• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diskursus Penguatan Mutu Madrasah

Dalam dokumen Manajemen mutu pendidikan islam terpadu (Halaman 49-55)

BAB II BAB II

C. Diskursus Penguatan Mutu Madrasah

Pendidikan sebagai suatu sistem yang terbentuk dari beberapa

komponen yang saling

berhubungan secara

fungsional untuk

membentuk perubahan

tingkah laku

peserta

didik

agar mereka

memiliki

kualitas

hidup

yang diharapkan. Tilaar mengemukakan

pendidikan merupakan suatu

Proses menumbuhkembangkan seluruh potensi peserta

didik

yang memasyarakaf membudaya,

dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional

dan global.s Perrdidikan dalam perspektif berbangsa merupakan suatu proses

untuk

mewuiudkan visi

hidup

suatu bangsa, maka kegiat-

s.Ibid,97-q2-

t5 lDirl, 105-

56 H.AR Tilaar, Paruligrtu fura Peadidikq Nasion

l,

(Iakarta:- Rineka CiPta, 20m\,28

MANAJEAIEN M TU PENDID,KAN,SLAM TERPADU 37

an pendidikan

sangat memerlukan

tindakan

komprehensif dari seluruh

komponen yant ada di

dalamnya. Komponen esensial dalam suatu proses pendidikan formal, mempakan satu kesahran dan bekerja secara

simultan untuk

mencapai tuiuan pendidikan.

Bakar

dan Surohim

mengemukakan

dalam

konteks pendidikan nasional Madrasah

di

setiap jeniang

memiliki

kedudukan penting dalam sistem pendidikan nasional Setidaknya Madrasah

memiliki

kontribusi memperkuat pengembangan sistem pendidikan nasional

di

Indonesia. Peluang tersebut didasarkan pada asumsi pertami, Pancasila secara filosofi sebagai landasan pendidilan nasional meru- pakan bagian integral

dari

filsalat lslam; kedua, sistem pendidikan Islam

di

lndonesia, yang mengarahkan ajaran Islam, secara filosofi tidak pemah bertentangan dengan Pancasila, di mana dalam konsep penyusunan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional terbuka kesempatan bagi lembaga pendidikan Islam untuk mengembangkan

din.

Ketiga, semakin berkembangnya gerakan pembaruan

pendidikan Islam

yang pengaruhnya sangat terasa

di

kalangan masyarakat terpelajar. KeempaL asumsi

di

atas jika dikembangkzrn secara maksimal akan menjadi kekuatan

untuk

mengantarkan kemajuan pendidikan di Indonesia. Tetapi semuanya akan menuntut konsep

baru

yang

iebih

strategis,

dan

antisipasil serta langkah operasional.'

Adapun langkah yang ditempuh dalam

pembaruan pen-

didikan

Islam, sebagai konsekuensi berlakunya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menurut Faiar antara

lain

pertanu,

perlu ada pemikiran

tentang konsep pendidikan Islam ideal, yaitu pendidikan yang integralistik, huma- nistik, pragmatik dan berakar pada budaya yang kuat. Kedua, ada kejelasan visi, misi dan tujuan dengan langkah pencapaianya yang jelas. Ketig4 memberdayakan kelembagaan dengan menata kembali sistemnya. Keempat, perbaikan manajemen.

Kelim4

peningkatan

t'Usman Abu Bakar & Surohirrq Fazgsi Ga nda bmbaga Pendid*an Isbm, Respn Kreatif Terhadzp Urulang-undang Sisrlitaas, (Yogyakarta: Safria Insani Press, 2005),9- 10.

38

Dr. Dakir, M.A & Dr. Ahmad Fauzi, M-Pd.

mutu sumber daya manusia.s

Secarahistoris, kebijakanmengenai Madrasah dan sekolah Islam setiap periode pergantian

Menteri

Agama mengalarr.i dinamika

dalam desain

Madrasah.

Pada periode Menteri Agama

H.A.

Mukti Ali

menawarkan konsep pengembangan Madrasah melalui kebiiakan SKB Tiga Menteri

untuk

penguatan dan menyeiajarkan mutu Madrasah dengan Sekolah Umum, dengan porsi

kurikulum

70% ilmu umum dan 30"/o ilmu agama. Munculnya SKB Tiga Menteri (Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan kebudayaan, dan Menteri

Dalam

Negeri) merupakan

indikasi

bahwa eksistensi Ma&asah sudah

cukup kuat

berdampingan dengan sekolah

umum.

