• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Proses Perencanaan Program IPM

4. Rapat-rapat Pimpinan IPM

79

Gambar 4.5 Menunjukkan Proses Perubahan Materi Permusyawaratan IPM

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa proses perencanaan program IPM dilakukan dengan proses dialog antara tim materi, pimpinan IPM dan peserta permusyawaratan yang saling berdinamika secara aspiratif di dalam forum yang sudah disediakan. Proses dialog tersebut merupakan proses penyempurnaan materi yang dilakukan dalam tiga ruang perubahan.

Ruang pertama adalah saat lokakarya, ruang kedua adalah saat sidang komisi dan ruang ketiga adalah sidang paripurna seperti yang diilustrasikan dalam gambar 4.5.

AD/ART IPM telah mengatur ketentuan umum dan klasifikasi rapat di IPM. Secara umum, rapat IPM terdiri dari Rapat Kerja (Raker) dan Rapat Pimpinan. Rapat Kerja sendiri terbagi lagi ke dalam dua jenis Raker, yang pertama adalah Rapat Kerja Pimpinan (Rakerpim) yang diselenggarakan oleh pimpinan IPM dan untuk internal pimpinan. Kedua, Raker yang mengundang pimpinan IPM dibawahnya yaitu Rakercab (Rapat Kerja Cabang), Rakerda (Rapat Kerja Daerah), Rakerwil (Rapat Kerja Wilayah) dan Rakernas (Rapat Kerja Nasional). Sedangkan Rapat Pimpinan terdiri dari Rapat Pleno yang diselenggarakan minimal enam bulan sekali dan rapat rutin yang diselenggarakan minimal dua minggu sekali.36

Selain itu, aturan terkait rapat juga terdapat di dalam Pedoman Umum Kerja yang telah dibuat oleh PP IPM dan disosialisasikan saat Rakernas tahun 2019. Pedoman ini merupakan pengejawantahan dari AD/ART yang berlaku untuk pimpinan IPM secara nasional.37 Di dalamnya terdapat penjelasan pelengkap terkait rapat pimpinan. Pedoman Umum Kerja mengatur ketentuan terkait rapat bidang yang dilaksanakan secara insidental.38 Lalu bagaimana dengan rapat-rapat yang dilakukan oleh pimpinan pada realitanya? Apakah sesuai dengan AD/ART dan Pedoman Umum Kerja IPM? Dan bagaimana teknis pelaksanaannya?

36 Penjelasan ini tertulis di dalam Anggaran Dasar IPM Pasal 39 dan Anggaran Rumah Tangga IPM Pasal 43 dan 44. Dijelaskan juga di dalam pasal tersebut bahwa “rapat pimpinan adalah rapat yang diadakan untuk membicarakan masalah kebijakan, program dan atau masalah-masalah yang mendesak untuk segera diselesaikan dalam waktu cepat yang diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab pimpinan bersangkutan; rapat kerja adalah rapat yang diadakan untuk merumuskan pelaksanaan keputusan musyawarah tertinggi di setiap struktur yang menyangkut program dan kegiatan organisasi.” Rapat rutin berfungsi untuk mengkoordinasi gerakan dan program IPM secara mingguan dan membahas hal-hal yang dianggap urgen; sedangkan rapat pleno berfungsi untuk mengkoordinasikan gerakan dan program IPM secara bulanan, membahas perihal personalia, upgrading pimpinan (pelatihan atau peningkatan mutu pimpinan), dan hal-hal yang dianggap urgen.

37 Penjelasan terkait Pedoman Umum Kerja yang berlaku secara nasional dikarenakan Pedoman Umum beberapa kali tercantum di AD/ART IPM sebagai pelengkap beberapa ketentuan yang belum diatur di dalamnya, sehingga dapat ditafsirkan bahwa Pedoman Umum Kerja berlaku secara nasional dan dibuat oleh PP IPM sesuai dengan Anggaran Rumah Tangga IPM Pasal 26.

