• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik model belajar Joyfull Learning di sekolah

BAB 1 PENDAHULUAN

C. Strategi Joyfull Learning 1. Definisi

4. Teknik model belajar Joyfull Learning di sekolah

Teknik joyfull learning yang diterapkan dalam sekolah dapat dipilih kedalam empat bagian, pertama teknik persiapan, kedua teknik penyampaian, ketiga teknik pelatihan, keempat teknik penutup.[13] Adapun penjelasannya sebagai berikut.

a. Teknik persiapan

Tahap persiapan berkaitan dengan persiapan siswa untuk belajar. Tanpa itu siswa akan lambat dan bahkan bisa berhenti begitu saja. Tujuan dari persiapan pembelajaran adalah untuk:

1) Mengajak siswa keluar dari keadaan mental yang pasif 2) Menyingkirkan rintangan belajar

3) Merangsang minat dan rasa ingin tahu siswa

4) Memberi siswa perasaan positif mengenai, dan hubungan yang bermakna dengan topik pelajaran

5) Menjadikan siswa aktif yang tergugah untuk berpikir, belajar, menciptakan, dan tumbuh

6) Mengajak orang keluat dari keterasingan dan masuk kedalam komunitas belajar.

Dengan hal tersebut akan berdampak secara psikis kepercayaan diri untuk bisa memperoleh apa yang menjadi tujuan yang ia inginkan. Adapun komponen persiapan pembelajaran antara lain;

1) Sugesti positif

Guru harus peka terhadap sugesti negatif yang mungkin akan siswa masukkan ke dalam lingkungan belajar dan menggantikannya dengan sugesti positif.[14] Perasaan takut, terlalu banyak materi, serta perasaan bosan dan lain sebagainya itu merupakan sugesti negatif, dengan adanya sugesti negatif ini maka guru harus mampu mengubahnya menjadi sugesti yang positif dengan meyakinkan siswa bahwa mereka akan mampu dan bisa serta siap menghadapinya dengan rasa gembira. Selain itu guru harus mampu membuat pembelajaran tergugah, terbuka, dan siap untuk belajar.

2) Lingkungan fisik positif.

Sugesti, baik positif maupun negatif akan sangat dipengaruhi juga lingkungan. Apabila lingkungan dibuat terkesan menyenangkan dengan sendirinya siswa akan tersugesti untuk belajar dengan menyenangkan.

Sebaiknya guru memahami kaitan antarapandangan sekeliling dan otak itu penting untuk mengorkestrasikan lingkungan belajar yang mendukung.

Untuk itu persiapan pembelajaran sebaiknya ditata sedemikian rupa agar dalam kelas bisa mengasyikkan dalam belajar. Misalnya dengan memasang poster afirmasi pada dinding dengan kata ” Saya mampu mempelajarinya”

dengan menggunakan warna yang menarik, menggunakan alat bantu benda yang dapat mewakili suatu gagasan, mengatur bangku (seperti membentuk bangku setengah lingkaran, bangku berhadap-hadapan).

3) Tujuan yang jelas dan bermakna

Pembelajaran memerlikan gambaran yang jelas tentang tujuan suatu pembelajaran dan apa yang akan dapat mereks lakukan sebagai hasilnya.

Guru dapat menjelaskan tujuan materi dengan kata-kata, gambar, contoh, demo, atau apa saja yang membuat tujuan itu tampak nyata dan konkrit bagi siswa.[17] Dan akan sangat bermanfaat apabila disampaikan dengan bahasa yang menyentuh hati dan pikiran siswa.

4) Manfaat bagi siswa

Ada yang menghubungkan antara tujuan dan manfaat, tetapi tujuan cenderung dikaitkan dengan ”apa”, sedangkan manfaat dikaitkan dengan

”mengapa”. Siswa dapat belajar paling baik jika mereka tahu mengapa mereka belajar dan dapat menghargai bahwa pembelajaran mereka punya relevansi dan nilai bagi diri mereka sendiri.