Selain itu, munculnya SKB Tiga Menteri juga sebagai langkah positif bagi peningkatan mutu Madrasah dari status kelembagaan,

kurikulum,

lulusan dan

nilai

ijazah.e

Di dalam salah satu pertimbangan SKB Tiga Menteri, ditegaskan perlunya

diambil

langkah

untuk

meningkatkan

mutu

pendidikan

di

Madrasalu

agar lulusan dari

Madrasah

daPat

melaniutkan atau pindah ke sekolah-sekolah

umum dari

sekolah dasar sampai perguruan

tinggi.

Kernudian

periode Menteri Agama Munawir

Sadzali menawarkan konsep Madrasah

Aliyah

Program Khusus, dan pada periode Menteri Agama H. Tarmidzi Taher menawarkan konsep Madrasah sebagai sekolah umum yang berciri khas Islam.

Pada masa Menteri Agama

Malik

Falar lebih memantapkan eksis-

tensi

Madrasah

untuk

memenuhi

tiga tuntutan minimal

dalam

peningkatan kualitas Madrasah yaitu

pertama, Meniadikan Madrasah sebagai tempat

untuk

membina ruh atau

praktik hidup

ke-Islamarv kedaa, Memperkokoh keberadaan Madrasah sehingga sederajat dengan sistem sekolah umum; kefr84 Madrasa-h harus dapat merespons funtutan masa depan guna merrgantisipasi per- kembangan

ilmu

pengetahuan

dan

era globalisasi Para Menteri Agama berikutnya lebih memantapkan eksistensi Madrasah yang s Faiar Malil, Roriritasi Pctnliili*n lslon (lakarta:Yafasan Perdidikan lslam D)nia 1999), C7.

e MalikFaiar, Madroah don Tottaagaa lvlodenitas, @andung: Miza+1998), 23

MANAJEMEN MLrru PEND,DTT(AN lsr-A 4 IERPADU 39

@ Ibid,97

6t lbid,2t7

t|0

Dr. Ddkir, M.A- & Dr. Ahtrr,d Fauzi, M.pd.

substansinya diarahkan pada tiga tuntutan tersebut di atas.

Pemikiran

Malik

Fadjar

lebih

menekankan pada penguatan Madrasah perspektif masa depan, yang menjadi sendi pendidikan adalah menyiapkan sumber daya manusia yang mampu menghadapi tantangan yanS era globalisasi. Maka hal

ini

dapat dikembangkan dua paradigma yaitu paradigma fungsional dan sosial. Paradigma fungsional melihat keterbelakangan

pendudul

masyarakat karena mereka tidak memiliki pengetahuan dan sikap modem.

Hangkan

paradigma sosial melihat peranan pendidikan dalam pembangunan adalah pertama,

untuk

mengembangkan

kompetensi individu;

kedua, kompetensi

lebih tinggi diperlukan untuk

meningkatkan

produktivitas;

kehga,

meningkatkan kemampuan

masyarakat.a Semakin

tinggi tingkat

kemampuan

masyarakal maka

semakin meningkat

pula taraf

kehidupan masyarakat secara kes€luruhan.

Dari kedua

paradigma tersebut,

di

kalangan masyarakat Barat muncul tesis yang disebut human intxstment. Tesis

ini

menegaskan bahwa investasi dalam

diri

manusia lebih menguntungkan, karena

memiliki

economic rate

of

return

yang lebih tinggi

dibandingkan dengan investasi

dalam bidang fisik.Hal

tersebut

menarik jika dikaitkan

dengan konsep human inaestmetf,

yang

dikemukakan Fajar secara

filosofu

berkembang

dua

teori tentang tujuan

pendi dikan, yaitu teoi hunun

copital

dan

creilentialism.

Terri

human capifal berpandangan bahwa perrdidikan formal merupakan suatu investasi (secara ekonomis),

baik bagi individu maupun

masya- rakat. Kelemahan

dari teori ini

karena menggunakan

tolok ukur

pertumbuhan ekonomi-lapangan kerja. Sehingga

jika dilihat

dari sosio-kultur

kurang

relevan. Karena

ragu terhadap terli

human crpr'tal, kemudian muncul teori credentialism sebagai koreksi.6r

Teori

tersebut

menurut Suryadi dan Tilaar bahwa struktur

masyarakat lebih ampuh daripada

individu

dalam mendorong suatu pertumbuhan dan perkembangan. Karena menurut teori tersebu!

perolehan pendidikan formal tidak lebih dari suatu lambang status-

ijazah-bukan

produktivitas.