38 Monica Subastia, Buku Panduan Rapat Kerja Nasional, (Jakarta: PP IPM, 2019), hlm. 69 dan 71. Pedoman Umum Kerja IPM pasal 24 menambahkan rapat bidang sebagai salah satu jenis rapat di IPM. Selain itu juga pada pasal 28 dijelaskan bahwa “rapat bidang adalah rapat untuk koordinasi dan konsultasi dalam bidang yang diadakan secara insidental sesuai dengan kebutuhan/kepentingan; rapat bidang berwenang untuk membahas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi bidang dan memecahkan masalah intern bidang.”

81

a. Teknis Rapat Pimpinan Pusat IPM (Jakarta-Yogyakarta)

PP IPM merupakan pimpinan dengan tingkatan tertinggi di IPM.

Ruang lingkup kebijakannya meliputi pimpinan di seluruh Indonesia.

Ismi Istiqomah sebagai Ketua Bidang Ipmawati menjelaskan bahwa di dalam mekanisme rapat PP IPM “ada empat rapat. Rakerpim, Rakernas, Pleno per-tiga bulan, terus rapat rutin (rapat mingguan) setiap hari Jumat malam. Pokoknya seminggu sekali. Ada juga rapat ketua bidang tapi insidental waktunya dan rapat bidang.”39

Mengenai Rakerpim (Rapat Kerja Pimpinan) Ainasofi Nastiti menjelaskan bahwa rapat tersebut merupakan rapat yang membahas amanah Muktamar yang disesuaikan dengan asesmen yang dilakukan oleh personalia PP IPM. Personalia PP IPM dapat memberikan usulan program hasil asesmen mereka yang sesuai dengan amanah Muktamar.40 Senada dengan keterangan Aina, Abid selaku Ketua Bidang Bidang Advokasi menerangkan “kalau saat raker di bidang advokasi, kami menerjemahkan hasil Muktamar yang sudah ditanfidzkan oleh teman-teman. Itu kami breakdown lagi karena tidak bisa semerta-merta langsung jadi program begitu saja. Jadi ada alur-alur yang sudah dibuat. Kita breakdown hasil Muktamar, terus kita juga membahas program-program periode kemarin.”41 Dari sini dapat dipahami bahwa Rakerpim merupakan sebuah forum untuk menerjemahkan amanah permusyawaratan menjadi sebuah rancangan program kerja.

Lebih lanjut secara teknis sebelum kegiatan Rakerpim dilaksanakan, para pimpinan menyiapkan bahan untuk Rakerpim yang didiskusikan sebelum kegiatan tersebut di dalam Rapat Bidang. Hal ini dilakukan untuk menyatukan pendapat antar personalia di setiap

39 Ismi Istiqomah, wawancara, Jakarta, 11 Oktober 2019.

40 Ainasofi Nastiti, wawancara, Yogyakarta, 20 Oktober 2019.

41 Muhammad Abid Mujaddid, wawancara, Jakarta, 09 Oktober 2019.

bidang. Sehingga saat rakerpim dimulai, setiap bidang sudah dapat mempresentasikan program kerja di masing-masing bidang.42

Setelah Rakerpim dilaksanakan dan menghasilkan rancangan program kerja selama satu periode kepemimpinan, Program kerja tersebut disosialisasikan di forum Rakernas (Rapat Kerja Nasional).43 Rakernas dihadiri oleh Pimpinan Pusat dan Pimpinan Wilayah se- Indonesia. Selain bertujuan untuk mensosialisasikan amanah Muktamar dan rancangan program kerja yang telah disusun, forum tersebut juga merupakan forum aspirasi bagi Pimpinan Wilayah se-Indonesia dalam mengkaji rancangan pelaksanaan hasil Muktamar secara konseptual maupun teknis pelaksanaan seperti waktu dan tempat program.

