• Tidak ada hasil yang ditemukan

Purwi Rahayu1*, Agus Danawan2, Andi Suhandi2, Ani Amiyati3

1PPG Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudhi Bandung 40154

2Departemen Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudhi Bandung 40154

3SMA Negeri 10 Bandung, Jl. Cikutra No.77 Bandung 40124, Indonesia Email: [email protected]

ABSTRAK

Pembelajaran Fisika di Kelas XI MIA_2 SMA Negeri 10 Bandung Tahun Ajaran 2016/2017 bersifat informatif verbal, teacher center dan tidak menggunakan pendekatan proses, sehingga keterampilan proses sains siswa belum optimal, terutama pada aspek menarik kesimpulan. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran POGIL (Process Oriented Guided Inquiry Learning). Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (slassroom action research) yang bertujuan untuk menuntaskan capaian keterampilan proses sains siswa melalui model pembelajaran POGIL (Process Oriented Guided Inquiry Learning) pada siswa Kelas XI_MIA 2 SMA Negeri 10 Bandung semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017. Subjek penelitian terdiri atas 40 orang siswa.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Masing-masing dilaksanakan dalam satu kali pertemuan.

Pengumpulan data hasil ketuntasan keterampilan proses sains dilakukan dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, lembar observasi KPS dan post test KPS pada akhir siklus I dan siklus II. Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil analisis kuantitatif data hasil keterampilan proses sains menunjukkan bahwa jumlah siswa yang berada pada kategori “baik sekali” pada siklus I adalah 35% dengan nilai rata-rata KPS 73,25 dan siklus II 72,5% dengan nilai rata-rata KPS 81,88. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa kelas XI MIA 2 SMA Negeri 10 Bandung sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan peneliti yaitu dikatakan berhasil jika sudah mencapai presentase keberhasilan 70%. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran fisika melalui model pembelajaran POGIL dapat menuntaskan keterampilan proses sains siswa, yaitu pada aspek kemampuan menarik kesimpulan dengan presentase KPS sebesar 72,5% dari 70% indikator keberhasilan yang ditetapkan.

Kata Kunci: Keterampilan proses sains; model POGIL

ABSTRACT

Learning Physics in Class XI SMAN 10 Bandung MIA_2 Academic Year 2016/2017 is informative verbal, teacher centers and not using a process approach, so that the students' science process skills is not optimal, especially in terms of drawing conclusions.The efforts to contend the problem of learning in SMA Negeri 10 Bandung is by applying POGIL’s (Process Oriented Guided Inquiry Learning) model. This research is a classroom action research which aims to complete the achievements of student’s science process skills by means of POGIL’s (Process Oriented Guided Inquiry Learning) learning model in Class XI_MIA 2 of SMA Negeri 10 Bandung in the first semester for the academic year 2016/2017.

The subject of this research consisted of 40 students. This research was conducted in two cycles consist of planning, action, observation and reflection. Each hekd in one meeting.

The collection of data from science process skills completeness is done by using learning materialize sheet observation, KPS sheet observation, and post test of science process

Seminar Nasional Fisika (SINAFI) 2016

55 skills at the end of the first cycle and the second cycle. The data obtained were analyzed

quantitatively and qualitatively. The results of quantitative analysis result data science process skills showed that the number of student’s who are in the category of “excellent” in the first cycle was 35% with an average KPS value was 73,25 and the second cycle 72,5%

with an average KPS value was 81.88. The results of quantitative analysis showed that the students’s science process skills of XI MIA 2 SMA Negeri 10 Bandung has reached an indicator of success is determined researchers is said to be successful if it reaches the percentage of achieves indikator is 70%. Based on these results, we can conclude that learning physics by means of POGIL’s learning model can complete the students’s science process skills,namely the ability to draw conclusions aspect with KPS percentage to 72.5%

from 70% of achieve indicator.

Keywords: Science Process Skill; POGIL’s model

PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, maka proses pembelajaran pada satuan pendidikan hendaknya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan psikis serta psikologis peserta didik [1] .

