• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN FILSAFAT DAN ETIKA

Dalam dokumen Buku Etika dan Filsafat Komunikasi pdf (Halaman 189-195)

FILSAFAT, ETIKA, DAN KOMUNIKASI

B. HUBUNGAN FILSAFAT DAN ETIKA

Filsafat ialah seperangkat keyakinan-keyakinan dan sikap-sikap, cita-cita, aspirasi-aspirasi dan tujuan-tu ju an, nilai-nilai dan norma-norma, aturan-aturan dan prin sip etis. Menurut Sidney Hook, filsafat juga pencari ke benaran, suatu persoalan nilai-nilai dan pertimbangan-pertimbang- an nilai untuk melaksanakan hubungan-hu bung an ke- manusiaan secara benar dan juga berbagai pe ngetahuan tentang apa yang buruk atau baik untuk me mutuskan ba- gaimana seseorang harus memilih atau ber tindak dalam kehidupannya.

Florence Kluckholn, mengindentifikasikan sejumlah orientasi nilai yang tampaknya berkaitan dengan ma sa- lah kehidupan dasar :

1. Manusia berhubungan dengan alam atau lingkungan fisik, dalam arti mendominasi, hidup dengan atau di- taklukan alam.

2. Manusia menilai sifat/hakikat manusia sebagai baik, atau campuran antara baik dan buruk.

3. Manusia hendaknya becermin pada masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.

4. Manusia lebih menyukai aktivitas yang sedang di- lakukan, akan dilakukan, atau telah dilakukan.

5. Manusia menilai hubungan dengan orang lain, da-

lam kedudukan yang langsung, individualistis, atau posisi yang sejajar.

Orientasi nilai tersebut sangat berbeda di antara ber- bagai kebudayaan dan subbudaya dalam masyarakat.

Orientasi nilai budaya itu dinyatakan dalam konsep-kon- sep, sikap-sikap, dan harapan-harapan orang, yang ber- sangkut paut dengan diri mereka sendiri atau orang lain, khususnya sebagai bagian dari peranan-peranan sosial yang mereka sandang dalam masyarakat.

Nilai-nilai mempunyai tingkatan-tingkatan, seperti:

1. Nilai-nilai akhir atau abstrak, seperti: demokrasi, keadilan, persamaan, kebebasan, kedamaian dan ke- majuan sosial, serta perwujudan diri dan penentuan diri.

2. Nilai-nilai tingkat menengah, seperti: kualitas keber- fungsian manusia/pribadi, keluarga yang baik, per- tumbuhan, peningkatan kelompok, dan masyarakat yang baik.

3. Nilai-nilai tingkat ketiga merupakan nilai-nilai ins- tru mental atau operasional yang mengacu kepada ci ri-ciri perilaku dari lembaga sosial yang baik, pe- merin tah yang baik, dan orang profesional yang baik.

Misalnya da pat dipercaya, jujur, dan memiliki di sipli n diri.

4. Nilai-nilai dan norma-norma yang telah diinternalisa- sikan ke dalam diri individu, akan menjadi kerangka referensi individu tersebut, sebagai prinsip-prinsip etik. Prinsip-prinsip etik tersebut menjadi dasar orien- tasi dan petunjuk bagi kita dalam mengatasi ma sa- lah-masalah kehidupan menjalin hubungan sosial dengan orang lain. Prinsip etik tersebut membantu

pula mengatur dan memberikan makna dan kesatu- an yang bulat terhadap kepribadian kita; motivasi kita dalam memilih perilaku kita, tujuan-tujuan dan gaya hidup, serta memungkinkan kita memperoleh landasan pembenaran dan pengambilan keputusan terhadap tindakan yang kita lakukan.

C. PERBEDAAN ETIKA, ETIKET, MORAL, DAN AGAMA 1. Perbedaan Etika dan Etiket

Kadang dalam kehidupan sehari-hari, batas antara etika dan etiket bisa sangat tipis. Padahal dua termino- logi tersebut sangat berbeda satu sama lain, meskipun di sana sini tetap masih ada persamaan antara etika dan etiket. Persamaannya adalah bahwa etika dan etiket me- nyang kut tindakan dan perilaku manusia, etika dan etiket mengatur perilaku manusia secara normatif.

Sementara ini ada beberapa perbedaan pokok antara eti ka dan etiket (lihat Darji Darmodiharjo dan Shidarta, 2004: 257):

1. Etika menyangkut cara perbuatan yang harus dila- kukan oleh seorang atau kelompok tertentu. Etiket mem berikan dan menunjukkan cara yang tepat da- la m bertindak. Sementara itu, etika memberikan nor- ma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut apakah suatu perbuatan bisa dilakukan antara ya dan tidak.

2. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan sosial. Jadi eti- ket selalu berlaku ketika ada orang lain. Sementa ra itu, etika tidak memerhatikan orang lain atau ti dak.

3. Etiket bersifat relatif. Dalam arti bahwa terjadi kera- gaman dalam menafsirkan perilaku yang sesuai de-

ngan etiket tertentu. Etika jauh lebih bersifat mutlak.

Prinsip etika bisa sangat universal dan tidak bisa ada proses tawar-menawar.

