BAB VIII
Studi doctrinal ini berarti studi yang berkenaan dengan ajaran atau studi tentang sesuatu yang bersifat toritis dalam arti tidak praktis. Maksudnya tidak praktis yaitu ajaran itu belum menjadi sesuatu bagi seseorang yang dijadikan dasar dalam berbuat atau mengerjakan sesuatu. Jadi studi doctrinal adalah studi tentang ajaran Islam atau studi Islam dari sisi teori-teori yang dikemukakan oleh Islam.
Islam didefinisikan oleh sebagian ulama sebagai berikut:
“al-Islamu wahyun ilahiyun unzila ila nabiyyi Muhammadin SallAllahu’alaihi wasallam lisa’adati al-dunya wa al-akhirah” (Islam adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman untuk kebahagiaan hidup didunia dan akhirat).3
Berdasarkan pada definisi Islam sebagaimana dikemukakan di atas, maka inti dari Islam adalah wahyu. Sedangkan wahyu yang dimaksud di atas adalah Al-Qur’an dan al-Sunnah. Al- Qur’an yang kita kenal sekarang dalam bentuk mushaf yang terdiri dari tiga puluh juz, mulai dari surah al-Fatihah dan berakhir dengan surah an-Nas, yang jumlahnya 114 surah.
Sedangkan al-Sunnah telah terkodifikasikan sejak sekitar tahun tiga ratus hijjriah.
Dari kedua sumber itulah, Al-Qur’an dan al-Sunnah, ajaran Islam diambil. Namun meski mempunyai dua sumber, ajaran Islam yang digali dari dua sumber tersebut memerlukan keterlibatan ulama dalam memahami dua sumber ajaran tersebut. Keterlibatan tersebut dalam bentuk ijtihad. Dengan ijtihad ini, maka ajaran berkembang. Karena ajaran Islam yang ada di dalam dua sumber tersebut ada yang tidak terperinci, banyak yang diajarkan secara garis besar atau global.
Dengan demikian, maka ajaran Islam selain termaktub di dalam Al-Qur’an dan al-Sunnah, termaktub pula di dalam penjelasan atau tafsiran-tafsiran para ulama melalui ijtihad itu.
Sampai di sini jelaslah, bahwa ajaran Islam itu selain langsung
3M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1998), 19.
diambil dari Al-Qur’an dan al-Sunnah, ada yang diambil melalui ijtihad.
Studi Islam dari sisi doctrinal itu kemudian menjadi sangat luas, yaitu studi tentang ajaran Islam baik yang ada di dalam Al-Qur’an maupun yang ada di dalam al-Sunnah serta apa yang menjadi penjelasn kedua sumber tersebut dengan melalui ijtihad.
Cara menetapi Al-Qur’an dan Hadits itu wajib dengan jalan lima bab (lima doktrin) yang merupakan adanya syarat adanya sahnya mengaji, sebagai berikut:
• Mengaji Al-Qur’an dan Hadits
• Mengamalkan Al-Qur'an dan Hadits
• Membela Al-Qur'an dan Hadits
• Berjama’ah secara Al-Qur'an dan Hadits
• Ta’at kepada Allah, ta’at kepada Rosul, dan ta’at kepada Imam/Amir.4
Penjelasan mengenai lima buah bab (lima doktrin) di atas sebagai berikut:
• Mengaji Al-Qur’an dan Hadits yaitu belajar dengan sistem sebagai berikut:
- Tingkatan pertama: mengenai huruf dalam mempelajari pendidikan akhlak atau bacaan.
- Tingkatan menengah: memahami pelajaran Al-Qur’an dan Hadits, kemurnian cara peribadatan, cara pembaca, cara pengertian dan terjemahnya.
- Tingkatan ketiga: di asramakan secara penuh menerima pelajaran hingga selesai pada waktu yang telah ditentukan menurut pelajaran-pelajaran yang akan dipelajari dengan mempelajari Al-Qur’an dan Hadits secara penuh.5
• Mengamalkan Al-Qur’an dan hadits, Setelah mengaji dan faham harus diamalkan isinya yang mampu untuk
4Nur Hasyim, Al-Qur’an dan Hadits Jama’ah adalah Agama Islam Itu Sendiri (Kediri:
tp, 1970), 23
5Anggaran Dasar Madrasah Darul Hadits (Kediri: tp, 1957), 98.
mengamalkan dan pengalaman yang tidak mengganggu kepada masyarakat dan menyebabkan larangan Allah dengan mengharap surga dan selamat dari api neraka.
