Sumber: Muhammad Haris/https://commons.wikimedia.org (2019)
Bab III
A . Pendahuluan
Bagian ini akan menjelaskan tentang tujuan pembelajaran pada Bab 3, pokok materi yang akan dipelajari, serta hubungan materi dengan materi yang lainnya.
1. Tujuan Pembelajaran dalam Alur Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran di bab ini adalah peserta didik diharapkan dapat mengenali komponen dalam ekosistem dan menganalisis hubungan yang terjadi antarkomponen di dalamnya. Berangkat dari pemahaman ini, peserta didik diharapkan dapat mengevaluasi dampak dari aktivitas manusia terhadap keseimbangan ekosistem. Tujuan pembelajaran ini diturunkan dari elemen pemahaman IPAS sedangkan untuk elemen keterampilan proses akan diturunkan ke dalam aktivitas belajar.
2. Pokok Materi
Untuk mendukung pembelajaran yang kontekstual, pada bab ini peserta didik akan mempelajari komponen-komponen yang ada dalam ekosistem, hubungan yang terbentuk antarkomponen, dan bagaimana aktivitas manusia dapat memengaruhi keberadaan sebuah ekosistem. Konsep sains ini kemudian diintegrasikan dengan konsep sosial dalam hal pengamatan kondisi di lingkungan masyarakat terkait aktivitas yang dapat memengaruhi sebuah ekosistem.
3. Hubungan Materi dengan Materi Lainnya
Materi ini memiliki keterkaitan dengan materi fotosintesis Bab 1 kelas IV, kepedulian lingkungan di Bab 8 kelas IV, dan materi Siklus Air di Bab 4 kelas V.
Pada bab ini, peserta didik diharapkan dapat memahami bagaimana hubungan dan interaksi antarkomponen yang terbangun dalam sebuah ekosistem.
Termasuk bagaimana aktivitas manusia dapat menjaga atau merusak keseimbangan ekosistem. Pemahaman ini diharapkan akan menumbuhkan pemahaman peserta didik tentang pentingnya bersikap bijak dalam aktivitas keseharian, karena banyak juga aktivitas yang ternyata berdampak signiikan bagi keseimbangan ekosistem.
4. Peta Materi
Secara garis besar, bab ini dibagi menjadi 3 topik utama yang dipetakan sebagai berikut:
Harmoni dalam Ekosistem
Peran Manusia dalam Ekosistem
Rantai makanan
Jaring-jaring makanan Komponen dalam ekosistem
Peran komponen abiotik
Interaksi Antarkomponen dalam Ekosistem
Berkenalan dengan Ekosistem
Keseimbangan ekosistem
Ketidakseimbangan ekosistem
5. Saran Periode/Waktu Pembelajaran
Jumlah pertemuan yang direkomendasikan pada bab ini adalah 23 JP. Guru dapat memodiikasi jumlah pertemuan sesuai dengan kebutuhan.
B. Konsep dan Keterampilan Prasyarat
Agar dapat memahami materi di bab ini, peserta didik harus sudah mengenal dan mampu mengidentiikasi ada benda hidup dan tak hidup di sebuah wilayah.
Selain itu, peserta didik juga diharapkan sudah memiliki bekal keterampilan proses seperti:
1. melakukan pengamatan dengan mengoptimalkan penggunaan pancaindra, 2. membuat prediksi,
3. melakukan penyelidikan sesuai arahan Guru, 4. mengolah informasi,
5. menyimpulkan, serta
6. mengomunikasikan hasil penyelidikannya.
Untuk keterampilan proses tidak menjadi prasyarat utama karena akan selalu diasah dalam setiap aktivitas di kelas V. Namun, pembelajaran akan lebih optimal jika peserta didik sudah mulai terbiasa dengan proses belajar yang menggunakan keterampilan proses walaupun masih membutuhkan bimbingan Guru. Hal ini berlaku juga untuk pembelajaran di bab-bab selanjutnya.
C. Materi Esensial
Selain materi yang terdapat pada Buku Siswa, Guru dapat membaca materi berikut untuk menguatkan pemahaman konsep tentang ekosistem.
