BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
D. Pendekatan Appreciative Inquiry dalam Proses Perencanaan Program
1. Pemakaian 4D-Cycle dalam Permusyawaratan IPM
Penggunaan konsep 4D-Cycle dalam perencanaan program IPM ditemukan di dalam materi Muktamar XX IPM, materi Muktamar XXI IPM, materi Musywil XX IPM Jawa Timur, materi Musywil XXI IPM Jawa Timur, Materi Musywil XXI IPM DIY, Materi Musyda XX IPM Kota Surabaya, Materi Musyda XXI IPM Surabaya, Materi Musyda XXVI IPM Kota Yogyakarta dan Materi Musyda XX PD IPM Kab. Pasuruan.
Sedangkan permusyawaratan tertinggi kedua IPM dan rapat-rapat yang dilakukan oleh pimpinan IPM tidak menggunakan 4D-Cycle sebagai perencanaan program. Begitu pula dengan tingkatan cabang dan ranting, peneliti tidak menemukan pengakuan maupun berkas yang memperlihatkan Pimpinan Cabang dan Pimpinan Ranting menggunakan konsep 4D-Cycle dalam permusyawaratannya.
a. 4D-Cycle dalam Muktamar XX dan XXI IPM
4D-Cycle dalam perencanaan program IPM pertama kali digunakan dalam Muktamar XX IPM. Bahkan 4D-Cycle digunakan sebagai alur logika materi permusyawaratan.110 Hal ini menyebabkan perubahan dari alur materi Muktamar yang biasanya bertumpu pada analisis sosial negatif (berbasis penemuan masalah) berganti tumpuan ke analisis sosial positif (berbasis penemuan aset, pemaknaan dan penghargaan). Perubahan dari inti negatif ke inti positif ini menelurkan tiga agenda aksi yaitu gerakan jihad literasi, gerakan pendampingan teman sebaya dan gerakan konservasi lingkungan. Lebih lanjut, tim materi (tim perumus materi Muktamar) menggambarkan alur logika materi yang berbentuk 4D-Cycle sebagai berikut:
110 Fauzan Anwar Sandiah dan Khairul Arifin, Op.Cit., hlm. 43.
Gambar 4.6 Menunjukkan Alur Logika Materi Muktamar XX IPM yang Berbentuk 4D-Cycle111
Discovery dalam materi tersebut dimaknai dengan pertanyaan “apa yang selama ini berfungsi dan bermakna bagi setiap aktivis IPM?
Dalam kondisi yang bagaimana semua aktivis IPM memaknai keberadaan bersama IPM?”112 Jawaban dari dua pertanyaan ini adalah daya kreatif. Lebih lanjut, tim materi memberikan alasan mengapa daya kreatif menjadi jawaban dari dua pertanyaan dari bagian discovery.
Kekuatan atau faktor mendasar yang menggerakkan aktivitas IPM adalah daya kreatif. Daya kreatif dimaknai sebagai kesempatan yang diberikan IPM bagi setiap anggotanya untuk menjadikan IPM sebagai tempat pembelajaran sekaligus sebagai tempat mengembangkan keterampilan-keterampilan yang bermakna. Daya kreatif juga menjadi ciri utama dari faktor yang menggerakkan banyak organisasi atau komunitas berbasis pelajar secara umum, tidak saja IPM. Organisasi atau komunitas mana pun yang ingin memperlihatkan eksistensinya memerlukan pengapresasian daya kreatif yang dimilikinya, terutama yang bermanfaat bagi banyak orang.113
111 Ibid.
112 Ibid.
113 Ibid. hlm. 44.
113
Selanjutnya, bagian dream berlandaskan pada tahap kebijakan program IPM periode Muktamar XX. Terwujudnya IPM sebagai gerakan ilmu dianggap sebagai mimpi pimpinan IPM periode 2016- 2018 yang harus digapai. Sedangkan bagian design diarahkan kepada program dan kebijakan pimpinan yang berkaitan dengan empat isu utama yang diangkat yaitu literasi, peduli lingkungan, kesetaraan gender dan penguatan media informasi. Program dan kebijakan yang mengembangkan empat isu ini dianggap dapat mewujudkan IPM sebagai gerakan ilmu. Terakhir yaitu bagian destiny-delivery berisikan strategi agar design dapat berjalan dengan baik yang diwujudkan dengan memperkuat gerakan literasi dan sosio-entrepreneurship serta menggunakan AI sebagai metodologi utama pengembangan program IPM. Strategi tersebut harus dikawal oleh pimpinan di setiap jenjang mulai dari pusat sampai ranting.