PP IPM memiliki dua kantor yang sering dijadikan tempat untuk rapat mingguan pimpinan. Dua kantor tersebut ada di Jakarta dan Yogyakarta. Domisili sebagian besar pimpinan juga berada di sekitar dua kota tersebut. Hal ini dijelaskan oleh M. Abid Mujaddid:

Kalau rapat kegiatan untuk PP IPM secara umum ya diluar rapat bidang. Biasanya itu dibahas di masing-masing sekretariat. Jadi PP IPM kan terbagi menjadi dua sekretariat yang menjadi pusat domisili pengurus yaitu kantor Jakarta dan kantor Yogyakarta.

Jadi semisal, apa yang dibahas di kantor Yogyakarta itu akan diteruskan ke kantor Jakarta untuk dibahas kembali. Begitu pula sebaliknya. Hal ini dilakukan karena di PP IPM sekarang ada budaya rapat mingguan sehingga pembahasan di kedua kantor dilakukan secara intens dan bergantian.44

Senada dengan penjelasan Abid, Ismi Istiqomah juga menjelaskan bahwa rapat harian yang diadakan di dua sekretariat biasanya memfokuskan bahasan pada surat masuk yang diterima oleh PP IPM dan juga beberapa pembahasan terkait surat yang akan dikeluarkan oleh PP IPM. Selain itu juga pembahasan diarahkan kepada pembahasan

42 Ainasofi Nastiti, wawancara, Loc. Cit.

43 Hal ini sesuai dengan Anggaran Rumah Tangga IPM Pasal 44 dalam rangka merumuskan pelaksanaan keputusan musyawarah tertinggi di setiap tingkatan pimpinan.

44 Muhammad Abid Mujaddid, wawancara, Loc. Cit.

83

kegiatan yang akan dilaksanakan di wilayah terdekat dari kantor PP IPM. Berikut penjelasannya:

Kalau rapat mingguan membahas surat-surat yang masuk dan yang akan dikeluarkan. Semisal kalau ada undangan dari wilayah itu siapa yang akan datang. Surat masuk, hal-hal urgen dan progress bidang. Dan juga membahas kegiatan yang akan dilakukan. Jadi kita ada dua kantor, kantor Jakarta dan kantor Yogyakarta. Rapat Yogyakarta melaporkan apa yang sudah dikerjakan teman-teman yang berdomisili di Yogyakarta. Begitu pula sebaliknya. Undangannya juga kan ada yang masuk ke Jakarta dan Yogyakarta itu dikoordinasikan. Kalau semisal pembahasan terkait keputusan urgen contohnya rapat harian Jakarta memilih pernyataan sikap untuk menghimbau agar pelajar tidak turun ke jalan, selanjutnya dikoordinasikan ke rapat Yogyakarta agar dibahas untuk diterima hasilnya atau ada masukan lain. Kalau ada acara besar atau kegiatan tertentu biasanya dibahasnya bukan di saat rapat mingguan. Tapi di hari yang sama dengan rapat mingguan. Biasanya dilakukan sebelum atau sesudah rapat mingguan selesai. Baru langsung fokus membahas acara besar atau kegiatan tertentu yang akan datang atau yang sedang dalam proses persiapan. Jadi rapat mingguan membahas kegiatan yang dilaksanakan di wilayah sekitar kantor.

Tapi kalau ada kegiatan besar yang diluar wilayah kantor ada pembahasan tersendiri.45

Di sini bisa dilihat bahwa terdapat pemisahan proses yang dilakukan di dua tempat. Walaupun pada akhirnya hasil dari rapat akan dikoordinasikan. Namun proses rapat di dua tempat ini menjadikan peran bidang umum (ketua umum, sekretaris umum/sekretaris jenderal dan bendahara) sangat sentral karena harus mampu mengkoordinasikan dengan cepat hasil rapat di dua tempat dengan cepat. Hal ini harus dilakukan agar pengambilan keputusan dapat dilakukan secara efisien.

