• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian interaksi sosial

Dalam dokumen STUDI ISLAM Dalam DINAMIKA GLOBAL (Halaman 164-168)

INTERAKSI SOSIAL

B. Pengertian interaksi sosial

Interaksi sosial menurut kutipan Gillin and Gillin, cultural sosiologi yakni interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antar orang-perorangan, antara kelompok dengan manusia,maupun peorangan dengan kelompok.4 Menurut beberapa ahli mengatakan interaksi sosial yakni:5

• George simmel, hakikat hidup bermasyarakat terdiri dari relasi-relasi yang mempertemukan mereka dalam usaha- usaha bersama, seperti beragama, pencarian nafkah, perkawianan, hidup berkeluarga dan pendididkan, rekreasi dan pertahanan.

2Didiek Ahmad Supadie, dkk. Pengantar Studi Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2012), hal.35-36.

3Ida Umami. Manusia dan Perikehidupan Sosial Masyarakat. “akademika”.Vol 13 No. 02 Juli 2008, 145.

4Ishomuddin,Sosiologi Perspektif Islam(Malang:UMM,2005),164.

5Ibid., 164-166.

• Menurut weber, hakikat interaksi sosial dalam mengarahkan kelakuan kepada orang lain.

• Talcott Parsons ia membedakan antara Ego (aku)dan orang lain dan menempatkan perilaku mereka dalan suatu kerangka analisis yang terdiri dari empat tingkatan yakni:

- Organisme: menyebabkan perilaku tertentu, melainkan berperan sebagai conditioning factors, yaitu unsur – unsur yang mengenakan pembatasan –pembatasan perilaku.

- Kepribadian: interaksi sosial ditinjau dari tingkatan diri yang terlibat. (cognitive orientation) pribadi yang berfikir apa yang di buat (cathectic orientation) mempertimbangkan tindakannya dan (evaluative orientation) memutuskan tindakannya.

- Sistem sosial, setiap individu bertindak ditengah lingkungan sosial.

- Sistem budaya, sistem sosial tidak berdiri sendiri lepas bebas dan tanpa pendasaran,melainkan menjewantahkan nilai-nilai budaya atau suatu kebudayaan.

Uraian tentang harkat dan martabat manusia ini tidak hanya sekedar mengidentifikasi ciri-ciri manusia yang membedakannya dari binatang, tumbuhan, mesin, dan makhluk-makhluk lainnya beberapa aliran antara lain aliran materialisme, spiritualisme dan eksistensialisme. Pandangan aliran materialisme terhadap manusia adalah apa yang nampak sebagai wujudnya, terdiri dari zat(darah, daging dan tulang). Manusia tunduk dan terlibat dengan hukum alam sebab akibat(kausalitas) dan hukum objektif. Manusia adalah makhluk reaksi, yang pola reaksinya disimpulkan sebagai satu stimulus respon yang tidak dapat dipisahkan dari hubungan manusia lain.

Pandangan yang tidak jau berbeda dikemukakan oleh Aristotle bahwa pada dasarnyamanusia terdiri dari unsur jiwa dan badan. Jiwa dan badan dianggap sebagai dua aspek yang

menyangkut satu substansi saja. Oleh karena itu, manusia selain sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial yang memiliki fisik dan tidak terpisahkan dari makhluk lain. Dua aspek saling berhubungan sebagai bentuk dan materi. Karena bentuk dan materi masing-masing berperan sebagaipotensi.

Aliran spiritualisme memandang bahwa manusia tidak dapat melepaskan hubungan dengan manusia lain dan juga dengan zat yang kekal. Menurut salah satu tokoh aliran spiritualisme yaitu Plato yang berpendapat bahwa ajaran Plato yang berintikan dualisme memandang bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat dilepaskan dari makhluk lainnya. Dalam aliran ini juga ditegaskan bahwa keutamaan manusia adalah apabila ia memiliki kelurusan budinya yang tentu saja hal ini sangat berkaitan dengan orang lain. Salah satu tokoh spiritualis lainnya yaitu Thomas Aquino yang pada prinsipnya memandang bahwa manusia pada dasarnya selain sebagai makhluk rohani sekaligus adalah makhluk jasmani dengan keutamaan budinya dan kehendaknya melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan orang lain.

