• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran yang Dapat Mencapai Tujuan Pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN

C. Indikator Pembelajaran Bermutu

1. Pembelajaran yang Dapat Mencapai Tujuan Pembelajaran

Pembelajaran yang bermutu adalah pembelajaran yang dapat mencapa tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan turunan dari tujuan pendidikan, baik tujuan pendidikan secara umum maupun tujuan pembelajaran sebagai operasional dai pendidikan.

Dengan demikian, pembahasan tujuan pembelajaran tidak terlepas dari konsep pendidikan dan pembelajaran itu sendiri. Untuk itu akan dijelaskan terlebih dahulu konsep pendidikan dan kaitannya dnegan tujuan pendidikan dan tujuan pembelajaran.

Pendidikan dapat ditinjau dari 2 (dua) segi, yaitu menurut pandangan masyarakat dan pandangan induvidu. Menurut pandangan masyarakat pendidikan dapat dipandang sebagai pewarisan kebudyaaan dari generasi yang tua kepada generasi yang muda agar hidup masyarakat tetap pberkelanjutan sehingga mata rantai kehidupan dalam masyarakat tersebut tidak terputus dan terpelihara, sedangkan menurut pandangan induvidu, pendidikan dapat

PEMBELAJARAN BERMUTU

SENANG &

BERKESAN

SISWA AKTIF, KREATIF &

MANDIRI VARIASI

MEDIA/ALAT

& METODE BERMANFAAT

DAN BERNILAI

PAIKEMI GEMROL DASTER BOLONG PISAN

diartikan sebagai pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi. Dalam pengertian ini terkandung makna bahwa keberhasilan pendidikan seseorang bergantung pada pencarian dan pengoptimalan potesi yang ada dalam dirinya (Mansur, 2001: 38). Dengan demikian setiap pendidikan dapat mewakili dua sudut pandang diatas karena secara realita manusia merupakan makhluk sosial yang dapat terpisahkan dari masyarakat yang mempunyai tugas, fungsi, kebutuhan, sifat, karakteristik, dan lainnya yang berbeda dengan individu lainnya.

Tafsir (2004: 6 ) mendefinisikan pendidkan sebagai usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya. Menurut pandangan tersebut, pendidika sesharusnya dapat meningkatkan segala aspek dan potensi peserta didik melaui proses pendidikan yang efektif. Proses pendidikan secara opersional diistilahkan dengan pembelajaran.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 USPN Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Lebih lanjut pendidikan dapat dipahami sebagai proses memanusiakan manusia, dengan mengaktualisasikan seluruh potensi manusia menjadi kemampuan yang dapat digunakan dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan merupakan proses pemberdayaan siswa (student empowerment) sehingga mereka memiliki kemampuan fisik manual, intelektual dan emosional (Hari Suderajat, 2005:8), sedangkan proses pembelajaran merupakan aktualisasi pitensi menjadi kompetensi (Hari Suderajat,2005:27). Dari dua definisi di atas jelas bahwa pendidikan merupakan proses, dan pendidikan merupakan proses yang terus menerus untuk meningkatkan segala potensinya menjadi kompetensi.

Dengan demikian, pendidikan merupakan keseluruhan proses untuk memberdayakan seluruh potensi manusia menjadi kemampuan agar yang dapat dipergunakannya untuk mencapai tujuan hidupnya sesuai dengan prinsip dan harapannya serta intraksinya dengan lingkungan sekitarnya. Prinsip dan harapannya diharapkan sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan dalam pendidikan, musalnya bagi orang islam, prinsip dan harapan itu sesuai dengan nilai agama islam begitu juga prinsip dan harapan dalam konteks NKRI, dan sebagainya. Lebih jelas didefinisi pendidikan dapat terlihat apabila disandingkan dengan tujuan pendidikan itu sendiri.

Pembelajaran yang bermutu adalah pembelajaran dengan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan akan sangat berhubungan dengan definisi pendidikan yang dirumuskannya.

Seperti ada ahli yang mendefinisikan bahwa pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia, maka tujuan pendidikan adalah meningkatkan derajat kemanusiaan manusia.