Penambahan bagian delivery dalam konsep 4D-Cycle berguna untuk mengoptimalkan bagian destiny. Delivery berhubungan dengan pengimplementasian perencanaan sama dengan bagian destiny.
Sehingga dapat dianggap bahwa delivery merupakan bagian dari destiny.
Kekurangan dari perencanaan program Muktamar XX IPM adalah kurangnya penjelasan terkait agenda aksi yang terinspirasi dari konsep AI yang diterapkan. Isu literasi dalam bagian design menginspirasi gerakan jihad literasi. Isu lingkungan menginspirasi gerakan konservasi lingkungan. Isu kesetaraan gender dianggap dapat diselesaikan dengan gerakan pendampingan teman sebaya. Hal ini menyebabkan penggunaan AI dalam materi Muktamar XX IPM terlihat tidak berkesinambungan dengan hasil perencanaan program lainnya.
Penggunaan pendekatan AI dalam proses perencanaan program IPM dilanjutkan saat Muktamar XXI IPM. Konsep AI yang digunakan saat Muktamar XXI IPM ini berkembang dalam hal metodologi dan substansi. Tidak hanya penggunaan konsep 4D-Cycle, tim materi juga
menambahkan analisis SOAR sebagai salah satu bagian dari alur materi. Penggunaan dua jenis konsep AI ini membuat materi Muktamar XXI IPM berkembang dalam segi pengayaan isu dan perencanaan strategis. Namun, pembahasan terkait SOAR tidak akan dibedah di sini, melainkan akan dibedah dalam pembahasan tersendiri.
Diawali dari discovery, aset atau kekuatan yang ditemukan dalam aktivitas IPM adalah “karya nyata.” Alasan karya nyata menjadi aset dasar IPM yang perlu dikembangkan melalui siklus 4D diuraikan oleh tim materi sebagai berikut:
Kekuatan atau faktor mendasar yang menggerakkan aktivitas IPM adalah Karya Nyata. Karya nyata yang digunakan kali ini terletak pada dua pertimbangan. Pertama, pada ranah internal organisasi dimana IPM selama 57 tahun terus menunjukkan peran-perannya dalam menghadapi segala perkembangan zaman.
Makna karya nyata juga merujuk pada semangat IPM untuk menjadi rumah besar berbagai komunitas generasi muda dalam berkarya nyata mewujudkan suatu perubahan sosial untuk mimpi di masa depan.114
114 Fathya Fikri Izzuddin, dkk., Materi Muktamar XXI IPM, (Yogyakarta, PP IPM, 2018), hlm.
91-92.
115
Gambar 4.7 Menunjukkan Ilustrasi 4D-Cycle dalam Materi Muktamar XXI IPM
Kemudian dream, impian besar IPM yaitu menciptakan masyarakat ilmu dengan cara optimalisasi gerakan ilmu. Impian yang diwujudkan secara bertahap melalui perencanaan jangka panjang ini tetap berfokus ke tahap Muktamar XXI IPM115 yaitu “diarahkan kepada pembangunan komunitas kreatif sebagai strategi kultural Gerakan Pelajar Berkemajuan untuk melakukan transformasi individu, transformasi sosial, dan transformasi kebudayaan di tengah masyarakat global.”116
Bagian Design tetap berisikan empat isu yang ada di materi Muktamar XX IPM yaitu literasi, lingkungan, kesetaraan dan media informasi. Namun empat isu utama ini dikembangkan. Isu kesetaraan gender diperluas menjadi gerakan inklusif. Isu lingkungan dikembangkan dengan tambahan ranah kesehatan. Isu media informasi dikembangkan menjadi isu penguatan media, aksi dan komunitas kreatif. Kemudian terdapat penambahan dua isu baru yaitu kewirausahaan dan penguatan hubungan antar stakeholder.117
Implementasi gerakan literasi, pembangunan komunitas kreatif, pemakaian AI dan Ansos sebagai metode pengembangan organisasi menjadi isi dari bagian destiny-delivery. Kemudian ranah implementasi ini juga harus diperkuat dengan pendampingan di setiap jenjang pimpinan dan apresiasi aksi yang dilakukan.
