• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pembelajaran Empirik

BAB 1 PENDAHULUAN

E. Strategi Pembelajaran Empirik

peserta didik menjadi krtis dan aktif belajar. Sedangkan menurut Renny dalam Nurhasanah (2004:17) kelebihan pembelajaran interaktif adalah :

a. Siswa lebih banyak diberikan kesempatan untuk melibatkan keingintahuannya pada objek yang akan dipelajari;

b. Melatih siswa mengungkapkan rasa ingin tahu melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru;

c. Memberikan sarana bermain bagi siswa melalui kegiatan ekksplorasi dan investigasi;

d. Guru sebagai fasilitator, motivator, dan perancang akktivitas belajar;

e. Menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran yang aktif;

f. Hasil belajar lebih bermakna.

Kelebihan lain dar strategi ini antara lain : 1) peserta didik dapat belajar dari temannya dan guru untuk membangun keterampilan social dan kemampuan- kemampuan; 2) mengorganisasika pemikiran dan membangun argument yang rasional. Strategi pembelajaran yang interaktif memungkinkan untuk menjangkau kelompok kelompk dan metode-metode interktif. Adapun kekurangan dari strategi ini adalah sangat bergantung pada kecakapan guru dalam menyusun dan mengembangkan dinamika kelompok.

1. Konsep Dasar

Experiental Learning Theory ( ELT) yang kemudian menjadi dasar model pembelajaran experiental learning dikembangkan oleh David Kolb sekitar awal 1980-an. Model ini menekankan pada sebuah model pembelajaran yang holiostik dalam proses belajar. Dalam Experiental Learning, pengalaman mempunyai peran utama dalam proses belajar. Penekanan inilah yang membedakan ELT dan teori- teori belajar lainnya. Istilah Experiental disini adalah untuk membedakan antara teori belajar kognitif yang cenderung ebih menekankan sisi kognisi daripada efektif, dan teori belajar behavior yang mengilangkan peran pengalaman subjektif dalam proses belajar (Kolb dalam Baharudin dan Esa, 2007:165).

Experiental Learning adalah suatu model proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan ketrampilan melalui pengalamannya secara langsung. Dalam hal ini, Experiental Learning menggunakan pengalaman sebagai kaalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.

Mahfudin menyimpulkan bahwa Experiental Learning dapat didefinisikan sebagai tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman yang secara terus menerus mengalami perubahan guna menngkatkan keefektifan dari hasil belajar itu sendiri. Tujuan dari model ini adalah untuk mempengaruhi murid dengan tiga cara yaitu :

a. Mengubah struktur kognitif murid;

b. Mengubah sikap murid;

c. Memperluas ketrampilan-ketrampilan murid yang telah ada.

Ketiga elemen tersebut saling berhubungan dan memmengaruhi secara keseluruhan dan tidak terpisah-pisah, karena apabila salah satu elemen tidak ada, maka kedua elemen lainnya tidak efektif Experiental Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan murid. Kualitas Experiental Learning mencakup keterlibatan murid secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh murid sendiri, dan adanya efek yang membekas pada murid.

Model Experiental Learning memberi keempatan kepada murid untuk memutuskan pengalaman apa yang menjadi focus mereka, ketrampilan- ketrampilan apa yang mereka ingin kembangkan, dan mereka alami tersebut. Hal ini berbeda dengan pendekatan belajar tradisional dimana murid menjadi pendengar pasif dan hanya guru yang mengendalikan proses belajar tanpa

melibatkan murid. Experiental Learning adalah suatu proses dimana murid menyusun pengetahuan ketrampilan dan nilai dari pengalaman langsung. Adapun prinsip dasar atau prosedur pembelajaran dalam Experiental Learning learning terdiri dari 4 tahapan yaitu :

a. Tahap pengalaman nyata;

b. Tahap observasi refleksi;

c. Tahap konseptualisasi;

d. Tahap implementasi.

Keempat tahapan tersebut digambarkan dalam bentuk lingkaran (David Kolb, 1984) sebagaimana gambar di bawah ini

Gambar 3.3 Bagan Experiental Learning cycle (Baharudin dan Esa, 2007:166) Dalam tahapan di atas, proses belajar dimulai dari pengalaman konkret yabg dialami seseorang. Pengalaman tersebut kemudian direfleksikan secara individu. Dalam proses refleksi, seseorang akan berusaha memahami apa yang terjadi atau apa yang dialaminya.

Refleksi ini menjadi dasar konseptualisasi atau proses pemahaman prinsip-prinsip yang mendasari pengalaman yang dialami, serta prakiraan kemungkinan aplikasinya dalam situasi atau konteks yang lain(baru).

Proses implementasi merupakan situasi yang memungkinkan penerapan konsep yang sudah dikuasai. Kemungkinan belajar melalui pengalaman-pengalaman nyata kemudian

direfleksikan dengan mengkaji ulang apa yang telah dikakukannya tersebut. Pengalaman yang telah direfleksikan kemudian diatur kembali sehingga membentuk pengertian- pengertian baru atau konsep-konsep abstrak yang akan menjadi petunjuk bagi terciptanya pengalaman atau perilaku- perilaku baru. Proses pengalaman dan refleksi dikategorikab sebagar proses penemuan (finding out) sedangkan proses konseptualisasi dan implementasi dikategorokan dalam proses penerapan (taking action). Menurut Experiental Learning theory, agar proses belajar mengajar efektif, seorang murid harus memiliki 4 kemampuan (Nasution dalam Baharudin dan Esa, 2007:167).

Tabel 3.2. Kemampuan murid dalam proses belajar Experiental Learning

2. Siklus dan Tahapan Pembelajaran Empirik

Pembelajaran adalah proses dimana pengetahuan diperoleh melalui transformasi pengalaman (Kolb, 1984). Pernyataan ini melahirkan sebuah model siklus pembelajaan yang terdiri atas empat tahapan, yaitu:

a. Pengalaman konkret (concrete experience) b. Refleksi observasi (reflective observation)

c. Penyusunan konsep abstrak (abstract Conseptualixation);

d. Aplikasi.

Keempat tahapan ini membentuk sebuah siklus seperti ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 3.4 Kolb’s experiental learning cycle

Siklus belajar menurut pembelajaran berbasis pengalaman (Experiental Learning) seperti gambar di atas, dimulai dari sebuah pengalaman konkret yang ditunjukkan dengan roses refleksi dan observasi terhadap pengalaman tersebut. Hasil refleksi ini akan diasimilasi/ diakomodasi dalam struktur kognitif (konseptualisai abstrak), selanjutnya dirumuskan suatu hipotesis baru untuk diuji kembali pada situasi baru (eksperimen).

Hasil dari tahap eksperimen akan menuntut kembali pembelajaran menuju tahap pengalaman konkret. Tahapan dalam Kolb’s Experiental Learning cycle dapat diuraikan pada contoh berikut :

pertama, pengalaman konkret. Pada tahap ini pembelajar disediakan stimulus yang mendorong mereka melakukan suatu aktivitas. Aktivitas ini bias berangkat dari suatu pengalaman yang pernah dialami sebelumnya, baik formaol maupun nonformal, atau situasi yang realistic. Aktivitas yang disediakan biasa di dalam ataupun di luar kelas, dan dikkerjakan oleh pribadi atau kelompok.

F. Strategi Pembelajaran Mandiri