Ekosistem adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya. Tingkatan organisme dalam ekosistem terbagi menjadi: individu, populasi, dan komunitas. Pada suatu lingkungan atau habitat, komunitas makhluk hidup berinteraksi dengan benda tak hidup di lingkungannya, dan membentuk ekosistem. Setiap komponen dalam ekosistem, baik yang hidup atau tak hidup, punya peran menjaga keharmonisan interaksi yang ada di sana.
Interaksi antarkomponen biotik bisa digambarkan dalam bentuk rantai makanan. Pada skema rantai makanan, kita bisa melihat alur makan - dimakan pada suatu ekosistem. Selain alur makanan, rantai makanan juga menggambarkan terjadinya perpindahan energi dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya saat proses dimakan. Jalur rantai makanan dimulai dari peran produsen.
Tumbuhan disebut produsen karena dapat memproduksi makanannya sendiri melalui reaksi fotosintesis. Untuk melakukan ini, tumbuhan membutuhkan energi cahaya dari matahari.
Hewan dan manusia disebut sebagai konsumen karena mereka mengonsumsi makhluk hidup lainnya untuk mendapatkan energi. Pada rantai makanan, konsumen dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu:
a. Konsumen tingkat 1: kelompok hewan yang memakan tumbuhan. Jenis hewan yang tergolong pada konsumen ini, yaitu hewan herbivora atau hewan omnivora.
b. Konsumen tingkat 2: kelompok hewan yang memakan konsumen tingkat 1. Hewan yang masuk dalam kelompok ini adalah hewan karnivora atau omnivora.
c. Konsumen tingkat 3: kelompok hewan yang memakan konsumen tingkat 2.
Sama dengan sebelumnya, hewan ini termasuk kelompok hewan karnivora atau omnivora.
d. dan seterusnya.
Selain produsen dan konsumen, peran lain yang sangat penting dalam rantai makanan adalah dekomposer. Dekomposer menguraikan senyawa organik (bangkai, daun busuk, dan sebagainya) menjadi nutrisi yang tersimpan dalam tanah. Nutrisi ini lalu akan dipakai lagi oleh tumbuhan untuk tumbuh.
Keberadaan dekomposer yang mendaur ulang energi membuat rantai makanan menjadi sebuah siklus.
Umumnya, di dalam satu ekosistem tidak hanya terjadi satu rantai makanan saja. Karena konsumen tingkat 1 dapat memakan berbagai produsen, dan satu jenis produsen dapat dimakan berbagai macam konsumen tingkat 1.
Begitu pun dengan konsumen tingkat 2 dan 3 yang bisa memakan berbagai jenis hewan. Oleh karena itu, hubungan makan dan dimakan pada sebuah ekosistem digambarkan dengan jaring-jaring makanan, yang merupakan kumpulan rantai makanan.
Skema jaring-jaring makanan yang kompleks lebih menggambarkan kondisi nyata suatu ekosistem. Memperlihatkan bahwa hubungan yang terjadi dalam suatu ekosistem saling berkaitan satu sama lain. Bila ada suatu organisme atau komponen tidak ada dan fungsinya tidak bisa digantikan, maka ekosistem akan mengalami ketidakseimbangan. Akan ada organisme yang pertumbuhannya jadi tidak terkendali, sebaliknya akan ada organisme yang populasinya turun drastis karena kehilangan sumber makanan dan timbulnya persaingan makanan yang ketat. Dampak dari situasi ini adalah kerusakan ekosistem, bahkan kepunahan organisme tertentu. Biasanya, hewan di puncak rantai makanan berperan lebih besar dalam menjaga keseimbangan ekosistem karena satwa ini mengontrol perkembangan berbagai jenis satwa lainnya.
Ketidakseimbangan pada ekosistem bisa disebabkan 2 hal: bencana alam, atau perilaku manusia. Dalam skala kecil di keseharian, ada aktivitas manusia yang dapat ikut menjaga keseimbangan ekosistem. Di skala besar (kota, provinsi, negara), ada pula aktivitas yang dilakukan secara masif dan menimbulkan ketidakseimbangan ekosistem. Misalnya, pembukaan lahan perkebunan
dengan cara dibakar untuk dibuat jadi perkebunan sawit, penggundulan hutan untuk memenuhi kebutuhan dan dijadikan permukiman, pengelolaan sampah yang belum dilakukan secara terpadu membuat pencemaran air dan tanah, dan masih banyak lagi.