4. Etiket hanya menyangkut segi lahiriah saja. Sementa- ra, etika lebih menyangkut aspek internal manusia.

Da lam hal etiket, orang bisa munafik. Tetapi dalam hal dan perilaku etis, manusia tidak bisa bersifat kon tradik tif.

2. Perbedaan Etika dan Estetika

1. Pembahasan etika lebih menitikberatkan pada baik- buruknya atau benar-tidaknya tingkah laku dan tin- dakan manusia serta sekaligus menyoroti kewajiban tanggung jawab manusiawi.

2. Etika berkaitan dengan apa yang menjadi dasar bah- wa tindakan manusia adalah baik atau buruk, benar atau salah.

3. Etika terapan menjadi fokus perhatian, misalnya kita mengenal etika profesi, kode etik, rambu-rambu etis, etika politik, etika lingkungan, bioetika dan lainnya.

Sedangkan estetika memiliki karakter sebagai berikut:

1. Mempermasalahkan seni atau keindahan yang dipro- duksi oleh manusia. Soal apresiasi yang harus dilaku- kan dalam proses kreatif manusiawi.

2. Estetika: estetika deskriptif (menjelaskan dan melu- kiskan fenomena pengalaman keindahan) dan esteti- ka normatif (menyelidiki hakikat, dasar, dan ukuran pengalaman keindahan).

3. Estetika berkaitan dengan imitasi atau reproduksi re- a litas. Seni sebagai ekspresi sosial atau ekspresi per- sonal atas suatu realitas.

3. Perbedaan Moral dan Hukum

Sebenarnya atau keduanya terdapat hubungan yang cukup erat. Karena antara satu dengan yang lain saling memegaruhi dan saling membutuhkan. Kualitas hukum itentukan oleh moralnya. Karena itu hukum harus dini lai/

diukur dengan norma moral. Undang-undang moral tidak dapat diganti apabila dalam suatu masyarakat ke sa daran moralnya mencapai tahap cukup matang. Sebalik nya mo- ral pun membutuhkan hukum, moral akan mengambang saja apabil tidak dikukuhkan, diungkapkan, dan dilem- bagakan dalam masyarakat. Dengan demikian, hukum da pat meningkatkan dampak sosial moralitas.

Walaupun begitu tetap saja antara moral dan hukum harus dibedakan. Perbedaan tersebut antara lain:

1. Hukum bersifat objektif karena hukum dituliskan dan disusun dalam kitab undang-undang. Maka, hu- kum lebih memiliki kepastian yang lebih besar.

2. Norma bersifat subjektif dan akibatnya sering kali diganggu oleh pertanyaan atau diskusi yang meng- inginkan kejelasan tentang etis dan tidaknya.

3. Hukum hanya membatasi ruang lingkupnya pada ting- kah laku lahiriah manusia saja.

4. Sedangkan moralitas menyangkut perilaku batin se- seorang.

5. Sanksi hukum bisanya dapat dipaksakan.

6. Sedangkan sanksi moral satu-satunya adalah pada kenyataan bahwa hati nuraninya akan merasa tidak tenang.

7. Sanksi hukum pada dasarnya didasarkan pada ke- hendak masyarakat.

8. Sedangkan moralitas tidak akan dapat diubah oleh masyarakat

4. Perbedaan Etika dan Agama

Etika mendukung keberadaan agama, di mana etika sanggup membantu manusia dalam menggunakan akal pikiran untuk memecahkan masalah. Perbedaan antara etika dan ajaran moral agama yakni etika mendasarkan diri pada argumentasi rasional. Sedangkan agama menun- tut seseorang untuk mendasarkan diri pada wahtu Tuhan dan ajaran agama.

Dalam agama ada etika dan sebaliknya agama meru- pakan salah satu norma dalam etika. Kedua berkaitan, namun terpisahkan secara teoritis. Dalam tataran prak- tis kita tidak bisa mengesampingkan salah satu di anta- ranya. Kita misalnya, tidak bisa berbuat suatu hal yang lantas hanya didasarkan pada agama saja tanpa memer- hatikan etika atau sebaliknya. Keberagamaan pada da- sarnya memerhatikan etika yang berlaku, dan sebaliknya seseorang akan dikatakan memiliki etika, jika kemudian memerhatikan agama yang ada.

5. Perbedaan Etika dan Moral

Etika lebih condong ke arah ilmu tentang baik atau buruk. Selain itu etika lebih sering dikenal sebagai kode etik. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas danatau nilai yang berkenaan dengan baik buruk.

Dua kaidah dasar moral adalah:

1. Kaidah sikap baik. Pada dasarnya kita mesti bersi- kap baik terhadap apa saja. Bagaimana sikap baik itu harus dinyatakan dalam bentuk yang konkret,

tergantung dari apa yang baik dalam situasi kong- kret itu.

2. Kaidah keadilan. Prinsip keadilan adalah kesama-an yang masih tetap mempertimbangkan kebutuhan orang lain. Kesamaan beban yang terpakai harus di pi kul kan harus sama, yang tentu saja disesuaikan dengan kadar anggota masing-masing.

Dalam dokumen Buku Etika dan Filsafat Komunikasi pdf (Halaman 189-195)