Dalam hal ini, tentu saja tugas guru berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua siswanya [2]. Guru juga harus bisa menciptakan suasana belajar yang kondusif sehingga tercipta pengalaman belajar siswa yang maksimal. Aktivitas siswa dapat ditumbuhkembangkan dengan optimal melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran yang berbasis pada siswa. Hal tersebut tentunya akan memicu siswa untuk mendayagunakan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis dan analitis dalam menyelesaiakan permasalahan yang mereka hadapi [3]. Oleh karena itu, seharusnya guru dapat memilih model pembelajaran yang bisa mengoptimalkan keterampilan proses sains siswa (KPS). Pemilihan model pembelajaran akan sangat menentukan bagaimana aktivitas siswa dan guru dalam

proses pembelajaran tersebut [4]. Pembelajaran dalam penerapan KPS diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam memproses pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep dan nilai-nilai yang diperlukan. Keterampilan proses sains itu sendiri adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. Keterampilan proses sains sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki. KPS dapat dikembangkan melalui pengalaman langsung karena siswa dapat lebih menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan [5].

Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui kegiatan observasi dan wawancara dengan guru fisika kelas XI SMA Negeri 10 Bandung tentang keterampilan proses sains siswa, diperoleh informasi bahwa siswa rata- rata memiliki kemampuan yang baik dalam hal mengamati, menanya, mengumpulkan data, dan mengasosiasi. Namun siswa masih banyak mengalami kesulitan pada aspek menarik kesimpulan. Hal ini didasarkan pada hasil observasi siswa kelas XI MIA_2 SMA Negeri 10 Bandung yang berjumlah 40 siswa.

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dari 40 siswa, hanya 30% yang mempunyai kemampuan baik pada aspek menarik kesimpulan. Akar permasalahannya yaitu karena pembelajaran bersifat informatif verbal, teacher centered dan tidak menggunakan pendekatan proses, sehingga keterampilan proses sains siswa belum optimal.

Untuk itu, perlu adanya inovasi pembelajaran

P. Rahayu, dkk, - Penerapan Model Pembelajaran POGIL

56 yang bisa meningkatkan kemampuan siswa

dalam menarik kesimpulan. Salah satu model pembelajaran yang melatih keterampilan proses sains siswa adalah model Proces Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL).

Model pembelajaran POGIL merupakan pembelajaran inkuiri yang berorientasi proses dan berpusat pada siswa, berbasis penelitian, berpusat pada peserta didik dan ilmu pedagogi

[6]. Pada model ini, peserta didik bekerja dalam kelompok kecil untuk terlibat proses inkuiri terbimbing. Pada proses tersebut, peserta didik menggunakan bahan yang dirancang dengan hati-hati agar dapat mengarahkan dan membimbing peserta didik untuk membangun pengetahuan [7]. Kegiatan pembelajaran dalam POGIL terancang dalam satu siklus pembelajaran yang terdiri atas tiga tahap yaitu:

eksplorasi, penemuan konsep atau formasi, dan aplikasi [6].

POGIL merupakan penyempurnaan dari inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yang dapat mempermudah pelaksanaan pembelajaran secara inkuiri baik di kelas maupun di laboratorium. Pada inkuiri terbimbing, peran guru terlalu dominan dan lebih menekankan pada proses siswa sedangkan POGIL memiliki penekanan pada proses dan konten yang erat kaitannya dengan keterampilan proses sains siswa. Hal ini akan membantu siswa dalam penguasaan konsep sehingga mempermudah dalam menarik kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan. Model pembelajaran POGIL memberikan pengaruh positif terhadap keterampilan proses sains (KPS) dan kemampuan kognitif siswa [8].

Dari uraian yang telah dikemukakan tersebut, maka pembelajaran POGIL layak untuk diimplementasikan dalam pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan kterampilan proses sains siswa khususnya kemampuan menarik kesimpulan. Oleh karena itu, penulis melakukan sebuah penelitian di SMA Negeri 10 Bandung yang berjudul “Menuntaskan Capaian Keterampilan Proses Sains Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran POGIL Pada Pokok Bahasan Suhu Dan Kalor”.

BAHAN DAN METODE

Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dengan 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu

perencanaan, tindakan, pengamatan/ observasi dan refleksi yang disertai dengan perancangan ulang.

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah keteramilan proses sains siswa dan model pembelajaran POGIL (Process Oriented Guided Inquiry Learning).