Selain itu, Santoso Setio menambahkan penjelasan bahwa “rapat rutin yang diikuti oleh seluruh pimpinan dari bidang umum, ketua bidang, sekretaris bidang dan anggota bidang tidak tumpang tindih karena hal yang sudah dijelaskan di kantor Jakarta tidak lagi dibahas di

45 Ismi Istiqomah, wawancara, Loc. Cit.

kantor Yogyakarta kecuali ada hal urgen yang harus disampaikan.”46 Efisiensi rapat yang diadakan di dua kantor juga dilakukan dengan cara pembagian pembahasan rapat yang dibatasi secara geografis sehingga tidak terbahas dua kali. Koordinasi pembahasan yang dilakukan secara bersama di dua kantor hanya saat akan dilakukan kegiatan besar yang secara geografis berada di luar daerah dua kantor.

Lalu bagaimana dengan Rapat Pleno Pimpinan? “Rapat Pleno membahas program yang sudah terlaksana selama tiga bulan sebelumnya, juga membahas hal-hal urgen tentang keanggotaan, pencapaian target dan evaluasi.”47 Rapat Pleno yang diadakan oleh PP IPM tidak dilaksanakan secara terpisah di dua tempat seperti rapat rutin.

Namun dilaksanakan di satu tempat secara bergantian antara kantor Yogyakarta dan kantor Jakarta.48

Terdapat pula rapat yang tidak tertulis di dalam AD/ART IPM yaitu Rapat Bidang. Rapat ini hanya dihadiri oleh anggota bidang yang mengadakan rapat. Contoh Rapat Bidang ini seperti pelaksanaan Rapat Bidang sebelum Rapat Kerja Pimpinan yang sudah dijelaskan sebelumnya. Terkait Rapat Bidang Santoso Setio menjelaskan:

Rapat Bidang diikuti oleh bidang tertentu. Sementara kami baru rapat bidang sekali, yaitu saat rakerpim. Karena kami berbeda domisili, kabid dan sekbid di kantor Jakarta dan dua anggota lagi di kantor Jogja. Kalau pertemuan formal baru sekali itu. Beberapa pembahasan kita nonformal tapi memunculkan keputusan, itu di group whatsapp online. Jadi setiap bulan kita ada laporan bidang dan di rapat rutin itu juga ada laporan bidang, jadi setiap sebelum rapat rutin, kita rapat bidang dulu secara nonformal. Sebenarnya hampir semua pembahasannya itu sama. Apa yang akan dilakukan dan apa yang telah dilakukan. Cuma memang peserta dan pelaksanaanya itu menunggu final. Kapan finalnya itu?

Semisal kalau bisa diputuskan oleh rapat bidang ya langsung jalan, langsung diimplementasikan. Tapi kalau rapat yang memang harus diketahui oleh pimpinan yang lain harus menunggu rapat rutin. Ada juga yang lebih urgen, sifatnya ini

46 Santoso Setio, wawancara, Jakarta, 11 Oktober 2019.

47 Ismi Istiqomah, wawancara, Loc. Cit.

48 Ainasofi Nastiti, wawancara, Loc. Cit.

85

tidak bisa dibahas hanya di rapat rutin tapi harus di rapat pleno.

Semisal ada anggota yang harus diganti tidak bisa langsung diganti saat itu juga. Tapi harus nunggu rapat pleno.49

Dari penjelasan Santoso, terlihat teknis Rapat Bidang yang dilakukan secara sederhana dan nonformal seperti pembahasan Rapat Bidang yang dilakukan via online dan juga pertemuan-pertemuan singkat. Lebih lanjut, Santoso menjelaskan bahwa secara umum teknis rapat-rapat yang ada di PP IPM itu sama. Namun yang membedakan adalah ruang lingkup pembahasan. Sehingga, apabila ruang lingkup pembahasan tersebut teknis dan sempit biasanya hanya dibahas di rapat bidang dan dilaporkan di Rapat Rutin (mingguan). Sedangkan bagi pembahasan yang memiliki ruang lingkup luas (melingkupi banyak bidang) serta membutuhkan pendapat dari banyak pihak, pembahasan tersebut dilakukan di rapat rutin atau bahkan rapat pleno.