Kerena manusia yang memiliki derajat kemanusiaan yang tinggi itu;ah yang dapat disebut manusia (Tafsir,2006:46)

Hal di atas juga berlaku untuk tujuan pendidikan dalam Sistem Pendidikan Nasioanal (Sisdiknas). Dengan pengertian seperti disebutkan diatas, maka tujuan pendidikan dalam UU Nomor 20 tahun 2003 di pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan :

“Bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab”

Tujuan pendidikan nasional harus dapat dioprasionalkan dalam kegiatan pembelajaran dan pendidikan disatuan pendidikan (sekolah/madrasyah). Artinya, setelah pembelajaran dan pendidikan di sekolah/madrasyah peserta didik dapat menjadi manusia sebagaimana yang disebut diatas. Tentu hal ini bukanlah hal yang mudah. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai usaha pemerintahan dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut dengan berbagai kebijakan. Salah satu diantaranya adalah dengan terus menyempurnakan kurikulum pendidikan karena diyakini dengan kurikulum yang terus disempurnakan dan praktik pembelajarannya semakin baik akan lebih mudah un tuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Dalam islam tujuan pendidikan adalah menjadikan manusia sebagai makhluk yang taat beribadah (‘abd) sebagaimana dalam QS.Al-Dzariyat ayat 5 dan mampu mengelola alam bagi kepentingan hidupnya (khalifah) sebagaimana dalam QS.Al-baqorah ayat 30. Selain itu, untuk tercapai terwujudnya manusia yang taat beribadah dan mampu mengelola alam untuk keselamatan kehidupannya tujuan pendidik lainnya adalah menciptakan manusia yang senantiasa taqarab kepada Allah dengan menggunakan seluruh potensinya dikenal dengan istilah ulu al-albaab sebagaimana tercantum dalam QS.Ali-imran ayat 190.

Tujuan pendidik secara lebih lengkap yang disampaikan oleh Fazlur Rahman dalam Sutrisno (2008:4-5) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah:

1. Mengembangkan manusia sedemikian sehingga pengetahuan yang diperolehnya akan menjadi organ pada keseluruhan pribadi yang kreatif, yang memungkinkan manusia memanfaatkan semua sumber untuk kebaikan umat, menciptakan keadilan, dan kemajuan dan keteraturan dunia.

2. Menyelamatkan dari diri sendiri, oleh diri sendiri dan untuk diri sendiri, dan

3. Melahirkan ilmuan yang dapat mengintelegrasikan ilmu agama dan modern dengan selalu kritis dan kreatif serta menghasilkan temuan-temuan yang bermanfaat bagi umat manusia.

Bila menelaah terhadap tujuan pendidikan Fazlur Rahman di atas, maka tjuan tersebut merupakan tujuan yang paling ideal dalam pendidikan. Bagaiman pengetahuaan (kognetif) yang diperoleh berpengaruh terhadap efeksi dan psikomotorik, sampai kepada out come pendidikan maupun menjadi orang yang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya. Untuk mewujudkan hal tersebut Rahman (Sutrisno,2008:5) menjelaskan bahwa dlam pembelajaran dapat dijadikan sebagai kegiatan tranfer of knowledge sekaligus transfer of volues sehingga pembelajaran dapat menggunakan metode gerakan ganda (a double movement), yaitu gerakan yang terkait siswa sebagai pembelajar dan terkait dengan fungsi sosial di masyarakat, yaitu sebagai generasi yang dipersiapkan menjalani kehidupan dimasyarakat. Hal yang kedua saat ini dikenal dengan pendekatan pembelajaran kontekstual.

Tujuan pendidikan lebih lanjut akan berhubungan dengan perspektif masing-masing orang (ahli), apalagi kalau sudah memasuki kepentingan praktis dalam sebuah negara. Maka tujuan pendidikan tersebut akan sesuai dengan kepentingan negaranya. Kalau agama yang menjadi paling penting, maka tujuan pendidikan akan disesuaikan dengan agamanya, penganut filsafat ingin merumuskan tujuan pendidikan sesuai dengan falsafahnya dan seterusnya.

Dalam perspektif kurikulum 2013 tujuan pendidikan lebih hierarkis, yaitu:

1. Tujuan pendidikan nasional sebagaimana telah dijelaskan di atas menurut UUSP nomor 20 tahun 2003 pasal 3.

2. Tujuan pendidikan institusional (lembaga satuan pendidikan/jenjang), yaitu berupa SKL sebagaimna tercantum dalam permendikbud nomor 20 tahun 2016, ditambah dengan tujuan yang disusun oleh satuan pendidikan (penyelenggara pendidikan).

3. Tujuan pendidikan pada tingkat dalam jenjang (kelas), yaitu kompetensi inti (KI) sebagaiman yang tercantum dalam permendikbud terkait dengan KI (yang terbaru permandikbud No.24 tahun 2016). Dalam regulasi tersebut diatur sebagaimana KI tiap kelas sam untuk semua mata pelajaran.