Padahal

yang lebih penting

adalah kemampuan lulusan dalam membuka lapangan keria baru. Oleh karena

itu,

pendidikan harus mampu menghasilkan lulusa,n yang bisa mengembangkan potensi masyarakat, dan bertindak sebagai diaing force.a

Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidik- an Nasional, ditindaklanjuti dengan lahimya Peraturan Pemerintah Nomor 28 dan 29 Thtrun 1990 tentang Pendidikan Dasar dan Mene- ngah, Madrasah

diakui

sebagai subsistem

pendidikan

nasional Keberadaan Madrasah ditegaskan kembali melalui Surat Keputusan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor O89Nll992 yang

menyatakan Madrasah

Aliyah

adalah sekolah menengah

umum

yang berciri khas agama Islam yang diselenggarakan oleh departemen Agama. Pergeseran pola sentralisasi ke desentralisasi dalam pengelolaan

pendidikan ini

merupakan upaya penguatan pemberdayaan Madrasah dalam peningkatan mutu pendidikan yang terarah, menyeluruh dan berkelanjutan. Karena

ihr,

Kementerian Agama telah memberikan perimbangan kebijakan yang ielas me- ngenai pengelolaan penyelenggaraan pendidikan di Madrasah.

Eksistensi Madrasah dan sekolah Islam semakin kuat setelah

revisi Undang-Undang

No.2/1989

tentang Sistem

Pendidikan

Nasional dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 yang secara eksplisit mengakui lembaga pendidikan Islam

dari tingkat

dasar sampai

pendidikan

menengah (Madrasah

lbtidaiyah,

Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah

Aliyah).6

Keberadaan Madrasah dan sekolah

Islam

sebagai subsistem

pendidikan

nasional

memiliki

konsekuensi antara lain pola pembinaannya mengacu pada sekolah pemerintah

di

bawah Kementerian Pendidikan nasicnal, melak- sanakan

kurikulum

nasional dan walib memberikan bahan kajian

e Ace Suryadi dan H.A.R Tilaar, /nalisrs Kebija*an Pend likan; Suatu Pengontar (Bandun6 Remaia Rosd a lG,rya 7993), 25-

a UndanS-undang nomor 20 tentanS Sistem Pendidikan Nasional pasal 17 ayat 2, pendidikan Dasar betbentuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah s€rta Sekotah Mmengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah (MIs) atau bentuk lain yang sederaiat dan pasal 18 ayat 3.

MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN,SI.AM TERPADU 41

sama dengan Sekolah Menengah Atas. Selain

itu, wajib

meng-

ikuti uiian

nasional serta berbagai

peraturan yang diatur

oleh Depdiknas.nf,l

aAhmad Darmaii .il,radrascrr Bolt Dalam Era GloEaI, (Yo$rakafia: Safiria Insani Press, 2009),1-3.

42

Dr. Dakir, M.L & Dr. Ahmad Fauzi, M.Pd

KEBIJAKAN iAUTU PENDIDIKAN ,}IADRASAH

A Kebiiakan Mutu Melalui Madrasah Aliyah Program Khusus

f, f

adrasah

Aliyah

Program Khusus merupakan Madrasah

ll/ I

yang memberikan penekanan pada ilmu-ilmu keislaman

I Y ldengan

menggunakan pengantar bahasa

lnggris

dan bahasa

Arab.

Madrasah

Aliyah

Program

Khusus

pertama kali

didirikan

pada masa

Munawir

Sjadzali menjabat sebagai Menteri

Agama.

Pengembangan

Madrasah ini bertujuan agar

lulusan Madrasah

bisa

masuk

ke

perguruan

tinggi Islam yang

unggul.

Nata mengemukakan

kurikulum

pendidikan dan pembelajaran

di

Madrasah Aliyah Program Khusus

terdiri

dan 70% mata pelalaran agama dan 3O7o mata pelajaran umum. Madrasah Aliyah Program

I(husus dalam

perkembanganya

di Indonesia telah

dianggap berhasil.

Hal ini dibultikan

dengan temuan

Munawir

Sjadzali pada 7992, yang menunjukkan terdapat t[() lulusan dari Madrasah Program Khusus telah diterima di al-Azhar, Kairo tanpa tes seleksi.

Lebih laniut, Nata menegaskan pada masa Tarmizi

Tlfier

meniabat sebagai Menteri Agama, Madrasah Aliyah Program Khusus diubah menjadi Madrasah

Aliyah

Keagamaan yang bersifat permanen.t

MANAJEMEN Muru PENDTDTKAN I5LAM IERPADU 43

Dalam dokumen Manajemen mutu pendidikan islam terpadu (Halaman 49-55)