BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Proses Perencanaan Program IPM
2. Proses Pembuatan Materi Permusyawaratan
tersebut di setiap tingkatan. Hasil temuan tersebut diilustrasikan di gambar 4.4.
Gambar 4.3 Menunjukkan Proses Ideal Pengayaan Isu dan Strategi dari Permusyawaratan Tertinggi Kedua ke Permusyawaratan
Tertinggi IPM
Gambar 4.4 Menunjukkan Hasil Penemuan di Lapangan Terkait Proses Pengayaan Isu dan Strategi dari Permusyawaratan Tertinggi
Kedua ke Permusyawaratan Tertinggi IPM
69
tertinggi kedua IPM. Forum tersebut merencanakan strategi percepatan program dengan cara membuat indikator pencapaian program untuk setiap jenjang pimpinan. Selain itu, juga diketahui bahwa forum permusyawaratan tertinggi kedua dan forum pelatihan kader taruna melati merupakan forum pengayaan isu dan strategi untuk permusyawaratan tertinggi yaitu Muktamar, Musywil, Musyda, dan Musycab yang selanjutnya ditinjau oleh tim materi permusyawaratan. Lantas, bagaimana dengan proses pembuatan materi permusyawaratan itu sendiri?
Proses pembuatan materi di setiap tingkatan berbeda-beda. Bahkan di setiap tim materi yang dibentuk juga berbeda. Seperti yang dijelaskan oleh Fathya Fikri Izzudin terkait proses pembuatan materi Tanwir 2018:
Kalau untuk yang Tanwir itu prosesnya simpel banget. Kita seperti tidak terbayang. Jadi kita ketemu terus bikin survei. Jadi apa yang kita bahas di materi sebenarnya hasil dari apa yang kita survei. Jadi kita punya empat narasi besar itu, terus kita fokuskan ke situ. Terus muncul teknologi dan lainnya itu karena di jihad literasi muncul teman-teman menjalankan jihad literasi melalui sosial media.
Sehingga di akhir muncul penggunaan teknologi tepat guna dan kalau di Tanwir itu muncul rekomendasi isu. Jadi, prosesnya saat perencanaan tim materi Tanwir itu kumpul, membuat riset, terus muncul wacana dari hasil riset, terus membuat strategi kedepannya bagaimana. Setelah itu kita lokakaryakan, jadi kita masukan ide-ide dari teman-teman wilayah saat lokakarya. Jadilah materi Tanwir.19 Penjelasan sederhana Fathya di atas menunjukkan bahwa proses pembuatan materi untuk sebuah permusyawaratan itu cukup panjang.
Mulai dari pembuatan riset, terus pembahasan hasil riset yang memunculkan wacana, selanjutnya penentuan strategi dan hasilnya dilokakaryakan, setelah itu, hasil dari lokakarya dimasukkan ke dalam materi Tanwir. Proses ini juga menunjukkan bahwa tim materi Tanwir 2018 menjadikan riset sebagai basis pembuatan materi.
Penggunaan riset sebagai basis pembuatan materi juga dilakukan oleh tim materi Musywil XXI IPM Jatim. Hal ini dijelaskan oleh Bima
19 Fathya Fikri Izzudin, wawancara, Loc. Cit.
Wicaksono selaku anggota tim materi dengan penjelasan yang cukup panjang saat menjelaskan terkait fokus pembahasan di setiap rapat tim materi:
Beberapa kali kita melakukan rapat dalam pembuatan materi dan persiapan lokakarya. Kalau tidak salah kita rapat sekitar sembilan kali.
Rapat pertama fokus membahas terkait tema Musywil saat itu rapat dilakukan di Lamongan setelah rapat kepanitiaan Musywil. Terus rapat kedua fokus membahas kerangka materi dan persiapan riset untuk materi, rapat ini dilakukan di Surabaya. Rapat ketiga di Malang membahas nomenklatur dan konsep lembaga. Rapat keempat itu fokus pada pembuatan angket dan proposal riset juga dilakukan di Malang.
Kemudian rapat kelima fokus menindaklanjuti angket riset dan membahas persiapan lokakarya yang saat itu disepakati untuk menyebar angket selama kurang lebih empat hari terus juga menyepakati pelaksanaan tiga kali lokakarya di tiga Daerah yang menjadi representasi fokada terdekat yaitu Kota Surabaya, Kab.