5) Sarana persiapan siswa sebelum pembelajaran

Persiapan pembelajaran dapat dimulai sebelum dimulainya program belajar. Jika dapat diusahakan, pembelajaran diberi sarana persiapan sebelum belajar yang diisi aneka pilihan peralatan untuk membantu mereka agar siap untuk belajar. Sarana itudapat membantu menyingkirkan rasa takut, menentukan tujuan, menjelaskan manfaat, meningkatkan rasa ingin tahu danminat, serta menciptakan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang.

6) Lingkungan sosial yang positif

Kerja sama membantu siswa mengurangi stres dan lebih banyak memanfaatkan energi kejiwaan untuk belajar (dan bukunya untuk bersaing atau melindungi diri). Kerja sama antara siswa untuk menciptakan sinergi manusiawi yang memungkinkan berbagai wawasan, gagasan dan informasi mengalir bebas.

Selain itu dengan kerja sama dalam belajar akan memungkinkan setiap siswa tidak akan terabaikan, sulit pula bagi siswa untuk sembunyi dan tidak aktif. Oleh sebab itu sebaiknya sebelum pelajaran melangkah lebih lanjut dibuat kelompok sebagai mitra belajar. Cara yang paling efektif dan efisien untuk meningkatkan kegiatan belajar adalah dengan membagi kelas menjadi pasangan dan membentuk kemitraan belajar.

7) Keterlibatan penuh pembelajaran

Belajar bukanlah aktivitas yang hanya bisa ditonton, melainkan sangat membutuhkan peran serta semua pihak. Belajar bukan hanya menyerap informasi secara pasif, melainkan aktif menciptakan pengetahuan dan ketrampilan. Upaya belajar benar-benar bergantung pada siswa dan bukan merupakan tanggung jawab perencana atau guru. Guru hanya sebagai fasilitator yang berkewajiban menata meja dengan makanan yang merangsang selera dan bergizi, sedangkan kewajiban siswa untuk memakannya sendiri. Maka siswa diupayakan agar mampu berkreasi dan mandiri

8) Rangsangan rasa ingin tahu.

Merangsang rasa ingin tahu siswa sangat membuat upaya mendorong siswa agar terbuka dan siap belajar. Pembelajaran (dan kehidupan itu sendiri) akan mandek jika tidak ada sesuatu yang bisa menimbulkan rasa ingin tahu.

Guru dapat menggugah rasa ingin tahu siswa adalah dengan cara: memberi masalah untuk dipecahkan secara kelompok, menyuruh siswa berpasang- pasangan dalam menjalankan tugas pencarian fakta, memainkan permainan tanya jawab,menyuruh siswa menyusun pertanyaan

b. Teknik Penyampaikan

Tahap penyampaikan dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk mempertemukan pembelajran dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik. Adapun cara mengajak siswa terlibat penuh dalam proses belajar.

1) Presentasi guru (fasilitator)

Ketika sedang mengerjakan suatu proses atau prosedur, gunakan hasil karya untuk menampilkannya besar-besar pada dinding, papan planel, atau papan tulis magnetik. Selanjutnya, suruhlah siswa membongkarnya dan menyusunnya kembali sebagai aktivitas belajar ”mengajar-kembali”

2) Presentasi siswa

Sebelum presentasi, mintalah setiap siswa memilih mitra. Katakan bahwa mereka harus menyusun soal ujian lisan berisi 20 pertanyaan untuk teman mereka berdasarkan presentasi yang akan mereka dengar. Pada akhir presentasi, mereka harus menyerahkan soal ujian lisan tersebut pada teman

mitranya dan menilai apakah pasangan mereka mampu atau tidak menangkap materi pelajaran yangbaru saja diberikan. Semenara itu, saat presentasi, mitra mereka akan menyiapkan soal ujian lisan 20 pertanyaan untuk mereka.

3) Presentasi siswa dan berlatih menemukan

Guru membagi siswa dalam beberapa tim. Minta setiap tim meneliti berkas bahan pelajaran yang mereka hadapi dan buatlah presentasi untuk kelompok.

