiasa berada dalam berbagai aktifitas yang tidak terlepas dari lingkungannya, dengan demikian suatu pembelajaran yang efektif apabila pelajar melakukan perilaku secara aktif.

Keempat, proses pembelajatan terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan ada suatu tujuan yang akan dicapai. Prinsip ini mengandung makna bahwa aktifitas pembelajaran itu terjadi karena ada sesuatu yang mendorong dan sesuatu yang ingin dicapai. Hal yang mendorong adalah karena adanya kebutuhan yang harus diusahakan, dan adanya tujuan yang ingin dicapai. Atas dasar prinsip ini maka pembelajran akan terjadi apabila individu merasakan adanya kebutuhan yang mendorong dan ada sesuatu yang dicapai untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan kata lain pembelajaran merupakan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Belajar tidak akan efektif tanpa adanya dorongan dan tujuan.

Kelima, pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah kehidupan melalui situasi yang nyata dengan tujuan tertentu. Pembelajaran merupakan bentuk interaksi individu dan lingkungannya, sehingga banyak memberikan pengalaman dari

situasi nyata. Perubahan perilaku yang diperoleh dari pembelajaran, pada dasarnya merupakan pengalaman. Hal ini berarti bahwa, selama individu dalam proses pembelajaran hendaknya tercipta situasi kehidupan yang menyenangkan sehingga memberikan pengalaman yang berarti.

Diatas telah dikemukakan bahwa pembelajaran merupakan proses peruabahan prilaku.

Pengertiasn ini mempunyai keterkaitan lain yang juga menggambarkan adanya perubahan prilaku. Artinya, perubahan prilaku sebagai suatu proses banyak berhubungan atau berkaitan dengan hal lainnya sehingga prilaku itu terjadi. Surya (2003:11) mengemukakan beberapa hubungan belajar dengan hal lainnya dalam prefektif pisikologis, sebagai berikut.

1. Belajar dan bertumbuh, berkembang, kematangan. Dalam proses pertumbuhan, berkembang, dan kematangan akan terjadi perubahan prilaku. Akan tetapi, perubahan yang terjadi dalam ketiga pengertian itu tidak tergolong sebagai perubahan dalam arti pembelajran. Perubahan yang terjadi dalam pertumbuhan, berkembang, kematangan akan terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam secara naluriah. Peroses pembelajran yang akan berlangsung secara efektif apabila ada persesuaian dengan proses pertumbuhan, perkembangan, dan kematanagn. Sebaliknya peroses pertumbuhan dan perkembangan akan berlangsung dengan baik apabila disertai dengan pembelajaran.

2. Pembelajaran dan mengahafal. Anatara pembelajaran dan mengahafal mempunyai keterkaitan satu denan yang lainnya. Pembelajaran mempunyai pengertian yang luas dari pada mengahafal. Dalam menghafal, perubahan perilakunya hanya terbatas dalam penyimpanan dan pengeluaran informasi dalam kesadaran (otak), sedangkan dalam belajar peruabahan perilakunya mencakup perilaku lainnya. Orang yang hafal tentang sesuatu belum tentu memahaminya, atau cakap dalm melakukannya. Akan tetapi, proses pembelajaran akan berlangsung dengan efektif apabila disertai dengan aktifitas menghafal.

3. Pembelajaran dan latihan. Pembelajran mempunyai keterkaitan dengan latihan meskipun tidak identik. Dalam pembelajaran dan dalam latihan akan terjadi perubahan perilaku. Aspek perilaku yang berubah karena latihan, adalah peruabahan dalam bentuk skill atau keterampilan. Pembelajaran akan lebih berhasil apabila disertai dengan latihan-latihan yang teratur dan terarah.

4. Pembelajaran dan studi. Dalam aktivitas studi, perubahan perilaku yang terjadi adalah dalam aspek pengetahuan ( knowledge) dan pemahaman (understanding).

Jadi, aktivitas studi merupakan sebagian dari aktivitas pembelajaran secara

keseluruhan. Aktivitas studi merupakan dasar dalam aktivitas pembelajaran secara keseluruhan.

5. Pembelajaran dan berpikir. Berpikir adalah suatu peroses kognetif dalam tingkat yang lebih tinggi. Dalam berpikir, individu akan menggunakan berbagai informasi yang dimiliki untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Untuk dapat berpikir secara efektif,seseorang harus menguasai sejumlah informasi (fakta, konsep, generalisasi, prinsip, teori, dan sebagainya) untuk dijadikan sebagai dasar dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Informasi yang dimiliki seseorang diperoleh melalui proses pembelajaran. Ini berarti bahwa terdapat keterkaitan antara proses berpikir dan pembelajaran. Pemebelajaran yang efektif (terutama pembelajaran pemecahan masalah) sangat memerlukan keterampilan berpikir. Dan, untuk berpikir diperlukan hasil-hasil pembelajaran. Berpikir itu sendiri sebenarnya merupakan proses pembelajaran. Orang tidak mungkin berpikir tanpa belajar, dan tidak mungkin belajar tanpa berpikir.