b. 4D-Cycle dalam Musywil XX IPM Jawa Timur, Musywil XXI IPM Jawa Timur dan Musywil XXI IPM Daerah Istimewa Yogyakarta
115 Ibid., hlm. 92.
116 Fathya Fikri Izzuddin, dkk., Tanfidz Muktamar XXI IPM, Loc.Cit., hlm. 30.
117 Fathya Fikri Izzuddin, dkk., Materi Muktamar XXI IPM, Op.Cit., hlm. 92-95.
Sedikit berbeda dari Muktamar XX IPM, PW IPM Jawa Timur di Musywil XX menambahkan hasil akhir kegiatan resmi pimpinan seperti Taruna Melati, Pelatihan Dai Pelajar Muhammadiyah, Pelatihan Fasilitator dan Pendamping, Konferensi Pimpinan Wilayah, Rapat Kerja Wilayah, hasil Muktamar dan lain sebagainya sebagai aset bermakna yang ditemukan saat proses discovery. Selain itu, impian yang ingin digapai olehnya mengacu kepada tagline gerakan yang mereka bangun yaitu IPM sebagai rumah aktualisasi dan apresiasi pelajar. Selanjutnya empat program dirancang dalam proses design yaitu program literasi, program pengembangan minat bakat, program optimalisasi teknologi informasi dan program transformasi gerakan.
Dalam ranah destiny yang dipahami oleh tim materi Musywil XX IPM Jawa Timur sebagai ranah pengimplementasian, mereka mencetuskan tiga agenda aksi yang bertujuan sebagai strategi pengimplementasian program yang sudah dirancang dalam proses design. Tiga agenda aksi tersebut yaitu gerakan komunitas kreatif, gerakan jihad literasi dan gerakan mandiri pelajar.118
118 Ahmad Amirul Mukminin dan Ahmad Nur Ahid Faizin, Op.Cit., hlm. 6-7.
117
Gambar 4.8 Menunjukkan Ilustrasi 4D-Cycle dalam Materi Musywil XX IPM Jawa Timur119
Seperti halnya pengembangan konsep AI dalam materi Muktamar XX IPM dan Muktamar XXI IPM, tim materi Musywil XXI IPM Jawa Timur juga mengembangkan konsep AI yang sudah digunakan saat Musywil XX IPM Jawa Timur. Analisis SOAR ditambahkan untuk menganalisis isu, wacana, aset, kekuatan dan lain sebagainya yang bermakna dalam proses discovery. Analisis tersebut dilakukan dengan cara riset singkat pra Musywil yang menghasilkan data kuantitatif kemudian diklasifikasikan menggunakan analisis SOAR. Selanjutnya, bagian design menghasilkan empat agenda aksi IPM Jawa Timur yang dua diantaranya sama seperti hasil Musywil sebelumnya yaitu gerakan jihad literasi dan gerakan mandiri pelajar, dan diberi penambahan gerakan pendampingan teman sebaya dan gerakan konservasi ekologi.
Terakhir yaitu destiny yang memfokuskan strategi implementasi empat agenda aksi dengan cara menjadikan empat agenda aksi tersebut
119 Ibid.
sebagai basis implementasi program bidang dan lembaga serta masifikasi komunitas berbasis empat agenda aksi yang dicanangkan.120
Gambar 4.9 Menunjukkan Ilustrasi 4D-Cycle dalam Materi Musywil XXI IPM Jawa Timur121
Selanjutnya yaitu konsep 4D-Cycle yang diterapkan oleh tim materi Musywil XXI IPM DIY. Mereka menemukan bahwa
“kemandirian” menjadi kekuatan utama pelajar Muhammadiyah DIY.