Definisi Operasional Variabel

1. Model Pembelajaran POGIL (Process Oriented Guided Inquiry Learning)

Model pembelajaran POGIL merupakan pembelajaran inkuiri yang berorientasi proses dan berpusat pada siswa. Model pembelajaran POGIL (Process Oriented Guided Inquiry Learning) merupakan penyempurnaan dari model pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry). POGIL memiliki penekanan pada proses dan konten yang erat kaitannya dengan keterampilan proses sains siswa. Hal ini akan membantu siswa dalam penguasaan konsep sehingga mempermudah dalam menarik kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan.

2. Keterampilan Proses Sains Siswa

Keterampilan Proses Sains Siswa dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai skor yang diperoleh siswa dari post test soal KPS, dalam hal ini adalah aspek kemampuan menarik kesimpulan. Aspek lain dari KPS seperti mengamati, menanya, berhipotesis, merancang

percobaan, menganlisis dan

mengkomunikasikan diamati dari lembar pengamatan KPS oleh observer.

Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 10 Bandung, dengan subjek penelitian terdiri dari 40 siswa kelas XI MIA_2 SMA Negeri 10 Bandung tahun ajaran 2016/2017 yang terdiri dari 17 orang siswa putra dan 23 siswa putri.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 yang berlokasi di SMA Negeri 10 Bandung.

Prosedur pelaksanaan Penelitian

Seminar Nasional Fisika (SINAFI) 2016

57 Pelaksanaan penelitian dilaksanakan

dalam dua siklus, dimana siklus pertama dan siklus kedua merupakan rangkaian yang saling berkaitan. Siklus berikutnya adalah perbaikan dari pelaksanaan siklus sebelumnya. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan tindakan, pengamatan serta refleksi. Skema keterkaitan antara siklus pertama dan siklus kedua dapat digambarkan sebagai berikut:

Siklus 1

a. Tahap Perencanaan

1) Membuat perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk setiap kali pertemuan dan silabus berdasarkan kurikulum yang dipakai di SMA N 10 Bandung.

2) Menyiapkan sumber belajar dan media pembelajaran berupa video pembelajaran, bahan dan alat untuk kegiatan demonstrasi dan praktikum materi suhu dan kalor serta buku penunjang sebagai bahan literasi peserta didik.

3) Membuat lembar observasi KPS sebagai bahan refleksi untuk sijlus selanjutnya.

4) Menyusun dan membuat alat evaluasi dalam hal ini tes keterampilan proses sains.

b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan kelas pada siklus I berlangsung selama satu kali pertemuan yang terdiri dari 4 jam pelajaran (4x45 menit). Tindakan yang dilakukan sesuai dengan RPP yang sudah dibuat dalam tahap perencanaan.

c. Tahap Observasi/ Pengamatan

1) Observasi dilakukan berdasarkan pedoman observasi selama proses

pembelajaran berlangsung yang dicatat oleh peneliti dengan menggunakan format observasi yang telah disusun.

2) Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh observer yaitu terkait keterampilan proses sains siswa selama pembelajaran berlangsung.

3) Memberikan post test KPS di akhir siklus.

4) Menganalisis data hasil observasi dan post test KPS siswa untuk mengetahui skor yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model POGIL.

d. Tahap Refleksi

Secara umum, siswa masih kurang termotivasi belajar sehingga kurang terfokus pada materi. Hal ini terlihat dari kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan, berdasarkan hasil post test yang dilakukan pada akhir siklus pertama, belum tercapai indikator ketercapaian yang ditetapkan oleh peneliti. Berdasarkan acuan siklus I tersebut, maka dijadikan sebagai acuan untuk melaksanakan siklus berikutnya yaitu Siklus II yang merupakan penyempurnaan tindakan pada siklus pertama.

Teknik Pengumpulan Data

Adapun data dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Data mengenai keterampilan proses sains siswa dalam aspek menarik kesimpulan diambil dengan memberikan post test soal KPS kepada siswa di setiap akhir siklus.

2. Data mengenai keterampilan proses sains siswa secara umum diambil dari lembar observasi KPS oleh observer.

3. Data keterlaksanaan pembelajaran diperoleh dari lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran yang diisi oleh observer di setiap siklus.

4. Data tentang refleksi diri serta perubahan- perubahan yang terjadi di kelas, diambil dari jurnal yang dibuat oleh guru pamong, dosen pembimbing dan observer.