4. Tujuan pendidikan pada mata pelajaran, yaitu kompetensi dasar unruk mata pelajaran.

Hal ini sebagaiman terdapat dalam permendikbud sebagaimana tercantum pada nomor 3 di atas. KI untuk semua mata pelajaran dalam kelas yang sama adalah sama, yang

membedakan untuk mata pelajaran adalah KD bagi mata pelajaran. KD ini dapat dipahami sebagai tujuan pembelajaran umum.

5. Tujuan pendidikan pada pembelajaran, yaitu indikator pembelajaran yang disusun oleh pendidik (guru). Tujuan pembelajaran ini harus dapat mengimplementasikan tujuan pendidikan secara nasional yang ideal sebagaimana tercantum dalam UUSPN Nomor 20 tahun 2003.

Selain berkaitan dengan tujuan, bahwa pendidikan/pembelajaran yang bermutu juga berkaitan dengan fungsi pendidikan. Artinya, pendidikan/pembelajaran bermutu juga sesuai fungsinya. Dalam UU nomor 20 tahun 2003 di pasal 3 disebutkan bahwa:

“Fungsi Pendidikan Nasional adalah mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermantabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”

Perubahan merupakan keniscayaan dalam kehidupan. Hidup adalah perubahan itu sendiri. Dalam pemerintahan dikenal dengan perubahan otonomi daerah merupakan keharusanper dalam sebuah negara demokrasi sesuai dengan perkembangan peradaban dunia modern. Perubahan sistem tersebut disusul pula dengan perubahan tatanan diberbagai bidang kehidupan sosial mulai ekonomi, politik, tak terkecuali pendidikan.

Pendidikan mempunyai fungsi yang amat penting, karena pendidikan menurut Soebagio Atmodiwirio (2000):

“Sekurang-lurang memiliki empat fungsi, antara lain (1) fungsi sosial, memerangi segala keterbalakangan dan kebodohan; (2) fungsi perubahan dan inovasi, meningkatkan kehiduan dan mertabat manusia; (3) fungsi pengembangan sosial dan pribadi, meningkatkan ketahanan nasional dan maningkatkan rasa persatuan dan kesatuan berdasarkan kebudayaan bangsa; (4) fungsi seleksi, mengembangkan kemampuan manusia indonesia.

Dari keempat fungsi perubahan tersebut, setidaknya yang harus dan lebih ditekankan adalah fungsi sosial. Fungsi ini diharapkan mampu memerangi atau memberantas segala keterbelakangan dan kebodohan. Sebgaiman yang terjadi dimasyarakat pada umumnya bahwa dengan tingginya angka keterbelakangan hanya akan menghasilkan generasi yang hanya “nrimo” tanpa usaha dan upaya, sedangkan kebodohan hanya akan menghasilkan generasi objek peruhanan global.

Perubahan dalam bidang pendidika diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan diindonesia pada umumnya serta didaerah itu sendiri pada khususnya. Hakikat perubahan dan peningkatan kulitas pendidikan didaerah akan berpengaruh besar pada angka rata-rata pendidikan pada tingkat nasional. Kita menyadari bahwa pendidikan diindonesia belum merata dirasakan oleh seluruh warga negara.Ketidakmerataan inilah yang menurunkan

angka paisipasi murni pedidikan. Ranking yang dihasilkan dari rata-rata tingkat pendidikan tersebut telah menjadikan indonesia tertinggal jauh dari negara-negara lain termasuk kalah bersaing dengan negara asia tenggara sendiri. Mengenang masa lampau akan kejayaan bangsa dalam bidang pendidikan bukanlah hal yang bijak, tetapi bagaiman menciptakan sistem pendidikan yang tepat dan mengenai sasaran yang diharapkan.

Beberapa asumsi tentang rendahnya mutu pendidikan diindonesia adalah diakibatkan oleh pertama, kebijakan, dan penyelenggaraan pendidikan nasional tidak dilaksanakan secara konsekuen. Kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik sentralistik. Ketiga, kurangnya peran serta masyarakat terhadap dunia pendidikan. Tudingan semacam ini masih melekat dalam dunia pendidikan kita saat ini. Oleh karena itu, diperlukan suatu kearifan yang sungguh-sungguh, mengingat menerapkan kebijakan ini menyangkut masa depan bangsa. Untuk mewujudkan pemebangunan nasional dibidang pendidikan diperlukan peningkatan dan penyempurnaan pendidikan disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembnagan masyarakat serta kebutuhan pembangunan untuk mewujudkan pembangunan nasional tersebut, maka disusunlah kurikulum yang sesuai dengan perkembangan zaman. Seperti kita ketahui bahwa pendidikan sebagai suatu sistem, yakni keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai komponen tujuan pendidikan nasional.

