• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Hasil Penilaian Perencanaan Program IPM

i. Perencanaan Cadangan

Walaupun perencanaan cadangan bukan merupakan jenis perencanaan menurut Stephen P. Robbins dan David A. Decenzo, namun jenis perencanaan ini sering dibuat oleh IPM. Hal ini dibuktikan dengan mayoritas narasumber yang diwawancarai oleh peneliti mengaku membuat opsi-opsi perencanaan untuk meminimalisir masalah yang dapat timbul saat pelaksanaan kegiatan atau program.

Tentunya skema perencanaan cadangan ini sering dibuat dalam pembahasan dana kegiatan, tempat kegiatan dan teknis kegiatan.

107

kerangka kebijakan bidang dan rekomendasi menjadi arah yang jelas dalam pembuatan program kerja dan juga pembuatan teknis program.

Permusyawaratan tertinggi kedua yang menghasilkan strategi optimalisasi gerakan juga menjadi indikator yang jelas untuk pimpinan dalam pengimplementasian program.

Begitu pula dengan proses rapat-rapat yang dilakukan. Rakerpim yang dilakukan oleh PW IPM Jawa Timur menghasilkan spesifikasi program sampai dengan nama kegiatan, tujuan kegiatan, sasaran, indikator keberhasilan, waktu dan bahkan estimasi dana.106 Rapat Rutin yang dilakukan oleh IPM membahas tentang laporan kegiatan yang sedang terlaksana maupun yang akan dilaksanakan. Hal ini memperlihatkan bahwa rapat rutin menjadi forum untuk memastikan perencanaan yang dilakukan oleh bidang maupun panitia direncana serinci mungkin.

Selain itu, secara umum hasil dari proses wawancara mengungkapkan bahwa narasumber dapat membayangkan pengimplementasian program.

Artinya, perencanaan-perencanaan yang dibuat oleh IPM dapat mudah dipahami oleh pelaksana program. Sehingga dapat dikatakan bahwa rangkaian perencanaan program yang dilakukan oleh IPM memenuhi kriteria spesifik.

2. Measurable

Permusyawaratan IPM yang menghasilkan kerangka kebijakan bidang berisikan aspek-aspek program yang menjadi kriteria program kerja.

Aspek-aspek tersebut yaitu visi, sistem gerakan, organisasi dan kepemimpinan, jaringan, sumber daya, aksi.107 Aspek-aspek ini menjadi

106 Dokumen Materi Rakerwil PW IPM Jawa Timur, tt.p., t.p., 2017.

107 Fathya Fikri Izzuddin, dkk., Tanfidz Muktamar XXI IPM, Op.Cit., hlm. 56-84. Fauzan Anwar Sandiah dan Khairul Arifin, Op.Cit., hlm. 54-66. Ahmad Amirul Mukminin dan Ahmad Nur Ahid Faizin, Tanfidz Musyawarah Wilayah XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Timur, (Surabaya: PW IPM Jawa Timur, 2017), hlm. 20-26. Alfa Rezky Ramadhan, dkk., Tanfidz Musyawarah Wilayah XXI Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Timur, Op.Cit., hlm. 73-86. Ahmad Hawari Jundullah, dkk., Tanfidz Musyawarah Wilayah XXI Ikatan Pelajar Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta, (Yogyakarta: PW IPM DIY, t.t.), hlm. 28-34. Alfreda Fathya, dkk., Buku Materi Musyawarah Daerah XXVI PD IPM Kota Yogyakarta, (Yogyakarta: PD IPM Kota

ukuran dalam pembuatan program kerja. Selanjutnya saat Rakerpim dalam pembuatan program kerja juga menghasilkan spesifikasi program yang sudah dibahas sebelumnya, menjadi ukuran dalam pengimplementasian program. Kemudian pembahasan teknis kegiatan yang dilakukan saat Rapat Bidang dan Rapat Kepanitiaan merupakan usaha perencanaan untuk mengukur implementasi yang akan dilakukan. Hasil wawancara yang memperlihatkan adanya proses pembuatan opsi-opsi perencanaan (perencanaan cadangan) mengartikan bahwa fleksibilitas sebuah rencana sedang dibuat dengan cara memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dalam pengimplementasian program. Begitu pula dengan hasil wawancara yang memperlihatkan adanya pembahasan terkait perkiraan resiko-resiko yang akan muncul merupakan sebuah langkah perhitungan yang diperhatikan. Semua penjelasan ini menjadi bukti bahwa perencanaan program yang dilakukan oleh IPM memenuhi kriteria measurable.