Jember dan Kota Kediri. Rapat kelima dilakukan di Surabaya.
Selanjutnya rapat keenam membuat penyajian data hasil riset dan pembuatan isi materi untuk blueprint materi lokakarya Surabaya.
Rapat ke-7, 8 dan 9 fokus membahas evaluasi lokakarya dan hasil lokakarya. Kemudian selebihnya karena sudah dibagi jobdesk masing- masing untuk setiap bagian di buku materi, kami fokuskan diskusi di grup WA sekaligus mengerjakan revisi materi hasil lokakarya di tiga Daerah.20
Lebih lanjut, ia juga menjelaskan proses perencanaan di dalam tim materi sampai menghasilkan bahan materi permusyawaratan:
Rapat pertama kami membahas tema Musywil dan dari hasil diskusi kami menghasilkan tema yaitu “Manifestasi Dakwah Pelajar, Menajamkan Pena Gerakan, Meretas Tantangan Zaman.” Tema ini adalah hasil diskusi mas Alfa dan mas Nashir, kemudian tema tersebut dibagikan ke dalam grup WA tim materi kemudian kami menyepakatinya. Selanjutnya tema tersebut diajukan ke dalam rapat panitia penyelenggara Musywil. Saat rapat kedua, sebenarnya kami masih belum menemukan formulasi yang tepat untuk materi kami.
Mengingat saat itu yang kami lakukan adalah meninjau ulang hasil Muktamar XIX, XX, dan XXI IPM. Kami juga meninjau hasil Musywil XX IPM Jatim dan juga hasil Konpiwil 2018 IPM Jatim. Hal ini memang kami lakukan agar materi yang kami kerjakan yang akan dijadikan sebagai pedoman perencanaan program IPM Jatim memiliki relasi dengan hasil permusyawaratan-permusyawaratan sebelumnya.
20 Bima wicaksono, wawancara, Surabaya, 28 Oktober 2019.
71
Namun saat itu kami memutuskan bahwa kami akan menggunakan riset untuk menambah bahan tinjauan materi kami. Sehingga materi kami berbasis data. Untuk rapat ketiga yang kami lakukan di Malang kami membahas tentang konsep materi. Saat itu kami memahami bahwa inti dari materi kami adalah diaspora dakwah IPM, maksudnya itu usaha untuk menyebarkan pola gerakan IPM, atau memperluas bidang dakwah IPM. Nah dari situ kami memahami kalau hal konkrit yang dapat kami lakukan adalah membentuk lembaga sebagai jalur formal perluasan atau penyebaran dan juga membentuk komunitas sebagai jalur informal. Mengingat hasil Muktamar XXI kembali mengukuhkan gerakan komunitas kreatif sebagai strategi gerakan IPM. Selanjutnya untuk lembaga kami merancang tiga lembaga yang nantinya akan diamanahkan untuk dibentuk oleh Pimpinan Wilayah IPM Jatim periode selanjutnya yaitu lembaga riset dengan nama Center for Student Civilization. Kemudian kami juga merancang lembaga Pustaka dan Pengembangan Bahasa sebagai fondasi dakwah literasi IPM Jatim dan juga kami merancang lembaga Pusat Data dan Informasi sebagai pengembangan dari lembaga Media yang sudah dibentuk di periode sebelumnya. Namun saat itu kami baru menentukan nomenklatur lembaga dan konsep lembaga secara kasar.
Kami juga saat itu mulai mencicil untuk rancangan angket penelitian.
Untuk pertemuan atau rapat selanjutnya kami menyelesaikan angket untuk riset. Setelah itu kami menyebar angket. Di rapat selanjutnya kami menindaklanjuti penelitian yang kami lakukan. Riset yang kami lakukan memakai metode kuantitatif menggunakan platform survey dan dilakukan melalui media sosial. Di rapat keenam, kami membuat penyajian data hasil riset dan mendiskusikan kerangka visi jangka panjang untuk enam tahun ke depan atau tiga periode kedepan, karena kerangka jangka panjang berakhir di periode kemarin. Saat rapat ini juga kami berusaha menyelesaikan blueprint materi karena besoknya sudah lokakarya yang pertama. Untuk pengerjaannya kami melakukan pembagian tugas dengan kerangka materi yang sudah kami sepakati bersama. Untuk rapat-rapat selanjutnya kami hanya mengevaluasi hasil lokakarya dan juga mengumpulkan masukan dari teman-teman daerah sekaligus meninjau blueprint materi. Setelah ketiga lokakarya banyak hal yang kami tambahkan untuk materi seperti penyempurnaan kerangka bidang dan lembaga, dan juga penambahan draft tentang kosmopolitanisme IPM sebagai nilai dasar materi. Serta kami juga menyempurnakan kerangka berpikir materi. Setelah semuanya terselesaikan dan juga digabungkan dengan laporan pertanggungjawaban, draft materinya kami cetak.21