Rapat bidang juga dapat dilakukan kapan saja atau memiliki jangkauan pelaksanaan yang insidental, dapat dilakukan apabila dibutuhkan. Berbeda dengan Rakerpim, Rakernas, dan Rapat Rutin yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Seperti keterangan Ismi yang mengaku bidangnya melaksanakan Rapat Bidang setiap hari.

“Kalau rapat bidang sih tidak terstruktur karena pasti ada komunikasi.

Maksudnya kita hampir setiap hari komunikasi via WA membahas program-program bidang.”50

b. Teknis Rapat Pimpinan Wilayah IPM (Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta)

Sebelumnya sudah dibahas bagaimana rapat-rapat yang dilaksanakan di tingkat pusat. Di sini akan dibahas bagaimana Pimpinan Wilayah melaksanakan rapat dalam pembuatan maupun persiapan pengimplementasian program dan evaluasi program. Dua

49 Santoso Setio, wawancara, Loc. Cit.

50 Ismi Istiqomah, wawancara, Loc. Cit.

Pimpinan Wilayah akan menjadi tinjauan dalam pembahasan ini yaitu Pimpinan Wilayah IPM Jawa Timur dan Pimpinan Wilayah IPM DIY.

Dua Pimpinan ini mewakili pimpinan dengan keadaan geografis dan jumlah pimpinan di bawahnya yang cukup berbeda. PW IPM Jawa Timur dengan luas wilayah secara geografis yang cukup besar dengan 36 Pimpinan Daerah yang bergerak di bawahnya, dan PW IPM DIY dengan 5 Pimpinan Daerah.

Syahrul Ramadhan selaku Ketua Umum PW IPM Jawa Timur memberikan penjelasan terkait alur dan jenis rapat yang dilaksanakan oleh PW IPM Jawa Timur:

Awal Musywil saya terpilih terus merancang agenda aksi. Terus Rakerpim itu merancang program dengan kiblat hasil Musywil.

Rakerpim itu diikuti hanya oleh Pimpinan Wilayah. Terus Rakerwil itu mensosialisasikan program kerja yang telah dirancang saat Rakerpim. Nanti dapat masukan dari daerah- daerah dan nanti hasil Rakerpim pengorganisasiannya diturunkan di daerah-daerah. Termasuk tempat acara dan penataan agenda aksi di setiap daerah. Terus Rapat Rutin per dua minggu sekali.

Terus Rapat Pleno per tiga bulan sekali. Rapat Rutin itu untuk membahas kegiatan yang rutin di IPM. Kalau Rapat Pleno membahas tentang personalia dan agenda aksi secara lebih serius.

Untuk rapat panitia biasanya bersamaan dengan rapat rutin kalau panitianya adalah personalia Pimpinan Wilayah sendiri. Namun apabila bersama panitia lokal, maka rapatnya dipisah.51

Nampak secara umum alur dan fungsi dari berbagai jenis rapat yang dilakukan oleh PW IPM Jawa Timur sama dengan yang dilakukan oleh PP IPM. Selain itu, Syahrul juga menekankan ketersinambungan program Antara Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah di bawahnya dan juga kesinambungan antara hasil Musywil dan program kerja yang dirancang.