3. Attainable

Idealitas sebuah perencanaan yang diciptakan oleh IPM terwujud dalam uraian terkait agenda aksi yang selalu dibahas dalam permusyawaratan IPM. Aspek ideal tersebut berusaha dicapai oleh IPM melalui mekanisme perencanaan program yang dilakukan oleh IPM.

Pembuatan program kerja saat Rakerpim selalu menjadikan hasil permusyawaratan sebagai panduan utama, artinya agenda aksi menjadi referensi utama. Selanjutnya program kerja tersebut direncanakan secara teknis melalui Rapat Bidang, Rapat Kepanitiaan dan Rapat Rutin untuk mencapai implementasi program yang diharapkan. Dari mekanisme perencanaan program yang dilakukan oleh IPM memperlihatkan perencanaan ideal IPM dapat direalisasikan secara optimal. Dari sini dapat

Yogyakarta, 2019), hlm. 52-56. Dokumen Materi Musyda PD IPM Kota Surabaya, tt.p., t.p., t.t., hlm. 26-28. Elfira Rahma Putri, dkk., Buku Materi Musyawarah Ranting XII, (Yogyakarta: PR IPM Madrasah Mu’allimaat, t.t.), hlm. 18-21.

109

dikatakan bahwa mekanisme perencanaan program IPM merupakan usaha pragmatis IPM dalam mencapai tujuannya.

4. Rational

Seperti yang dijelaskan di kajian teori bahwa kriteria attainable yang sudah dibahas sebelumnya memiliki kaitan yang erat dengan kriteria rational. Mekanisme perencanaan program IPM yang sedemikian rupa memungkinkan adanya realisasi program. Hal ini membuktikan bahwa perencanaan program IPM membentuk pola pikir yang idealis sekaligus realistis. Selain itu, mekanisme Rapat Bidang memperlihatkan distribusi perencanaan program yang sesuai dengan ranah masing-masing bidang dalam struktur pimpinan IPM. Sehingga, perencanaan program dapat dilakukan dengan tepat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perencanaan program IPM memenuhi kriteria rational.

5. Timely

Sedikit masuk ke dalam ranah evaluasi program, ketepatan waktu implementasi perencanaan program dapat ditinjau dari ranah evaluasi program. Hal ini dapat dibuktikan melalui tinjauan LPJ (Laporan Pertanggung Jawaban) pimpinan IPM yang dilaporkan saat permusyawaratan. Terlihat dari hasil studi dokumen bahwa mayoritas program salah satu pimpinan IPM yang berdurasi kepemimpinan 2 tahun yaitu PW IPM Jawa Timur terlaksana dengan baik.108 Begitu pula dengan PR IPM Madrasah Mu’allimaat yang berdurasi masa jabatan setahun.109 Sehingga dapat disimpulkan bahwa pimpinan IPM mampu melaksanakan program tepat waktu dalam kurun waktu 2 tahun untuk Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, dan Pimpinan Cabang serta 1 tahun untuk Pimpinan Ranting.

108 Alfa Rezky Ramadhan, Buku Panduan Musywil XXI, (Surabaya: PW IPM Jawa Timur, 2019), hlm. 72-121.

109 Elfira Rahma Putri, dkk., Op.Cit., hlm. 28-82.

Selain itu, strategi optimalisasi agenda aksi yang dihasilkan setiap permusyawaratan tertinggi kedua IPM memperlihatkan usaha IPM dalam mencapai target perencanaannya. IPM melakukan evaluasi setengah periode kepemimpinan dan berusaha untuk merumuskan strategi untuk pengoptimalisasian realisasi program. Dari sini dapat disimpulkan bahwa perencanaan program IPM memenuhi kriteria timely.

6. Simple

Kriteria terakhir yaitu simple. Kriteria ini menuntut sebuah perencanaan dibuat sesederhana mungkin agar mudah dipahami oleh pelaksana program. Mekanisme perencanaan yang dilakukan IPM mulai dari permusyawaratan sampai berbagai macam rapat terlihat cukup kompleks. Namun, mekanisme perencanaan ini berjalan cukup efektif dan efisien. Selain itu, dengan mekanisme ini pimpinan IPM tetap dapat memahami perencanaan IPM dengan mudah. Hal ini dibuktikan dari mayoritas narasumber yang mengakui bahwa perencanaan program IPM tergolong sederhana dan mudah dibayangkan.

D. Pendekatan Appreciative Inquiry dalam Proses Perencanaan Program