Seperti discovery di dalam materi Muktamar XX IPM dan Muktamar XXI IPM, tim materi memberikan alasan mengapa aspek kemandirian ditemukan dalam proses discovery yang mereka lakukan dan menjelaskan maksud dari aspek kemandirian:
Pelajar di DIY kaya akan potensi. Lingkungan yang mendukung, fasilitas yang memadai, angka partisipasi sekolah yang tinggi, menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk usia pelajar di DIY mampu mengenyam pendidikan sekolah formal. Dari sini, DIY mengangkat potensi pelajar untuk dijadikan sebagai sebuah brand, yang kemudian dijadikan tema Musywil kali ini, yaitu kemandirian pelajar…. Kemandirian pelajar dalam hal ini adalah mendorong pelajar untuk mampu memenuhi kapasitas
120 Alfa Rezky Ramadhan, dkk., Tanfidz Musyawarah Wilayah XXI Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Timur, Op.Cit., hlm. 57-62.
121 Ibid.
119
individunya sebagai seorang pelajar. Kapasitas individu seorang pelajar meliputi aspek religious, intelektualitas dan afeksi-sosial.
Ketika pelajar mampu memenuhi setidaknya tiga aspek di atas, maka di sini IPM berperan sebagai wadah untuk membawa pelajar yang mandiri atau dalam kata lain berdaya, namun juga memberdayakan.122
“Pelajar berdaulat” menjadi impian (dream) PW IPM DIY yang berusaha dibangun. “Goal ini berkenaan dengan keinginan IPM DIY untuk mendorong pelajar DIY untuk lebih mandiri, kemudian ke tahap berdaulat dan memberdayakan.”123 Sementara itu dalam tahap design, tim materi Musywil XXI IPM DIY mencetuskan beberapa program dalam rangka menunjang pencapaian tujuan yaitu pelajar berdaulat.
Program-program tersebut diantaranya adalah penguatan ideologi, penguatan basis massa, pengembangan kapasitas pelajar, program literasi, penguatan media, program pro lingkungan dan kesehatan, kewirausahaan pelajar dan pro gender. Terakhir dalam proses destiny, menitik beratkan kepada pengimplementasian agenda aksi yaitu griya komunitas, gerakan IPM ramah pelajar, studentpreneur dan perempuan berdaya.124
122 Ahmad Hawari Jundullah, dkk., Op.Cit., hlm. 26.
123 Ibid.
124 Ibid, hlm. 25.
Gambar 4.10 Menunjukkan Ilustrasi 4D-Cycle dalam Materi Musywil XXI IPM DIY125
c. 4D-Cycle dalam Musyda XX IPM Kota Surabaya, Musyda XXI IPM Kota Surabaya, Musyda XXVI Kota Yogyakarta dan Musyda XX IPM Kab. Pasuruan
PD IPM Kota Surabaya menerapkan AI dalam dua Musyda yang mereka selenggarakan. Dalam kurun waktu studi ini, peneliti menemukan penggunaan AI dalam materi Musyda XX dan Musyda XXI IPM Kota Surabaya. Musyda XX IPM Kota Surabaya sendiri menemukan sikap militansi dan patriotisme sebagai kekuatan pelajar di daerah Kota Surabaya. Lalu impian yang ingin dicapai adalah pelajar organik. Kemudian untuk mencapai impian tersebut, mereka
125 Ibid.
121
merancang program literasi, program kemasyarakatan dan penguatan media informasi dan komunikasi. Hampir mirip dengan hasil proses destiny-delivery yang yang dilakukan oleh tim materi Muktamar XX dan Muktamar XXI IPM, dalam materi Musyda IPM Kota Surabaya disebutkan bahwa gerakan literasi, penerapan Ansos dan AI, paradigma profetik dan dakwah komunitas merupakan strategi yang harus dilakukan untuk mewujudkan rancangan program. Kemudian, pemberdayaan dan apresiasi di setiap tingkatan pimpinan IPM juga harus diterapkan untuk memperkuat strategi tersebut. Berikut merupakan gambaran dari konsep 4D-Cycle yang diterapkan pada materi Musyda XX IPM Kota Surabaya:
Gambar 4.11 Menunjukkan Ilustrasi 4D-Cycle dalam Materi Musyda XX IPM Kota Surabaya126
Lebih lanjut, berikut merupakan uraian dari masing-masing bagian 4D-Cycle di atas:
126 Dokumen Materi Musyda PD IPM Kota Surabaya, Op.Cit., hlm. 24.
Tabel 4.6 Menunjukkan Uraian dari Masing-masing Bagian 4D- Cycle Materi Musyda XX IPM Kota Surabaya127
Discovery
(Kekuatan yang ada di IPM)
Kekuatan yang menjadi faktor dasar penggerak IPM Surabaya ialah jiwa militansi dan patriotisme. Semangat jiwa militansi dan patriotisme yang dimiliki setiap anggota IPM inilah yang merupakan hal terpenting sebagai roda penggerak organisasi. Jiwa-jiwa inilah nanti menjadi bekal bagaimana para kader, anggota IPM dapat melaksanakan visi dan misinya sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna amanah serta melakukan aksi yang bermakna agar memiliki dampak positif bagi masyarakat sekitar.
Dream
(Mimpi yang dibangun IPM)
Mimpi menjadi penting untuk mewujudkan tujuan IPM Surabaya sebagai basis Gerakan Pelajar Organik yang kekuatannya ialah jiwa-jiwa militansi dan patriotisme yang dimiliki setiap kader anggota IPM Surabaya.
Design
(Rancangan yang disusun IPM)
Setelah menentukan tujuan IPM, perlu adanya rancangan untuk mewujudkan Pelajar Organik melalui beberapa kebijakan dan program.
Diantaranya ialah dibutuhkan program yang berkaitan dengan pengembangan program literasi melalui budaya literasi, program berbasis kemasyarakatan, serta penguatan media informasi dan komunikasi.
Destiny-delivery
(Model, strategi dan proses pendampingan dalam jenjang IPM)
Guna mewujudkan visi IPM Surabaya sebagai Pelajar Organik, IPM Surabaya membutuhkan strategi untuk merealisasikannya, yakni dengan memperkuat gerakan literasi melalui budaya literasi, melalui pendekatan Ansos dan AI, pendekatan paradigma profetik (transendensi, liberasi, dan humanisasi), serta melalui dakwah
komunitas sebagai metode
pengembanganorganisasi yang bertujuan memassifkan gerakan pelajar organik. Melalui sejumlah program-program yang telah dirancang sedemikian rupa, IPM harus melakukan pendampingan untuk mewujudkan visinya yakni sebagai Pelajar Organik. Setiap jenjang kepemimpinan IPM wajib mendampingi perkembangan struktur kepemimpinannya
127 Ibid., hlm. 24-25.
123
(internal) maupun struktur kepemimpinan di bawahnya (PD → PC → PR).
Sedikit berbeda dengan hasil analisis 4D-Cycle yang terdapat di dalam materi Musyda XX IPM Kota Surabaya, dalam Musyda berikutnya yaitu Musyda XXI IPM Kota Surabaya, tim materi menyajikan analisis 4D-Cycle dengan lebih sederhana. Discovery berisikan pemaknaan apa yang ada dalam dunia dalam sudut pandang eksternal (potensi zaman) dan internal (realitas kader) IPM yang berhasil ditemukan. Di dalam bagian ini ditemukan potensi-potensi sosial yaitu cyberspace, kecenderungan komunal, integritas teknologi dan relasi sosial.
Tabel 4.7 Menunjukkan Penjelasan dari Masing-masing Potensi Sosial yang Ditemukan dalam Proses Discovery128
Cyberspace Cyberspace atau bisa disebut Ruang Cyber, merupakan sebuah ruang maya buatan manusia yang di dalamnya dapat berisikan data apapun baik tekstual maupun visual. Cyber Space dalam konteks kepelajaran kami ambil dari bentuk media sosial. Sehingga setidaknya pelajar memiliki peluang maupun problem yang berasal darinya.
Berawal dari sebuah media sosial, terdapat beberapa peluang atau potensi diantaranya, adanya branding produk yang mudah, cepat dan ekonomis. Hal
128 Moch, Hidayah Tulloh, dkk., Buku Panduan Musyawarah Daerah XXI Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kota Surabaya (Surabaya, PD IPM Kota Surabaya, 2019), hlm. 27-29.
itu dapat mempercepat laju perdagangan di kalangan pelajar maupun umum.
Kemudian komunikasi sosial yang akan dipercepat dengan adanya ruang maya melalui media sosial yang ada berdampak positif untuk para pelajar.
Tidak hanya potensi yang Nampak, akan tetapi timbul realitas pelajar yang belum arif dalam penggunaannya.