Teknik Analisis Data

Data hasil keterampilan proses sains siswa yang diperoleh dalam penelitian dianalisis dengan prosedur sebagai berikut:

P. Rahayu, dkk, - Penerapan Model Pembelajaran POGIL

58 1. Membuat tabel distribusi data post test

keterampilan proses sains siswa yang meliputi subjek penelitian, nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata, dan standar deviasi. Data yang diperoleh diubah terlebih dahulu dari bentuk skor mentah menjadi bentuk nilai.

2. Membuat tabel pengkategorian keterampilan proses sains siswa berdasarkan kriteria yang dikemukakan oleh Suharsini Arikunto [9]. Berdasarkan hasil klasifikasi keterampilan proses sains siswa, maka kesimpulan akhir, apakah siswa kelas XI MIA_2 SMA Negeri 10 Bandung mencapai ketuntasan nilai rata- rata keterampilan proses sains siswa.

Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dari penelitian tindakan kelas ini adalah terjadinya peningkatan nilai rata-rata keterampilan proses sains siswa dari siklus pertama ke siklus berikutnya. Model pembelajaran yang ditetapkan akan efektif apabila 70% dari siswa

mencapai kategori keterampilan proses sains

“baik sekali”.

HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN Analisis Kuatitatif

Tabel 4.1 dan tabel 4.2 berikut ini menunjukkan statistik nilai keterampilan proses sains siswa pada siklus I dan siklus II serta distribusi dan presentase nilai tes keterampilan proses sains siswa kelas XI MIA 2 SMA Negeri 10 Bandung pada siklus I dan siklus II.

Tabel 4.1 statistik nilai KPS kelas XI MIA 2 SMA Negeri 10 Bandung pada siklus I dan

siklus II

Subjek Penelitian Nilai Statistik Siklus I Siklus II Nilai Terendah 53.00 62.00 Nilai Rata-Rata 73.25 81.88 Standar Deviasi 9.09 7.59

Subjek Penelitian 40 40

Nilai Tertinggi 93.00 95.00

Tabel 4.2 Distribusi dan presentase nilai tes KPS siswa kelas XI MIA 2 SMA Negeri 10 Bandung pada siklus I dan siklus II

Interval presentase KPS siswa pada pembelajaran fisika (%)

Kategori Siklus 1 Siklus 2

Frekuensi Presentase (%)

Frekuensi Presentase (%)

80-100 Baik

Sekali

14 35 29 72,5%

66-79 Baik 17 42.5 9 22,5

56-65 Cukup 8 20 2 5

40-55 Kurang 1 2,5 - -

0-39 Gagal - - - -

Jumlah 40 100 40 100

Refleksi Kegiatan

Bentuk perubahan tindakan yang dilkaukan adalah sebagai berikut:

a. Menambah waktu pengerjaan soal-soal post test KPS

b. Lebih menekankan dalam penguatan konsep agar materi essensial dapat tersampaikan.

c. Memberikan perhatian khusus pada siswa yang kurang berpartisipasi selama proses pembelajaran, dengan menunjuk langsung untuk memberikan tanggapan,

menyusun hipotesis dan menarik kesimpulan.

d. Memberikan motivasi kepada siswa dengan cara mengemukakan bahwa siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran akan mendapatkan nilai tambah.

e. Penguasaan kelas lebih ditingkatkan, yaitu dengan berkeliling ke seluruh bagian kelas.

Seminar Nasional Fisika (SINAFI) 2016

59 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil observasi siswa pada siklus I dengan menerapkan model pembelajaran POGIL, menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa dengan kategori “baik sekali” mencapai presentase hasil sebesar 35%, sedang dengan kategori

“baik” sebesar 42,5%, kategori cukup sebesar

“20% dan ada 2.5% yang masuk dalam kategori “kurang”. Karena kemampuan siswa yang paling rendah adalah dalam aspek kemampuan menarik kesimpulan, maka dalam pembelajaran lebih ditekankan dalam konteks yang membimbing siswa agar banyak belajar menarik kesimpulan dari fenomena-fenomena yang ada dalam proses pembelajaran.

Namun ada beberapa yang masih kurang percaya diri untuk tampil ke depan dan berkomunikasi dalam kegiatan diskusi.

