BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Proses Perencanaan Program IPM
5. Identifikasi Jenis Perencanaan Program IPM
Mekanisme perencanaan yang dilakukan oleh IPM memang cukup panjang dan memiliki beberapa bagian yang saling tersambung sebagai sebuah proses perencanaan sampai pengimplementasian. Mulai dari permusyawaratan tertinggi IPM sampai dengan briefing kepanitiaan dilakukan oleh IPM. Dari rangkaian proses perencanaan tersebut perlu diidentifikasi menurut jenis-jenis perencanaan untuk membantu proses analisis perencanaan yang dilakukan oleh IPM dengan lebih spesifik.
Berikut merupakan identifikasi perencanaan program IPM yang bersandar pada pengklasifikasian oleh Stephen P. Robbins dan David A. Decenzo yang sudah dibahas di BAB II penelitian ini:
a. Perencanaan Strategis
Kembali ke pemaknaan perencanaan strategis menurut Michael Allison dan Jude Kaye yang memberikan tiga ciri utama perencanaan strategis yaitu bersifat fundamental, memberi arah yang jelas dan berorientasi masa depan. Jenis perencanaan yang dilaksanakan oleh IPM dan memenuhi tiga kriteria tersebut adalah permusyawaratan tertinggi IPM (Muktamar, Musywil, Musyda, Musycab dan Musyran), permusyawaratan tertinggi kedua IPM (Tanwir, Konpiwil, Konpida dan Konpicab) dan Rakerpim yang diselenggarakan di setiap jenjang pimpinan.
Permusyawaratan tertinggi IPM memutuskan beberapa hal yang berorientasi masa depan seperti agenda aksi, kerangka kebijakan bidang
100Azka Ruhama, wawancara, Ibid.
dan rekomendasi. Kesemuanya berdasarkan telaah yang cukup matang dan menjadi kesepakatan bersama. Ketiga hasil utama permusyawaratan tertinggi IPM tersebut juga memiliki arah yang jelas karena menjadi pedoman dasar dalam pembuatan program kerja yang senantiasa menjadikan kerangka kebijakan bidang sebagai referensi utama. Selain itu, agenda aksi juga memperjelas arah gerak IPM dalam menanggapi berbagai macam isu sehingga orientasi program kerja menjadi jelas. Hasil permusyawaratan tertinggi IPM juga bersifat fundamental karena menjadi amanah yang harus dipatuhi dan dijalankan oleh Pimpinan IPM selama satu periode penuh.
Kemudian permusyawaratan tertinggi kedua IPM merupakan sebuah perencanaan strategis karena memiliki tujuan dalam rangka persiapan permusyawaratan tertinggi IPM. Evaluasi setengah periode kepemimpinan dilakukan sehingga muncul banyak strategi optimalisasi program (agenda aksi) yang dirumuskan guna mencapai target program sebelum permusyawaratan tertinggi IPM diselenggarakan. Strategi optimalisasi program ini bersifat fundamental, memberikan arah jelas untuk mengoptimalkan program di sisa waktu kepemimpinan.
Tentunya keberhasilan pencapaian target program karena strategi yang telah dirumuskan ini akan memiliki dampak jangka panjang sehingga dapat disebut berorientasi masa depan.
Terakhir yaitu Rapat Kerja Pimpinan (Rakerpim) yang menghasilkan rancangan program kerja yang harus dilaksanakan oleh Pimpinan IPM selama periode kepemimpinan. Rancangan program kerja yang dihimpun oleh Sekretaris Umum ini juga menjadi arah yang jelas untuk pimpinan IPM dalam pengimplementasian program. Selain itu, pembuatan visi dan misi pimpinan dan pembahasan strategi gerak saat rakerpim menjadi pedoman strategis pimpinan dalam pengimplementasian program walaupun proses ini hanya dilakukan oleh pimpinan IPM tertentu saja.