Kecenderungan Komunal Kecenderungan komunal akan muncul di tengah pelajar ketika mereka bersentuhan dengan kultur pelajar lainnya. Basis potensi yang akan didapatkan adalah mudahnya visi untuk bersatu hingga maraknya fenomena komunitas. Kemudian muncul kelompok-kelompok belajar dan diskusi dengan pemecahan masalah yang kompleks. Munculnya aliansi suporter Surabaya merupakan bentuk konkrit dari kecenderungan komunal ini. Dibalik hal positif dari kecenderungan komunal, terdapat masalah yang muncul yaitu fenomena tawuran, sulitnya pemahaman untuk bersatu, dan mudahnya suatu kelompok tersinggung mengenai suatu hal.
Integritas Teknologi Integritas teknologi adalah diksi yang kami gunakan untuk menyatakan bahwa pelajar saat ini telah terfasilitasi penuh
125
dengan teknologi modern. Namun dalam praktiknya, pelajar masih sering terjebak dalam kemalasan karena terlalu mengandalkan teknologi yang sudah ada.
Relasi Sosial Relasi sosial adalah sesuatu yang pasti dimiliki oleh pelajar saat ini. Mulai dari relasi yang berbentuk kecil sampai relasi yang terorganisir dengan baik. Relasi sosial juga memiliki dampak buruk ketika relasi yang didapat adalah hal yang salah.
Selain potensi yang memiliki nilai positif. Dari tabel penjelasan di atas tim materi Musyda XXI IPM Kota Surabaya melakukan dua kali proses analisis yaitu analisis sudut pandang positif (potensi zaman) dan analisis sudut pandang negatif (realitas kader). Seharusnya pencarian sudut pandang negatif ini tidak perlu dilakukan agar penggunaan inti positif dapat lebih maksimal dan proses analisis yang dilakukan lebih efisien.
Selanjutnya yaitu dream yang ingin dibangun yaitu terciptanya kepedulian kader millennial. Mimpi ini dapat dicapai dengan design yang berisikan tiga agenda aksi yaitu literasi organik, ekologi pelajar organic dan pelajar unggul. Dalam ranah destiny dibentuk narasi pelajar yang humanis agar pengimplementasian rancangan yang sudah dibuat berjalan secara efektif.129
129 Ibid., hlm. 27-34.
Gambar 4.12 Menunjukkan Ilustrasi 4D-Cycle dalam Materi Musyda XXI IPM Kota Surabaya
Selanjutnya yaitu PD IPM Kota Yogyakarta. Bagaimana tim materi merangkai analisis 4D-Cycle di materi Musyda XXVI PD IPM Kota Yogyakarta? Mereka merangkainya seperti 4D-Cycle yang tercatat di Tanfidz Muktamar. Terdapat penambahan dimensi delivery di dalam susunan 4D-Cycle yang dibuat.
Terdapat dua aspek bermakna yang ditemukan dalam proses discovery yang dilakukan oleh tim materi Musyda XXVI PD IPM Kota Yogyakarta yaitu kekuatan ideologis dan potensi pelajar. Latar
127
belakang penemuan dua aspek bermakna tersebut diuraikan sebagai berikut:
IPM Jogja memiliki kader yang melimpah ruah. Karena berada di pusat yogyakarta yang memiliki sekolah-sekolah yang menjadi destinasi pendidikan setiap tahunnya. Didukung dengan fasilitas dan sarana prasarana yang baik, maka lahirlah potensi-potensi baru yang dibawa oleh pelajar. Sehingga, disini IPM Jogja mengajak untuk potensi tersebut disadari dan ditekuni dengan sebaik baiknya untuk mendorong pelajar mampu memahami dirinya sendiri dengan baik dengan harapan kemudian mampu menyadari perannya bukan hanya untuk berprestasi secara akademik tetapi juga memberikan sumbangsih untuk lingkungan disekitarnya. Mengambil peran bukan didasarkan karena permintaan untuk terlibat aktif tetapi kesadaran untuk memberdayakan pelajar lainnya maupun masyarakat secara luas.130
Kemudian yang menjadi impian (dream) yaitu “terwujudnya Pelajar Elaboratif, lahirnya kesadaran untuk melakukan sesuatu secara tekun dan cermat yang muncul dari diri sendiri dan bukan berasal dari luar.”131 Mimpi tersebut diusahakan untuk diwujudkan lewat beberapa rancangan program yang dibuat yaitu penguatan ideologi, massifikasi gerakan keilmuan, optimalisasi pemanfaatan media, penumbuhan jiwa entrepreneur pada pelajar, maupun peduli pada kesehatan mental dan gerakan pro gender. Selanjutnya dalam pelaksanaanya ditunjang dengan sistem perkaderan yang baik, gerakan keilmuan yang masif, dan penguatan internal pimpinan serta basis massa yaitu ranting dan cabang.