Uraian diatas juga sejalan dengan pengertian Mansur (1995:9) yang mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisasi atau pribadi. Kegiatan belajar-mengajar, seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengelolagh kegiatan belajar- mengajar, menilai proses dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru.

Penjelasan diatas mempertegas bahwa pembelajaran dapat berlangsung secara multi aspek, baik tujuan, metode, media/sunber/ bahan dan yang lainnya. Dengan demikian, dalam pembelajaran dimungkinkan akan terjadinya intraksi edukatif secara maksimal. Intraksi edukatif secara maksimal juga bergantung pada kemampuan dan keterampilan pendidik dalam mengelola kelas/pembelajaran.

Menurut Dunkin seperti yang dikutip oleh Wina Sanjaya (2006:51) ada sejumlah aspek yang dapat memengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru/pendidik, yaitu teacher formative experience, teacher training experience, dan teacher propesties.

Teacher formative experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru/pendidik yang menjadi latar belakang sosial mereka. Yang termasuk kedalam aspek ini, diantaranya meliputi tempat asal kelahiran guru, latar belakang budaya, dan adat istiadat, keadaan keluarga diri mana guru itu berasal, misalkan apakah guru/pendidik itu berasal dari

keluarga yang tergolong mampu atau tidak, apakah mereka berasal dari keluarga harmonis atau bukan.

Teacher training experience, meliputi pengelaman-pengalaman yang berhubungan dengan aktifitas dan latar belakang pendidikan guru/pendidik. Misalnya, pengalaman latihan profesional, tingkatan pendidikan, pengalaman jabatan, dan sebagainya. Pengalaman tersebut akan memengaruhi kualitas guru dalam pengelolaan pembelajaran.

Teacher properties adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru/pendidik, misalnya sikap gru/pendidik terhadap profesinya, sikap guru/pendidik terhadap peserta didik, kemampuan atau inteligansi guru/pendidik, motivasi dan kemampuan mereka baik kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran termasuk didalamnya kemampuan dalam merencanakan dan evaluasi pembelajaran maupun kemampuan dalam penguasaan materi pembelajaran.

Dari pendapat-pendapat diatas dapat dipahami bahwa pembelajaran merupakan proses/kegiatan transfer sekaligus pengembangan pengetahuan dan nilai-nilai secara terarah, terencana, dan sistematis menggunakan berbagai metode danmedia untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam proses pembelajaran, intraksi yang dilaksanakan antara pendidik (guru,dosen,widyaiswara atau sebutan lainnya) selain terjadi proses transfer pengetahuan dan nilai, tak jarang proses pembelajaran menjadi sebuah proses pembelajaran menjadi sebuah prose pengembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap secara kreatif dan inofatif.

Dengan demikian, jelaslah bahwa proses pembelajaran harus berlangsung secara inovatif menggunakan metode ilmiah didalamnya. Selain itu, dalam pembelajaran perlu - integrasimateri dan nilai-nilai lainnya. Sebagaimana diketahui bahwa tiap mata pelajaran mempunyai karakteristik masing-masing, tetapi dpat saling melengakapi, apalagi dengan kurikulum yang berkarakter memungkinkan tiap kompetensi inti, kompetensi dasar dalam dan anatar-materi pembelajaran saling berhubungan dan bekaitan.

Berdasarkan definisi-definisi diatas dapatlah disimpulkan bahwa belajar dan pembelajran merupakan hal yang sama, yaitu merupakan aktivitas yang dilakukan dengan tujuan untuk mencapai sesuatu, baik sikap, pengetahuan, keterampilan, maupun pengalaman yang dapat diketahui melalui perubahan tingakah laku yang baru.

Proses pembelajaran diselenggarakan secara intraktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotifasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandiriaan sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, serta penilaian

proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Pembelajaran bermutu secara sederhana adalah pemeblajaran yang dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan suasana pembelajaran yang kondusif (menyenangkan dan berkesan), proses dan hasil pembelajaran bernilai dan bermanfaat. Untuk menjadikan pembelajaran tersebut, maka harus didukung oleh pembelajaran yang berbasis pada keaktifan peserta didik dan gurunya yang kreatif menyediakan dan menggunakan seluruh sumber daya pembelajaran mengarah pada pembelajaran yang aktif dan kondusif. Lebih singkat lagi pembelajaran bermutu menurut penulis, yaitu minimal Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Islami, Menggembirakan, Rasional dan Berbobot, Mencerdaskan dan Berkarakter, Berorientasi, pada Long Life Education, membiasakan peserta didik Berpikir dan menciptakan Kesan (PAIKEMI GEMBROT DASTER BOLONG PISAN).