Bekali setiap tim dengan materi untuk membuat pendukung atau bantuan presentasi yang dapat membantu mereka menyampaikan poin-poin mereka.

Karena siswa lebih banyak mengingat dengan diasosiasikan dengan sesuatu yang telah atau pernah dilakukan. Seperti yang dikatakan oleh Harry Lorayne dan jerry lucas yaitu ” anda bisa mengingat sepotong informasi jika diasosiasikan dengan sesuatu yang telah anda ketahui atau ingat sebelumnya c. Teknik Pelatihan

Pada tahap inilah pembelajaran yang berlangsung sebenarnya. Apa yang dipikirkan, dan dikatakan serta dilakukan siswalah yang menciptakan pembelajran, dan bukan apa yang dipikirkan, dikatakan, dan dilakukan oleh guru. Pada tahap ini dapat dilakukan dengan meminta siswa berulang-ulang mempraktikkan suatu ketrampilan (andaipun tidak berhasil pada mulanya), mendapatkan umpan balik segera, dan mempraktikkan ketrampilan itu lagi.

Mintalah siswa membicarakan apa yang mereka alami, perasaan mereka mengenainya, dan apa lagi yang mereka butuhkan untuk meningkatkan prestasinya.

d. Teknik Penutup

Banyak kasus dalam menyampaikan pelajaran dalam akhir semester atau dalam akhir jam guru menjelaskan agar materinya selesai. Namun dengan ini, malah akan tidak efektif yang seharusnya dilakukan adalah pada pemahaman guru dalam joyfull learning hendaknya memberi penguatan kepada materi yang telah diterima oleh siswa dengan memusatkan perhatian, hal itu peluang ada cara mengingat yang kuat akan apa yang terjadi. Seperti yang telah dikatakan oleh Lynn Stern, penulis improving your memory ” alasan utama mengapa kita lupa adalah karena kita tidak benar-benar memusatkan perhatian”

Ada banyak tindakan positif yang bisa diambil untuk menciptakan penutup mata pelajaran yang bermakna dan membuat pembelajaran tidak terlupakan dengan cara antara lain:

1) Strategi peninjauan kembali yaitu membahas cara–cara untuk membuat siswa mengingat apa yang telah mereka pelajari dan menguji pengetahuan dan kemampuan mereka yang sekarang. Yaitu guru bisa dengan menggunakan kartu indeks yang terpisah, menuliskan pertanyaan tentang materi yang diajarkan kartu berisikan pertanyaan dengan jumlah separuh dari jumlah siswa, dari kartu yang terpisah siswa menuliskan jawaban atas masing-masing pertanyaan. Guru mencampurkan dua kumpulan kartu dan mengaduk agar acak. Berikan satu kartu untuk satu siswa, sebagian jumlah siswa menerima kartu pertanyaan sebagian yang lain menerima jawaban. Guru memerintahkan siswa untuk mencari pasangannya atau siswa yang membawa kartu jawaban pertanyaannya. Bila telah bertemu salah satu siswa diminta untuk membacanya keras-keras untuk melihat kebenaran dan kecocokkan jawaban dan pertanyaannya.

2) Penilaian sendiri yaitu membahas cara-cara untuk membantu siswa untuk menilai sendiri apa yang telah mereka peroleh. Pada awal sebuah mata pelajaran, perintahkan siswa untuk mengungkapkan pendapat mereka tentang topik pelajaran, pada akhir mata pelajaran perintahkan siswa untuk kembali mengemukakan pendapatnnya. Lalu tanyakan kepada siswa apakah pandangan mereka masih sama ataukah sudah berbeda antara pendangan pada awal pelajaran dan akhir pelajaran.

3) Perencanaan masa depan

Guru mengungkapkan harapannya agar siswa tidak berhenti belajar hanya karena pelajaran telah berakhir. Kemukakan kepada siswa bahwa ada banyak car bagi mereka untuk terus belajar secara mandiri. Tunjukkan bahwa slah satu cara dengan membuat daftar berisi gagasan mereka. Buatlah sub-sub kelompok, perintahkan tiap sub untuk mencetuskan gagasan mereka.