• Membela Al-Qur’an dan Hadits, Setelah dikaji dan diamalkan dengan lancar, maka diadakan pembelaan terhadap Al- Qur’an dan Hadits dengan jalan antara lain yang memiliki ilmu Al-Qur’an dan Hadits mengajarkan yang belum memiliki. Yang belum memiliki belajar kepada yang sudah memiliki, kemudian bersama-sama mengamalkannya.
Dengan dakwah membutuhkan tenaga dan biaya, maka pengeluaran tenaga benda termasuk pembelaan agama Allah juga.
• Berjama’ah secara Al-Qur’an dan Hadits adalah merupakan jalan untuk masuk surga Allah dan selamat dari api neraka.
Perlu penulis tegaskan bahwa yang termasuk secara berjama’ah itu ialah mengaji Qur’an dan Hadits yang diamiri oleh Amir/Imam IJ (Islam Jama’ah).
• Ta’at pada Allah, ta’at pada Rosul, dan ta’at pada Imam/
Amir, penasehat/penata agama secara Al-Qur’an dan Hadits. Kata’atan menurut faham aliran IJ (Islam Jama’ah) adalah ta’at yang diwajibkan oleh Allah, Rosul, dan para Amir/Imam.
Perlu ditambahkan disini bahwa menta’ati Amir karena Allah, selama nasehat-nasehat Amir itu dalam batas kemampuan tidak maksiat dan tidak menimbulkan kerugian serta kerusakan bagi masyarakat dan negara yang merupakan ibadah agama dan sekali-kali bukanlah suatu kultus individu (pemujaan pribadi), sebab menta’ati Amir karena Allah dalam bentuk dan sifat yang demikian itu mempunyai landasan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Hadits Nabi.6
Cara menjalankan perintah ta’at sebagai berikut:
• Menjalankan semua perintah-peritah Allah dimana Al-Qur’an yang kita mampu dan yang pengalaman/
6Hasyim, Al-Qur’an dan Hadits Jama’ah, 20.
penetapannya tidak menimbulkan kerugian dan kerusakan bagi masyarakat dan negara.
• Menjauhi larangan Allah dalam Al-Qur’an yang kita mampu dan penerapannya tidak menimbulkan kerugian dan kerusakan bagi masyarakat dan negara.
• Mempercayai semua cerita-cerita Allah dalam Al-Qur’an sejauh pengetahuan kita.
• Mengagungkan dan menghormat Al-Qur’an sebagai agama Allah serta tidak menghina atau meremehkan Al-Qur’an.
Menta’ati Rosul ialah dengan jalan :
• Menjalankan semua perintah-perintah Allah didalam Al-Qur’an yang kita mampu dan penetapannya tidak menimbulkan kerugian atau kerusakan bagi masyarakat dan negara.
• Menjauhi semua larangan Rosul didalam Hadits yang kita mampu untuk menjauhi dan penerapannya tidak menimbulkan kerugian atau kerusakan bagi masyarakat dan negara.
• Mempercayai cerita-cerita Rosul didalam Hadits sejauh pengetahuan kita.
• Mengagumkan dan menghormati Hadits sebagai syiar agama, tidak menghina atau meremehkan hadits.
Menta’ati Amir/Imam Agama Islam ialah menta’ati nasehat- nasehatnya secara terbatas dan secara bersyarat dengan jalan:
• Nasehat Amir yang harus dita’ati itu terbatas dalam bidang agama, tidak menyangkut bidang selain agama.
• Dengan syarat tidak bertentangan dengan Al-Qur'an dan Hadits. Kalau bertentangan Al-Qur'an dan Hadits maka nasehat Amir/Imam itu tidak boleh dita’ati diluar.
• Dalam batas kemampuan kita, kalau diluar kemampuan kita nasehat itu tidak boleh kita ta’ati sebab menta’ati diluar kemampuan itu berarti berbuat kerusakan, itu adalah larangan Allah.
• Dengan syarat penerapannya tidak menimbulkan kerugian atau kerusakan bagi masyarakat atau negara.7
1. Islam sebagai Doktrin
Islam didefinisikan oleh sebagian ulama sebagai berikut: