Jane Esther Sangian [email protected]
Program S3 Manajemen pendidikan, Universitas Negeri Manado, Indonesia Abstract
Labour productivity is the most fundamental in improving the quality of education because it has a direct impact on the output of teachers and student learning outcomes. The role of the study participants a lesson in commitment, self- efficacy, motivation and keefektivitas can increase labor productivity Junior High School teacher in the district of North Minahasa North Sulawesi province. The purpose of this study was to determine the influence of Commitment, self-efficacy, motivation and effectiveness on work productivity. Subject Teachers Junior High School in North Minahasa Regency. The method used is path analysis.
Commitment, self-efficacy, motivation and keefektifitas independent variables and labor productivity as the dependent variable. sample is Junior High School Teachers in North Minahasa Regency is determined using a formula Slovin with a total of 124 respondents. The results showed: (1). There is a direct effect of commitment to keefektivitas (2) .Terdapat direct influence commitment to work productivity. (3) .Terdapat direct influence on the effectiveness of self-efficacy. (4) There is a direct influence of self-efficacy on work productivity. (5) There is a direct influence on the effectiveness of motivation. (6) There is a direct influence motivation to work productivity. (7) There is a direct influence on the productivity of labor efktivitas. (8) There is no direct influence on the effectiveness of the commitment. (9) There is no direct influence on the effectiveness of self-efficacy (10) There is an indirect effect of motivation on efktivitas. (11) There is no direct effect on productivity effectiveness. (12) There is a commitment to the indirect influence of self-efficacy. (13) There is no direct effect on the motivation of self- efficacy. Teachers must have a strong commitment, self-efficacy, motivation to participate in learning activities. Teachers should be able to produce products outpun which can be used as motivation for other peers, provide moral and material support learning to the learners, principal became the highest peak in the school environment managerial carry out supervision and provide a sense of comfort in learning activities at school.
Keywords: Commitment, Self-Efficacy, Motivation, Effectiveness, Work Productivity
Pendahuluan Latarbelakang
Pendidikan merupakan ujung tombak kemajuan suatu bangsa. Negara negara yang maju telah menjadikan pendidikan sebagai faktor strategis dalam menciptakan kemajuan bangsanya. Pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan produktif. Hal tersebut mendorong suatu negara menjadi negara yang maju dan pesat dalam perkembangan dan teknologi.
Guru menjadi salah satu komponen yang sangat menentukan terselanggaranya proses pendidikan. Guru menjadi fasilitator utama penyelengaraan proses belajar peserta didik.
Kehadiran dan profesionalisme seorang guru sangatlah berpengaruh pada terwujudnya program pendidikan nasional. Dimana menjadi seorang guru haruslah memiliki kualitas yang
Enriching Quality and Providing Affordable Education through New Academia | 176 cukup memadai, karena merupakan komponen mikro system pendidikan yang sangat strategis dan banyaklah berperan dalam proses pendidikan persekolahan.
Saat ini masih banyak guru yang belum kreatif dan produktif, hanya menjadi guru yang sebatas mengajar saja, masih banyak yang bisa dikembangkan dari mata pelajaran yang diampuhnya. Bahkan seorang guru bisa menjadi seorang entepreneurship yang handal di bidang pendidikan. Di lapangan terdapat guru yang menjadi tukang ojek dan berdagang sehingga jauh dari kata kreatif dan produktif. Menjadi seorang guru yang produktif adalah guru yang kreatif yang tidak pernah puas dengan pembelajaran yang dilaksanakan. Guru haruslah melakukan refleksi diri melalui penelitian penelitian yang dilakukan di kelasnya sendiri.
Lewis (2002) mengemukakan, bahwa kedudukan guru dipahami demikian penting sebagai ujung tombak dalam pembelajaran dan pencapaian mutu hasil belajar peserta didik.
Kebutuhan Aktualisasi diri Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang paling tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan potensi yang sesungguhnya dari seseorang. Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan, keahlian dan potensi yang dimiliki seseorang. Malahan kebutuhan akan aktualisasi diri ada kecenderungan potensinya yang meningkat karena orang mengaktualisasikan perilakunya. Seseorang yang didominasi oleh kebutuhan akan aktualisasi diri senang akan tugas-tugas yang menantang kemampuan dan keahliannya.
Mutu guru tentunya akan mencerminkan kualitas (output) peserta didik yang akan dihasilkannya. Dengan demikian saatnya melakukan pembenahan diri, peningkatan kemampuan terhadap potensi guru untuk menjadi tenaga pendidik yang lebih bermutu dan profesional, khususnya para guru SMP Negeri yang ada di Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara masih ada guru yang ada di Kabupaten Minahasa Utara yang belum menguasai apa tugas pokok dari seorang guru. Kemampuan untuk menghasilkan produk masih rendah dimana masih banyak belum terlalu paham membuat rencana pembelajaran, penilaian bahkan masih kurang percaya diri untuk mengadakan buka kelas takalah pengawas hadir untuk mengsupervisi.
Yang paling menganjal dari seorang tenaga pendidik yaitu mengcopy paste perangkat pelajaran dan terkadang tidak jeli sampai sampai lupa menggati nama kepala sekolah dan nama guru matapelajaran. Produktivitas yang masih rendah mengakibatkan produk yang dihasilkan masih di bawah standart dan tidak merata.
Kabupaten Minahasa Utara yang terdiri dari 10 kecamatan dan 10 UPTD memiliki 70 SMP Negeri dan 33 SMP Swasta, yang topologinya yang letak geografisnya terdiri dari daratan dan kepulauan. Ada beberapa tempat yang belum terjamah sepenuhnya oleh tenaga pendidik yang handal.
Komunitas guru di Kabupaten Minahasa Utara telah melaksanakan kegiatan peningkatan mutu kinerja untuk semua mata pelajaran, namun kegiatan ini hanya sebatas bagaimana seorang guru dapat membuat persiapan mengajar dan memecahkan soal-soal yang diujicobakan pada setiap evaluasi pelajaran. Guru masih kurang berinovasi secara berkala karena selama ini yang menjadi dasar pemikiran para guru adalah cukup hanya melengkapi perangkat pembelajaran, serta kelengkapan administrasi pembelajaran. Ketika ada jadwal kunjungan supervisi dari kepala sekolah dan pengawas sekolah, guru selalu diliputi rasa takut dan tidak percaya diri ketika disupervisi oleh kepala sekolah dan pengawas mata pelajaran.
Masalah seperti ini tidak boleh terjadi secara berkelanjutan, karena bisa menghambat upaya untuk pencapaian mutu pendidikan yang lebih maksimal. Merasa takut dan belum percaya diri merupakan refleksi nyata dari ketidakmampuan seorang guru untuk mengadapi tantangan yang lebih berat serta belum siap untuk menerima tanggungjawab sepenuhnya. Seorang guru menjadi lebih percaya diri, berani menghadapi segala tantangan, mampu meningkatkan motivasi dan mampu meningkatkan kualitas siswanya bilamana ia telah menjadi seorang guru yang profesional. Memiliki pengetahuan yang tinggi dan luas akan memberikan kemampuan, keberanian kepercayaan diri seorang guru untuk menyatakan eksistensinya sebagai guru yang profesional. Karenanya perlu suatu terobosan baru dan pola pembaharuan sistem pembinaan guru untuk pencapaian mutu siswa yang terbaik. Menurut Soenarto (2002), kurang berhasilan
Enriching Quality and Providing Affordable Education through New Academia | 177 pelatihan-pelatihan yang telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pekerjaan selama ini disinyalir disebabkan oleh perencanaan dan pelaksanaan pelatihan yang tidak mendukung pencapaian tujuan, materi pelatihan tidak sesuai dengan kebutuhan guru, dan pelaksanaan pelatihan kurang didukung oleh sarana yang memadai.
Kurang berhasilan pelatihan guru dalam jabatan selama ini antara lain diakibatkan oleh; (1) Kegiatan pelatihan belum diselenggarakan atas dasar kebutuhan riil guru di lapangan atau tidak diawali dengan need assessment yang tepat; (2) Dalam sistim penjaringan peserta pelatihan belum dilakukan dengan sistim yang tepat. Hal ini menyebabkan rendahnya tingkat pemerataan kesempatan mengikuti pelatihan. Fenomena ini terjadi akibat dari database pemetaan kualifikasi dan kompetensi tenaga pendidik di dinas pendidikan pemuda dan olahraga sangat lemah; (3) Implementasi hasil pelatihan oleh guru dalam pembelajaran di sekolah masih kurang maksimal; (4) Sistim monitoring dan evaluasi terhadap implementasi hasil pelatihan oleh guru dalam kelas, baik oleh kepala sekolah atau pengawas masih sangat kurang; (5) Rendahnya motivasi kerja guru untuk mengembangkan diri dan berprestasi karena kurangnya sistim mendukung dengan demikian maka kegiatan pembelajaran benar-benar ditujukan untuk mengatasi kegagalan siswa belajar.
Kegiatan pembelajaran hanya dapat diubah melalui pengujian terhadap kegiatan belajar dan mengajar guru serta menganalisis dampaknya terhadap perolehan belajar siswa.
Program pengembangan profesi guru tersebut membutuhkan fasilitas yang dapat memberi peluang kepada mereka.
Komitmen guru sebagai pemegang kendali dalam proses pembelajaran sangat penting.
Pemahaman Guru dalam penerapan pembelajaran yang baik sangatlah ditentukan oleh komitmen dari seorang guru untuk mendapatkan kesempatan merubah pola pemikiran. Setiap kegiatan seorang guru tentunya mempunyai kendala, baik dalam diri sendiri maupun dari lingkungan sekolah. Pemberian diri seorang guru pada proses pembelajaran tetap akan menemui sebab berbagai kendala yang dihadapi, antara lain, komitmen kepala sekolah yang tidak berjalan dengan baik yakni kurang memberikan dorongan untuk bisa meningkatkan efektifan dan produkttivitas. Rendahnya komitmen peserta dapat dilihat dari perlakuan ketidak seriusan guru dalam memperbaiki produktivitas kerja guru, kurangnya komunikasi secara terbuka kepada kepala sekolah dan sesama guru di sekolah. Sifat malas dan rasa takut juga sering menghantui sehingga kadang komitmennya diabaikan dengan berbagai alasan.
Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang, serta fenomena yang terjadi di lapangan dan teori yang ditelusuri dapat diidentifikasi berbagai variabel yang memengaruhi Produktivitas Kerja Guru SMP Negeri di Kabupaten Minahasa Utara, Komitmen, Efikasi Diri, Motivasi, dan keefektifan.
Dukungan Pemerintah Daerah, Penerapan Cara Pembelajaran yang baik, Peran Kepala Sekolah dan lain-lain. Dari variabel-variabel tersebut dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Komitmen seorang guru rendah dalam melaksanakan pembelajaran.
2. Guru kurang termotivasi dalam pembuatan perangkat pembelajaran yang baik.
3. Guru masih belum termotivasi untuk mengembangkan metode pembelajaran.
4. Guru kurang memiliki pengetahuan yang cukup untuk membuat skenario kegiatan pembelajaran.
5. Rendahnya efikasi diri guru dalam melaksanakan tugas
6. Guru kurang percaya diri melakukan tugas pokok sebagai guru.
7. Belum menerapkan kreativitas dam inovasi.
8. Kepala sekolah kurang memberikan motivasi kepada guru.
9. Kurangnya komunikasi antara guru dan kepala sekolah
10. Kurangnya pengetahuan manajerial kepala sekolah tugas pokok kepala sekolah 11. Masih ada kesenjangan yang nyata antara kepala sekolah dan guru dalam melaksanakn
kegiatan pembelajaran
12. Kehadiran Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan sebatas memberikan penguatan materi pelajaran untuk peserta kegiatan MGMP.
Enriching Quality and Providing Affordable Education through New Academia | 178 13. Peningkatan mutu guru untuk mengikuti pelatihan pelatihan masih mengikuti daftar
nama dari Dinas pendidikan Pemuda dan Olahraga
14. Masih belum merata bagi guru untuk mendapatkan pelatihan pelatihan tentang pembuatan perangkat pembelajaran
15. Masih terdapat guru yang melaksanakan pekerjaan sampingan tanpa memperhatikan tugas pokoknya.
16. Pengawas Sekolah kurang memonitoring guru bina dan sekolah binaan 17. Lingkungan sekolah belum dapat meningkatkan produktivitas kerja
18. Kegiatan pelatihan belum diselenggarakan atas dasar kebutuhan riil guru di lapangan atau tidak diawali dengan need assessment yang tepat
19. Rendahnya tingkat pemerataan kesempatan mengikuti pelatihan diakibat dari database pemetaan kualifikasi dan kompetensi tenaga pendidik di dinas pendidikan pemuda dan olahraga sangat lemah.
20. Implementasi hasil pelatihan oleh guru dalam pembelajaran di sekolah masih kurang maksimal
21. Sistim monitoring dan evaluasi terhadap implementasi hasil pelatihan oleh guru dalam kelas, baik oleh kepala sekolah atau pengawas masih sangat kurang;
22. Rendahnya motivasi kerja guru untuk mengembangkan diri dan berprestasi karena kurangnya sistim mendukung
Pembatasan Masalah
Masalah yang diidentifikasi masihlah cukup luas, oleh karena itu perlu dibuatkan pembatasan masalah agar penelitian ini lebih terfokus dan terarah. Apabila semua masalah diteliti maka waktu penelitian akan memakan waktu lebih lama, biaya penelitian akan relatif lebih besar dan kemampuan penulis menjadi tidak maksimal. Masalah yang diteliti hanya meliputi masalah-masalah yang berpengaruh paling dominan terhadap Produktivitas kerja Guru SMP Negeri di Kabupaten Minahasa Utara yaitu, komitmen, efikasi diri, motivasi dan keefektifan.
Perumusan Masalah
Berdasarkan Pembahasan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka kajian penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :(cek kembali oleh prof gugule
1. Apakah komitmen berpengaruh langsung terhadap keefektifan Guru SMP Negeri di Kabupaten Minahasa Utara?
2. Apakah komitmen berpengaruh langsung terhadap produktivitas kerja Guru SMP Negeri di Kabupaten Minahasa Utara?
3. Apakah efikasi diri berpengaruh langsung terhadap keefektifan Guru SMP Negeri di Kabupaten Minahasa Utara
4. Apakah efikasi diri berpengaruh langsung terhadap produktivitas kerja Guru SMP Negeri di Kabupaten Minahasa Utara?
5. Apakah motivasi berpengaruh langsung terhadap keefektifan Guru SMP Negeri di Kabupaten Minahasa Utara?
6. Apakah motivasi berpengaruh langsung terhadap produktivitas kerja Guru SMP Negeri Di Kabupaten Minahasa Utara?
7. Apakah keefktivitas berpengaruh langsung terhadap produktivitas kerja Guru SMP Negeri di Kabupaten Minahasa Utara?
8. Apakah komitmen berpengaruh tidak langsung terhadap keefektifan Guru SMP Negeri di Kabupaten Minahasa Utara?
9. Apakah efikasi diri berpengaruh tidak langsung terhadap keefektifan Guru SMP Negeri di Kabupaten Minahasa Utara?
10. Apakah motivasi berpengaruh tidak langsung terhadap keefktivitas Guru SMP Negeri di Kabupaten Minahasa Utara?
11. Apakah kefektifan berpengaruh tidak langsung terhadap produktivitas kerja Guru SMP Negeri di Kabupaten Minahasa Utara?
Enriching Quality and Providing Affordable Education through New Academia | 179 12. Apakah komitmen berpengaruh tidak langsung terhadap efikasi diri Guru SMP Negeri
di Kabupaten Minahasa Utara?
13. Apakah efikasi diri berpengaruh tidak lagsung terhadap motivasi Guru SMP Negeri di Kabupaten Minahasa Utara?
Manfaat Penelitian Manfaat Teoretik
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dan kajian bagi segenap pihak terutama dilingkungan satuan pendidikan di Kabupaten Minahasa Utara. Secara akademis, dapat menghasilkan proporsi-proporsi empirik tentang kemampuan guru yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi teori, guna menambah wawasan ilmu kependidikan tentang pembelajaran.
Manfaat Praktis
Bagi Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara dalam hal ini Dinas Pendidikan pemuda dan Olahraga sebagai bahan refrensi atau sebagai bahan acuan untuk membuat kebijakan dalam menumbu kembangkan peoduktivitas kerja guru Sekolah Menengah Pertama serta mendapatkan tenaga Pendidik yaitu Guru- guru di SMP Negeri Kabupaten Minahasa Utara yang berkompoten di bidangnya masing-masing serta bisa meningkatkan mutu pendidikan.
Bagi Sekolah dan bagi Guru Diharapkan bisa meningkatkan kemampuanya dalam kegiatan pembelajaran, mampu membuat perankat pembelajaran yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi guru sebagai tenaga pendidik dan juga diharapkan menjadi masukan yang sangat berguna bagi guru dalam melaksanakn tugasnya sebagai pengajar di lingkungan sekolah.
Bagi ilmuwan, serta pihak terkait lainnya. Dalam mengembangkan kompetensi untuk kemajuan mutu pendidik bisa dijadikan tolak ukur akan kemajuan prestasi guru dalam pembelajaran dan mampu untuk menghasilkan tulisan tulisan yang dapat dijadikan refrensi.
Kajian Teoretik Produktivitas
Konsep produktivitas kerja dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi individu dan dimensi organisasi. Dimensi individu melihat produktivitas dalam kaitannya dengan karakteristik-karakteristik kepribadian individu yang muncul dalam bentuk sikap mental dan mengandung makna keinginan dan upaya individu yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Sedangkan dimensi keorganisasian melihat produktivitas dalam kerangka hubungan teknis antara masukan (input) dan keluaran (output). Oleh karena itu dalam pandangan ini, terjadinya peningkatan produktivitas tidak hanya dilihat dari aspek kuantitas, tetapi juga dapat dilihat dari aspek kualitas (Masofa, 2008). Makna produktivitas kerja pada awalnya disampaikan oleh Qesney, seorang ekonom Perancis pada tahun 1776.
Konsep ini banyak dikenal dalam bidang ekonomi dan industri. Dalam konteks ekonomi, produktivitas menunjuk pada hasil yang didapat dalam proses produksi dengan menggunakan satu atau lebih factor produks i (Kohler dalam Mulyono, 1993). Ini berarti bahwa suatu organisasi dikatakan produktif, jika menghasilkan banyak produk. Semakin banyak produk yang dihasilkan semakin produktif organisasi tersebut. Sedang Barner (1980) menekankan produktivitas dalam konteks pencapaian tujuan.
Setiap organisasi pada umumnya memiliki tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan jangka pendek atau jangka panjang. Barner (1980) mengatakan produktivitas organisasi dapat diukur dengan membandingkan antara output dengan input. Secara kuantitatif, produktivitas merupakan ratio antara hasil yang diperoleh dengan pengorbanan dari keseluruhan sumber daya yang dikeluarkan untuk menghasilkan output. Artinya, seberapa besar kemampuan suatu organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien . Rohiat (2008) mengatakan produktivitas dapat dilihat dari dua sudut, yaitu individu dan organisasi. Dari sudut individu, produktivitas dapat dipandang
Enriching Quality and Providing Affordable Education through New Academia | 180 sebagai potensi yang terdapat di dalam diri individu yang digunakan secara maksimal tanpa kebergantungan pada pihak lain. Sedang Gilmore (dalam Rohiat, 2008) mengemukakan produktivitas adalah kualitas atau daya yang dihasilkan, membawa keluaran (output) yang lebih, kreatif, generatif, dan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian, produktivitas berkaitan dengan kreativitas. Sedang produktivitas dari sudut organisasi adalah kumpulan dari produktivitas individu dalam organisasi tersebut.
Greenberg (2008) dan Baron (1993), mengatakan pendapatnya tentang komitmen merefleksikan tingkat identifikasi dan keterlibatan individu dalam pekerjaannya dan ketidaksediaannya untuk meninggalkan pekerjaan tersebut.
Porter dan Smith dalam Setiawati (2007), komitmen adalah sifat hubungan seorang individu dengan organisasi yang memungkinkan seseorang memunyai komitmen yang tinggi dengan memperlihatkan keinginan yang kuat untuk tetap menjadi pegawai organisasi yang bersangkutan, kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi tersebut, dan kepercayaan akan penerimaan yang kuat terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.
Gibson, Ivancevich dan Donnely (2006), mengatakan bahwa komitmen ketertarikan adalah “rasa identifikasi, keterlibatan, dan loyalitas atau kesetiaan yang dinyatakan oleh seseorang terhadap tempat bekerja”.
Sebuah instintusi pendidikan sangat diharapkan dapat memberikan hasil kinerja terbaik pada sekolahnya sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya. Dasar kompetensi yang dimiliki menjadi tidak cukup bagi seorang guru bila tidak ditunjang dengan komitmen yang tinggi untuk memberikan hasil kinerja yang baik dalam lingkungan pekerjaan.
Selain kompetensi yang dimiliki oleh tenaga pendidik, pekerja di dunia pendidikan, dosen, guru, bekerjasama sangatlah diharapkan untuk dapat memberikan hasil yang baik pada organisasi atau perusahaan. Kompetensi yang berjalan sendiri tanpa komitmen ibarat seperti sebuah pistol berpeluru tetapi tidak dapat digunakan. Seorang guru yang tidak memiliki komitmen, sebenarnya bagaikan seorang ahli dalam bidangnya (competent) namun ia bekerja dengan setengah hati. Guru yang memiliki suatu komitmen, bekerja secara total, mencurahkan perhatian, pikiran, tenaga dan waktunya, ia mengerjakan apa yang diharapkan oleh sekolahnya.
Berdasarkan pemahaman diatas, saya berpendapat bahwa komitmen guru adalah suatu rasa identifikasi, keterlibatan, loyalitas/kesetiaan, derajat atau sifat hubungan dari seorang guru terhadap anak didik yang ditunjukkan dengan ketercapaian pembelajaran, berminat untuk meningkatkan mutu lulusan, dan kepercayaan diri yang kuat terhadap nilai- nilai dan tujuan pendidikan
Efikasi Diri (Self Efficacy)
Seseorang akan berupaya melakukan tugas tertentu yang ia persepsikan dapat dilaksanakannya dan ia akan menghindari situasi dan perilaku yang ia persepsikan di luar batas kemampuannya (kekuatan keyakinan), yaitu berkaitan dengan kekuatan pada keyakinan individu atas kemampuannya. Pengharapan yang kuat dan mantap pada individu akan mendorong untuk gigih berupaya mencapai tujuan, walaupun mungkin belum memiliki pengalaman–pengalaman yang menunjang. Sebaliknya, pengharapan yang lemah dan ragu-ragu akan kemampuan diri akan mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak menunjang (generalitas), yaitu hal yang berkaitan cakupan luas bidang tingkah laku di mana individu merasa yakin terhadap kemampuannya. Individu bisa yakin terhadap kemampuan dirinya, tergantung pada pemahaman kemampuan dirinya yang terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan situasi yang lebih luas dan bervariasi.