21 Ibid.
Berbeda dengan tim materi Tanwir dan Musywil XXI IPM Jatim, tim materi Musywil IPM DIY hanya melakukan penelitian pustaka dan observasi lapangan untuk menyerap isu di daerah-daerah. Sesuai dengan penjelasan Putri Dewanti sekretaris tim materi Musywil IPM DIY:
Dulu kalau gak salah sudah tiga sampai lima kali rapat. Fokusnya lebih mengarah ke agenda aksi yang akan dibahas di Musywil.
Awalnya membahas tema dulu. Terus membahas agenda aksi seperti fokus gerakan kita. PW IPM satu periode yang akan datang itu akan ke mana. Di tim materi itu ada perwakilan dari daerah-daerah. Dari Sleman, Kota Jogja dan Kulonprogo. Kita meminta mereka untuk kembali ke daerah masing-masing dan mengolah isu yang ada di sana, kira-kira isu yang dapat diangkat dari masing-masing daerah itu apa kemudian kita bahas bersama yang sekiranya memiliki nilai universal itu yang mana. Jadi dari isu-isu daerah masing-masing tersebut kita kaitkan dengan isu yang umum. Kita juga meninjau agenda aksi PP IPM. Selain kita membaca buku Muktamar Sidoarjo, kita juga memakai yang hasil Muktamar Samarinda. Setelah itu kita sudah mengerucutkan ada lima isu kemudian kita bagi. Kemarin cuma penelitian pustaka saja karena kita tidak punya waktu untuk sebar questioner. Akhirnya dilempar ke orang yang ada di tim materi agar mereka lebih fokus. Jadi pembagian tugas di tim materi itu sesuai isu dan kemampuan. Jadi kita membagi tugas sesuai dengan isu dan juga kita bagi tugas untuk menyelesaikan bab per bab. Setelah kita selesaikan tugas pembagian tugas, kita bahas lagi bersama.22
Perbedaan cara pembuatan materi juga ditemukan di dalam proses pembuatan materi Musyda PD IPM Kota Surabaya yang menitik tekankan pada diskusi tim materi untuk menemukan strategi branding gerakan.
Berikut merupakan keterangan Siti Rohanna tim materi Musyda PD IPM Kota Surabaya:
Untuk fokus pembahasannya lebih ke, kita membaca dari yang tahun lalu dan juga menambahi dari hasil-hasil Musywil. Akhirnya dari situ baru kita gabungkan. Kalau di Surabaya itu bagaimana. Akhirnya muncullah konsep pelajar humanis. Sebenarnya hampir sama, dulu PD IPM Surabaya memakai konsep pelajar organik, setelah itu pelajar penggerak, selanjutnya kita sekarang memakai pelajar humanis.
Namun ini hanya tagline saja. Untuk tim materinya dari pimpinan daerah dua orang dan dari pimpinan cabang dua orang. Pertama kita
22 Putri Dewanti, wawancara, Yogyakarta, 25 November 2019.
73
pembahasan dari pimpinan daerah yang tahun lalu terlebih dahulu.
Jadi saya dan teman saya yang dari pimpinan daerah itu membahas terlebih dahulu terkait tema dan konsep dasar. Setelah itu kita baru bertemu dengan teman-teman cabang sehingga full team baru kita bahas lagi dan kita bagi tugas. Sebenarnya pembahasannya berpatokan dari satu orang, namun juga menyerap dari usulan-usulan teman-teman juga. Pembagian tugas menurut Bab-bab yang ada di buku materi.23
Proses yang sama juga dilakukan oleh tim materi Musyda PD IPM Kota Yogyakarta yang melakukan diskusi untuk menentukan tema dan kerangka materi sesuai dengan penjelasan Ahimsa Wardah Swadeshi tim materi Musyda PD IPM Kota Yogyakarta:
Sebenarnya tidak banyak jumlah rapatnya, tapi yang paling sering kumpul itu saya, lika dan alfreda. Yang teman-teman ranting itu membantu bagian administrasi, yang kita itu kumpul sekitar lima kali.