Soepardjo (1998) berpendapat bahwa proses pendidikan bukan hanya sekedar proses mekanis, tetapi sebuah transformasi nilai, pendidikan juga merupakan pengentegrasian nilai dalam budaya bangsa, yang akan mengahasilkan suatu kegiatan yang efektif dan berfungsional dan tanpa nilai seni budaya bangsa, maka usaha pendidikan akan merupakan kagiatan yang kurang bermisi serta kehilangan arah, makna, dan arti. Pada kondisi ini pendidikan hanya sebagai formalitas belaka.

Adapun Wardiman Djoyonegoro (1996) berpendapat bahwa pendidikan paling kurang memiliki tiga fungsi, yaitu (1) mencerdaskan seluruh rakyat (2) menyiapkan tenaga kerja (3) membina dan mengembangkan IPTEK serta melestarikan nilai-nilai luhur budaya bangsa.

Fungsi pendidikan yang pertama diatas yang akan mampu menjiwai fungsi yang lainnya. Dengan kata lain, apabila seluruh rakyat cerdas, maka lapangan kerja dan IPTEK akan tercapai. Pendidikan bagi suatu bangsapada situasi apapun amatlah penting, terlebih pada saat sedang terjadi perubahan mendasar dan cepat, sebagai konsekuensi logis dari reformasi dan otonomi daerah yang berlaku efektif mulai bulan januari 2001, maka jelaslah kalau pendidikan harus tetap eksis, dan tampil seirama dengan nuansa kehidupan masyarakat bangsa yang sedang menata diri mulai reformasi untuk menuju kehidupan yang lebih

meningkatkan akses masyarakat dalm berperan serta diberbagai aspek kehidupan. Hal ini sejalan dengan Firman Allah dalam Surat Al-mujadalah ayat 11.

Maksud meninggikan derajat pada ayat tersebut adalah tingginya derajat orang yang berilmu pada situasi apapun. Tahap pencapaian derajat tersebut harus melalui berbagai usaha dan proses yang berkesinabungan dan berlanjut. Upaya tersebut juga harus dilaksanakan oleh berbagai pihak baik individu, masyarakat serta pemegang kebijakan dibidang pendidikan sebagai wahana pencapaian derajat keilmuan yang baik hanay akan disapati dalam satuan pendidikan bermutu.

Inti fungsi pendidikan adalah untuk menjadikan manusia mempunyai kemampuan untuk mengelola kehidupannya dan mampu berinteraksi dengan lingkunganya dengan baik dan bermanfaat bagi alam dan makhluk yang lainnya serta menyadari adanya yang hama kuasa yang mengatur kehidupan dunia ini dan tempat kembali setelah kehidupan dunia ini.

Bahkan secara tegas Fazlur Rahman dalam Sutrisno (2008:38) mengungkapkan bahwa: “reform and reconstruction of fowerful instrument for the shaping of mind- education” ungkapan Rahman tersebut menekankan pentingnya fungsi pendidikan dlam kehidupan. Pendidikan dianggap sebagai intrumen yang paling kuat untuk membentuk dan membangun kembali sebuah pikiran yang lebih baik, lebih kritis, dan lebih kreatif. Dengan demikian, jelaslah tidak ada kesangsian tentang fungsi pendidikan dalam kehidupan.

Pendidikan adalah kehidupan dan kehidupan adalah pendidikan itu sendiri.

Jika dihubungkan dengan pendidikan berorentasi berkopetensi, maka fungsi pendidikan adalah untuk memberikan keterampilan kepada peserta didik agar dapat menjalani kehidupannya sesuai dengan seharusnya menurut aturan yang berlaku, baik aturan agama, pemerintah maupun budayanya. Hal ini sebagaimna diungkapkan Tafsir (2007:93) bahwa inti dari pendidikan yang berorentasi kepada kompetensi adalah agar lulusan terampil menjalani hidup atau dikenal dengan istilah life skill.

Pencapaian tuyjuan pembelajaran itu dapat dibuktikan dan diungkap meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperoleh sebgaai hasil dari pembelajran yang bermutu.

Sikap dapat dinilai dari pembiasaan yang ditampilkan oleh peserta didik dalam kesehariannya, pengetahuan dapat dilihat dari penguasaan/pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran yang dapat diukur salah satunya dengan tes dam keterampilan diukur salah satunya dengan unjuk kerja/tes kinerja. Pemebalajaran yang dapat mencapai tujuan pembelajaran dikenal dengan istilah pembelajaran efektif.