Albert Bandura (1986) mengatakan bahwa efikasi diri merupakan penilaian seseorang terhadap kemampuan dirinya untuk meningkatkan kinerja. Sejalan dengan pendapat Luthans (2008) efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap kemampuannya dalam mengerahkan motivasinya, sumber pengetahuannya dan caranya bertindak sehingga berhasil dalam melakukan tugas-tugas khusus sesuai dengan konteks yang telah ditentukan. Seirama dengan pendapat Greenberg (2008) mengatakan bahwa efikasi diri merupakan keyakinan seseorang terhadap
Enriching Quality and Providing Affordable Education through New Academia | 181 kemampuannya dalam menyelesaiakan tugas untuk mencapai tujuan-tujuannya. Pengertian efikasi berkaitan dengan kebiasaan hidup manusia yang didasarkan atas prinsip-prinsip karakter, seperti integritas, kerendahan hati, kesetiaan, pembatasan diri, keberanian, keadilan, kesabaran, kerajinan, kesederhanaan dan kesopanan yang seharusnya dikembangkan dari dalam diri menuju ke luar diri, serta bukan dengan pemaksaan dari luar ke dalam diri individu.
Dari uraian diatas dapat dikemukakan bahwa seseorang yang memiliki efikasi diri yang tinggi memiliki keberanian mengambil resiko untuk melaksanakan tugas karena adanya keyakinan dalam dirinya bahwa ia akan mampu menghadapi tantangan demi tantangan yang bakal dihadapi.
Motivasi
Sudah umum orang menyebut dengan “motif” untuk menunjuk mengapa seseorang itu berbuat sesuatu. Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya pengerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (keseapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk menjcapai tujuan sangat dirasakan mendesak. Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi- kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka itu Sadirman A.M (2014).
Motivasi kerja merupakan dorongan psikologis seseorang yang menentukan perilaku (kerja) dalam suatu organisasi, tingkatan upaya dan ketekunannya dalam menghadapi hambatan (dalam bekerja).Kekuatan yang berfungsi sebagai motor penggerak, yang memengaruhi individu untuk memilih suatu perilaku untuk ditampilkan di dalam berkinerja, dan diwujudkan melalui peningkatan ketrampilan, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan tugasnya.
Pada kutipan diatas bisa menjelaskan motivasi kerja memiliki tiga elemen kunci, yaitu:
intensitas, arah dan ketekunan. Intensitas menjelaskan bahwa seberapa banyak seseorang berusaha keras untuk mencoba mengatasi hambatan-hambatan kerja yang ada. Usaha ini akan memiliki konsekwensi terhadap seseorang untuk seberapa banyak menentukan arah (direction) perilaku kerja seseorang yang secara konsisten sesuai dengan harapan capaian tujuan organisasi tempat bekerja. Ketentuan merupakan aspek motivasi yang menjelaskan sampai seberapa lama seorang guru secara konsisten berusaha keras dan menjaga arah perilaku kerjanya dalam bekerja sesuai dengan harapan capaian tujuan sekolah.
Siagian (2005) menyatakan bahwa motivasi merupakan:
“Keadaan kejiwaan yang mendorong, mengaktifkan, menggerakan, mengarahkan dan menyalurkan perilaku untuk menuju pada sasaran organisasi.Motivasi kerja sebagai alat pembangkit, penguat, dan penggerak seorang karyawan yang diarahkan untuk mencapai tujuan dan hasil”.
Definisi yang dikemukakan, dapatlah diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan motivasi kerja adalah sebagai penguat atau kekuatan untuk mendorong seseorang dalam mencapai tujuan dan hasil. Motivasi dikatakan meningkat bila indikator motivasi kerja meningkat. Indikator motivasi itu meliputi: minat, perhatian, konsentrasi dan ketekunan.
Motivasi kerja peserta yakni guru, pada saat kegiatan proses pembelajaran berlangsung dapat diamati dari aspek minat, perhatian keseriusan dan ketekunan. Peningkatan minat diamati dari bagaimana peningkatan aktivitas peserta dalam ketepatan waktu menyelesaikan tugas, peningkatan semangat, peningkatan rasa ingin tahu dan peningkatan frekwensi bertanya.
Peningkatan motivasi aspek perhatian dapat diamati dari peningkatan aktivitas peserta dalam mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan, menerapkan hasil yang diperoleh kepada teman- teman guru. Peningkatan motivasi, aspek konsentrasi dapat diamati dari peningkatan aktivitas guru dalam memusatkan perhatian.