Aliran eksistensialisme yang antara lain dipelopori oleh Soren Kierkegaard, Jean Paul Sarte dan Gabriel Marcel menyimpulkan bahwa manusia pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari manusia lainnya. Hidup bersama pada dasarnya adalah cinta.Semua pergaulan, semua perbuatan bersama tidak dapat dilepaskan peran manusia baik sebagai subjek maupun sebagai objek dalam lingkungannya.Peri kehidupan sosial manusia juga dapat ditinjau dari falsafah pancasila. Menurut Gunawan falsafah pancasila memandang manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus sebagai makhluk sosial. Manusia ditempatkan pada keluhuran harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan kesadaran untuk mengembangkan kodratnya sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial.6 Faktor–faktor interaksi sosial:

6Ida Umami. Manusia dan Perikehidupan Sosial Masyarakat. “Akademika”.

Vol.13 No. 02. Juli 2008. 142-143.

• Imitasi: proses sosial atau tindakan sosial untuk meniru orang lain baik sikap, penampilan gaya hidupnya, bahkan pula segala yang dimilikinya.

• Sugesti: rasangan,pengaruh atau stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu lainnya.

• Identifikasi: kecendrungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain.

• Simpati: suatu proses ketika seseorang merasa tertarik pada pihak lain berkaitan dengan perilaku atau penampilannya.

• Empati:kemampuan untuk merasakan diri seolah –olah dalam keadaaan orang lain dan ikut merasakan hal-hal yang dialami atau dirasakan orang lain.

• Motivasi: dorongan, rangsangan pengaruh atau stimulan yang diberikan individu lainnya.7

Kedudukan manusia sebagai makhluk individu dan sekaligus sebagai makhluk sosial menyebabkan ia selalu dalam keadaan memilih antara kepemihakan kepada kepentingan bersama secara kolektif. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendirian, kehadirannya di bumi sejak awal kehidupannya mulai masa pre-netal, bayi, balita, anak-anak, remaja, pemuda, dewas, manula hingga meninggalnya pun masih membutuhkan orang lain. Tidak ada satupun manusia yang tidak membutuhkan orang lain, sehebat apapun manusia itu. Justru semakin tinggi kedudukan seseorang semakin tinggi pula kebutuhannya terhadap orang lain. Di sisi lain, semakin lemh posisi seseorang semakin tinggi pula ketergantungan kepada orang lain. Jelasnya, setiap orang dalam keadaan bagaimanapun pasti membutuhkan orang lain.

Kesadaran tentang kebutuhan terhadap orang lain merupakan bukti kuat bahwa sesungguhnya manusia yang kini terdiri atas berbagai bangsa dengan keragaman suku, budaya, agama, dan semacamnya pada dasarnya merupakan satu kesatuan kemanusiaan. Artinya, perbedaan identitas etnis,

7Ishomuddin,op, cit.,167-171.

budaya, ideologi, afiliasi politik dan agama atau kepercayaan adalah implikasi historis dari respons manusia terhadap dinamika sosial yang idup dan berkembang di sekitarnya.

Namun, di bumi manapun, atau dalam masa apapun manusia itu hidup tetap saja merupakan manusia yang memiliki kesamaan substan dengan manusia lain, dimana setiap orang perlu dihargai hak-haknya, memiliki kelebihan disamping kekurangan dan oleh karenanya selalu membutuhkan orang lain.

Manusia dalam jumlah yang banyak terdiri atas berbagai organisasi atau perkumpulan serta afiliasi baik yang bersifat formal maupun tidak formal. Pertemuan sejumlah individu dalam satu organisasi sosial tidak hanya menentukan kesamaan pandangan dan kepentnan. Apabila individu yang berkumpul tersebut masing-masinh memiliki pandangan serta kepentingan yang sama, maka bisa dipastikan akan terjadi hubungan yang harmonis antar individu dalam organisasi tersebut. Namun jika pandangan dan kepentingan yang diperjuangkan itu berbeda, maka hal itu bisa memunculkann pwesoalan yang berakibat pada ketegangan sosial atau konflik antara para pendukung kepentingan-kepemtingan yang berbeda itu. Untuk masing-masing pihak terutama pemimpin atau tokoh dari masing-masing organisasi kemasyarakatan yang ada untuk membangaun satu sistem yang mengikat masing-masing pihak agar bisa terhindar dari perselisihan yang dapat berujung pada konflik yang tidak diinginkan.8

Dalam dokumen STUDI ISLAM Dalam DINAMIKA GLOBAL (Halaman 164-168)