101
b. Perencanaan Taktis
Perencanaan taktis yang dilakukan oleh IPM terdapat saat Rapat Bidang, Rapat Kepanitiaan, Rapat Rutin bahkan Rapat Pleno. Rapat Bidang menjadi forum analisis program kerja dan metode pelaksanaan program kerja. Selain itu Rapat Bidang juga menjadi forum pembentukan kepanitiaan yang diajukan atau dilaporkan saat Rapat Rutin. Rapat Rutin menjadi forum kesepakatan metode pelaksanaan dan tenaga pelaksana program dari sebuah bidang yang tentunya menerima masukan dari bidang lain saat rapat tersebut. Selanjutnya Rapat Kepanitiaan tentunya rapat ini bersifat taktis karena membahas terkait prosedur pelaksanaan dan operasional kegiatan. Lalu Rapat Pleno juga terkadang membahas perihal prosedur pelaksanaan dan tenaga pelaksana kegiatan yang dinilai merupakan kegiatan besar seperti Muktamar atau Tanwir dan juga program lainnya yang membutuhkan pendanaan besar dan bersifat luas.
c. Perencanaan Jangka Pendek
Menurut kajian teori penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa perencanaan jangka pendek dan panjang memiliki kriteria dalam hal waktu perencanaan. Sebuah perencanaan dikatakan berjangka pendek apabila berjangka waktu kurang dari setahun. Sedangkan apabila lebih dari satu tahun dapat dikatakan sebagai perencanaan jangka panjang.
Perencanaan yang dilaksanakan oleh IPM dan berjangka waktu kurang dari setahun yaitu hasil dari setiap rapat di pimpinan IPM kecuali Rakerpim. Terutama Rapat Kepanitiaan yang rencana dari hasil rapat tersebut terimplementasikan sampai kegiatan selesai. Begitu pula dengan briefing pimpinan dan kepanitiaan yang biasanya arahan teknis tersebut langsung dilaksanakan setelah briefing.
d. Perencanaan Jangka Panjang
Sedangkan semua permusyawaratan di IPM dan Rakerpim memiliki hasil perencanaan berjangka panjang yang berlaku selama satu periode kepemimpinan yang berarti berlaku dalam kurun waktu satu sampai dua tahun. Bahkan beberapa Muktamar dan Musywil membuat tahap kebijakan program berjangka panjang sekitar enam sampai dua belas tahun ke depan. Peneliti menemukan tahap kebijakan program berjangka enam tahun pada Tanfidz Musywil XXI IPM Jawa Timur dan Tanfidz Muktamar XX dan XXI IPM.
Tabel 4.4 Menunjukkan Tahap Kebijakan Program PW IPM Jawa Timur101
Permusyawaratan Arah Kebijakan
Musywil XXI Diarahkan pada peningkatan dakwah gerakan dalam bentuk gerakan komunitas sebagai basis pendekatan pelajar dan lembaga sebagai penguat struktural ikatan untuk mewujudkan pelajar yang berilmu, terampil dan berakhlak mulia.
Musywil XXII Diarahkan pada penguatan dan membumikan agenda aksi kreatif sebagai strategi kultural gerakan pelajar berkemajuan untuk melakukan transformasi individu, masyarakat dan kebudayaan global.
Musywil XXIII Diarahkan pada pentingnya ekoliterasi serta menjaga keseimbangan alam, sebagai pelajar yang sadar akan lingkungan demi meneruskan
101 Alfa Rezky Ramadhan, dkk., Tanfidz Musyawarah Wilayah XXI Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Timur, (Surabaya: PW IPM Jawa Timur, 2019), hlm. 36.
103
cita-cita luhur yang telah ditinggalkan oleh nenek moyang.
Tabel 4.5 Menunjukkan Tahap Kebijakan Program PP IPM102
Permusyawaratan Arah Kebijakan
Muktamar XVIII Diarahkan kepada penumbuhan kesadaran kritis dan aksi kreatif pelajar serta penjagaan karakter pelajar dengan paradigma gerakan pelajar berkemajuan menuju gerakan yang kritis dan progresif.
Muktamar XIX Diarahkan kepada pembangunan kekuatan dan kualitas pelaku gerakan, ideologi gerakan IPM dengan mengoptimalkan sistem perkaderan sebagai pendukung terwujudnya “Gerakan Pelajar Berkemajuan” dan berorientasi ke masa depan, sehingga IPM memiliki sumberdaya yang siap menjadi aktor dan subyek gerakan.
Muktamar XX Diarahkan kepada IPM sebagai gerakan ilmu sebagai manifestasi Gerakan Pelajar Berkemajuan yang unggul di kalangan pelajar serta terciptanya tradisi dan habitus iqra’ di dunia pelajar sebagai faktor-faktor pendukung bagi terwujudnya masyarakat utama yang berperadaban.
102Fathya Fikri Izzuddin, dkk., Tanfidz Muktamar XXI IPM, (Yogyakarta: PP IPM, 2018), hlm. 29-30. Fauzan Anwar Sandiah dan Khairul Arifin, Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah, (Yogyakarta-Jakarta: PP IPM, 2016), hlm. 42.
Muktamar XXI Diarahkan kepada pembangunan komunitas kreatif sebagai strategi kultural Gerakan Pelajar Berkemajuan untuk melakukan transformasi individu, transformasi sosial, dan transformasi kebudayaan di tengah masyarakat global.
Muktamar XXII Diarahkan kepada transformasi (perubahan cepat kearah kemajuan) dan terciptanya seluruh elemen sistem organisasi dan jaringan IPM yang maju, professional, dan modern;
berkembangnya sistem kaderisasi, gerakan ilmu, serta peningkatan dan pengembangan peran strategis IPM dalam kehidupan umat, bangsa, dan dinamika global.
Muktamar XXIII Diarahkan kepada perjuangan pembentukan masyarakat ilmu sebagai cikal bakal terwujudnya tujuan Muhammadiyah yaitu masyarakat Islam yang sebenar-benarnya atau masyarakat utama yang bertujuan terbentuknya peradaban utama.
e. Perencanaan Spesifik
Secara umum rapat-rapat yang dilakukan oleh IPM (Raker, Rapat Rutin, Rapat Pleno, Rapat Bidang, Rapat Kepanitiaan) memuat perencanaan yang spesifik. Contohnya, Rapat Bidang PKK (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) PC IPM Pandaan menghasilkan rencana program yang spesifik berisikan nama kegiatan, tujuan kegiatan, sasaran kegiatan, waktu kegiatan, penanggung jawab kegiatan, estimasi dana kegiatan dan target kegiatan.103
103 Dokumen Rapat Bidang PKK PC IPM Pandaan, tt.p., t.p., t.t.
105
f. Perencanaan Terarah
Sedangkan Permusyawaratan IPM merupakan perencanaan terarah karena bersifat umum, dapat ditafsirkan menjadi sebuah rencana program yang lebih teknis. Sehingga, hasil Permusyawaratan IPM bersifat fleksibel. Tanfidz yang merupakan dokumen hasil permusyawaratan menjadi pedoman dalam proses pembuatan program kerja dan teknis pelaksanaan program.
g. Perencanaan Sekali Pakai
Perencanaan sekali pakai seringkali dilakukan saat membahas teknis implementasi program dalam Rapat Kepanitiaan. Hal ini dilakukan karena setiap kegiatan memiliki kekhususan tersendiri.
Setiap program atau kegiatan pasti memiliki tujuan, sasaran dan target yang berbeda sehingga memerlukan perencanaan yang khusus dan belum tentu dapat diterapkan di program atau kegiatan lain.
h. Perencanaan Berkelanjutan
AD/ART IPM dan Pedoman Tata Keorganisian IPM dapat dikatakan sebagai hasil perencanaan berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan kajian teori yang menjelaskan bahwa bentuk dari perencanaan berkelanjutan adalah kebijakan, peraturan dan prosedur tertentu. Isi dari AD/ART IPM harus dilaksanakan oleh pimpinan IPM selama pedoman tersebut belum dirubah.104 Begitu pula dengan Pedoman Tata Keorganisasian IPM yang mengatur peraturan dan prosedur tertentu sebagai pengejawantahan AD/ART IPM.105
104 Pasal 47 Anggaran Dasar IPM dan Pasal 47 Anggaran Rumah Tangga IPM menjelaskan bahwa AD/ART IPM hanya dapat dirubah melalui mekanisme pengusulan draft hasil kajian perubahan AD/ART yang diusulkan saat Tanwir dan apabila disepakati akan disahkan saat Muktamar.
105 Pedoman Tata Keorganisasian IPM merupakan pedoman yang dibuat oleh PP IPM sebagai amanah dari Pasal 48 Anggaran Rumah Tangga IPM.
i. Perencanaan Cadangan
Walaupun perencanaan cadangan bukan merupakan jenis perencanaan menurut Stephen P. Robbins dan David A. Decenzo, namun jenis perencanaan ini sering dibuat oleh IPM. Hal ini dibuktikan dengan mayoritas narasumber yang diwawancarai oleh peneliti mengaku membuat opsi-opsi perencanaan untuk meminimalisir masalah yang dapat timbul saat pelaksanaan kegiatan atau program.
Tentunya skema perencanaan cadangan ini sering dibuat dalam pembahasan dana kegiatan, tempat kegiatan dan teknis kegiatan.