Kemarin yang dipikir dan dibahas itu fenomena apa yang akan kita angkat menjadi tema. Terus kita juga membedah buku Musyda yang periode kemarin itu isinya apa saja. Ini waktu pertemuan pertama.
Yang pertemuan kedua itu kita mulai membagi yang seperti pidato iftitah, terus tata tertib, itu kita bagi untuk follow up ke orang yang bersangkutan dalam pembuatan. Jadi saat kita membahas materi, kita juga sekalian menagih itu tadi. Malah sebenarnya kita menemukan fokus tema itu di akhir-akhir rapat karena saat itu kita ngobrol dengan teman-teman lainnya dan baru ketemu sepertinya tema ini yang cocok untuk kita usung. Itu di pertemuan keempat atau kelima. Kita benar- benar geraknya itu setelah pembagian tugas yang untuk tugas teman- teman ranting itu bagian meminta atau follow up terkait LPJ bidang, minta sambutan dan lain-lain. Kalau di tema atau materi itu saya, lika dan alfreda. Saya di bagian bedah tema, terus alfreda di bagian konsep alur logikanya, terus kalau lika itu bagian yang mengumpulkan semuanya. Kita juga meninjau hasil Muktamar dan Musywil untuk perumusan tema. Terus untuk struktur materi itu kita meninjau hasil Musywil dan Musyda periode kemarin. Jadi terkait tema itu memang kita menunggu hasil Musywil, karena ternyata hasilnya mengarahkan ke kemandirian pelajar jadi kita mengarah ke karya pelajar atau pelajar elaboratif. Jadi setelah meninjau, terus mendiskusikan dan pembagian tugas, terus kita satukan. Sebenarnya tidak ada diskusi khususnya, hanya saat pengumpulan itu yang terlibat di sana ada ketua umum dan kabid organisasi. Jadi yang membantu kita untuk mengkompilasi itu semua mereka.24
23 Siti Rohanna, wawancara, Surabaya, 6 November 2019.
24 Ahimsa Wardah Swadeshi, wawancara, Surabaya, 28 November 2019.
Begitu pula dengan Tim Materi Musyda PD IPM Kab. Pasuruan yang juga hanya melakukan pembedahan materi Musywil IPM Jatim dan mendiskusikannya kemudian langsung membagi tugas untuk membuat draft materi. Berikut keterangan Salman Fajrus Sobakh sebagai ketua tim materi:
Tim Materi terdiri dari 5 orang yang terdiri dari 3 pimpinan cabang dan 2 pimpinan daerah, kami mengadakan koordinasi pembahasan arah gerak dan tema selama kurang lebih 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama di gempol dengan mencoba untuk membedah materi Musywil Jawa Timur dan mempelajari beberapa agenda aksi, di pertemuan kedua kami mendiskusikan tema Musyda yaitu menyongsong kader IPM Pasuruan yang berdedikasi dan berintegritas untuk agama dan bangsa, selanjutnya di pertemuan ketiga kami menyelesaikan redaksi materi dengan pembagian tugas oleh setiap tim materi.25
Di tingkatan Cabang, proses yang sama dilakukan oleh tim materi Musycab PD IPM Pandaan. Mereka memfokuskan kepada kebutuhan ranting, namun prosesnya masih berbasis pada diskusi di internal tim materi. Berikut merupakan penjelasan Dachirotus Sa’adah ketua tim materi Musycab PC IPM Pandaan:
Awalnya ada rapat panitia untuk persiapan Musycab, setelah itu kita membentuk tim materi yang terdiri dari tiga orang. Pembahasannya itu awalnya kita melihat permasalahannya dahulu teman-teman ranting di Pandaan ini. Yang kami temukan itu kebanyakan teman- teman ranting memiliki bakat atau skill namun tidak dapat mengembangkannya. Akhirnya di materi kita membuat tentang kewirausahaan, dan juga tentang pendampingan teman sebaya. Kita selain mencari masalah-masalah IPM di Pandaan, juga meninjau Tanfidz Musyda periode kemarin dan juga buku panduan Musywil.
Kerja timnya kita bagi tugas. Untuk materi jadi dari kita tiga orang ini menyumbangkan satu gagasan. Untuk teknis penyusunannya itu kita bagi tugas untuk setiap bab, selanjutnya nanti kita gabungkan.26
25 Salman Fajrus Sobakh, wawancara, Pasuruan, 26 Oktober 2019.
26 Dachirotus Sa’adah, wawancara, Pasuruan, 26 Oktober 2019.
75
Peneliti menemukan hal yang menarik terkait proses pembuatan materi yang dilakukan oleh tim materi PC IPM Kenjeran. Mereka berusaha mencari permasalahan dan kebutuhan ranting dengan cara melakukan dialog langsung dengan Pimpinan Ranting. Hal ini diungkapkan oleh tim materi Musycab PC IPM Kenjeran yaitu Fachrudin Putra Pamungkas:
Rapat tim materi kurang lebih delapan kali. Pembahasannya yang pertama itu kita lihat kondisinya, karena memang sebelumnya itu vakum sampai dua periode, dan saat itu ranting banyak yang terbengkalai. Saat kami tim materi kumpul dengan teman-teman ranting, mereka banyak membagi keluhan. Sehingga setelah berdiskusi dengan mereka kami mengambil tema pelajar madani. Dari kumpul setiap ranting itu, kemudian kita berdiskusi dengan mereka, ini pertemuan pertama. Kemudian pertemuan kedua kami menawarkan beberapa wadah pengembangan bakat dan minat kepada mereka setelah kami mengklasifikasikan keluhan mereka. Kemudian mereka menyambut baik hal itu. Dan pertemuan selanjutnya kami memikirkan bagaimana membuat wadah-wadah tersebut. Sehingga kita mengambil konsep pelajar madani. Ada juga pembagian tugas ke teman-teman tim materi. Ada yang perumusan, ada yang sekretaris atau bagian menulis, ada juga yang berkunjung ke ranting-ranting.
Kemudian hasil dari perumusan konsep pelajar madani dan pengumpulan potensi-potensi yang ada di ranting, kami coba untuk menulisnya dan terbentuklah materi Musycab.27
Sedangkan tim materi Musycab PC IPM Wirobrajan hanya membuat rancangan pedoman program kerja untuk periode berikutnya.28 Di tingkatan ranting, peneliti hanya menemukan adanya pembentukan tim materi untuk permusyawaratan di PR IPM Mu’allimat Yogyakarta dan PR IPM SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta yang membentuk tim materi untuk perencanaan program. Tim Materi dari ranting yang pertama berhasil membuat tabel sistem gerakan bidang, agenda aksi, rekomendasi, struktur organisasi dan visi-misi pimpinan.29 Hampir sama, tim materi dari ranting
27 Fachrudin Putra Pamuji, wawancara, Surabaya, 15 November 2019.
28 Tim Materi, Buku Panduan Musycab III IPM Wirobrajan, (Yogyakarta: PC IPM Wirobrajan, 2019), hlm. 38-41.
29 Elfira Rahma Putri, dkk., Buku Materi Musyawarah Ranting XII, (Yogyakarta: PR IPM Madrasah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, 2019), hlm. 75-80.
yang kedua juga berhasil membuat program kerja untuk periode selanjutnya, agenda aksi dan rekomendasi.30
Pimpinan Pusat dan Pimpinan Wilayah melakukan proses pembuatan materi yang lebih kompleks dibandingkan pimpinan dibawahnya. hal ini menunjukkan bahwa tim materi di setiap tingkatan memiliki interpretasi yang berbeda. Perbedaan proses ini juga dikarenakan tidak adanya standar baku yang mengatur proses pembuatan materi yang dilakukan oleh tim materi. Sehingga setiap pimpinan terkhusus pimpinan di tingkat daerah, cabang dan ranting kesulitan untuk melakukan proses pembuatan materi untuk permusyawaratannya.
Selain itu, budaya riset dalam pembuatan materi hanya dilakukan di tingkat pusat dan wilayah, selebihnya hanya melakukan diskusi di internal tim materi dan pimpinan. Walaupun, juga terdapat Pimpinan Cabang yang melakukan pengayaan isu secara langsung ke stakeholder ranting yaitu PC IPM Kenjeran.