Beberapa siswa terutama yang duduk di belakang juga terkadang masih melakukan aktifitas lain yang tidak berkaitan dengan kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan nilai rata-rata hasil tes keterampilan proses sains siswa yang diperoleh setelah proses pembelajaran pada siklus I setelah dikategorisasikan seperti ditunjukkan dalam tabel 4.2 terlihat bahwa distribusi nilai hasil keterampilan proses sains siswa kelas XI MIA 2 SMA Negeri 10 Bandung berada pada kategori “baik”, namun ada beberapa siswa yang masuk dlam kategori cukup dan kategori kurang.

Hasil analisis tes keterampilan proses sains yang ditampilkan dalam tabel 4.2 merupakan hasil post test setelah siswa belajar dengan menerapkan model pembelajaran POGIL. Dalam tabel 4.2 terlihat bahwa hampir setengah dari jumlah siswa yang ada perlu perbaikan karena belum mencapai ketuntasan minimum yang ditetapkan oleh peneliti, sehingga perlu diusahakan pada siklus II.

Berpedoman pada refleksi yang dilakukan pada siklus I, maka dilaksanakan perbaikan pada siklus II dengan memberi threatmen sebagai upaya perbaikan dari siklus I. Setelah sejumlah tindakan dilakukan pada sklus II sebagai refleksi dari sklus I, maka terlihat adanya peningkatan keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran seperti jumlah siswa yang bertanya semakin bertambah, kemampuan berkomunikasi semakin baik, kemampuan menganalisis lebih baik dari sebelumnya, sehingga dengan

meningkatnya aspek-aspek KPS tersebut, meningkat pula kemampuan menarik kesimpulan siswa dari seluruh rangkaian pembelajaran yang telah dilakukan.

Sebaliknya, jumlah siswa yang melakukan kegiatan lain yang tidak berkaitan dengan pembelajaran semakin berkurang karena guru lebih mengoptimalkan dalam penguasaan kelas.

Selama kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan, peneliti telah berusaha untuk melakukan perubahan-perubahan demi peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas XI MIA 2 SMA Negeri 10 Bandung terutama pada aspek kemampuan menarik kesimpulan. Hasil dari pembelajaran pada siklus II menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa sudah mencapai ketuntasan yaitu dengan presentase hasil dalam kategori “baik sekali” pada siklus II sebesar 72,5%. Pada siklus II sudah tidak ada lagi siswa yang nilainya masih dalam kategori

“kurang” seerti pada siklus I sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 4.2. Karena indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian tindakan kelas ini sudah tercapai, maka penelitian dihentikan pada siklus II dan tidak dilanjutkan lagi ke siklus berikutnya.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran POGIL (Process Oriented Guided Inquiry Learning) dapat menuntaskan capaian keterampilan proses sains, dalam hal ini pada aspek kemampuan menarik kesimpulan pada siswa kelas XI MIA 2 SMA Negeri 10 Bandung dengan presentase hasil tes KPS 72.5% dari indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 70%.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Lampiran Permendikbud No. 65 tahun 2013

[2] Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: Rineka Cipta.

[3] Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.

Yogyakarta: DIVA Press.

[4] Harjanto. Perencanaan Pengajaran.

2006. Jakarta: Rineka Cipta.

P. Rahayu, dkk, - Penerapan Model Pembelajaran POGIL

60 [5] Rustaman, N.Y. (2014). Keterampilan

Proses Sains (bahan ajar mata kuliah pengembangan evaluasi pembelajaran Fisika). Tidak diterbitkan.

[6] Hanson. (2006). Intructors Guide to Process Oriented Guided-Inquiry Learning. Stony Brook University.

[online]. Tersedia: www.pcrest.com (Diakses, 13 Juni 2016).

[7] Rahayu, Dita P. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Perubahan benda. Skripsi

[8] Fasawwa, Adelia Zamamun. (2015).

Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. Thesis Magister FPMIPA UPI Bandung, Universitas pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

[9] Arikunto, Suhadjo dan Supardi. (2010).

Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.

Bumi Aksara.

Seminar Nasional Fisika (SINAFI) 2016

61

KELAYAKAN WORKSHEET DAN PROBLEM SHEETS BERORIENTASI

Dalam dokumen SEMINAR NASIONAL FISIKA (SiNaFi) - ADOC.PUB (Halaman 66-73)

Garis besar

Dokumen terkait