4) Ucapan perpisahan

Beri siswa kertas kosong dan katakan pada mereka inilah saatnya ”ujian akhir”, katakan pada siswa bahwa tugas mereka adalah menulis secara urut banyaknya aktifitas belajar yang telah ditempuh, lalu perintahkan siswa untuk mengenang masa belajar yang mereka rasakan selama ini

BAB VI

IMPLEMENTASI RENCANA PEMBELAJARAN;

MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN BERMUTU

A. Kegiatan Membuka Pembelajaran: Kegiatan Awal

Secara operasional sebagai mana telah disebutkan dalam perencanaan di atas, kegiatan awal meliputi 1) memberi/mengucapkan salam; 2) menyapa; 3) berdoa; 4) memberi motivasi;

5) menyampaikan IPK/tujuan pembelajaran yang akan dicapai; 6) melakukan apersepsi.

Selain keenam langkah tersebut dalam pendahuluan dapat saja membagi kelompok dan atau kegiatan lainnya sesuai dengan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru.

1. Megucapkan Salam

Pengucapan salam dapat dilakukan oleh guru pada waku masuk kelas. Setelah di dalam kelas pun dapat disampaikan kembali dengan khusyuk sebagai da keselamatan, menggunakan suara yang menggema sehingga menimbulkan semangat bagi peserta didik dan juga menjadi pembangkit motivasi belajar. ucapan salam waktu masuk kelas dapat singkat seperti mengucapkan Assalamu’alaikum, sedangkan ketika dalam kelas mengucapkan salam dengan lengkap:

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh, selain sebagai doa, salam dengan lengkap tujuannya supaya peserta didik dibawa untuk berkonsentrasi pada pembelajaran yang akan dimulai.

2. Menyapa

Mengapa adalah komunikasi pertama antara guru dan peserta didik setelah mengucapkan salam, untuk itu jadikan kata menyapa yang berkesan dan membahagiakan adalah menyapa dengan menggunakan kata-kata yang baik, kata- kata positif disertai dengan kelembutan dan senyum. Misalnya kata-kata menyapa;

apa kabar? Bagaimana sehat semua? Semangat semua? Semangat pagi? Dan kata- kata lainnya yang dapat mengembangakan gairah belajar.

Kata-kata sapaan diusahakan kalau bisa setiap pertemuan cara menyapa dengan kata berbeda. Misalnya, ada kabar apa hari ini? Atau menjadi bagaimana kabarnya semua? Dan seterusnya. Dengan kata-kata sapaan yang berbeda-beda

membuat peserta didik penasaran dengan kata sapaan dipertemuan berikutnya.

Membangkitkan sifat penasaran peserta didik telah menumbuhkan perhatiannya untuk mengikuti pembelajaran.

3. Berdoa

Berdoa merupakan kegiatan penting sebelum pembelajaran. Dengan berdoa menumbuhkan kesadaran keberagamaan, pembiasaan, rasa percaya diri peserta didik, dan lain-lain. Berdoa sebelum belajar juga sekaligus mendoakan peserta didik yang tidak hadir, baik yang sakit maupun ada kepentingan. Peserta didik yang sakit didoakan cepet sembuh, dan jika ada yang tidak hadir (karena sakit atau karena kepentingan lainnya) sebaiknya guru bersama-sama mendoakan kesembuhan dan atau kelancaran dari peserta didik yang tidak hadir dalam perjalaran tersebut.

Tentu saja sambil penanaman nilai dan pembiasaan sikap ini perlu diamati oleh guru siapa yang sungguh-sungguh berdoanya dan siapa yang tidak. Bagi yang tidak sungguh-sungguh bisa ditegur dengan cara yang baik dan bijaksana dan mengulangi doanya. Sebuah kebiasaan yang kecil, tetapi sangat bernilai. Kegiatan berdoa dipimpin oleh peserta didik secara bergiliran, hal ini untuk melatih kepemimpinan, tanggung jawab dan kemandirian peserta didik.