Penunjang tersebut diwujudkan dengan program IPM Creative Corner dan Pelajar Tangguh. Tentunya implementasi dilakukan dengan pendampingan dan apresiasi Pimpinan Cabang dan Pimpinan Ranting.132
130 Alfreda Fathya, dkk., Op.Cit., hlm. 44.
131 Ibid.
132 Ibid, hlm. 45.
Gambar 4.13 Menunjukkan Ilustrasi 4D-Cycle dalam Materi Musyda XXVI IPM Kota Yogyakarta133
Terakhir yaitu analisis yang dilakukan oleh PD IPM Kab. Pasuruan dalam Musydanya yang berbentuk 4D-Cycle. Cukup sederhana penyajian 4D-Cycle yang dibuat oleh tim materi Musyda XX PD IPM Kab. Pasuruan. Discovery yang dilakukan menghasilkan daya kreatif sebagai kekuatan utama yang dimiliki oleh IPM seperti hasil discovery yang tertulis di materi Muktamar XX IPM. Sedangkan mimpi yang dibangun adalah sesuai dengan tagline IPM Jawa Timur yaitu sebagai rumah aktualisasi dan apresiasi pelajar.134 Hal ini juga diungkapkan oleh Salman Fajrus Sobakh yang mengaku bahwa materi Musyda XX
133 Ibid, hlm. 43.
134 Dokumen Materi Musyda XX IPM Kab. Pasuruan, tt.p., t.p., t.t., hlm. 1.
129
IPM Kab. Pasuruan dikaitkan dengan materi Musywil IPM Jawa Timur.135
Selanjutnya yaitu design yang berisikan tiga program penunjang yaitu program literasi, program pengembangan minat dan bakat dan program optimalisasi teknologi informasi. Dalam ranah pengimplementasian (destiny), tim materi Musyda XX IPM Kab.
Pasuruan memilih dua agenda aksi terbaik yang menurut mereka sesuai dengan karakter pergerakan IPM Kab. Pasuruan dan dapat mewujudkan impian sebagai rumah aktualisasi dan apresiasi pelajar. Dua agenda aksi tersebut yaitu gerakan komunitas kreatif dan gerakan jihad literasi.136
Dari beberapa contoh penerapan salah satu konsep AI yaitu 4D-Cycle pada perencanaan program IPM, lebih tepatnya pada materi permusyawaratan dapat dilihat bahwa terdapat variasi hasil analisis. Variasi tersebut dipengaruhi oleh hasil temuan saat proses discovery yang dilakukan. Tim materi dari setiap tingkatan permusyawaratan melakukan kajian kembali yang bertujuan untuk menghasilkan analisis yang sesuai dengan karakter pergerakan dan kondisi sosial di wilayah dan daerah masing-masing.
2. Analisis SOAR dari Dua Permusyawaratan IPM
Seperti yang sudah dibahas di dalam kajian teori bahwa SOAR merupakan hasil modifikasi dari teknik analisis SWOT. Modifikasi ini membuang unsur negatif kemudian menggantinya dengan unsur positif.
Pemakaian analisis SOAR dalam perencanaan program IPM ditemukan dalam materi Muktamar XXI IPM dan materi Musywil XXI IPM Jawa Timur.
Analisis SOAR difungsikan sebagai alat identifikasi dari data yang ditemukan oleh tim materi setelah melakukan penelitian singkat pra
135Salman Fajrus Sobakh, wawancara, Pasuruan, 26 Oktober 2019.
136 Dokumen Materi Musyda XX IPM Kab. Pasuruan, Loc.Cit.