Selain hasil Musywil yang menjadi acuan Rakerpim seperti keterangan Syahrul, Rifqi Argadianto menjelaskan bahwa Rakerpim yang dilakukan oleh PW IPM Jawa Timur juga mengambil acuan dari

51 Syahrul Ramadhan, wawancara, Surabaya, 07 November 2019.

87

hasil Rakernas yang diadakan oleh PP IPM dan juga mengkaji ulang isu-isu yang berkembang sesuai dengan bidangnya.52 Hal ini juga diungkapkan oleh Risma Novita bahwa saat Rakerpim juga dibahas bagaimana arah gerak IPM Jawa Timur.53 Dari sini terlihat arah gerak dan program kerja yang dihasilkan oleh PP IPM dikaji ulang oleh Pimpinan Wilayah menyesuaikan dengan kondisi sosial di wilayah masing-masing. Bahkan Nafis Zamani menambahkan bahwa

“perumusan program kerja dilakukan dengan meninjau program kerja periode sebelumnya, kemudian juga meninjau referensi dari wilayah- wilayah lainnya.”54

Lebih spesifik, Syahrul menjelaskan terkait mekanisme Rakerpim yang dilakukan oleh PW IPM Jawa Timur:

Rakerpim itu pertama, ketua umum membuat visi dan misi yang diserap dari hasil Musywil. Selanjutnya, teman-teman membahas bersama visi dan misi tersebut. Terus visi dan misi itu menjadi acuan pembuatan program. Terus setiap bidang membuat program yang tidak jauh dari visi dan misi. Visi misi sebagai garis program. Selanjutnya pembuatan program dengan standar tujuan. Sebelumnya mereka itu sudah kumpul sendiri setiap bidang untuk perumusan program. Jadi saat Rakerpim tinggal presentasi dan mendapat masukan dari bidang lainnya. Terus kalau ada program yang dapat disinergikan dengan bidang lainnya digabungkan. Selanjutnya penataan waktu karena setiap bidang memiliki program masing-masing biar tidak bertabrakan.

Terus penataan anggaran dana.55

Serupa dengan yang dijelaskan oleh Syahrul, Nafis menjelaskan bahwa “Proses rapat kerja pimpinan pertama prolog dari ketua umum, kemudian bidang masing-masing melakukan rapat internal untuk membahas program kerja. Selanjutnya kami melakukan presentasi hasil perumusan program dan ditanggapi oleh seluruh pimpinan.”56

52 Rifqi Argadianto, wawancara, Tuban, 02 November 2019.

53 Risma Novita, wawancara, Surabaya, 24 Oktober 2019.

54 Nafis Zamani, wawancara, Surabaya, 07 November 2019.

55 Syahrul Ramadhan, wawancara, Loc. Cit.

56 Nafis Zamani, wawancara, Loc. Cit.

Sama seperti PP IPM dan PW IPM Jawa Timur, Ketua Umum PW IPM DIY Ahmad Hawari Jundullah menjelaskan bahwa pelaksanaan Rakerpim diawali dengan Rapat Bidang terlebih dahulu, selanjutnya Rakerpim hanya menjadi forum sinkronisasi program antar bidang.

Selain itu, Rakerpim juga menjadi forum untuk menyusun buku Rakerwil (Rapat Kerja Wilayah).57 Hal ini juga diungkapkan oleh Imam Al Fatiri: “… Ada Rapat Bidang sebelum Rakerpim… Saat Rakerpim tinggal kita laporan, kemudian kita tawarkan ke teman-teman apakah ada tambahan atau perubahan. Setelahnya disahkan. Dari Rakerpim, kita persiapan untuk rakerwil... Untuk materi Rakerwil sudah dibukukan oleh sekretaris, jadi memudahkan.”58

Namun sedikit berbeda dengan mekanisme rapat yang diadakan oleh PW IPM Jawa Timur, Jundullah mengungkapkan bahwa peran BPH (Badan Pengurus Harian/Pimpinan Umum) memiliki peran yang sentral saat Rapat Bidang sebelum Rakerpim. Dia menjelaskan:

Teknis Rapat Bidang sebelum rakerpim itu kita rapat BPH terlebih dahulu. Di situ saya memberikan orientasi arah bidang masing-masing sesuai dengan keputusan di Tanfidz. Di situ saya mengarahkan agar setiap bidang itu jelas arahnya dan kembali lagi ke Tanfidz, dan itu kontrol sentralnya ada di saya. Kemudian secara teknis teman-teman dikasih template untuk program kerjanya seperti apa. Sebenarnya rakerpim itu bisa dikatakan tinggal sosialisasi ke internal pimpinan. Sebelumnya kita ada rapat BPH lagi untuk mensinkronkan. Jadi kontrol saya ke BPH itu intensif. Kita sinkronkan program kerja yang telah dibuat oleh bidang masing-masing, termasuk keuangannya juga dan time line agendanya juga itu sudah kita buat gambaran kasarnya, kemudian kita rapatkan bersama di Rakerpim. Untuk di rakerpimnya itu presentasi setiap bidang langsung ditanggapi. Semisal dari bidang lain sudah ada rencana kegiatan, jadi saat berbenturan tersebut langsung kita bahas dan kita selesaikan. Saat Rakerpim ini kita membahas lebih dalam terkait waktu, tempat dan dana. Jadi di Rakerpim itu kita review lagi program-program yang ada.59

57 Ahmad Hawari Jundullah, wawancara, Yogyakarta, 25 November 2019.

58 Imam Al Fatiri, wawancara, Yogyakarta, 27 November 2019.

59 Ahmad Hawari Jundullah, wawancara, Loc. Cit.

89

Dari sini terlihat sedikit perbedaan teknis Rakerpim yang dilaksanakan oleh PW IPM Jawa Timur dan PW IPM DIY. Hal ini tidak lepas dari strategi kepemimpinan Ketua Umum di masing-masing Pimpinan. PP IPM melakukan tinjauan hasil Muktamar tanpa berdiskusi arah gerakan secara umum. PW IPM Jawa Timur memilih untuk mendiskusikan arah gerakan untuk mempertajam amanah Musywil dengan cara Ketua Umum yang memberikan tawaran kepada Pimpinan lainnya kemudian didiskusikan bersama saat Rakerpim.

Sedikit berbeda, arah gerakan PW IPM DIY dengan Tanfidz Musywil sebagai acuan utama dibahas di dalam internal Bidang Umum kemudian disosialisasikan kepada Bidang lainnya.

Lantas bagaimana dengan Rakerwil yang dilaksanakan setelah Rakerpim? “Rakerwil merupakan forum penyampaian program kerja.”60 Sependapat dengan itu, lebih lanjut Syahrul menerangkan:

… Setiap bidang mempresentasikan programnya, terus mendapat masukan dari peserta yang berasal dari perwakilan masing- masing daerah. Terus terakhir itu ada pembahasan tuan rumah kegiatan. Jadi wilayah ini terdiri dari daerah-daerah. Nanti ditata, kegiatan PW bidang ini di mana dan kegiatan PW yg bidang ini di mana. Setelah itu dibahas waktunya karena setiap daerah juga mempunyai kegiatan juga. …Daerah juga menyampaikan kalau di bulan ini ada kegiatan apa aja. Jadi kita mensinkronisasi waktu kegiatan dengan daerah-daerah yang hadir. Selain itu juga ada progress report dari teman-teman daerah. Sejauh mana mereka menjalankan program...61

Dari keterangan Syahrul dapat dipahami bahwa alur Rakerwil diawali dengan sosialisasi program dari setiap bidang, kemudian menyerap masukan dari Pimpinan Daerah, selanjutnya penyampaian progress masing-masing Pimpinan Daerah dan ditutup dengan sinkronisasi tempat dan waktu program. Secara teknis terkait Rakerwil, Jundullah menambahkan:

60 Rifqi Argadianto, wawancara, Tuban, 02 November 2019.

61 Syahrul Ramadhan, wawancara, Loc Cit.