4. Memberikan Motivasi Belajar

Pemberian motivasi sebelum pembelajaran juga menjadi penting agar peserta didik siap untuk belajar. pemberian motivasi dapat berupa kata-kata positif, yel-yel, games, tayangan atau hal lain, yang dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik. pemberian motivasi juga kegiatannya dapat digabungkan dengan kagiatan menyapa, misalnya; apa kabar anak-anak? (kata guru). Al-hamdulillah luar biasa, Allah Akbar (kata peserta didik) atau kata-kata lain yang dapat membangkitkan semangat peserta didik.

Games yang dapat membangkitkan motivasi peserta didik, misalnya senam otak, games uji konsentrasi atau hal lain yang dapat memotivasi peserta didik, dapat juga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membuatr games atau yel- yel secara bergiliran.

5. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran

Indikator pembelajaran perlu disampaikan agar peserta didik memahami tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dengan memahami tujuan yang akan dilaksanakan memungkinkan kemampuannya, terutama konsentrasi terhadapat

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Penyampaian indikator juga sebagai sangsangan (memotivasi) terhadap peserta didik untuk menumbuhkan keingintahuan tentang materi pelajaran yang akan disampaikan (terlepas dari apakah ia sudah tahu atau belum).

Dalam penyampaian indikator ditekankan kepada kesadaran peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Misalnya, guru mengatakan: anak-anak yang ibu/bapak sayangi dengan indikator di atas berarti kita dianggap berhasil dalam pembelajaran ini jika anak-anak ku sudah menguasai kompetensi yang disebutkan tadi. Bagaimana siappppp?????, atau ungkap lainnya yang menggugah motivasi peserta didik.

6. Melakukan Apersepsi

Setelah menyampaikan indikator perlu dilakukan apersepsi. Apersepsi itu bukan hanya terbatas terhadap evaluasi terhadap meteri yang sudah disampaikan, tetapi yang terpenting adalah bagaimana guru mengetahui kemampuan peserta didik sebagai modal dasar untuk mengikuti pembelajaran.

Dalam melaksanakan apersepsi boleh juga guru bertanya kepada peserta didik untuk berdiskusi tentang seperti apa sebaiknya pemebelajarannya supaya indikator yang sudah ditetapkan dapat tercapai. Seperti guru boleh bertanya;”ananda setelah kita mengetahui kompetensi yang harus dikuasai, kira-kira ada usulan untuk pembelajarannya agar lebih efektif atau yang biasa saja?” pertanyaan tersebut selintas tidak penting, tetapi secara psikologis peserta didik merasa dihargai dan dilibatkan. Awal yang baik untuk memberikan motivasi.

Selain itu, apersepsi juga dilakukan dengan lengkap mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan yang telah dipelajari, supaya keutuhan materi pembelajaran dapat terjaga. Disamping itu motivasi untuk terus mempelajari materi yang telah dipelajari menjadi poin penting dalam apersepsi ini.

B. Menyanmpaikan Materi; Kegiatan Inti

Dalam permendikbud Nomor 81A tahun 2013 dijelaskan bahwa kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang dilakukan secara intraktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi pencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakasa, kreativitas, dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristis peserta didik dan mata pelajaran, yang meliputi proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasi. Untuk pemebelajaran yang berkenaan dengan KD yang bersifat prosedur untuk melakukan sesuatu, guru memfasilitasi agar peserta didik dapat melakukan pengamatan terhadap pemodalan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peserta didik menirukan, selanjutnya guru melakukan pengecekan dan pemberian umpan balik, dan latihan lanjutan kepada peserta didik.

Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan kompetensi yang terkait dengan sikap, seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain, yang tercantum dalam silabus dan RPP. Cara mengumpulan data sedapat mungkin relavan dengan jenis data yang dieksplorasi, misalnya di labolatorium, studio, lapangan, perpustakaan, museum, dan sebagainya. Sebelum menggunakan peserta didik harus tau dan terlatih dilanjutkan dengan menerapkannya.

Berikutnya adalah contoh aplikasi dari kelima kegiatan belajar (learning event) yang termasuk kegiatan inti.

