• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelompok dan Komunikasi Kelompok

Dalam dokumen Buku Etika dan Filsafat Komunikasi pdf (Halaman 168-172)

KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES SIMBOLIS

B. KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI SIMBOLIS

3. Kelompok dan Komunikasi Kelompok

Berhubung teori interaksionisme simbolis merupa- kan kajian sosial, maka perlu juga dibahas tentang kel- ompok dan komunikasi kelompok.

Menurut Onong Uchyana Efendi (2003: 71), dalam ilmu sosial apakah itu psikologi, atau sosiologi, yang disebut kelompok (group) bukan sejumlah orang yang berkelompok atau berkerumun bersama-sama di suatu tempa t, misalnya sejumlah orang di alun-alun yang secara bersama-sama sedang mendengarkan pidato tukang obat yang sedang mempromosikan dagangannya, atau ibu-ibu di pa sar yang secara bersama-sama sedang mengerumuni se orang pedagang sayur.

Apakah sejumlah orang yang secara bersama-sama berada di suatu tempat itu kelompok atau bukan, harus dilihat dari situasinya. Pada contoh di atas, mereka yang sedang mendengarkan bualan tukang obat dan ibu-ibu yang tengah menawar sayur, adalah orang-orang dalam situasi kebersamaan (togetherness situation). Beradanya mereka di situ secara bersama-sama adalah kebetulan sa- ja, karena tertarik perhatiannya kepada sesuatu. Mereka tidak saling kenal. Kalaupun terjadi interaksi atau inter- komunikasi, terjadinya hanya saat itu saja; sesudah itu ti dak pernah terjadi lagi interaksi dan interkomunikasi.

Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk men capai dua tujuan: (a) melaksanakan tugas kelompo k, dan (b) memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan per tama diukur dari hasil kerja kelompok disebut prestas i (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat ke- puas an (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok be-

lajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan se jauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok.

Lain dengan situasi kelompok (group situation). Da- lam situasi kelompok terdapat hubungan psikologis. De- ngan demikian, orang-orang yang terikat oleh hubung an psikologis itu tidak selalu berada secara bersama-sama di suatu tempat, mereka dapat saja terpisah, tetapi meski terpisah, tetap terikat oleh hubungan psikologis, yang me nyebabkan mereka berkumpul bersama secara ber- ulang-ulang, bisa setiap hari. Contohnya adalah mahasis- wa, karyawan suatu perusahaan, anggota pengajian, dan seterusnya.

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempun- yai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain un- tuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lain - nya, dan memandang mereka sebagai bagian dari ke- lompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluar g a, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga me libatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyak an teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi ko mu nikasi kelompok.

Michael Burgoon dan Michael Ruffner (dalam Sasa Djuarsa Sendjaja, Ph.D. 2002: 3.1) memberi batasan ko- mu nikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari ti ga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki, seperti berbagi informasi, pe- me liharaan diri, atau pemecahan masalah sehingga se-

mua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.

Ada empat elemen yang tercakup dalam definisi di atas, yaitu:

Interaksi tatap muka, terminologi tata muka mengan- dung makna bahwa setiap anggota kelompok harus da pat melihat dan mendengar anggota lainnya dan juga harus dapat mengatur umpan balik secara verba l maupun nonverbal dari setiap anggotanya.

Jumlah partisipan yang terlibat interaksi, jumlah ang gota komunikasi kelompok berkisar antara 3-20 orang. Pertimbangannya, jika jumlah partisipan me- lebihi 20 orang, kurang memungkinkan berlangsung- nya elemen interaksi tatap muka.

Maksud dan tujuan yang dikehendaki, bermakna bah- wa maksud atau tujuan tersebut akan memberika n beberapa tipe identitas kelompok. Misal: kalau tuju- an kelompok tersebut adalah berbagi informasi, ma- ka komunikasi kelompok yang dilakukan dimaksud- kan untuk menanamkan pengetahuan.

Kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan ka rakteristik pribadi anggota lainnya. Ini mengan- dung arti bahwa setiap anggota kelompok secara tidak lang sung berhubungan satu sama lain dan maksud/

tujuan kelompok telah terdefinisikan dengan jelas, di samping itu identifikasi setiap anggota dengan ke- lompoknya relatif stabil dan permanen.

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang ber- langsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok

“kecil”, seperti dalam rapat, pertemuan, konferensi, dan sebagainya. Michael Burgoon mendefinisikan komunikasi

kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, se- perti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat meng inga t karak- teristik pribadi anggota-anggota yang lain se ca ra tepat.

Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mem punyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap mu ka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untu k mencapai tujuan kelompok.

Jalaludin Rakhmat (2001: 139), membedakan kelom- pok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, seba- gai berikut:

a. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersi fa t dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus ke pri- badian kita yang paling tersembunyi, menyingkap un- sur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan da lam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit se kali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.

b. Komunikasi pada kelompok primer bersifat perso- nal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.

c. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan as- pek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelom- pok primer adalah sebaliknya.

d. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, se dangkan kelompok sekunder instrumental.

e. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, se dangkan kelompok sekunder formal.

Onong, selanjutnya membagi kelompok menjadi dua jenis, yakni kelompok kecil (small group, micro group)

dan kelompok besar (large group, macro group). Perka- taan kecil dan besar dalam pengertian ini bukan saja merujuk pada besar kecilnya jumlah orang yang bersa- ma-sama berkumpul dalam suatu tempat, melainkan fak- tor psikologis yang mengikat mereka.

Dalam dokumen Buku Etika dan Filsafat Komunikasi pdf (Halaman 168-172)