1. Mengamati

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesepakatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan , melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.

Kegiatan mengamati tidak terbatas dengan objek yang tersaji dengan menggunakan IT seperti infokus, CD, dan lainnya. Namun, dapat menggunkan semua media sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoprasikannya dan ketersediaan dari satuan pendidikan. Tidak perlu memaksakan. Misalnya, bisa dengan mempersiapkan rangkuman materi pembelajaran, gambar yang berhubungan dengan materi pembelajaran, dan sebagainya, bahkan dapat menggunkan alam semesta sekalipun.

2. Menanya

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat. Disimak, dibaca, atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang kongkret samapai yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, ataupun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifatfaktual sampai pertanyaan yang bersifat hipotetik.

Dari situasi ini peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai katingkat dimana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. semakin terlatih dalam bertanya, maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sampai sumber yang beragam.

Guru dapat memberikan stimulus dan bimbingan supaya peserta didik terampil bertanya.

Dapat dibiasakan dengan menggunakan kata tanya seperti apa, siapa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana. Dalam praktiknya guru malatih siswa dengan menghubungkan kata tanya tersebut dengan materi pemebelajaran. Misalnya, katika membahas materi sholat, maka dapat dilatih untuk bertanya apa itu sholat? Kapan kita harus sholat? Bagaimanakah caranya sholat? Dimana saja tempat sholat? Dan bagaimananya. Lebih tinggi jenjang pendidikan, maka pertanyaannya makin kompleks, misalnya, pertanyaan tingkat rendah: apa ibu kota negara indonesia? Untuk pertanyaan tingkat tinggi, misalnya menjadi: kenapa jakarta menjadi ibu kota in donesia ? dan seterusnya.

3. Mengumpulkan Informasi/Mencoba

Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan media yng tersedia (dikelas dan luar kelas) dan dengan berbagai cara dalam kegiatan pembelajaran. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen.

Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi.

Dengan banyaknya informasi yang diperoleh, maka peserta didik menjadi banyak tahu, dengan banyak tahu biasanya akan semakin ingin tahu. Hal inilah yng diharapkan pada

kegiatan pengumpulan informasi. Untuk itu motivasi dan stimulus dari pendidik sangat diperlukan untuk menjaga rasa ingin tahu dari peserta didik. guru dan peserta didik bahkan lingkungan sekolah/madrasah dapat menjadi sumber dan nara sumber dalam kegiatan pengumpulan informasi.

4. Mengasosiasi/Menalar

Mengasosiasikan secara bahasa dapat diartikan kegiatan menghubungkan atau mengaitkan sesuatu dengan sesuatu yang lainnya. Dalam konteks pendektan saintifik, langkah ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan mengumpulkan informasi. Onformasi yang telah terkumpul tersebut menjadi dasar untuk kegiatan memproses informasi, yaitu menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya. Menemukan pola keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.

Kegiatan asosiasi, diantaranya mengaklasifikasi informasi, membedakan informasi untuk kepentingan tertentu, menganalisis informasi yang diperoleh, memvertifikasi informasi sesuai dengan peruntukannya da lain sebagainya.

5. Mengomunikasikan

Mengomunikasikan artinya proses memberitahukan tentang pengetahuan yang diperoleh atau tukar informasi dalam proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi dan mengasosiasikan. Kegiatan mengomunikasikan ini adalah dalam perspektif transaksional, yaitu dimaknai sebagai pengetahuan dan informasi yang sesuai dengan tujuan dan materi pembelajaran. Bahkan dalam perspektif ini mengamati, mananya, mengumpulkan informasi, dan mengasosiasikan adalah kegiatan komunikasi itu sendiri karena semua proses tersebut mempunyai tujuan dan disengaja (disadari) kegiatannya.

Kegiatan mengomunikasi dalam pendekatan saintifik dapat berupa kegiatan menuliskan atau menceritakan apa yang ditentukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan dikelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Dalam permendikbud Nomor 81A tahun 2013 da 103 tahun 2014 disebutkan bahwa langkah kegiatan pembelajaran mengomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.